Anda di halaman 1dari 19

Strategi Penerapan Metode CPM (Critical Path Method) Pada Proyek Percepatan

Pembangunan Junction Dawuan

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
STUDI LITERATUR.......................................................................................................2
2.1 Manajemen.......................................................................................................2
2.1.1 Pengertian Manajemen................................................................................2
2.1.2 Unsur-Unsur Manajemen............................................................................2
2.1.3 Tujuan Manajemen......................................................................................3
2.1.4 Fungsi Manajemen.......................................................................................4
2.2 Manajemen Proyek......................................................................................4
2.2.1 Aspek-Aspek dalam Manajemen Proyek....................................................5
2.3 Penjadwalan Proyek.........................................................................................6
2.3.1 Metode Penjadwalan Proyek.......................................................................7
2.4 Critical Path Method (CPM)...........................................................................11
BAB II
STUDI LITERATUR

2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan pengendalian dan pemanfaatan dari semua faktor
serta sumber daya yang menurut suatu perencanaan, diperlukan untuk mencapai
atau menyelesaikan suatu yang harus dicapai atau tujuan kerja yang tertentu
(Atmosudirjo, 1982).

Menurut Husen (2011) Manajemen dapat diartikan sebagai suatu ilmu


pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-
sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif
dan efisien.

Manajemen yaitu suatu upaya pemberian bimbingan dan pengarahan melalui


perencanaan, koordinasi, pengintegrasian, pembagian tugas secara professional
dan proporsional, pengorganisasian, pengendalian, dan pemanfaatan sumber daya
yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Manajemen dapat
diartikan sebagai suatu seni, dimana terdapat cara sebagai upaya membimbing dan
mengarahkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. (Rohman, 2017:10)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses


perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengendalian
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.2 Unsur-Unsur Manajemen


Manajemen memiliki unsur-unsur yang dimaknai sebagai suatu elemen
pokok yang harus ada dalam suatu manajemen. Manajemen tidak akan sempurna
atau tidak dapat dikatakan manajemen apabila tidak memiliki elemen-elemen
tersebut. Manajemen tersusun atas elemen-elemen pokok tersebut yang menjadi
satu kesatuan dan saling terikat antara satu sama lain. Manajemen mengandung
enam unsur pokok menurut Husen (2011), yaitu:
1. Men (manusia/orang)
Manusia merupakan unsur paling penting karena memiliki pikiran,
harapan, serta gagasan yang menentukan adanya unsur-unsur lainnya.
Jika kualitas manusia mumpuni, maka manajemen akan berjalan
maksimal.
2. Materials (material)
Dalam berbagai aktivitas sebagai proses pelaksanaan manajemen untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan, selalu membutuhkan material.
3. Machines (mesin)
Mesin merupakan pembantu manusia dalam pelaksanaan manajemen
untuk mencapai tujuan.
4. Methods (metode/cara)
Dalam pelaksanaan berbagai kegiatan mencapai tujuan, manusia
dihadapkan dengan alternatif yang harus dipilih. Sehingga pemilihan
metode/cara kegiatan yang baik dari berbagai alternatif akan membuat
pelaksanaan manajemen berjalan secara tepat dan berhasil.
5. Money (uang)
Unsur uang bukan merupakan segala-galanya, namun proses manajemen
dipengaruhi oleh unsur ini. Unsur uang membutuhkan perhatian yang
baik dalam manajemen, karena dengan pengaturan yang baik akan
memberikan dampak afisiensi.
6. Market (pasar)
Pasar merupakan unsur pokok karena darinya hasil sebagai tujuan dari
komunitas akan didapatkan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
manajemen harus memperhatikan dan mempertahankan pasar yang
dimiliki, bahkan harus semakin bertambah.

2.1.3 Tujuan Manajemen


Tujuan mempelajari manajemen adalah untuk memperoleh suatu cara atau
teknik yang baik untuk dilakukan atau diterapkan agar sumber daya yang dimiliki,
baik manusia, keuangan, alat dan lainnya bisa dimanfaatkan secara efektif atau
mampu mengendalikan sumber daya yang ada (Telaumbanua et al., 2017).

