Syarifudin1*)
1
Dosen STIT Al-Aziziyah, Jln. TGH. Umar Abdul Aziz II Kapek Gunung Sari Lombok Barat, kode pos 83351
*)
email: ayip69069@gamil.com
Abstrak
Fungsi pokok pesantren adalah mencetak ulama dan ahli agama. Kegiatan
pembelajaran yang terjadi di pesantren tidaklah sekedar pemindahan ilmu
pengetahuan dan keterampilan tertentu tetepi yang terpenting adalah penanaman
dan pembentukan nilai-nilai tertentu kepada santri. penelitian ini adalah penelitian
kualotatif desktiptif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis datanya dengan metode: a)
Deduktif, cara berpikir yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum dan
bertitik pada pengetahuan umum untuk menilai suatu kejadian yang khusus; dan b)
Induktuf, cara berpikir yang berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa
yang kongkret kemudian digeneralisasi yang mempunyai sifat umum. Adapun hasil
dari penelitian ini adalah Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Madrasatul
Qur’aniyah meliputi manajemen, tujuan, kurikulum dan proses belajar mengajar.
Kata kunci: Pendidikan Pesantren, Kemandirian Belajar, Pondok Pesantren
oleh santri. Manusia harus mampu hidup merupakan kerangka acuan dan berpikir
secara seimbang antara segi dunia dan serta sikap ideal para santri. Sehingga
akhirat, lahiriah dan bathiniah, serta pesantren sering disebut sebagai alat
individu dan masyarakat.2 Pendidikan informasi kultural.
Pondok Pesantren lebih mengedepankan
Fungsi pokok pesantren adalah
pendidikan agama, karena pendidikan
mencetak ulama dan ahli agama. Kegiatan
agama merupakan bagian pendidikan yang
pembelajaran yang terjadi di pesantren
sangat penting yang berkenaan dengan
tidaklah sekedar pemindahan ilmu
aspek-aspek sikap dan nilai. Agama
pengetahuan dan keterampilan tertentu
mengatur hubungan manusia dengan
tetepi yang terpenting adalah penanaman
Allah, manusia dengan manusia, manusia
dan pembentukan nilai-nilai tertentu
dengan alam dan manusia dengan dirinya
kepada santri. Tiga aspek pendidikan yang
sendiri yang dapat menjamin keselarasan,
terpenting yaitu aspek kognitif, afektif, dan
keseimbangan, dan keserasian dalam hidup
psikomotorik yang harus diberikan secara
manusia, baik sebagai pribadi maupun
stimulant dan seimbang kepada peserta
sebagai anggota masyarakat dalam
didik (santri).3 Sebuah lembaga pendidikan
mencapai kebahagiaan secara lahir dan
akan dinilai berhasil oleh masyarakat
batin.
bukan sekedar dilihat dari tingginya nilai
Pendidikan Islam yang bercorak mata pelajaran dan prestasi siswa, namun
integralistik adalah suatu sistem lebih dilihat pada kemampuan spiritual
pendidikan yang melatih perasaan siswa quotient dan emotional quotient, yang
(santri) dengan cara sedemikian rupa berarti kemampuan menahan diri,
sehingga dalam sikap hidup, tindakan, mengendalikan emosi, memahami emosi
keputusannya, dan pendekatan mereka orang lain, memiliki ketahanan dalam
terhadap segala jenis pengetahuan sangat menghadapi berbagai masalah, bersikap
dipengaruhi oleh nilai spiritual dan sangat sabar, memiliki kepercayaan diri dan
sadar akan nilai etis Islam. Pondok bersikap mandiri jauh lebih penting.4
pesantren adalah salah satu lembaga yang
Pesantren adalah lembaga
mampu memberi pengaruh yang cukup
pendidikan masyarakat yang dibangun dan
besar dalam dunia pendidikan, baik
didanai sendiri oleh kiai dan seringkali
jasmani, ruhani maupun intelegensi, karena
sumber nilai dan norma-norma agama 3
Prof . DR. H. Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam.- Jakarta; Kalam Mulia, 2002. h.
226
2 4
Ibid.,. h. 63-65 Ibid. hal. 161-169
melibatkan masyarakat sekitar serta selalu dengan cara mendapatkan ilmu tidak hanya
mengedepankan kemandirian. Meskipun dari guru saja. Akan tetapi juga harus
pesantren tidak mendapatkan bantuan memiliki insiatif untuk menambah
sepenuhnya dari pemerintah, namun wawasan dari refrensi yang lain, terutama
pesantren tetap bisa berdiri dan bertahan ketika belajar di pondok pesanteren yang
dalam kondisi apa pun terkecuali tokoh memang tujuan utamanya adalah
utamanya tidak ada.5 membentu kepribadian yang mandiri dari
segala aspek kehidupan.
