2,
ISSN: 2476-9703
APRIL 2016
Library Research
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI dalam Meningkatkan Karakter
Siswa Berbasis Tradisi Pesantren
Penulis: Indonesia
Desy Anindia Rosyida Pendahuluan: Pembentukan karakter mengacu pada tiga
Dosen Prodi Penddikan Guru kualitas moral, yaitu: kompetensi (keterampilan seperti
Madrasah Ibtidaiyah Universitas mendengarkan, berkomunikasi dan bekerja sama),
Islam Kalimantan MAB, Blitar – kehendak atau keinginan yang memobilisasi penilaian kita
Jawa Timur, Indonesia dan energi, dan kebiasaan moral (sebuah disposisi batin
yang dapat diandalkan untuk merespon situasi dalam cara
Email: yang secara moral baik). Penguatan pendidikan karakter
anindiarosyida@yahoo.co.id yang ada di lembaga pendidikan, khususnya pada
Madrasah Ibtidaiyah (MI) bisa mengadopsi dari tradisi atau
Riwayat Artikel: kebiasaan yang ada di pesantren. Pesantren tidak hanya
Diterima 11 Januari 2016 mengajarkan ilmu-ilmu agama saja, namun juga
Perbaikan diterima: 4 Februari menanamkan tradisi-tradisi baik yang secara tidak
2016 langsung menjadi karakter para santri. Metode: Penelitian
Disetujui: 18 Februari 2016 ini menggunakan jenis penelitian analisis isi atau library
riset. Hasil: Metode pembelajaran pesantren yang paling
Kata Kunci: mendukung terbentuknya pendidikan karakter para santri
Pendidikan Kewarganegaraan, adalah proses pembelajaran integral melalui metode
Karakter, belajar-mengajar (dirasah wa ta’lim), pembiasaan
Tradisi Pesantren berperilaku luhur (ta’dib), aktivitas spiritual (riyadhah),
serta teladan yang baik (uswah hasanah) yang dipraktikkan
Halaman: 62-78 atau dicontohkan langsung oleh kiai/nyai dan para ustadz.
PKn merupakan mata pelajaran yang memiliki muatan
pembentukan moral dan budaya bangsa dengan
berdasarkan pada sila-sila dalam pancasila. Karakter yang
diharapkan dari tradisi pesantren untuk pembelajaran PKn
MI antara lain: karakter cinta tanah air, kasih sayang, cinta
damai, kesetaraan, musyawarah, tanggung jawab,
kemandirian, kejujuran, dan rendah hati.
English
Introduction: The formation of the characters refers to the
three moral qualities, namely: competence (skills such as
listening, communicating and working together), will or
desire that mobilizes our judgment and energy, and moral
habits (a disposition that can be relied upon to respond to
ramai dibicarakan kembali pada dua decade Dalam konteks Indonesia, character
belakangan ini. Salah satu tokoh yang kerap building telah dikembangkan sejak negeri
disebut adalah Thomas Lickona melalui ini berdiri, di mana presiden RI pertama Ir.
karyanya, The Return of Character Soekarno mengemukakan gagasan tentang
Education (1993), yang menyadarkan dunia pentingnya pembentukan karakter bangsa.
