Anda di halaman 1dari 7

Journal of Nursing Invention E-ISSN: 2828-281X DOI: https://doi.org/10.

33859/jni

VOL. 4 No. 1 2023 | DOI: https://doi.org/10.33859/jni.v4i1

HUBUNGAN KOMUNIKASI EFEKTIF TERHADAP KECEMASAN PASIEN DENGAN


PEMASANGAN KATETER DI IGD

Zaqyyah Huzaifah1, Widya Iswara1


1Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Indonesia

Info Artikel ABSTRAK


Submitted: 16 Mei 2023 Latar Belakang: Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun
Revised: 25 Juni 2023 yang apabila cemas berlebihan akan menyebabkan gangguan dan
Accepted: 20 Juni 2023 menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya. Kecemasan muncul
saat kurangnya komunikasi antara pasien dan perawat sebab ujung tombak
*Corresponding author: dari kesehatan adalah perawat. Perawat harus memiliki komunikasi yang
Zaqyyah Huzaifah baik dengan pasien agar dapat memberikan pemahaman kepada pasien
terhadap penyakit yang dideritanya. Kecemasan pasien timbul disebabkan
Email: oleh karena penyakit, biaya berobat, lingkungan baru, prosedur diagnostik,
zha_qye.huzaifah@yahoo.co.id prosedur terapi dan berbagai prosedur tindakan keperawatan termasuk
tindakan-tindakan invasif seperti tindakan pembedahan, tindakan
DOI: pengambilan darah, tindakan pemasangan infus serta tindakan pemasangan
https://doi.org/10.33859/jni.v3i2.299 kateter. Secara psikologis seorang perawat mampu jadi obat bagi pasien
karena selalu dekat dengan pasien dan dengan interaksi yang dilakukan
perawat dalam melaksanakan pelayanan perawatan dan memberikan
informasi tentang keadaan pasien mampu menurunkan tingkat kecemasan
pasien.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi
efektif terhadap kecemasan pasien dengan pemasangan kateter di IGD.
Metode: Penelitian ini menggunakan analitik korelatif. Populasi adalah
pasien dengan pemasangan kateter dan sampel berjumlah 48 orang.
Pengambilan sampel dengan purposive sampling dan menggunakan uji
spearman’s rho.
Hasil: Hasil uji statistik didapatkan nilai p value (0,001) < α (0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara komunikasi efektif terhadap
kecemasan pasien dengan pemasangan kateter di IGD.
Kesimpulan: Perawat harus memiliki kemampuan melaksanakan
komunikasi efektif sehingga dapat mengurangi kecemasan pasien pada saat
pemasangan kateter di IGD.

Kata kunci: Komunikasi Efektif, Kecemasan, Kateter, IGD


ABSTRACK
Background: Anxiety is a reaction that can be experienced by anyone who, if
excessively anxious, will cause disturbances and hinder one's function in life.
Anxiety arises when there is a lack of communication between patients and
nurses because the spearhead of health is the nurse. Nurses must have good
communication with patients in order to provide understanding to patients
about their illness. Patient anxiety arises due to illness, medical costs, new
environment, diagnostic procedures, therapeutic procedures and various
nursing procedures including invasive procedures such as surgery, blood
sampling, infusion and catheter insertion. Psychologically, a nurse is able to be
medicine for patients because they are always close to patients and with the
interactions that nurses carry out in carrying out care services and providing
information about the patient's condition can reduce the patient's anxiety
level.
Purpose: This study aims to determine the relationship between effective
communication and patient anxiety with catheter placement in the emergency
room.

35
Methods: This study uses correlative analysis. The population is patients with
catheters and a sample of 48 people. Sampling was taken by purposive
sampling and using the Spearman's Rho test.
Results: The statistical test results obtained a p value (0.001) < α (0.05) so it
can be concluded that there is a relationship between effective communication
on patient anxiety and catheter placement in the emergency room.
Conclusion: Nurses must have the ability to carry out effective communication
so that they can reduce patient anxiety during catheter insertion in the
emergency room.