Manajemen yang baik mengandung pengertian sumber yang terbatas


misalnya modal, tenaga dan sebagainya dapat diatur sehingga memperoleh hasil
atau pemasukan (input) yang efektif dan efisien karena sistem pengaturannya
tertata dengan efektifitas dan efisiensi. Efisiensi adalah untuk kemampuan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar sedangkan efektifitas merupakan
kemampuan untuk memilih tujuan yang telah ditetapkan. Jadi pengertian
efektifitas dan efisiensi berarti segala sesuatu dilaksanakan dengan berdaya guna
yang berarti tepat, cepat, hemat, dan selamat. (Telaumbanua et al., 2017).

2.1.4 Fungsi Manajemen


Dalam fungsinya menggerakkan organisasi manajemen merupakan suatu
proyek yang dinamis yang meliputi fungsi-fungsi planning, organizing, actuating,
controlling, dan lain-lain.
Fungsi manajemen ada empat, yaitu:
1. Planning (perencanaan)
2. Organizing (pengorganisasian)
3. Actuating (pelaksanaan)
4. Controlling (pengendalian)

2.2 Manajemen Proyek


Proyek merupakan gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia,
material, peralatan dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi
sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan (Husen, 2011). Arti dari manajemen
proyek yaitu penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis
yang terbaik dengan sumber daya yang terbatas, ntuk mencapai sasaran dan tujuan
yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja
biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja. Pengertian dari optimal disini
yaitu menyatakan kriteria kesuksesan pelaksanaan dari suatu proyek konstruksi
yaitu apabila memenuhi:
1. Dilaksanakan dalam batasan waktu yang telah ditetapkan.
2. Dilaksanakan sesuai dengan biaya yang sudah dianggarkan.
3. Kualitasnya memenuhi syarat-syarat teknis pekerjaan.
4. Memberikan manfaat sesuai dengan perencanaan.

2.2.1 Aspek-Aspek dalam Manajemen Proyek


Dalam manajemen proyek, yang perlu dipertimbangkan agar output proyek
sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah mengidentifikasi
berbagai masalah yang mungkin timbul ketika proyek dilaksanakan. Beberapa
aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen proyek
serta membutuhkan penanganan yang cermat adalah sebagai berikut:

2.2.1.1 Aspek Keuangan: Masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan


pembiayaan proyek. Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau
pinjaman dari bank atau investor dalam jangka pendek atau jangka
panjang. Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial bila proyek
berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit, yang
membutuhkan analisis keuangan yang cermat dan terencana.

2.2.1.2 Aspek Anggaran Biaya: Masalah ini berkaitan dengan perencanaan


dan pengendalian biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan
yang matang dan terperinci akan memudahkan proses pengendalian
biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang
direncanakan. Jika sebaliknya, akan terjadi peningkatan biaya yang
besar dan merugikan bila proses perencanaannya salah.

2.2.1.3 Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia: Masalah ini berkaitan


dengan kebutuhan dan alokasi SDM selama proyek berlangsung
yang berfluktuatif. Agar tidak menimbulkan masalah, perencanaan
SDM didasarkan atas organisasi proyek yang dibentuk sebelumnya
dengan melakukan langkah-langkah, proses staffing SDM, deskripsi
kerja, perhitungan beban kerja, deskripsi wewenang dan tanggung
jawab SDM serta penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek.

2.2.1.4 Aspek Manajemen Produksi: Masalah ini berkaitan dengan hasil


akhir dari proyek; hasil akhir proyek negatif bila proses perencanaan
dan pengendaliannya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, maka
dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas SDM,
meningkatkan efisiensi proses produksi dan kerja, meningkatkan
kualitas produksi melalui jaminan mutu dan pengendalian mutu.

2.2.1.5 Aspek Harga: Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam
hal persaingan harga, yang dapat merugikan perusahaan karena
produk yang dihasilkan membutuhkan biaya produksi yang tinggi
dan kalah bersaing dengan produk lain.

2.2.1.6 Aspek Efektivitas dan Efisiensi: Masalah ini dapat merugikan bila
fungsi produk yang dihasilkan tidak terpenuhi/tidak efektif atau
dapat juga terjadi bila faktor efisiensi tidak dipenuhi, sehingga usaha
produksi membutuhkan biaya yang besar.

