Anda di halaman 1dari 17

VOL. 1, NO.

2,
ISSN: 2476-9703
APRIL 2016

Journal homepage: http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/muallimuna

Library Research
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI dalam Meningkatkan Karakter
Siswa Berbasis Tradisi Pesantren

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

Penulis: Indonesia
Desy Anindia Rosyida Pendahuluan: Pembentukan karakter mengacu pada tiga
Dosen Prodi Penddikan Guru kualitas moral, yaitu: kompetensi (keterampilan seperti
Madrasah Ibtidaiyah Universitas mendengarkan, berkomunikasi dan bekerja sama),
Islam Kalimantan MAB, Blitar – kehendak atau keinginan yang memobilisasi penilaian kita
Jawa Timur, Indonesia dan energi, dan kebiasaan moral (sebuah disposisi batin
yang dapat diandalkan untuk merespon situasi dalam cara
Email: yang secara moral baik). Penguatan pendidikan karakter
anindiarosyida@yahoo.co.id yang ada di lembaga pendidikan, khususnya pada
Madrasah Ibtidaiyah (MI) bisa mengadopsi dari tradisi atau
Riwayat Artikel: kebiasaan yang ada di pesantren. Pesantren tidak hanya
Diterima 11 Januari 2016 mengajarkan ilmu-ilmu agama saja, namun juga
Perbaikan diterima: 4 Februari menanamkan tradisi-tradisi baik yang secara tidak
2016 langsung menjadi karakter para santri. Metode: Penelitian
Disetujui: 18 Februari 2016 ini menggunakan jenis penelitian analisis isi atau library
riset. Hasil: Metode pembelajaran pesantren yang paling
Kata Kunci: mendukung terbentuknya pendidikan karakter para santri
Pendidikan Kewarganegaraan, adalah proses pembelajaran integral melalui metode
Karakter, belajar-mengajar (dirasah wa ta’lim), pembiasaan
Tradisi Pesantren berperilaku luhur (ta’dib), aktivitas spiritual (riyadhah),
serta teladan yang baik (uswah hasanah) yang dipraktikkan
Halaman: 62-78 atau dicontohkan langsung oleh kiai/nyai dan para ustadz.
PKn merupakan mata pelajaran yang memiliki muatan
pembentukan moral dan budaya bangsa dengan
berdasarkan pada sila-sila dalam pancasila. Karakter yang
diharapkan dari tradisi pesantren untuk pembelajaran PKn
MI antara lain: karakter cinta tanah air, kasih sayang, cinta
damai, kesetaraan, musyawarah, tanggung jawab,
kemandirian, kejujuran, dan rendah hati.

English
Introduction: The formation of the characters refers to the
three moral qualities, namely: competence (skills such as
listening, communicating and working together), will or
desire that mobilizes our judgment and energy, and moral
habits (a disposition that can be relied upon to respond to

Hosting by www.uniska-bjm.ac.id All rights reserved.


63 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016

situations in a way that is morally good). Strengthening


existing character education in educational institutions,
especially in Government Elementary School can adopt
from traditions or customs that exist in the schools.
Pesantren not only teach religious sciences, but also instill
good traditions that indirectly into the character of the
students. Method: The artikel used library riset. Result:
Pesantren learning method that best supports the formation
of character education of the students is integral to the
learning process through teaching and learning methods
(Dirasah wa ta'lim), habituation behaves sublime (ta'dib),
spiritual activity (riyadhah), as well as set a good example
(uswah hasanah ) practiced or directly exemplified by
housekeeper and the preachers. Civics is a subject that has a
charge of moral and cultural formation of the nation that
are based on the precepts of Pancasila. Characters that are
expected from the Islamic tradition of learning civics MI
among others: the character of patriotism, compassion,
peace, equality, consultation, responsibility, self-reliance,
honesty, and humility.

1. PENDAHULUAN penyelesaian masalah, dan mendorong agar

nilai-nilai itu dipraktikkan di luar kelas.


Wacana pendidikan karakter mulai

ramai dibicarakan kembali pada dua decade Dalam konteks Indonesia, character
belakangan ini. Salah satu tokoh yang kerap building telah dikembangkan sejak negeri
disebut adalah Thomas Lickona melalui ini berdiri, di mana presiden RI pertama Ir.
karyanya, The Return of Character Soekarno mengemukakan gagasan tentang
Education (1993), yang menyadarkan dunia pentingnya pembentukan karakter bangsa.
pendidikan di Amerika tentang perlunya Ketika itu, nilai-nilai yang diutamakan
pendidikan karakter untuk mencapai cita- adalah penghargaan atas kemerdekaan,
cita pendidikan. Menurutnya, program kedaulatan, dan kepercayaan pada
pendidikan yang bertumpu pada kekuatan sendiri atau berdikari. Mengingat
pembentukan karakter ini berangkat dari pembentukan karakter bersifat kontekstual,
keprihatinan atas kondisi moral masyarakat maka ia bisa berubah sesuai maksud dan
Amerika. Pembentukan karakter ini tujuannya, dengan berbasis selalu pada
didasarkan pada kebutuhan untuk nilai-nilai (values). (Tim Penulis Rumah
menciptakan komunitas yang memiliki Kitab, 2014: 10-11)
moral kemanusiaan, disiplin moral,

demokratis, mengutamakan kerjasama dan


Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI... Oleh:Desy Anindia Rosyida: 62–78 64