Keywords: Effective Communication, Anxiety, Catheter, Emergency Room

36
Journal of Nursing Invention e-ISSN: 2828-281X DOI: https://doi.org/10.33859/jni

PENDAHULUAN
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan suatu instalasi pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menderita penyakit akut maupun yang
mengalami trauma sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan. IGD memiliki tujuan
yaitu memberikan pelayanan kesehatan secara optimal kepada pasien secara cepat dan tepat
serta terpadu dengan penanganan kegawatdaruratan untuk mencegah kematian dan kecacatan
(to save life and limb) dengan waktu penanganan selama lima menit dan waktu definitif yang tidak
lebih dari dua jam. sedangkan Gawat darurat, adalah keadaan dimana pasien membutuhkan
pemeriksaan medis yang lengkap dan segera. Jika pemeriksaan dan penanganan tidak dilakukan
dengan segera akan berakibat fatal dan bisa membahayakan pasien tersebut (Rudy, 2016),
kondisi kegawatdaruratan ini sering menjadi penyebab kecemasan yang utama pada pasien dan
keluarga, dapat disumpulkan bahwa pasien yang berada di ruang IGD akan mengalami kecemasan
(Annisa & Ifdil, 2016).
Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal
yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum
pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi
yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi
gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Tania, 2019). Kecemasan
yang timbul disebabkan oleh karena penyakit, biaya berobat, lingkungan baru, prosedur
diagnostik, prosedur terapi dan berbagai prosedur tindakan keperawatan termasuk tindakan-
tindakan invasif seperti tindakan pembedahan, tindakan pengambilan darah, tindakan
pemasangan infus, tindakan pemasangan kateter, dan lain-lain (Tania, 2019). Kecemasan
dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal, salah satu faktor eksternal adalah
komunikasi terapeutik perawat dan kondisi medis berupa informasi yang diberikan perawat
kepada pasien (Harlina & Aiyub, 2018).
Kecemasan muncul saat kurangnya komunikasi antara pasien dan perawat sebab dalam
kesehatan unjung tombak dari kesehatan adalah perawat. Sebagai seorang perawat harus
memiliki komunikasi yang baik dengan pasien agar dapat memberikan pemahaman kepada
pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Komunikasi efektif merupakan proses penyampaian
informasi kepada seseorang melalui cara tertentu agar si penerima informasi tersebut mengerti
dan tersampaikan dengan jelas (Jannah, Darmini, and Rochmayanti 2018). Komunikasi efektif
yang dinyatakan oleh (Bramhall, 2015) bahwa pada saat menjalankan perawatan yang
profesional kepada pasien atau ke tenaga medis yang lain diperlukan keterampilan dan
pengetahuan berkomunikasi, dikarenakan perawat menghabiskan seluruh waktunya untuk
berkomunikasi terhadap pasien dan tenaga kesehatan yang lain. Komunikasi efektif ditandai
dengan makna dan berdampak kepada kesenangan yang mempengaruhi tingkah laku laku dan
dapat menimbulkan suasana yang baik serta membuat suatu tindakan (Oktarina & Sari, 2018).
Seorang perawat harus memiliki komunikasi yang baik dengan pasien agar dapat membuat
pasien nyaman dan tidak merasa gelisan atau cemas pada diri mereka saat berada di rumah sakit.
Menurut Sunaryo (2014), ada 3 (tiga) macam komunikasi antara lain: 1) Komunikasi Searah
Komunikator mengirim pesannya melalui saluran atau media dan diterima oleh komunikan.
Sedangkan komu nikan tersebut tidak memberikan ucapan balik (Feedback). 2) Komunikasi Dua
Arah Komunikator mengirim pesan (berita) diterima oleh komunkan, setelah disimpulkan
kemudian komunikan mengirimkan umpan balik kepada sumber berita atau komunikator 3)
Komunikasi Berantai Komunikan menerima pesan atau berita dari komuikator kemudian
disalurkan kepada komunikan kedua, dari komunikan kedua disampaikan kepada komunikan
ketiga dan seterusnya.
Antara kecemasan pasien dengan komunikasi sangat berperan dan berhubungan kuat
dalam membina hubungan yang baik terutama dalam berkomunikasi antara pasien dan perawat.
Permasalahan yang muncul adalah bahwa dalam berkomunikasi harus dilandasi saling
pemahaman satu sama lain dan dapat menjalin kerjasama sehingga menimbulkan saling
kepercayaan satu sama lain.
Menurut (Magee et al, 2017) komunikasi efektif dapat melindungi pasien dari potensi
bahaya yang timbul dari kesalahpahaman. Komunikasi efektif antara petugas kesehatan yang lain