2.2.1.7 Aspek Pemasaran: Masalah ini timbul berkaitan dengan


perkembangan faktor eksternal sehubungan dengan persaingan
harga, strategi promosi, mutu produk serta analisis pasar yang salah
terhadap produksi yang dihasilkan.

2.2.1.8 Aspek Mutu: Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir
yang nantinya dapat meningkatkan daya saing serta memberikan
kepuasan bagi pelanggan.

2.2.1.9 Aspek Waktu: Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya


bila terlambat dari yang direncanakan serta akan menguntungkan bila
dapat dipercepat.

2.3 Penjadwalan Proyek


Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang
dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam
hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta
rencana durasi proyek dan progres waktu untuk penyelesaian proyek. Penjadwalan
atau scheduling adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan
pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil optimal
dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada.

2.3.1 Metode Penjadwalan Proyek


Beberapa metode penjadwalan proyek menurut Husen (2011) yang
digunakan untuk mengelola waktu dan sumber daya proyek, antara lain:
1. Waktu dan Durasi Kegiatan
Menentukan durasi suatu kegiatan biasanya didasarkan oleh volume
pekerjaan dan produktivitas kelompok pekerja dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan. Produktivitas didapat dari pengalaman pekerja
melakukan suatu kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya atau dari
data perusahaan.
2. Bagan Balok atau Barchart
Barchart merupakan diagram batang yang secara sederhana dapat
menunjukkan informasi rencana jadwal proyek beserta durasinya, lalu
dibandingkan dengan progress aktual sehingga diketahui proyek tersebut
terlambat atau tidak.
Bagan balok terdiri atas sumbu y yang menyatakan kegiatan atau paket
kerja dari lingkup proyek, sedangkan sumbu x menyatakan satuan waktu
dalam hari, minggu, atau bulan sebagai durasinya.
3. Kurva S
Kurva S berguna dalam pengendalian kinerja waktu. Kurva ini dapat
menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot
pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentase kumulatif dari
seluruh kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan
informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya
terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada
keterlambatan atau percepatan jadwal proyek.
Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing-
masing kegiatan pada suatu periode di antara durasi proyek diplotkan
terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan
garis, akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume
kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada
pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir
proyek volume kegiatan kembali mengecil.
4. Linier (Diagram Vektor)
Metode ini biasanya sangat efektif dipakai untuk proyek dengan jumlah
kegiatan relatif sedikit dan banyak digunakan untuk penjadwalan dengan
kegiatan yang berulang seperti pada proyek kostruksi jalan raya, runway
bandar udara, terowongan atau proyek industri manufaktur. metode ini
membantu memonitor progres beberapa kegiatan tertentu yang berada
dalam suatu penjadwalan keseluruhan proyek. Hal ini dapat dilakukan
bila metode ini dikombinasikan dengan metode network, karena metode
penjadwalan linier dapat memberi-kan informasi tentang kemajuan
proyek yang tidak dapat ditampilkan oleh metode network.
5. Network Planning
Network Planning merupakan alat manajemen yang lebih luas dan
lengkap dalam perencanaan dan pengawasan suatu proyek. Metode ini
dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah kegiatan besar yang
memiliki ketergantungan yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit,
hubungan antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis.

Tahapan Penyusunan Network Scheduling menurut Husen (2011):


a. Menginventarisasi kegiatan-kegiatan dari WBS berdasarkan item
pekerjaan, lalu diberi kode kegiatan untuk memudahkan identifikasi.
b. Memperkirakan durasi setiap kegiatan dengan mempertimbangkan
jenis pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan
kerja, serta produktivitas pekerja.
c. Penentuan logika ketergantungan antar kegiatan dilakukan dengan
tiga kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang mendahului
(predecessor), kegiatan yang didahului (successor), serta bebas.
d. Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya, dilakukan
setelah langkah-langkah di atas dilakukan dengan akurat dan teliti.