Secara umum, karakter merupakan atau membaca. Ia meniscayakan

perilaku manusia yang berhubungan pengembangan kepribadian serta

dengan Tuhan, diri sendiri, sesama pengembangan keterampilan.

manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang


Hal ini setidaknya merujuk pada
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
adanya tiga unsur pokok dalam
perkataan dan perbuatan berdasarkan
pembentukan karakter yaitu mengetahui
norma-norma agama, hukum, tata karma,
kebaikan (knowing the good), mencintai
budaya dan adat istiadat. Karakter
kebaikan (loving the good), dan melakukan
dibangun berlandaskan penghayatan
kebaikan (doing the good). Dalam
terhadap nilai-nilai tertentu yang dianggap
pendidikan karakter, kebaikan itu seringkali
baik. Misalnya, terkait dengan kehidupan
dirangkum dalam sederet sifat-sifat baik.
pribadi maupun berbangsa dan bernegara,
Dengan demikian maka pendidikan
terdapat nilai-nilai universal Islam seperti
karakter adalah sebuah upaya untuk
toleransi (tasamuh), musyawarah (syura),
membimbing perilaku manusia menuju
gotong royong (ta’awun), kejujuran
standar-standar baku tentang sifat-sifat
(amanah) dan lainnya. (Tim Penulis Rumah
baik. Upaya ini juga memberi jalan untuk
Kitab, 2014: 11)
menghargai persepsi dan nilai-nilai pribadi

Pembentukan karakter mengacu yang ditampilkan di sekolah. Fokus

pada tiga kualitas moral, yaitu: kompetensi pendidikan karakter adalah pada tujuan-

(keterampilan seperti mendengarkan, tujuan etika, tetapi praktiknya meliputi

berkomunikasi dan bekerja sama), penguatan kecakapan-kecakapan yang

kehendak atau keinginan yang memobilisasi penting yang mencakup perkembangan

penilaian kita dan energi, dan kebiasaan sosial siswa. (Tim Penulis Rumah Kitab,

moral (sebuah disposisi batin yang dapat 2014: 17-18)

diandalkan untuk merespon situasi dalam


Penguatan pendidikan karakter yang
cara yang secara moral baik). Oleh karena
ada di lembaga pendidikan, khususnya
itu, pendidikan karakter jauh lebih
pada Madrasah Ibtidaiyah (MI) bisa
kompleks daripada mengajar matematika
mengadopsi dari tradisi atau kebiasaan
65 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016

yang ada di pesantren. Pesantren tidak kata, tetapi juga membangun tindakan yang

hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama saja, konkret sehingga rahman dan Rahim Allah

namun juga menanamkan tradisi-tradisi SWT benar-benar nyata dalam kehidupan

baik yang secara tidak langsung menjadi sehari-hari. Setiap muslim menjadi agen

karakter para santri. kasih sayang Allah SWT, yang begitu sopan

santun terhadap makhluk-Nya. Misalnya,


Kitab kuning yang merupakan
Allah SWT bertanya “Apakah kamu tidak
khazanah Islam produk ulama al-salaf al-
memerhatikan (hai manusia) air yang kamu
shalih, dijadikan panduan oleh para kiai,
minum? Kamukah yang menurunkannya
nyai, dan santri untuk memahami substansi
dari mendung yang hitam itu ataukah
ajaran yang ada dalam al-qur’an dan hadis.
Kami?” Perhatikan, Allah SWT sama sekali
Pesantren merupakan warisan para Wali
tidak membentak-bentak kita. Justru
Songo. Mereka berbaur di tengah
dengan lembut dan sopan Ia memberikan
masyarakat Nusantara dan berdakwah
isyarat bahwa susunan kata dan rangkaian
dengan metode akulturasi, mengapresiasi
kalimat yang baik dalam pergaulan
tradisi dan kearifan lokal, serta memberikan
sangatlah penting. (Said Aqil Siradj, 2014:
keteladanan dengan berpegang pada al-
Kata Pengantar dalam buku Pendidikan
qur’an, hadis dan kitab kuning. Para Wali
Karakter Berbasis Tradisi Pesantren)
Songo-lah yang membawa kitab kuning ke

Nusantara yang sampai sekarang diajarkan Pesantren merupakan lembaga

di pesantren. Mereka sejak dahulu pendidikan yang genuin dan tertua di

mengajarkan kalimat suci dan indah, yang Indonesia. Eksistensinya sudah teruji oleh

dengan itu mereka membangun al-akhlaq zaman, sehingga sampai saat ini masih

al-karimah. (Said Aqil Siradj, 2014: Kata survive dengan berbagai macam

Pengantar dalam buku Pendidikan Karakter dinamikanya. Ciri khas paling menonjol

Berbasis Tradisi Pesantren) yang membedakan pesantren dengan

lembaga pendidikan lainnya adalah system


Nilai kepesantrenan yang
pendidikan dua pelah empat jam, dengan
sebenarnya adalah membangun kesucian
mengkondisikan para santri dalam satu
dan keindahan secara nyata dalam
lokasi asrama yang dibagi dalam bilik-bilik
kehidupan. Tidak sekedar membangun
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI... Oleh:Desy Anindia Rosyida: 62–78 66

atau kamar-kamar sehingga mempermudah Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi

mengaplikasikan system pendidikan yang Pesantren)

total. (Said Aqil Siradj, 2014: Kata Pengantar


Secara tidak langsung, pesantren
dalam buku Pendidikan Karakter Berbasis
juga mengajarkan para santri untuk
Tradisi Pesantren)
menghargai perbedaan suku, ras, bahasa