Pondok Pesantren adalah lembaga
pendidikan yang berkontribusi besar Kemandirian dalam belajar sangat
terhadap bangsa. Meskipun Pondok penting bagi seoang pelajar khususnya
Pesantren tidak banyak mendapatkan santri karena keterbatasan waktu yang
bantuan dari pemerintah, akan tetapi dimiliki oleh seorang guru untuk bertatap
Pondok Pesantren tetap menjadi sarana muka secara langsung untuk memberikan
lembaga pendidikan yang berkembang di materinya, sehingga sangat sering terjadi
tengah-tengah masyarakat dengan seorang guru hanya menyampaikan inti
membuktikan bahwa dirinya telah berhasil dari pembahasan yang akan di sampaiakn.
mencetak santri-santri yang tidak hanya Hal inilah yang harus segera di sadari
pintar, tetapi juga berkrakter, dan mandiri sehingga kemampuan seorang pelajar tidak
serta minimal tidak selalu hanya sebatas apa yang telah di sampaikan
menggantungkan kehidupannya pada oleh guru di dalam kelas, melainkan harus
orang lain. menambah wawasan terkait apa yang
sudah di pelajari secara mandiri melalui
Hal ini disebabkan selama di
refrensi yang lain.
pesantren para santri tinggal jauh dari
orang tua. Para santri dituntut untuk dapat Metode pembelajaran di sekolah
menyelesaikan masalahnya secara mandiri. umum dengan pondok pesantren tentunya
Kemandirian dalam beajar maupun bekerja sangat berbeda. Jika di sekolah umum
didasarkan pada disiplin terhadap diri lebih mengedepankan ilmu ilmu
sendiri, santri dituntut untuk lebih aktif, pengetahuan umum sedangkan di pondok
kreatif, dan inovatif. pesantren lebih mengutamakan pendidikan
agama dan membangun karakter santri
Salah satu metode belajar yang
untuk siap hidup bermasyarakat terutama
harus dimiliki oleh seorang pelajar adalah
bermanfaat di dalam masyarakat sebagai
5
Ahmad Faozan, Belajar Kepada Guru penerus syiar agama. Seperti yang kita
Santri. (Jakarta: PT Gramedia, 2018) hal. 42
7 8
Sugiono, Metode penelitian Kuantitatif Lexi J. Moleong, Penelitian Kualitatif,
dan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,2009)h.206 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2004),h.135
berkembang pada masyarakat modern, hadapan kyai secara bergilir dan sistem
walaupun tidak selalu diikuti dengan ini membutuhkan kesabaran yang tinggi
menerapkan sistem modern, yaitu dari santri mbak”.
sistem sekolah atau madrasah. b. Sistem Bandongan/Wetonan
Sedangkan sistem pendidikan Menurut Depag (2003:39)
tradisional di Pondok Pesantren Wetonan, istilah weton ini berasal dari
Madrasatul Qur’aniyah diantaranya kata wektu (bahasa jawa) yang berarti
yaitu: waktu, sebab pengajian tersebut
a. Sistem Sorogan diberikan pada waktu-waktu tertentu,
Adapun istilah sorogan adalah yaitu sebelum atau sesudah melakukan
berasal dari kata sorog (jawa) yang sholat fardhu. Metode ini merupakan
berarti menyodorkan, sebab setiap santri metode kuliah, dimana para santri
bergilir menyodorkan kitabnya mengikuti pelajaran dengan duduk di
dihadapan kyai atau pembantunya sekeliling kyai yang menerangkan
(badal, asisten kyai). Sistem sorogan ini pelajaran secara kuliah, santri
termasuk belajar secara individual dan menyimak kitab masing-masing dan
terbukti sangat efektif sebagai taraf membuat cacatan padanya. Istilah
pertama seorang murid yang bercita-cita wetonan ini di Jawa Barat disebut
menjadi seorang alim (Departemen dengan bandongan
Agama, 2003:38). b. Upaya Yang Dilakukan Dalam
Menurut Dhofier, (1994:28) Membentuk Kemandirian Belajar
“Sistem sorogan merupakan sistem Santri PPMQTato-Sandik
pendidikan Islam tradisional, sebab Upaya/cara yang dilakukan oleh
sistem ini menuntut kesabaran, pengasuh, dewan asatidz serta Pengurus
kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi Pondok Pesantren Madrasatul Qur’aniah
dari murid”. dalam membentuk kemandirian belajar
Seperti halnya yang santri sehingga bisa menjadi santri yang
disampaikan oleh ustadz M (09/10/20, berakhlakul karimah, disiplin dan mandiri.