Zaqyyah Huzaifah1, Widya Iswara1 37


Email: zha_qye.huzaifah@yahoo.co.id Vol. 3 No. 1. 2023
DOI: https://doi.org/10.33859/jni.v4i1.299
Accepted: 20 Juni 2023
Journal of Nursing Invention e-ISSN: 2828-281X DOI: https://doi.org/10.33859/jni

dapat menghasilkan perawatan yang terbaik untuk pasien (Ratna 2019). Selain itu untuk
membentuk kesan yang baik dengan pasien maupun tenaga kesehatan yang lain agar
mendapatkan kepercayaan yang relevan. Agar pasien ataupun tenaga kesehatan saling bertukar
informasi dan dapat memproses demi kelancaran asuhan keperawatan. Penerapan komunikasi
efektif dapat memperkecil kesalahan dan meningkatkan keterampilan dalam praktik
keperawatan (Dewi, 2018).

METODE
Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien yang akan dilakukan pemasangan kateter di IGD RS
Bhayangkara TK III Banjarmasin dengan jumlah sebanyak 48 responden. Teknik sampling yang
digunakan dengan teknik purposive sampling menggunakan uji spearman’s rho dengan tingkat
kemaknaan α<0,05. Penelitian ini telah mendaptkan persetujuan etik dengan nomer sertifikat etik
No. 253/UMB/KE/VII/2022.

HASIL
a. Analisis Univariat
1) Komunikasi Efektif
Tabel 1. Komunikasi Terapeutik

No Komunikasi Efektif Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Tidak Efektif 17 35,4
2 Efektif 31 64,6
Total 48 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa komunikasi efektif yang paling banyak ada pada kategori
efektif yaitu sebanyak 31 responden atau sebesar 64.6%.

2) Kecemasan Pasien
Tabel 2. Kecemasan Pasien

No Tingkat Kepuasan Keluarga Frekuensi (f) Persentase (%)


Pasien
1 Kecemasan ringan 19 39.5
2 Kecemasan sedang 29 60.5
Total 48 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang paling banyak ada pada kategori
kecemasan sedang yaitu sebanyak 29 orang atau sebesar 60,5%.

b. Analisis Bivariat
Tabel 3. Tabulasi Silang Komunikasi Efektif terhadap Kecemasan Pasien dengan
pemasangan kateter di IGD

Kecemasan Pasien
Komunikasi
Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang !𝒋 %
Efektif
F % F %
Tidak Efektif 4 8,3 13 27,1 17 35,4
Efektif 15 31,2 16 33,4 31 64,6
Total 19 39,5 29 60,5 48 100
p Value = 0,001

Zaqyyah Huzaifah1, Widya Iswara1 38


Email: zha_qye.huzaifah@yahoo.co.id Vol. 3 No. 1. 2023
DOI: https://doi.org/10.33859/jni.v4i1.299
Accepted: 20 Juni 2023
Journal of Nursing Invention e-ISSN: 2828-281X DOI: https://doi.org/10.33859/jni

Tabel 3 Tabulasi silang antara komunikasi efektif dengan kecemasan pasien menunjukan
bahwa yang paling banyak adalah pada komunikasi efektif dengan kecemasan sedang. Hasil uji
menggunakan sperman rho menunjukan nilai p = 0,001 yang mana nilai ini lebih kecil dari nilai
< 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan komunikasi efektif dengan kecemasan
pasiendengan pemasangan kateter di IGD