Metode pembelajaran pesantren serta menciptakan pergaulan yang

yang paling mendukung terbentuknya diistilahkan oleh Gus Dur sebagai

pendidikan karakter para santri adalah “Kosmopolitanisme Pesantren”. Para santri

proses pembelajaran integral melalui yang belajar di pesantren dating dari

metode belajar-mengajar (dirasah wa berbagai penjuru Tanah Air dengan latar

ta’lim), pembiasaan berperilaku luhur belakang suku dan bahasa yang berbeda-

(ta’dib), aktivitas spiritual (riyadhah), serta beda. Pergaulan lintas suku, bahasa dan

teladan yang baik (uswah hasanah) yang daerah menjadikan para santri manyadari

dipraktikkan atau dicontohkan langsung kebinekaan yang harus dihargai dan

oleh kiai/nyai dan para ustadz. Selain itu, menghayati semboyan bangsa kita,

kegiatan santri juga dikontrol melalui “Bhinneka Tunggal Ika”. (Said Aqil Siradj,

ketetapan dalam peraturan/tata tertib. 2014: Kata Pengantar dalam buku

Semua ini mendukung terwujudnya proses Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi

pendidikan yang dapat membentuk Pesantren)

karakter mulia para santri, di mana dalam


Pesantren juga banyak berjasa bagi
kesehariannya mereka dituntut untuk hidup
negeri ini, terutama dalam menjaga
mandiri dalam berbagai hal. Mulai dari
keutuhan Negara Kesatun Republik
persoalan yang sederhana seperti mengatur
Indonesia (NKRI). Sejak awal negeri ini
keuangan yang dikirim orang tua agar
terlahir dari pesantren yang mengawalnya
cukup untuk sebulan, mencuci pakaian,
dari waktu ke waktu, terutama pada saat-
sampai pada persoalan serius seperti belajar
saat genting. Para tokoh pesantren terlibat
dan memahami pelajaran. (Said Aqil Siradj,
dalam memperjuangkan kemerdekaan dan
2014: Kata Pengantar dalam buku
merumuskan ideologi Pancasila dan UUD
67 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016

1945, serta menjaga komitmen NKRI sampai waktu ke waktu ditegakkan dan dikawal

saat ini. Banyak dari mereka yang dengan pedang, perang dan pertumpahan

dinobatkan sebagai pahlawan nasional, darah. Bisa kita lihat, Islam yang terlahir

seperti Hadhrat al-Syaikh Hasyim Asy’ari dari negeri-negeri Timur Tengah kerap

dan KH. Wahid Hasyim dari Pesantren mengekspor banyak kekerasan dan teror di

Tebu Ireng Jombang. Para kiai pesantren Nusantara ini. (Said Aqil Siradj, 2014: Kata

berkeyakinan bahwa NKRI dengan ideologi Pengantar dalam buku Pendidikan Karakter

Pancasila sudah final. Komitmen Berbasis Tradisi Pesantren)

kebangsaan dan kecintaan mereka pada


Oleh karena itu, membentengi
Indonesia diperkuat doktrin agama yang
generasi muda, khususnya anak-anak agar
mengharuskan mereka untuk mencintai
tidak terlanjur terbawa oleh derasnya
Tanah Air. Jargon agama menyebutkan
gelombang modernisasi ini perlu diberikan
bahwa cinta Tanah Air adalah bagian dari
pendidikan yang sesuai dengan identitas
iman, “Hubb al-wathan min al-iman”. (Said
bangsa kita yang akan menjadi filter bagi
Aqil Siradj, 2014: Kata Pengantar dalam
generasi muda dalam menghadapi pilihan
buku Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi
yang harus dipilihnya dikemudian hari,
Pesantren)
yaitu dengan mengenal identitas bangsa ini.

