Anda di halaman 1dari 4

Nama : Maria Margareta Sega

Kelas : MIK A2

NIM : F20062

Matkul : Etika dan Hukum Kesehatan

Hari/Tgl: Selasa, 02 Agustus 2022

Berikan ulasan pendapat anda mengenai kasus dibawah ini :


Anda adalah seorang kepala Unit PMIK yang bekerja di RS Enggal Waras, apa yang akan anda
lakukan dan bagaimana pendapat anda jika menemui kejadian dibawah ini?

1. Seorang Ibu datang ke RS Enggal Waras ingin meminta rekam medis anaknya (pasien A).
Ibu tersebut menceritakan anaknya (Pasien A) dalam keadaan tidak sadarkan diri dan saat
ini sedang dirawat di RS Moewardi. Ibu tersebut mengajukan permintaan data medis dengan
alasan dokter yang merawat membutuhkan hasil pemeriksaan CT Scan thoraks pasien A
sebelum melakukan operasi darurat di RS Moewardi.
2. Seorang Ibu (pasien B) yang terdiagnosis penyakit HIV mengajukan permintaan untuk
merahasiakan informasi medis ke suaminya.
3. Seorang pasien anak berusia 7 tahun mendaftarkan diri ke klinik anak diantarkan oleh
ayahnya dalam keadaan terdapat bekas2 luka di sekujur tubuhnya. Selama proses
pendaftaran, ayah tersebut sempat menampar anaknya di depan loket karena anaknya
menangis.

JAWAB:
1. Menurut saya boleh dikasih data medis pasein (A) kepada wali pasien karena dilihat dari
kasusya bahwa pasien (A) akan segera melakukan operasi darurat dan dokter yang
menananganinya ingin melihat diagnose sebelumnya. Karena pasien (A) sebelumnya
melakukan pemeriksaan di salah satu rumah sakit yg dimana data medis pasien ada
pada rumah sakit tersebut dan dokter membutuhkan data medis sebelum melakukan
operasi. Adapun mengenai isi rekam medis diatur lebih khusus dalam Pasal 12 ayat (2)
dan ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam
Medis (“Permenkes 269/2008”). Pasal ini mengatakan bahwa isi rekam medis
merupakan milik pasien yang dibuat dalam bentuk ringkasan rekam medis.
Lebih lanjut, dalam Pasal 12 ayat (4) Permenkes 269/2008 dijelaskan bahwa ringkasan
rekam medis dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi
kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.
Dari bunyi pasal Pasal 12 ayat (4) Permenkes 269/2008 dapat diketahui bahwa yang
berhak mendapatkan ringkasan rekam medis adalah:
a. Pasien
b. Keluarga pasien
c. Orang yang diberi kuasa oleh pasien atau keluarga pasien
d. Orang yang mendapat persetujuan tertulis dari pasien atau keluarga pasien
Permenkes 269/2008 ini tidak mengatur siapa saja yang dimaksud dengan keluarga di
sini. Aturan tersebut tidak mengatakan siapa anggota keluarga yang bisa mendapatkan
ringkasan rekam medis atau yang dapat memberikan persetujuan tertulis kepada orang
lain untuk mendapatkan ringkasan medis tersebut.
Akan tetapi, untuk mengetahui anggota keluarga yang dimaksud kita dapat mengacu
pada UU Praktik Kedokteran dalam pasal yang mengatur tentang persetujuan tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi. Pasal yang dimaksud adalah Pasal 45 ayat (1) UU
Praktik Kedokteran yang berbunyi:
“Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.”
Menurut penjelasan Pasal 45 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, pada prinsipnya yang
berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah pasien yang
bersangkutan. Namun, apabila pasien yang bersangkutan berada di bawah pengampuan
(under curatele), persetujuan atau penolakan tindakan medis dapat diberikan oleh
keluarga terdekat antara lain suami/istri, ayah/ibu kandung, anak-anak
kandung atau saudara-saudara kandung.
Apabila kedudukan Anda termasuk dalam kategori keluarga terdekat seperti
disebutkan penjelasan Pasal 45 ayat (1) UU Praktik Kedokteran di atas, maka ringkasan
rekam medis dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh Anda.
(https://www.hukumonline.com/klinik/a/hak-pasien-dan-keluarganya-atas-rekam-
medis-lt51fe16f7d4473)
2. Menurut saya Boleh saja, tetapi akan lebih baik jika di beritahukan saja karna penyakit
yg di alami ibuknya adalah penyakit yang serius dan menular.
Takutnya jika tidak di beritahukan nanti akan berisiko menularkan penyakitnya ke
suami tersebut. Karena informasi medis terkait HIV dapat diberikan kepada pihak
ketiga sesuai yang diperbolehkan dalam UU No.29 tahun 2004 demi kebaikan
bersama. Informasi medis juga dapat diberikan kepada pihak ketiga. Pada sisi lain
meskipun pasien tidak ingin masyarakat atau pasangannya megetahui penyakitnya,
kaidah etis keadilan untuk menyelamatkan pasangan dari potensi peularan sekaligus
konsep kesehatan masyarakat dalam upaya memutus rantai penularan lebih diutamakan.
https://id.scribd.com/doc/140593408/soal-hukum-kesehatan-docx

3.Menurut saya perlakuan yang dilakukan sworang bapak kepada anaknya yang sedang
sakit sangat tidak etis..Karena melakukan kekerasan pada anaknya, sebaiknya bapak
tersebut menenangkan anaknya yang sedang merasa kesakitan dengan sakit yang
dialami anak tersebut.Adapaun hal ini mengarur dalam hukum yaitu Dikutip dari
sebuah laman, Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
Perubahan Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
berbunyi:

"Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: a.
Diskriminasi
b. Penelantaran
c. Kekejaman,kekerasan,danpenganiayaan
Menurut yurisprudensi, yang dimaksud dengan penganiayaan, yaitu sengaja
menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit, atau luka. Contoh “rasa
sakit” tersebut misalnya diakibatkan mencubit, menendang, memukul,
menempeleng, dan sebagainya.
https://id.scribd.com/doc/140593408/soal-hukum-kesehatan-docx

Anda mungkin juga menyukai