PEMBAHASAN
a. Komunikasi Efektif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi efektif terbanyak adalah pada
kategori komunikasi efektif sebanyak 31 orang atau sebesar 64,6%. Hal ini menunjukkan
bahwa selama melaksanakan tugasnya perawat melakukan arahan kepada pasien yang akan
melaksanakan pemasangan kateter. Seorang perawat harus bersedia mendengarkan,
memperhatikan keluhan pasien, memberikan informasi yang jelas, melakukan kontak mata
saat berkomunikasi sehingga terjadi komunikasi efektif dan komunikasi menghasilkan
persamaan persepsi, tidak menimbulkan multi tafsir serta multi interpretasi dari pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu proses komunikasi. Seorang perawat juga akan lebih mudah dalam
mengkomunikasikan kepada pasien saat mereka memiliki latar belakang pendidikan
sehingga pasien dapat memahami pentingnya pemasangan kateter. Hal ini berhubungan
dengan tingkat pendidikan pasien ada pada kategori Pendidikan Atas (D3/S1/S2) sebanyak
26 orang atau sebesar 54.2%. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang
melalui panca indera (Notoatmodjo, 2017).
Hasil penelitian Rulino & Mahmudah (2016) menjelaskan bahwa dengan adanya
pendidikan akan dapat membuat mereka dapat memahami masalah yang terjadi pada diri
mereka sendiri. Hasil ini menunjukkan bahwa komunikasi efektif perawat dapat memberikan
dampak pemahaman seorang dalam memberikan penjelasan kepada seorang pasien yang
dirawat.
Fitriani dalam Yuliana (2017), Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar,
semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk
menerima sebuah informasi. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan
formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan non formal. Pengetahuan
seseorang terhadap suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.
Kedua aspek ini menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak
aspek positif dari objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap positif terhadap objek
tersebut. pendidikan tinggi seseorang didapatkan informasi baik dari orang lain maupun
media massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan.
Oleh karena itu sebagai seorang perawat harus memiliki komunikasi yang baik dengan
pasien agar dapat membuat pasien nyaman dan tidak merasa gelisan atau cemas pada diri
mereka saat berada di rumah sakit. Menurut Sunaryo (2014), ada 3 (tiga) macam komunikasi
antara lain: 1) Komunikasi Searah Komunikator mengirim pesannya melalui saluran atau
media dan diterima oleh komunikan. Sedangkan komu nikan tersebut tidak memberikan
ucapan balik (Feedback). 2) Komunikasi Dua Arah Komunikator mengirim pesan (berita)
diterima oleh komunkan, setelah disimpulkan kemudian komunikan mengirimkan umpan
balik kepada sumber berita atau komunikator 3) Komunikasi Berantai Komunikan menerima
pesan atau berita dari komuikator kemudian disalurkan kepada komunikan kedua, dari
komunikan kedua disampaikan kepada komunikan ketiga dan seterusnya.

b. Kecemasan Pasien dengan Pemasangan Kateter


Hasil penelitian dari tingkat kecemasan pasien akan dilaksanakan pemasangan kateter
di IGD RS Bhayangkara TK III Banjarmasin Tahun 2022 ada pada kategori kecemasan sedang
sebanyak 29 orang atau sebesar 60,4%. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu

Zaqyyah Huzaifah1, Widya Iswara1 39


Email: zha_qye.huzaifah@yahoo.co.id Vol. 3 No. 1. 2023
DOI: https://doi.org/10.33859/jni.v4i1.299
Accepted: 20 Juni 2023
Journal of Nursing Invention e-ISSN: 2828-281X DOI: https://doi.org/10.33859/jni

mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Respon fisiologi pada kecemasan sedang diantaranya adalah sering nafas pendek, nadi dan
tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, dan konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu
lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, dan berfokus pada apa
yang menjadi perhatiannya (Muyasaroh et al. 2020).
Tingkat kecemasan ini berhubungan dengan masalah tingkat pendidikan mereka
adalah Menengah Atas (D3/S1/S2) sebanyak 26 orang (54,2%). Saat mereka memiliki tingkat
pendidikan yang masih rendah berarti mereka masih kurang memahami yang dimaksudkan
agar mereka memahami dengan pendidikan mereka. Semakin baik pendidikan seseorang
akan mambuat mereka lebih memahami diri mereka sendiri dan mengerti masalah penyakit
mereka saat harus dipasang kateter. Menurut Notoatmodjo (2017) pendidikan adalah sebuah
upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan
tindakan-tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya. Pendidikan
kesehatan merupakan bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik
individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui
kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik sesuai dengan
tugas seorang perawat.
Selain itu dari tingkat usia responden juga dapat berdampak pada masalah kecemasan
karena saat usia mereka matang akan membuat mereka lebih baik dalam berpikir hal ini
dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari usia responden mayoritas 41-50 tahun
sebanyak 21 orang atau sebanyak 43,8% yang memasang kateter di IGD RS Bhayangkara.

c. Hubungan Komunikasi Efektif dengan Kecemasan Pasien dengan Pemasangan Kateter


Hasil uji Spearman rho menunjukkan bahwa nilai p = 0,001 < 0,05 yang mana hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan komunikasi efektif dengan kecemasan pasien akan
dilaksanakan pemasangan kateter di IGD. Penelitian (Ismi et al, 2016) tentang Hubungan
komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang
Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Zalecha Martapura
menjelaskan bahwa variabel komunikasi terapeutik perawat memiliki hubungan dengan
tingkat kecemasan keluarga pasien. Komunikasi terapeutik perawat dapat dijadikan
intervensi keperawatan oleh perawat kepada keluarga pasien di ruang ICU.
Hasil penelitian dari (Magdalena et al, 2021) tentang Hubungan komunikasi terapeutik
perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang NICU RSIA Stela Maris
menjelaskan bahwa variable komunikasi terapeutik memiliki hubungan dengan tingkat
kecemasan keluarga pasien di RSIA Stela Maris Medan. Secara psikologis, seorang perawat
mampu jadi obat bagi pasien karena selalu dekat dengan pasien dan dengan interaksi yang
dilakukan perawat dalam melaksanakan pelayanan perawatan dan memberikan informasi
tentang keadaan pasien mampu menurunkan tingkat kecemasan keluarga pasien. Untuk itu
supaya perawat agar lebih meningkatkan komunikasi terapeutik bagi keluarga pasien
sehingga dari komunikasi yang baik akan mengurangi tingkat kecemasan keluarga pasien.
Bagi RSIA Stela Maris Medan agar lebih mengawasi penerapan pelaksanan komunikasi
terapeutik perawat kepada keluarga pasien yang di ruang NICU.
Menurut pendapat (Nasir et al, 2009) komunikasi efektif terjadi bila dalam komunikasi
menghasilkan persamaan persepsi sehingga tidak menimbulkan multi tafsir dan multi
interprestasi dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Oleh karena itu antara
kecemasan pasien dengan komunikasi sangat berperan dan berhubungan kuat dalam
membina hubungan yang baik terutama dalam berkomunikasi antara pasien dan perawat.
Permasalahan yang muncul adalah bahwa dalam berkomunikasi harus dilandasi saling
pemahaman satu sama lain dan dapat menjalin kerjasama sehingga menimbulkan saling
kepercayaan satu sama lain. Selain itu untuk membentuk kesan yang baik dengan pasien
maupun tenaga kesehatan yang lain agar mendapatkan kepercayaan yang relevan. Agar
pasien ataupun tenaga kesehatan saling bertukar informasi dan dapat memproses demi
kelancaran asuhan keperawatan. Penerapan komunikasi efektif dapat memperkecil
kesalahan dan meningkatkan keterampilan dalam praktik keperawatan (Dewi, 2018).