Nusantara, yang sebetulnya (Artikel Sri Hastuti Lastyawati, Guru PKn

mencakup Asia Tenggara mulai dari SMKN 4 Surakarta)

Philipina, Thailand, Brunei, Malaysia dan


Identitas Bangsa Indonesia adalah
Indonesia, adalah wilayah keislaman yang
sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang
damai. Islam yang dianut tidak pernah
membedakannya dengan bangsa-bangsa
ditegakkan dengan perang, tetapi
lain di dunia. Indonesia terdiri dari berbagai
disebarkan melalui ajaran dan tradisi para
macam suku bangsa, agama dan pulau-
sufi (tarekat) yang sangat besar
pulau yang dipisahkan oleh lautan. Oleh
pengaruhnya dalam corak keberislaman
karena itu, nilai-nilai yang dianut
kita yang damai dan lebih menekankan
masyarakat pun berbeda-beda. Nilai-nilai
perilaku luhur dan anti-kekerasan. Berbeda
tersebut kemudian disatupadukan dan
dengan Islam di Timur Tengah yang dari
diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI... Oleh:Desy Anindia Rosyida: 62–78 68

penting karena merekalah yang saudara. Terkadang, mereka hanya

mempengaruhi identitas bangsa. Oleh sebab mengenal bermain dan belajar saja dalam

itu, nasionalisme dan integrasi nasional kehidupan mereka tanpa mengetahui

sangat penting untuk ditekankan pada diri kewajiban-kewajiban mereka yang tidak

setiap warga Indonesia sejak dini agar hanya sebagai seorang anak dan pelajar saja.

bangsa Indonesia tidak kehilangan identitas. Namun mereka juga sebagai warga

(Artikel Sri Hastuti Lastyawati, Guru PKn masyarakat yang kelak akan meneruskan

SMKN 4 Surakarta) kehidupan bangsa ini. Mengetahui kondisi

konkrit siswa MI tersebut, perlu penanaman


Mata Pelajaran Pendidikan
karakter yang ditanamkan sejak dini pada
Kewarganegaraan merupakan mata
diri anak, yaitu salah satunya melalui
pelajaran yang memfokuskan pada
pembelajaran PKn yang mengadopsi tradisi
pembentukan warganegara yang
pesantren.
memahami dan mampu melaksanakan hak-

hak dan kewajibannya untuk menjadi Adapun rumusan masalah adalah

warganegara Indonesia yang cerdas, sebagai berikut: PKn merupakan mata

terampil, dan berkarakter yang pelajaran yang memiliki muatan

diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. pembentukan moral dan budaya bangsa

dengan berdasarkan pada sila-sila dalam


Sehingga, proses pembelajaran
pancasila. Kedua, pengaruh pembelajaran
integral dari pesantren terdapat menjadi
PKn dalam membentuk karakter siswa
rujukan dalam kegiatan pembelajaran
dengan mengadopsi pembelajaran berbasis
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
tradisi pesantren.
khususnya di Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Karena sistem pembelajaran di MI adalah Tujuan dan manfaat yang ingin

sistem pembelajaran perpaduan antara dicapai penulis dalam penulisan ini antara

pelajaran umum dan islam. Oleh sebab itu, lain: pertama, mengingatkan akan

sangat cocok jika mengadopsi pembelajaran pentingnya sila-sila dalam pancasila untuk

dari pesantren. Para siswa MI mayoritas membentuk karakter siswa MI. Kedua,

masih hidup bersama orang tua maupun menjabarkan bahwa sistem pembelajaran
69 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016

yang ada di pesantren dapat diadopsi di Adapun nilai-nilai yang terkandung

lembaga pendidikan, khususnya Madrasah dalam sila pertama antara lain sebagai

Ibtidaiyah untuk membentuk karakter yang berikut.

baik siswa dalam mata pelajaran PKn.


a. Keyakinan terhadap adanya Tuhan

2. PEMBAHASAN yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya

yang Mahasempurna.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar

negara dan ideologi negara mengandung b. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
nilai-nilai yang dijadikan pedoman bagi Esa, dengan cara menjalankan semua
bangsa Indonesia dalam kehidupan perintah-Nya, dan sekaligus menjauhi
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. segala larangan-Nya.
Nilai-nilai tersebut terdapat dalam sila-sila
c. Saling menghormati dan toleransi
yang ada dalam Pancasila.
antara pemeluk agama yang berbeda-
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa beda.

Sila pertama, yakni “Ketuhanan


d. Kebebasan menjalankan ibadah sesuai
yang Maha Esa” mengandung pengertian
dengan agama dan kepercayaannya.
bahwa bangsa Indonesia mempunyai

kebebasan untuk meng anut agama dan 2. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan
beradab
menjalankan ibadah yang sesuai dengan

ajaran agamanya. Sila pertama ini juga Sila kedua yang berbunyi

mengajak manusia Indonesia untuk “Kemanusiaan yang adil dan beradab”

mewujudkan kehidupan yang selaras, mengandung pengertian bahwa bangsa

serasi, dan seimbang antarsesama manusia Indonesia diakui dan diper-lakukan sesuai

Indonesia, antarbangsa, maupun dengan dengan harkat dan martabatnya selaku

makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,

Sehingga, di dalam jiwa bangsa Indonesia yang sama derajatnya, sama hak dan

akan timbul rasa saling menyayangi, saling kewajibannya, tanpa membeda-bedakan

menghargai, dan saling mengayomi. agama, suku ras, dan keturunan. Sehingga,

pada sila “Kemanusiaan yang adil dan


Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI... Oleh:Desy Anindia Rosyida: 62–78 70

beradab” terkandung nilai-nilai sebagai a. Menempatkan persatuan, kesatuan,

berikut. kepentingan, dan keselamatan bangsa

dan negara di atas kepentingan pribadi


a. Pengakuan terhadap adanya harkat dan
dan golongan.
martabat manusia.