Manfaat Penerapan Network Scheduling:


a. Penggambaran logika hubungan antar kegiatan, membuat
perencanaan proyek menjadi lebih rinci dan detail.
b. Dengan memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya setiap
kejadian yang ditimbulkan oleh satu atau beberapa kegiatan,
kesulitan yang bakal timbul dapat diketahui jauh sebelum terjadi
sehingga tindakan pencegahan yang diperlukan dapat dilakukan.
c. Dalam network planning dapat terlihat jelas waktu penyelesaian
yang dapat ditunda atau harus disegerakan.
d. Membantu mengomunikasikan hasil network yang ditampilkan.
e. Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis dari
segi biaya langsung (direct cost) serta penggunaan sumber daya.
f. Berguna untuk menyelesaikan klaim yang diakibatkan oleh
keterlambatan dalam menentukan pembayaran kemajuan pekerjaan,
menganalisis cashflow, dan pengendalian biaya.
g. Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba mengubah sebagi-
an dari proses, lalu mengamati efek terhadap proyek secara
keseluruhan.
h. Terdiri atas metode Activity On Arrow dan Activity On Node
(Precedence Diagram Method).

Activity On Arrow Diagram (AOA)

Gambar 2.1 Diagram AOA


(Sumber: Husen, 2011)

Metode ini mempunyai karakteristik sebagai berikut:


1. Diagram Network dibuat menggunakan anak panah untuk
menggambarkan kegiatan dan node-nya menggambarkan
peristiwanya/event. Node pada awal anak panah ditentukan sebagai
INode, sedangkan pada akhir anak panah ditentukan sebagai J-Node,
hubungan keterkaitannya adalah Finish-Start.
2. Menggunakan perhitungan maju (forward pass) untuk memperoleh
waktu mulai paling awal (EETi= Earliest Event Time node i) pada I-
Node dan waktu mulai paling awal (EETj = Earliest Event Time
node j) pada J-Node dari seluruh kegiatan, dengan mengambil nilai
maksimumnya, begitu juga dengan nilai seperti di bawah ini.
• ES (Earliest Start): Saat paling cepat untuk mulai kegiatan
• EF (Earliest Finish): Saat paling cepat untuk akhir kegiatan
3. Menggunakan perhitungan mundur (backward pass) untuk
memperoleh waktu selesai paling lambat (LETi = Latest Event Time
node i) pada I-Node dan waktu selesai paling lambat (LETj = Latest
Event Time node j) pada J-Node dari seluruh kegiatan, dengan
mengambil nilai minimumnya, begitu juga dengan nilai seperti di
bawah ini.
• LF (Latest Finish): Saat paling lambat untuk akhir kegiatan
• LS (Latest Start): Saat paling lambat untuk mulai kegiatan
4. Di antara 2 peristiwa tidak boleh ada dalam 2 kegiatan, sehingga
untuk menghindarinya digunakan kegiatan semu atau dummy yang
tidak mempunyai durasi.
5. Menggunakan CPM (Critical Path Method) atau metode lintasan
kritis, di mana pendekatan yang dilakukan hanya menggunakan satu
jenis durasi pada kegiatannya. Lintasan kritis adalah lintasan dengan
kumpulan kegiatan yang mempunyai durasi terpanjang yang dapat
diketahui bila kegiatannya mempunyai Total Float, TF = 0.
6. Float batas toleransi keterlambatan suatu kegiatan yang dapat
dimanfaatkan untuk optimasi waktu dan alokasi sumber daya.
Untuk membentuk visualisasi network planning, digunakan simbol-
simbol yaitu:
1. Arrow, (anak panah), menyatakan sebuah kegiatan / aktivitas yang
memerlukan durasi (jangka waktu tertentu). Umumnya nama
kegiatan ditulis diatas anak panah dan durasi kegiatan dibawahnya.
Ekor anak panah diartikan sebagai kegiatan dimulai dan kepalanya
diartikan sebagai kegiatan selesai.

Gambar 2.2 Arrow


2. Node, merupakan lingkaran yang menyatakan sebuah kegiatan atau
peristiwa (event) sebagai awal atau akhir atau pertemuan dari satu
atau beberapa kegiatan.

Gambar 2.3 Node


3. Double Arrow, bentuknya merupakan arah panah sejajar, yang
menunjukkan kegiatan lintasan kritis (critical path).

Gambar 2.4 Double Arrow


4. Dummy, bentuknya merupakan arah panah terputus-putus yang
menyatakan kegiatan semu untuk membatasi mulainya kegiatan.
Hubungan antar kegiatan (Dummy) tidak membutuhkan waktu,
sumber daya dan ruangan. Oleh karena itu hubungan antar peristiwa
tidak perlu diperhitungkan.