pendidikan di Amerika tentang perlunya Ketika itu, nilai-nilai yang diutamakan
pendidikan karakter untuk mencapai cita- adalah penghargaan atas kemerdekaan,
cita pendidikan. Menurutnya, program kedaulatan, dan kepercayaan pada
pendidikan yang bertumpu pada kekuatan sendiri atau berdikari. Mengingat
pembentukan karakter ini berangkat dari pembentukan karakter bersifat kontekstual,
keprihatinan atas kondisi moral masyarakat maka ia bisa berubah sesuai maksud dan
Amerika. Pembentukan karakter ini tujuannya, dengan berbasis selalu pada
didasarkan pada kebutuhan untuk nilai-nilai (values). (Tim Penulis Rumah
menciptakan komunitas yang memiliki Kitab, 2014: 10-11)
moral kemanusiaan, disiplin moral,
pada tiga kualitas moral, yaitu: kompetensi pendidikan karakter adalah pada tujuan-
penilaian kita dan energi, dan kebiasaan sosial siswa. (Tim Penulis Rumah Kitab,
yang ada di pesantren. Pesantren tidak kata, tetapi juga membangun tindakan yang
hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama saja, konkret sehingga rahman dan Rahim Allah
baik yang secara tidak langsung menjadi sehari-hari. Setiap muslim menjadi agen
karakter para santri. kasih sayang Allah SWT, yang begitu sopan
mengajarkan kalimat suci dan indah, yang Indonesia. Eksistensinya sudah teruji oleh
dengan itu mereka membangun al-akhlaq zaman, sehingga sampai saat ini masih
al-karimah. (Said Aqil Siradj, 2014: Kata survive dengan berbagai macam
Pengantar dalam buku Pendidikan Karakter dinamikanya. Ciri khas paling menonjol
ta’lim), pembiasaan berperilaku luhur belakang suku dan bahasa yang berbeda-
(ta’dib), aktivitas spiritual (riyadhah), serta beda. Pergaulan lintas suku, bahasa dan
teladan yang baik (uswah hasanah) yang daerah menjadikan para santri manyadari
oleh kiai/nyai dan para ustadz. Selain itu, menghayati semboyan bangsa kita,
kegiatan santri juga dikontrol melalui “Bhinneka Tunggal Ika”. (Said Aqil Siradj,
1945, serta menjaga komitmen NKRI sampai waktu ke waktu ditegakkan dan dikawal
saat ini. Banyak dari mereka yang dengan pedang, perang dan pertumpahan
dinobatkan sebagai pahlawan nasional, darah. Bisa kita lihat, Islam yang terlahir
seperti Hadhrat al-Syaikh Hasyim Asy’ari dari negeri-negeri Timur Tengah kerap
dan KH. Wahid Hasyim dari Pesantren mengekspor banyak kekerasan dan teror di
Tebu Ireng Jombang. Para kiai pesantren Nusantara ini. (Said Aqil Siradj, 2014: Kata
berkeyakinan bahwa NKRI dengan ideologi Pengantar dalam buku Pendidikan Karakter
mempengaruhi identitas bangsa. Oleh sebab mengenal bermain dan belajar saja dalam
sangat penting untuk ditekankan pada diri kewajiban-kewajiban mereka yang tidak
setiap warga Indonesia sejak dini agar hanya sebagai seorang anak dan pelajar saja.
bangsa Indonesia tidak kehilangan identitas. Namun mereka juga sebagai warga
(Artikel Sri Hastuti Lastyawati, Guru PKn masyarakat yang kelak akan meneruskan
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. pembentukan moral dan budaya bangsa
sistem pembelajaran perpaduan antara dicapai penulis dalam penulisan ini antara
pelajaran umum dan islam. Oleh sebab itu, lain: pertama, mengingatkan akan
sangat cocok jika mengadopsi pembelajaran pentingnya sila-sila dalam pancasila untuk
dari pesantren. Para siswa MI mayoritas membentuk karakter siswa MI. Kedua,
masih hidup bersama orang tua maupun menjabarkan bahwa sistem pembelajaran
69 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016
lembaga pendidikan, khususnya Madrasah dalam sila pertama antara lain sebagai
yang Mahasempurna.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara dan ideologi negara mengandung b. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
nilai-nilai yang dijadikan pedoman bagi Esa, dengan cara menjalankan semua
bangsa Indonesia dalam kehidupan perintah-Nya, dan sekaligus menjauhi
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. segala larangan-Nya.
Nilai-nilai tersebut terdapat dalam sila-sila
c. Saling menghormati dan toleransi
yang ada dalam Pancasila.
antara pemeluk agama yang berbeda-
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa beda.
kebebasan untuk meng anut agama dan 2. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan
beradab
menjalankan ibadah yang sesuai dengan
ajaran agamanya. Sila pertama ini juga Sila kedua yang berbunyi
serasi, dan seimbang antarsesama manusia Indonesia diakui dan diper-lakukan sesuai
makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
Sehingga, di dalam jiwa bangsa Indonesia yang sama derajatnya, sama hak dan
menghargai, dan saling mengayomi. agama, suku ras, dan keturunan. Sehingga,
dalam sila keempat, antara lain sebagai dan keseimbangan, yang menyangkut hak
b. Manusia Indonesia sebagai warga harus diperlakukan adil sesuai dengan hak
tujuan negara republik Indonesia selaku c. Bersikap adil dan suka memberi
negara hukum. Penegakan keadilan akan pertolongan kepada orang lain.
membuat kehidupan manusia Indonesia,
d. Mengembangkan perbuatan-perbuatan
baik selaku pribadi, selaku anggota
yang terpuji yang senantiasa
masyarakat, maupun selaku warga negara
mencerminkan sikap dan suasana
menjadi aman, tenteram, dan sejahtera.
kekeluargaan dan kegotong-royongan.