b. Memiliki rasa cinta tanah air dan


b. Pengakuan terhadap keberadaan
bangsa serta rela berkorban untuk
manusia sebagai makhluk yang paling
kepentingan bangsa dan negara.
mulia diciptakan Tuhan.

c. Pengakuan terhadap keragaman suku


c. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
bangsa dan budaya bangsa dan
dan harus mendapat perlakuan yang
sekaligus mendorong ke arah
adil terhadap sesama manusia.
pembinaan persatuan dan kesatuan

d. Mengembangkan sikap tenggang rasa bangsa.

agar tidak berbuat semena-mena


4. Sila Keempat: kerakyatan yang dimpin
terhadap orang lain. oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Setiap orang Indonesia sebagai
Makna “Persatuan Indonesia” dalam
warga masyarakat, bangsa, dan negara
sila ketiga Pancasila adalah suatu wujud
Indonesia mempunyai hak, kewajiban, dan
kebulatan yang utuh dari berbagai aspek
kedudukan yang sama dalam
kehidupan, yang meliputi ideologi, politik,
pemerintahan. Oleh karena itu, setiap
sosial, budaya, dan pertahanan keamanan
kegiatan peng ambilan keputusan yang
yang semuanya terwujud dalam suatu
menyangkut kepentingan bersama terlebih
wadah, yaitu Indonesia.
dahulu selalu mengadakan musyawarah

untuk mencapai mufakat. Musyawarah


Adapun nilai-nilai yang terkandung
untuk mencapai mufakat tersebut dilakukan
dalam sila ketiga, antara lain sebagai
dengan semangat kekeluargaansebagai ciri
berikut.
khas kepribadian bangsa Indonesia.
71 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016

Adapun nilai-nilai yang terkandung memerlukan nilai keselarasan, keserasian,

dalam sila keempat, antara lain sebagai dan keseimbangan, yang menyangkut hak

berikut. dan kewajiban yang dimiliki oleh seluruh

warga negara Indonesia tanpa membedakan


a. Kedaulatan negara ada di tangan
agama, suku, bahasa, dan status sosial
rakyat.
ekonominya. Setiap warga negara Indonesia

b. Manusia Indonesia sebagai warga harus diperlakukan adil sesuai dengan hak

masyarakat dan warga negara dan kewajibannya sebagai warga negara.

mempunyai kedudukan, hak, dan


Adapun nilai-nilai yang tercermin
kewajiban yang sama.
dalam sila kelima, antara lain sebagai

c. Musyawarah untuk mencapai mufakat berikut.

diliputi oleh semangat kekeluargaan.


a. Mewujudkan keadilan dalam

d. Mengutamakan kepentingan negara kehidupan bermasyarakat dan

dan masyarakat daripada kepentingan bernegara, terutama meliputi bidang

pribadi atau golongan. ideologi, politik, ekonomi, sosial,

kebudayaan, dan pertahanan keamanan


e. Mengutamakan musyawarah dalam
nasional.
setiap pengambil keputusan.
b. Keseimbangan antara hak dan
5. Sila kelima: keadilan Sosial bagi seluruh
kewajiban serta menghormati hak-hak
rakyat indonesia
orang lain.
Keadilan merupakan salah satu

tujuan negara republik Indonesia selaku c. Bersikap adil dan suka memberi
negara hukum. Penegakan keadilan akan pertolongan kepada orang lain.
membuat kehidupan manusia Indonesia,
d. Mengembangkan perbuatan-perbuatan
baik selaku pribadi, selaku anggota
yang terpuji yang senantiasa
masyarakat, maupun selaku warga negara
mencerminkan sikap dan suasana
menjadi aman, tenteram, dan sejahtera.
kekeluargaan dan kegotong-royongan.
Upaya untuk mencapai ke arah itu
e. Cinta akan kemajuan dan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI... Oleh:Desy Anindia Rosyida: 62–78 72

pembangunan bangsa, baik material pemikiran seluruh bangsa Indonesia.

maupun spiritual.
Melihat fungsi dasar Pancasila

Pancasila merupakan sumber nilai sebagai dasar negara, segala tindak tanduk

dalam kehidupan bermasyarakat, atau perbuatan semua warga negara harus

berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai apa mencerminkan nilai-nilai yang terkandung

sajakah yang terkandung dalam Pancasila dalam Pancasila. Pancasila merupakan

sehingga Pancasila merupakan sumber sumber nilai yang menuntun sikap, perilaku

nilai? Dalam kaitan ini, Dardji atau perbuatan manusia Indonesia dalam

Darmodihardjo mengatakan bahwa kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

Pancasila tergolong nilai kerohanian, tetapi bernegara.

nilai kerohanian yang mengakui nilai


Selain berdasarkan pada pancasila
material dan nilai vital. Nilai material
untuk membentuk karakter siswa MI, juga
adalah segala sesuatu yang berguna bagi
bisa melalui kebiasaan atau tradisi yang ada
unsur jasmani manusia. Adapun nilai vital
di pesantren untuk menanamkan karakter
adalah segala sesuatu yang berguna untuk
yang baik, yaitu salah satunya melalui mata
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
pelajaran PKn.