Gambar 2.5 Dummy

2.4 Critical Path Method (CPM)


Menurut Srivastava (1995:663) (dikutip dari Sugiyarto et al., 2013), CPM
adalah metode yang beriorentasi pada waktu yang mengarah pada penentuan
jadwal dan estimasi waktunya bersifat deterministik (pasti). Setiap kegiatan dapat
diselesaikan lebih cepat dari waktu normalnya dengan cara memintas kegiatan
untuk sejumlah biaya tertentu. Dengan demikian, apabila waktu penyelesaian
proyek tidak memuaskan, beberapa kegiatan tertentu dapat dipintas untuk dapat
menyelesaikan proyek dengan waktu yang lebih sedikit.
Dalam operasionalnya CPM (Critical Path Method) digambarkan dengan
menggunakan diagram anak panah untuk menentukan lintasan kritis sehingga
disebut juga metode lintasan kritis.
Metode ini sangat bagus untuk merencanakan dan mengawasi proyek-
proyek serta paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang
memakai prinsip pembentukan jaringan. CPM juga dapat digunakan untuk
mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan atau percepatan waktu
penyelesaian total proyek yang bersangkutan (Setiawati et al., 2017). Komponen-
komponen dalam metode CPM adalah:
1. Diagram Network.
2. Hubungan antar simbol dan urutan kegiatan.
3. Jalur kritis.
4. Tenggang waktu kegiatan
5. Limit jadwal kegiatan.
Manfaat yang diperoleh jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai
berikut:
1. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh proyek
tertunda penyelesaiannya.
2. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya bila pekerjaan-pekerjaan yang
ada di lintasan kritis dapat dipercepat.
3. Pengawasan atau kontrol hanya diperketat pada lintasan kritis saja,
sehingga pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis perlu pengawasan ketat
agar tidak tertunda dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu
dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan
waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula)
atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya atau lembur.
Lima langkah dalam metode CPM (Elfitra & Galih, 2013), yaitu:
1. Identifikasi proyek dan semua aktifitas atau tugas yang signifikan.
2. Membuat keterkaitan antara aktivitas-aktivitasnya. Putuskan aktivitas
mana yang harus mendahului dan mana yang harus mengikuti yang lain.
3. Menggambar jaringan yang menghubungkan semua aktifitas.
4. Hitung jalur kritis paling panjang melalui jaringan itu.
5. Gunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan
pengendalian proyek.
Didalam suatu kegiatan yang besar, seperti penyelesaian suatu proyek, yang
mencakup kegiatan-kegiatan yang terpisah tetapi berkaitan satu sama lainnya
senantiasa ada sejumlah kegiatan yang dianggap “vital” bagi selesainya proyek
waktu penyelesaiannya tidak dapat ditunda-tunda kalau kita tidak ingin terjadi
keterlambatan secara menyeluruh dari penyelesaian proyek.

Untuk dapat membaca diagram jaringan kerja sebuah proyek perlu


dijelaskan pengertian dasar hubungan antara simbol yang ada dalam setiap
jaringan kerja. Notasi yang dipakai dalam penjelasan mengenai hubungan antar
simbol ini adalah sebagai berikut:

D (x) = Durasi kegiatan X


ES (x) = Waktu mulai paling cepat untuk kegiatan X
EF (x) = Waktu selesai paling cepat untuk kegiatan X
LS (x) = Waktu mulai paling lambat untuk kegiatan X
LF (x) = Waktu selesai paling lambat untuk kegiatan X
TF (x) = Tenggang waktu total untuk kegiatan X
FF (x) = Tenggang waktu bebas untuk kegiatan X
S = Waktu mulai proyek
T = Waktu penyelesaian proyek
Critical Path Method (CPM) disertai dengan Network Planning dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 2.6 CPM
(Sumber: Iswendra & Noviarti, 2018)
Contoh perhitungan:
EF (A) = 0 + 5 = 5
LS (H) = 21 – 8 = 13
TF (H) = 21 – 13 – 8 = 0 (kritis)