Upaya untuk mencapai ke arah itu
e. Cinta akan kemajuan dan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI... Oleh:Desy Anindia Rosyida: 62–78 72
maupun spiritual.
Melihat fungsi dasar Pancasila
Pancasila merupakan sumber nilai sebagai dasar negara, segala tindak tanduk
sehingga Pancasila merupakan sumber sumber nilai yang menuntun sikap, perilaku
nilai? Dalam kaitan ini, Dardji atau perbuatan manusia Indonesia dalam
dianut oleh individu maupun sejumlah penghabisan. Sikap pantang menyerah dan
besar manusia, sehingga mereka rela berkorban bagi tanah air disebut
terorganisir dalam satu wilayah pahlawan. (Tim Penulis Rumah Kitab, 2014:
airnya, ia akan senang jika tanah air tersebut mengejawantahkan rasa cinta dengan
kejujuran, saling percaya, saling pengertian, rukun, sakinah, salam, se-iya sekata,
saling terbuka. (Tim Penulis Rumah Kitab, sejahtera, sentosa, syahdu, tenang, tenteram,
sekaligus manusia paling mulia, disenangi Seorang muslim jika bertemu atau
kawan dan disegani lawan. Sikap beliau bersilaturahmi dengan Muslim lainnya
sikap keberislaman yang sesungguhnya. salam sejahtera bagi kalian, semoga kasih
(Tim Penulis Rumah Kitab, 2014: 49) sayang dan keberkahan-Nya terlimpah bagi
teman), model perilaku sosial yang positif Sikap yang dapat diterapkan dari
dan memberi dukungan dan penguatan hati (iri hati, sombong, tamak, dan
Tuhan pada setiap insan, terlepas dari (Tim Penulis Rumah Kitab, 2014: 144)
kesetaraan yaitu: saling menghargai latar upaya mengambil keputusan demi kebaikan
belakang teman-teman, membantu teman bersama. (Tim Penulis Rumah Kitab, 2014:
Selain itu, tanggung jawab juga berarti rian emosional (berhubungan dengan
selalu siap mempertanggungjawabkan apa tanpa bergantung pada orang lain dan
(Tim Penulis Rumah Kitab, 2014: 183) dan kemandirian nilai (kemampuan
8. Kejujuran
7. Kemandirian
Imam al-Ghazali mengatakan bahwa
Kemandirian adalah kesiapan dan
kejujuran digunakan dalam enam hal, yaitu:
kemampuan individu untuk berdiri sendiri
dalam perkataan, niat, visi, menepati janji,
yang ditandai dengan keberanian
perbuatan, dan kejujuran adalah salah satu
mengambil inisiatif, mencoba mengatasi
tahapan pencapaian spiritual yang harus
masalah tanpa minta bantuan orang lain,
dilalui agar kepribadian seseorang semakin
berusaha dan mengarahkan tingkah laku
matang dan saleh. (Tim Penulis Rumah
menuju kesempurnaan. (Tim Penulis
Kitab, 2014: 235)
Rumah Kitab, 2014: 211)
77 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016
adalah akal, agama dan harga diri. Orang sombong dan rendah diri. Sombong berarti
yang berakal pasti mengerti bahwa jujur itu mengangkat diri terlalu tinggi melebihi
memerintahkan kejujuran dan melarang rendah dan meremehkan diri sendiri. (Imam
3. KESIMPULAN
Sikap yang dapat diterapkan dari
kantin dengan tanpa adanya penjaga dan pesantren dapat menjadi rujukan
akademik saat pelaksanaan Ujian Nasional siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI), di mana
melaksanakan ujian tanpa ada praktik agama dan ilmu umum secara seimbang.
kecurangan, pada saat lomba tidak Sehingga sangat cocok dijadikan rujukan
“kongkalikong” antara tuan rumah dengan bagaimana cara ustadz/ guru dalam
yang diharapkan dari tradisi pesantren [7] Tim Penulis Rumah Kitab. 2014.
untuk pembelajaran PKn MI antara lain: Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi
Pesantren. Jakarta: Rumah Kitab, cet.I
karakter cinta tanah air, kasih sayang, cinta
[8] Wahid, Abdurahman. 2007. “Pesantren
damai, kesetaraan, musyawarah, tanggung
Sebagai Subkultur” yang dimuat
jawab, kemandirian, kejujuran, dan rendah kembali dalam buku “Menggerakkan
Tradisi: Esai-Esai Pesantren”.
hati.
Yogyakarta: LKiS, cet. II
DAFTAR PUSTAKA