Pancasila mengandung nilai-nilai


Tradisi di pesantren yang dapat
yang lengkap dan har-monis, baik nilai
diterapkan dalam pembelajaran PKn di MI,
material, nilai vital, nilai
antara lain untuk membentuk karakter
kebenaran/kenyataan, nilai estetis, nilai etis
siswa sebagai berikut:
atau moral maupun nilai religius, yang

tercermin dalam sila-sila Pancasila yang 1. Cinta Tanah Air


bersifat sistematis-hierarkis. Nilai-nilai
Kamus Tesaurus bahasa Indonesia,
Pancasila mempunyai sifat objektif,
cinta tanah air dipadankan dengan
subjektif, dan kedua-duanya. Sifat objektif
nasionalisme dan patriotisme. (Departemen
karena sesuai dengan objeknya/
Pendidikan Nasional, 2009: 90)
kenyataannya dan bersifat umum/universal.
Nasionalisme adalah suatu keyakinan yang
Adapun sifat subjektif karena sebagai hasil
73 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016

dianut oleh individu maupun sejumlah penghabisan. Sikap pantang menyerah dan

besar manusia, sehingga mereka rela berkorban bagi tanah air disebut

membentuk suatu kebangsaan yang patriotisme, yang merupakan jiwa

terorganisir dalam satu wilayah pahlawan. (Tim Penulis Rumah Kitab, 2014:

pemerintahan; nasionalisme adalah rasa 28)

kebersamaan sebagai suatu bangsa.


Sikap yang dapat diterapkan dari
(Lathrop Stoddard, 1921: 157-158) Hal ini
cinta tanah air yaitu: mencintai tanah
menunjukkan bahwa nasionalisme
airnya, menghormati dan mengingat jasa
diperjuangkan dan dimanifestasikan dalam
para pendahulu, menumbuhkan rasa
bentuk gerakan, yang bertujuan
memiliki pada tanah air, menjaga
mewujudkan kepentingan bersama suatu
kehormatan dan martabat sebagai bangsa,
bangsa.
mengokohkan komitmen kebangsaan,

Jika seseorang mencintai tanah menghindari disintegrasi bangsa,

airnya, ia akan senang jika tanah air tersebut mengejawantahkan rasa cinta dengan

dalam kondisi baik di semua dimensi: berkarya dan berinovasi, memajukan

sosial, ekonomi, ekologi, dan sebagainya. bangsa.

Sebaliknya, ia akan prihatin jika tanah


2. Kasih Sayang
airnya dalam kondisi mengenaskan,
Kasih sayang adalah perasaan yang
misalnya tercemar tanah, air dan udaranya,
tumbuh di dalam hati, di mana seseorang
atau terjajah ekonomi dan teritorinya. Selain
tulus menyayangi dan membahagiakan
itu, pecinta tanah air akan
orang yang disayanginya. Kasih sayang
mengekspresikannya melalui tindakan
tidak hanya ditujukan kepada kekasih,
nyata, misalnya menjaga alamnya dari
namun juga kepada orang tua, keluarga,
eksploitasi, pencemaran dan perusakan,
kawan, serta makhluk hidup lainnya. Kasih
atau turut berupaya memperbaiki kondisi
sayang muncul dalam bentuk simpati dan
sosial ekonomi tanah airnya. Lebih jauh lagi,
empati terhadap yang dikasihi, secara
ia rela mengorbankan harta-benda dan jiwa-
alamiah tanpa direkayasa. Kasih sayang
raganya untuk kemajuan tanah airnya dan
antara pasangan suami istri, misalnya,
membelanya sampai titik-darah
menuntut tanggung jawab, pengorbanan,
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI... Oleh:Desy Anindia Rosyida: 62–78 74

kejujuran, saling percaya, saling pengertian, rukun, sakinah, salam, se-iya sekata,

saling terbuka. (Tim Penulis Rumah Kitab, sejahtera, sentosa, syahdu, tenang, tenteram,

2014: 47) adem ayem, akur, enak, guyub.

(Departemen Pendidikan Nasional, 2009:


Kita menyesalkan kebanyakan umat
141). Kata damai juga berate: (1) tidak
Muslim sekarang yang sudah tidak
bermusuhan (berselisih, berperang), dan (2)
mengikuti ajaran Islam yang luhur dan
keadaan tak bermusuhan (taka da perang
tidak mau belajar dari kehidupan
dan taka da kerusuhan). (W.J.S.
Rasulullah. Padahal, al-qur’an menyebutkan
Purwadarminta, 2006: 259)
bahwa Rasulullah adalah panutan terbaik

sekaligus manusia paling mulia, disenangi Seorang muslim jika bertemu atau

kawan dan disegani lawan. Sikap beliau bersilaturahmi dengan Muslim lainnya

yang sopan, santun, penuh kasih dan peduli dianjurkan mengucapkan,”Al-salamu

terhadap orang lain, merupakan cerminan ‘alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh”,