2.4.1 Hubungan Antar Simbol Kegiatan


Dalam proses perhitungan dengan metode CPM dikenal adanya beberapa
parameter sebagai berikut (Sugiyarto et al., 2013):
1. EET (Earlist Event Time) atau SPA (Saat Paling Awal), saat paling awal
peristiwa / node / event mungkin terjadi, yang berarti waktu paling cepat
suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat dimulai karena
menurut aturan dasar suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan-
kegiatan terdahulu diselesaikan
a. Early Start atau SPAi, saat paling cepat peristiwa yang mungkin
terjadi, maksudnya waktu mulai paling awal suatu kegiatan. Bila
waktu kegiatan dinyatakan dalam hari, maka waktu ini merupakan
hari pertama kegiatan dimulai.
b. Early Finish atau SPAj, saat paling cepat peristiwa terakhir mungkin
terjadi, berarti waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Bila hanya
ada satu kegiatan terdahulu, maka Early Finish kegiatan
terdahulunya merupakan Early Start kegiatan berikutnya.
Berikut gambar untuk sebuah kegiatan menuju sebuah peristiwa:
Gambar 2.7 Sebuah kegiatan menuju sebuah peristiwa
(Sumber: Sugiyarto et al., 2013)
Rumus untuk sebuah kegiatan menuju sebuah peristiwa dapat
dilihat pada persamaan 2.1 berikut:
SPAj = SPAi + L................................................................................(2.1)
Keterangan:
X = Kegiatan
i = Peristiwa awal kegiatan X
j = Peristiwa akhir kegiatan X
L = Lama kegiatan X yang diperkirakan
SPAi = Saat paling awal peristiwa awal
SPAj = Saat paling awal peristiwa akhir
Sedangkan untuk beberapa kegiatan menuju sebuah peristiwa dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.8 Beberapa kegiatan menuju sebuah peristiwa


(Sumber: Sugiyarto et al., 2013)
Rumus untuk beberapa kegiatan menuju sebuah peristiwa dapat
dilihat pada persamaan 2.2 berikut:
SPAj= (SPAin + Ln) maksimum.........................................................(2.2)
Keterangan:
n = Nomor kegiatan (n = 1,2,3……dst)
Xn = Nama Kegiatan ke-n
J = Peristiwa akhir Bersama dari semua kegiatan Xn
in = Peristiwa awal kegiatan Xn
SPAin = Saat paling awal peristiwa awal dari kegiatan Xn
Ln = Lama kegiatan Xn yang diperkirakan
SPAj = Saat paling awal peristiwa akhir seluruh kegiatan

2. LET (Latest Event Time) atau SPL (Saat Paling Lambat) yaitu saat
paling lambat suatu peristiwa boleh terjadi, berarti waktu paling lambat
yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.
a. Latest Start atau SPLi merupakan saat paling lambat peristiwa awal
boleh terjadi atau waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai, yaitu
waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat
proyek secara keseluruhan.
b. Latest Finish atau SPLj yaitu saat paling lambat peristiwa akhir
boleh terjadi, berarti waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa
memperlambat penyelesaian proyek.
Untuk sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa dilihat pada
gambar berikut

Gambar 2.9 Sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa


(Sumber: Sugiyarto et al., 2013)
Rumus untuk sebuah kegiatan keluar dari sebuah peristiwa dapat
dilihat pada persamaan 2.3 berikut:
SPLi = SPLj – L..............................................................................(2.3)
Keterangan:
X = Kegiatan
i = Peristiwa awal kegiatan X
j = Peristiwa akhir kegiatan X
L = Lama kegiatan X yang diperkirakan
SPLi = Saat paling lambat peristiwa awal
SPLj = Saat paling lambat peristiwa akhir
Sedangkan untuk beberapa kegiatan keluar dari sebuah peristiwa
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

SPLi= (SPAjn - Ln) minimum............................................................(2.2)


Keterangan:
n = Nomor kegiatan (n = 1,2,3……dst)
Xn = Nama Kegiatan ke-n
i = Peristiwa akhir Bersama dari semua kegiatan Xn
jn = Peristiwa akhir masing-masing kegiatan n
SPLjn = Saat paling lambat peristiwa akhir dari kegiatan Xn
Ln = Lama kegiatan Xn yang diperkirakan
SPLj = Saat paling lambat peristiwa awal kegiatan