Zaqyyah Huzaifah1, Widya Iswara1 40


Email: zha_qye.huzaifah@yahoo.co.id Vol. 3 No. 1. 2023
DOI: https://doi.org/10.33859/jni.v4i1.299
Accepted: 20 Juni 2023
Journal of Nursing Invention e-ISSN: 2828-281X DOI: https://doi.org/10.33859/jni

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan komunikasi efektif terhadap kecemasan
pasien dengan pemasangan kateter di IGD. Komunikasi yang efektif merupakan landasan dari
hubungan terapi perawat klien. Dengan menciptakan lingkungan kepercayaan klien merasa
dihormati dan dilibatkan. Komunikasi yang efektif juga meningkatkan pengungkapan perasaan
klien, dimana klien bisa mendapatkan bantuan emosional. Komunikasi yang efektif juga berperan
dalam mengurangi tekanan psikologis. Secara keseluruhan, komunikasi yang efektif
meningkatkan kualitas pemberian pelayanan kesehatan

DAFTAR PUSTAKA
Annisa, D., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia). Jurnal Konselor
Universitas Padang, 5(2)
Bramhall, E. (2015). Effective Communication Skills in Nursing Practice. 3.
Dewi, Pipit Puspita. (2018). Analisis Implementasi Panduan Komunikasi Efektif pada Perawat di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping. UMY Repository
Harlina & Aiyub. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien
yang Dirawat di Unit perawatan Kritis. JIM FKep Volume III No. 3 2018.
Ismi Maulida et al. (2016). Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga
Pasien Di Ruang Intensive Care Unit RS Ratu Zaleha Martapura. Jurnal Dunia Keperawatan.
Vol.4 (1), 2016.
Jannah, Marichatul, Darmini Darmini, and Dwi Rochmayanti. 2018. “Komunikasi Efektif Berperan
Dalam Meningkatkan Kepuasan Pasien Di Instalasi Radiologi.” Link 13(2):28.
Magdalena et al. (2021). Hubungan komunikasi terapeutik perawat terhadap penurunan tingkat
kecemasan keluarga pasien di runagn NICU RSIA Stela Maris Medan. Jurnal Darma Agung
Husada. Vol.8 (1). 2021
Magee, Rhonda V., Rachael Crowder, Drew E. Winters, Emily Beerbower, Bhikkhu Bodhi, Simon
Schindler, Stefan Pfattheicher, Marc-André Reinhard, Geoffrey Haddock, Colin Foad, Ben
Windsor-Shellard, Sebastian Dummel, Inmaculada Adarves-Yorno, Charles Furlotte, and
Paul C. Gorski. 2017. “Communication Skills 1: Benefits of Effective Communication for
Patients Key.” ABA Journal 102(4):24–25.
Muyasaroh et al. (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap Dalam Menghadapi Pandemi
Covid 19. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Msyarakat (LP2M) Universitas Nahdatul
Ulama Al Ghazali (UNUGHA) Cilacap
Nasir, A. Muhith, A. Sajidin, M & Mubarak W.I. (2009). Komunikasi dalam keperawatan: teori dan
aplikasi, Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo, S. (2017). Metedologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Oktarina, M & Sari, R. M. (2018). Buku Ajar Komunikasi Dalam Praktek Kebidanan. Sleman:
Deepublish
Ratna, H. (2019). The Importance of Effective Communication in Healthcare Practice. Harvard
Public Health Review. JSTOR
Rulino, L., & Mahmudah, D. U. (2016). Gambaran Pengetahuan Keluarga Klien Tentang TB Paru di
Poli Paru RSUD Koja Jakarta Utara. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya –
(JAKHKJ). Vol 2 (2). 2016.
Sunaryo (2014). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC
Tania, S. (2019). Hubungan Lama Pemasangan Kateter Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Rawat Inap Di RS PMI Kota Bogor. Jurnal Ilmiah Wijaya. Vol.11 (1), 2019. ISSN : 2301-2114.
Yuliana, E. (2017). Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Makanan yang Sehat dan Bergizi
Terhadap Pemilihan Jajanan di Sekolah. repository.ump.ac.id

Zaqyyah Huzaifah1, Widya Iswara1 41


Email: zha_qye.huzaifah@yahoo.co.id Vol. 3 No. 1. 2023
DOI: https://doi.org/10.33859/jni.v4i1.299
Accepted: 20 Juni 2023

Anda mungkin juga menyukai