sikap keberislaman yang sesungguhnya. salam sejahtera bagi kalian, semoga kasih

(Tim Penulis Rumah Kitab, 2014: 49) sayang dan keberkahan-Nya terlimpah bagi

kalian. Kalimat salam ini semestinya tak


Sikap yang dapat diterapkan dari
sekadar ucapan tanpa makna. Orang yang
kasih sayang yaitu: peduli terhadap orang
mengucapkannya hendaknya mewujudkan
lain, menciptakan suasana emosional yang
keselamatan dan kedamaian yang nyata.
kondusif (saling menghargai, menerima,
(Tim Penulis Rumah Kitab, 2014: 64)
menyayangi, menghibur dan membantu

teman), model perilaku sosial yang positif Sikap yang dapat diterapkan dari

(membantu, menghormati, menyayangi), cinta damai yaitu: menghindari penyakit

dan memberi dukungan dan penguatan hati (iri hati, sombong, tamak, dan

pada siswa. sebagainya), mengucapkan salam ketika

bertemu saudara, teman, dan guru,


3. Cinta Damai
menekan sifat egois masing-masing
Kata damai mencakup arti aman,
individu.
bahagia, baik, harmoni, kompak, nyaman,
75 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016

4. Kesetaraan yang barangkali dikonsepsikan para pakar

Kemuliaan dianugrahkan oleh pendidikan sebagai dialogis-emansipatoris.

Tuhan pada setiap insan, terlepas dari (Tim Penulis Rumah Kitab, 2014: 144)

apapun latar belakang suku, agama, ras


Dalam politik kenegaraan Republik
gender, kelas sosial-ekonomi dan
Indonesia, musyawarah menjadi salah satu
sebagainya. Hal tersebut dikarenakan
dasar dalam kehidupan berbangsa dan
manusia merupakan ciptaan-Nya yang
bernegara. Hal ini setidaknya diungkap
terbaik dan termulia, dibandingkan
dalam salah satu sila dalam Pancasila yakni
makhluk lainnya. Jika Tuhan yng
pada sila ke-4, “Kerakyatan yang dipimpin
menciptakan saja begitu menghargai
oleh hikmat kebijaksanaan dalam
ciptaan-Nya itu, maka hendaknya manusia
permusyawaratan dan perwakilan”.
pun menghargai dan memuliakan sesama
Kalimat luhur ini memberikan pesan
makhluk Tuhan. (Tim Penulis Rumah Kitab,
ideologis kepada warga Negara Indonesia
2014: 113)
agar musyawarah menjadi bagian dari

Sikap yang dapat diterapkan dari perikehidupan dan dipraktikkan dalam

kesetaraan yaitu: saling menghargai latar upaya mengambil keputusan demi kebaikan

belakang teman-teman, membantu teman bersama. (Tim Penulis Rumah Kitab, 2014:

yang kurang dalam akademik dan non- 145)

akademik, memperlakukan teman dengan


Sikap yang dapat diterapkan dari
sama.
musyawarah yaitu: siswa dapat menghargai

5. Musyawarah pendapat yang berbeda, saling tukar

pengalaman, untuk mengkaji dan menelaah


Tradisi musyawarah yang juga biasa
materi pelajaran yang akan diajarkan esok
dikenal dengan istilah bahtsul masail,
hari.
menempatkan pesertanya sebagai subyek

pendidikan atau memiliki posisi yang 6. Tanggung Jawab


sejajar dan karenanya membuka peluang
Secara terminologis, tanggung jawab
sesama peserta musyawarah untuk terlibat
adalah kesadaran manusia akan tingkah
aktif. Model strategi pembelajaran inilah
laku atau perbuatannya, baik yang
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI... Oleh:Desy Anindia Rosyida: 62–78 76

disengaja maupun yang tidak disengaja. Kemandirian mencakup: kemandi-

Selain itu, tanggung jawab juga berarti rian emosional (berhubungan dengan

berbuat sesuatu sebagai bentuk kesadaran perubahan kedekatan emosional antar

akan kewajibannya. Manusia sebagai individu), kemandirian tingkah laku

makhluk Tuhan paling mulia, semestinya (kemampuan untuk membuat keputusan

selalu siap mempertanggungjawabkan apa tanpa bergantung pada orang lain dan

yang sudah dikatakan atau dilakukannya. melakukannya secara betanggung jawab),

(Tim Penulis Rumah Kitab, 2014: 183) dan kemandirian nilai (kemampuan

memaknai prinsip tentang benar dan salah


Tanggung jawab dapat dibedakan
terhadap apa yang penting dan apa yang
menurut keadaan manusia, yaitu: tanggung
tidak penting). (Tim Penulis Rumah Kitab,
jawab terhadap diri sendiri, keluarga,
2014: 212)
masyarakat, bangsa dan negara, serta

tanggung jawab terhadap Tuhan. Sikap yang dapat diterapkan dari

kemandirian yaitu: siswa mampu mengelola


Sikap yang dapat diterapkan dari
uang saku dari orangtua dengan baik, siswa
tanggung jawab yaitu: siswa mematuhi
mampu menerapkan keterampilan non-
peraturan yang ada di sekolah, siswa
akademik yang diajarkan oleh guru, siswa
berkewajiban untuk belajar setiap hari, dan
mengerjakan soal ujian secara mandiri.
rajin beribadah.