2.4.2 Metode Penyusunan Jaringan Kerja


Unsur yang diperlukan dalam membuat jaringan kerja proyek adalah jenis
kegiatan, logika ketergantungan, perkiraan waktunya dan metode pelaksanaan.
Jika hal tersebut diatas diketahui maka tidak dapat menghitung setiap kegiatan
yaitu waktu mulai paling cepat, waktu selesai paling lambat, tenggang waktu total
dan tenggang waktu bebas (Iswendra & Noviarti, 2018). Adapun Langkah-
langkah didalam menyusun jaringan kerja adalah sebagai berikut:

1. Inventarisasi kegiatan
Proses inventarisasi kegiatan dilakukan dengan memecah suatu
proyek menjadi beberapa bagian komponen utama proyek. Selanjutnya
komponen utama ini dipecah menjadi beberapa komponen lagi, dan pada
tahapan akhir didapat paket-paket pekerjaan. Proses ini biasa disebut
Work Break Down Structue (WBS).
2. Logika ketergantungan kegiatan
Setelah semua jenis kegiatan diketahui maka kita dapat membuat
jaringan kerja berdasarkan logika ketergantungan ini akan menghasilkan
berbagai bentuk jaringan kerja. Berikut adalah contoh jaringan kerja
yang paling sederhana. Untuk logika ketergantungan dengan bentuk
jaringan kerja dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.10 Jaringan kerja


(Sumber: Iswendra & Noviarti, 2018)
Pada gambar nampak bahwa setiap kegiatan tidak dapat dikerjakan
apabila kegiatan pendahuluannya belum selesai dikerjakan.

2.4.3 Peristiwa, Kegiatan dan Lintasan Kritis


Tujuan pemakaian critical path method adalah sama dengan network
planning dalam penyelenggaraan proyek antara lain adalah agar proyek selesai
pada saat yang telah ditentukan sesuai dengan network diagram yang telah tertera.
Hal ini tidaklah selalu mungkin, sehingga selalu ada kemungkinan keterlambatan
pelaksanaan. Ada beberapa kegiatan yang mempunyai batas toleransi keterlambatan,
namun ada pula kegiatan yang tidak mempunyai batas toleransi keterlambatan sehingga
apabila kegiatan tersebut terlambat satu hari saja maka akan mempengaruhi umur atau
usia proyek. Kegiatan yang tidak mempunyai batas toleransi keterlambatan disebut
dengan kegiatan-kegiatan kritis.

2.4.4 Pengaruh Keterlambatan Suatu Kegiatan


Dalam penyelenggaraan sebuah proyek kemungkinan besar akan terjadi satu atau
beberapa kegiatan terlambat penyelesaiannya, dikarena tidak sesuai dengan waktu atau
lama kegiatan perkiraan yang telah ditentukan. Hal ini dapat menimbulkan masalah
yaitu berapa besar pengaruhnya terhadap penyelenggaraan proyek itu sendiri.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan terhadap pengaruh keterlambatan
suatu kegiatan tersebut antara lain:
1. Umur proyek, merupakan ukuran lamanya waktu yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan suatu proyek, dapat ditentukan dengan lintasan kritis.
2. Lintasan kritis dalam suatu network diagram dapat menunjukkan umur proyek
3. Kegiatan yang mengikuti langsung kegiatan yang terlambat penyelesaiannya.
4. Pola kebutuhan sumber daya, suatu gambaran yang menyatakan hubungan
antara kebutuhan sumber daya dengan waktu. Dimana dikenal ada dua
macam pola kebutuhan sumber daya yaitu berupa histogram dan kurva S.

Husen, Abrar. 2011. Manajemen Proyek. Yogyakarta:ANDI OFFSET.


Rohman, Abd. 2017. Dasar-Dasar Manajemen. Malang:Inteligesia Media.
Telaumbanua, T. A., Mangare, jantje b, & Sibi, M. (2017). Perencanaan Waktu
Penyelesaian Proyek Toko Modisland Manado Dengan Metode Cpm. 5(8), 549–
557.

Anda mungkin juga menyukai