20:45 WITA), tentang proses belajar Berdasarkan temuan penelitian, upaya/cara
mengajar di Pondok Pesantren yang dilakukan tersebut adalah sebagai
Madrasatul Qur’aniyah bahwa: berikut:
“Sistem sorogan dilakukan 1) Pendekatan Emosional
dengan santri menyodorkan kitabnya Salah satu upaya yang
dihadapan kyai dengan membacanya di dilakukan pimpinan, pengurus
Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat
Vol. 3 No. 3 Bulan September (2023) ISSN: 2798-1800 41
apa yang peneliti tinjau dalam peran Adapun peneliti menulis bentuk-
pendidikan pesantren dalam membantuk bentuk kemandirian belajar secara umum
kemandirian belajar santri di Pondok dan tujuan ke depan yang diberikan oleh
Pesantren Madrasatul Qur’aniyah untuk Pondok Pesantren Madrasatul Qur’aniyah
jangka waktu selama proses pendidikan di kepada seluruh santri untuk diaplikasikan
Pesantren sebagai berikut: langsung di Pondok Pesantren atau ketika
1) Shalat berjama’ah 5 waktu sudah terjun ke masyarakat adalah:
Bentuk-bentuk kemandirian 1. Pondok Pesantren menanamkan
yang ditunjukkan oleh santri prinsip kemandirian dalam proses
Madrasatul Qur’aniyah antara lain: pembelajaran (pengajian) dan
mempunyai kesadaran akan kurikulum.
kewajiban sebagai seorang hamba 2. Pondok Pesantren memberikan bekal
Allah dan disiplin waktu. berbagai macam life skill
2) Shalat dhuha berjama’ah keterampilan pada santri sehingga
Bentuk-bentuk kemandirian mereka mampu menerapkannya
yang ditunjukkan oleh santri dalam kehidupan sehari-hari.
Madrasatul Qur’aniyah antara lain: 3. Pondok Pesantren memberikan bekal
mempererat solidaritas sesama santri pengetahuan leadership
dan disiplin waktu. (kepemimpinan) dan mengarahkan
Pembersihan halaman aplikasinya pada saat santri masih di
pondok Bentuk-bentuk kemandirian Pondok Pesantren atau sudah terjun
yang ditunjukkan oleh santri ke masyarakat.
Madrasatul Qur’aniyah 4. Pondok Pesantren memberikan bekal
adalah:menumbuhkan rasa pengetahuan entrepreneursip
kepemilikan, bertanggungjawab dan (kewirausahaan) kepada santri agar
mempererat solidaritas sesama santri. mereka mampu meningkatkan taraf
3) Latihan pidato dan khutbah ekonomi dan lingkungan sosialnya.
Bentuk-bentuk kemandirian Pondok Pesantren tetap
yang ditunjukkan oleh Santri mempertahankan cara hidup yang
Madrasatul Qur’aniyah antara lain: penuh “ikhtiar”, tidak mengandalkan
kerja keras untuk melatih diri cara hidup yang instan.
menjadi pemimpin, pendengar yang 4. KESIMPULAN
baik dan pembicara yang baik.
Ahmad Faozan, Belajar Kepada Guru Omar Mohammad al- Thoumi al-Syaibany,
Santri. Jakarta: PT Gramedia, 2018 Falsafah at-Tarbiyah al-Islamiyah
Fatah, H. Rohadi Abdul, Taufik, M. Tata, (terj) Hasan Langgulung, Jakarta
Bisri, Abdul Mukti. Rekontruksi, Bulan Bintang,1979
Pesantrren Masa Depan, Jakarta Poerwardaminta, WJS, Kamus Umum
Utara: PT. Listafariska Putra, 2005 Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Haedari, H. Amin. Transformasi Pesantren, Pustaka, 1976
Jakarta: Media Nusantara, 2007 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam.-
Lexi J. Moleong, Penelitian Kualitatif, Jakarta; Kalam Mulia, 2002.
(Bandung: PT. Remaja Sugiono, Metode penelitian Kuantitatif dan
Rosdakarya,2004 Kualitatif, Bandung: Alfabeta,2009
M. Dawam Rahardjo, “Dunia Pesantren Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren :
dalam Peta Pembaharuan” dalam M. Pendidikan Alternatif Masa Depan,
Dawam Rahardjo (ed), Pesantren dan Jakarta : Gema Insani Press, 1997
Pembaharuan, Jakarta: LP3Es, 1974 Zamakhsyari Dhofier, “Kultur Pesantren
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Masyarakat
Teoritis dan Praktis, Bandung : PT. Modern”, dalam A. Rifai Hasan
Remaja Rosdakarya, 1998 (eds), Perspektif Islam dalam
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Pembangunan Bangsa, (Yogyakarta :
di Indonesia, Jakarta: Mutiara PLP2M, 1997
Sumber Widya, 1979 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren
Neti Farida, Santri Alumni Amerika, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,
EDUKASI 27/th X/11/2003, LP3S, Jakarta, 1983
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren :
Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta :
Paramadina, 1997), Cet I,