8. Kejujuran
7. Kemandirian
Imam al-Ghazali mengatakan bahwa
Kemandirian adalah kesiapan dan
kejujuran digunakan dalam enam hal, yaitu:
kemampuan individu untuk berdiri sendiri
dalam perkataan, niat, visi, menepati janji,
yang ditandai dengan keberanian
perbuatan, dan kejujuran adalah salah satu
mengambil inisiatif, mencoba mengatasi
tahapan pencapaian spiritual yang harus
masalah tanpa minta bantuan orang lain,
dilalui agar kepribadian seseorang semakin
berusaha dan mengarahkan tingkah laku
matang dan saleh. (Tim Penulis Rumah
menuju kesempurnaan. (Tim Penulis
Kitab, 2014: 235)
Rumah Kitab, 2014: 211)
77 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 1, Nomor 2, April 2016

Faktor yang mendorong kejujuran merupakan sikap pertengahan antara

adalah akal, agama dan harga diri. Orang sombong dan rendah diri. Sombong berarti

yang berakal pasti mengerti bahwa jujur itu mengangkat diri terlalu tinggi melebihi

bermanfaat dan berbohong itu semestinya. Sedangkan rendah diri,

membahayakan. Agama pun maksudnya menempatkan diri terlalu

memerintahkan kejujuran dan melarang rendah dan meremehkan diri sendiri. (Imam

kebohongan. Orang yang memiliki harga al-Raghib al-Asfahani: 299)

diri tidak akan merendahkan diri dan


Sikap yang dapat diterapkan dari
berbohong. Ia akan menghiasi dirinya
rendah hati adalah menjadikan para siswa
dengan keindahan budi pekerti, karena
merasa belum bisa, bahwa masih ada ilmu
tidak ada keindahan sama sekali dalam
yang belum mereka kuasai sehingga mereka
sebuah kebohongan. (Hafizh Hasan al-
terdorong untuk selalu belajar dan belajar.
Mas’udi: 25-26)

3. KESIMPULAN
Sikap yang dapat diterapkan dari

kejujuran yaitu sekolah bisa membuat Tradisi/kebiasaan yang ada di

kantin dengan tanpa adanya penjaga dan pesantren dapat menjadi rujukan

tanpa ada yang mengontrol, kejujuran pembentukan karakter siswa khususnya

akademik saat pelaksanaan Ujian Nasional siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI), di mana

(UN) di mana siswa dan guru kurikulum MI adalah mempelajari ilmu

melaksanakan ujian tanpa ada praktik agama dan ilmu umum secara seimbang.

kecurangan, pada saat lomba tidak Sehingga sangat cocok dijadikan rujukan

“kongkalikong” antara tuan rumah dengan bagaimana cara ustadz/ guru dalam

dewan juri. mengajarkan pelajaran, selain itu juga

disisipi dengan penanaman karakter yang


9. Rendah Hati
baik kepada siswa. Salah satunya melalui
Menurut Imam al-Raghib al- pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Asfahani dalam kitabnya, al-Dzari’ah ila (PKn) MI. PKn merupakan mata pelajaran
Makarim al-Syari’ah, rendah hati adalah yang memiliki muatan pembentukan moral
rida jika dianggap berkedudukan lebih dan budaya bangsa dengan berdasarkan
rendah dari yang seharusnya. Rendah hati
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI... Oleh:Desy Anindia Rosyida: 62–78 78

pada sila-sila dalam pancasila. Karakter Agama

yang diharapkan dari tradisi pesantren [7] Tim Penulis Rumah Kitab. 2014.
untuk pembelajaran PKn MI antara lain: Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi
Pesantren. Jakarta: Rumah Kitab, cet.I
karakter cinta tanah air, kasih sayang, cinta
[8] Wahid, Abdurahman. 2007. “Pesantren
damai, kesetaraan, musyawarah, tanggung
Sebagai Subkultur” yang dimuat
jawab, kemandirian, kejujuran, dan rendah kembali dalam buku “Menggerakkan
Tradisi: Esai-Esai Pesantren”.
hati.
Yogyakarta: LKiS, cet. II

DAFTAR PUSTAKA

[1] Bahtsul Masail NU. 2007. Solusi


Problematika Aktual Hukum Islam:
Keputusan Muktamar, Munas, dan
Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004).
Surabaya: LTNU Jawa Timur dan
Penerbit Khalista, cet. III

[2] Departemen Pendidikan Nasional. 2009.


Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia.
Bandung: Mizan & Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, cet. I

[3] Imam al-Raghib al-Asfahani. Al-


Dzari’ah ila Makarim al-Syari’ah

[4] Imron, D. Zawawi. 2013. Membangun


Visi Kepemimpinan Madrasah:
Pendidikan Menghidupkan Nilai.
Jakarta: Paramadina, cet. III

[5] Muslich, Masnur. 2010. Pendidikan


Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta : Bumi
Aksara

[6] Tim Direktorat Pendidikan Madrasah.


2010. Wawasan Pendidikan Karakter
Dalam Islam. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Madrasah Kementerian

Anda mungkin juga menyukai