Anda di halaman 1dari 77

Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Kata Pengantar

Buah sukun (tak berbiji) merupakan bahan


pangan penting sumber karbohidrat di berbagai
kepulauan di daerah tropik, terutama di Pasifik dan Asia
Tenggara. Hingga kini sukun umumnya belum
dibudidayakan secara intensif. Salah satu penyebabnya
adalah terbatasnya informasi teknologi tentang sukun.

Dalam buku ini membahas tentang sukun, mulai


dari definisi sukun, asal dan penyebaran, morfologi,
klasifikasi, hingga pasca panen serta berbagai olahan
makanan yang bisa dibuat dari sukun.

Penulis menyadari bahwa isi buku ini belum


sempurna, untuk itu saran dari pembaca yang budiman
akan diterima dengan senang hati. Semoga buku ini
dapat turut membantu siapa saja yang ingin mengetahui
lebih banyak tentang sukun, termasuk mereka yang
berminat untuk mengembangkannya.

Malang, Juni 2013

Penulis
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................2

Daftar Isi....................................................................3

Daftar Tabel..............................................................6

Daftar Gambar..........................................................7

BAB I PENDAHULUAN.............................................8

A. Definisi Tanaman Sukun................................8

B. Asal dan Penyebaran Tanaman Sukun..........9

C. Morfologi Tanaman Sukun.............................10

D. Klasifikasi Tanaman Sukun............................13

BAB II KOMODITAS SUKUN....................................14

A. Nama Sukun..................................................14

B. Jenis dan Varietas Sukun..............................15

C. Sifat Khusus Buah Sukun..............................16

D. Kandungan Gizi Buah Sukun.........................17


Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

BAB III POTENSI SUKUN.........................................21

A. Pemanfaatan Sukun yang Masih Terbatas....22

B. Potensi Pemanfaatan Sukun..........................23

BAB IV BUDIDAYA SUKUN......................................26

A. Perkembangbiakan Sukun.............................26

B. Persyaratan Tumbuh.....................................31

C. Penanaman...................................................32

BAB V HAMA, PENYAKIT, KERUSAKAN

MEKANIS DAN FISIOLOGIS....................................36

A. Hama Tanaman Sukun..................................36

B. Penyakit Tanaman Sukun..............................40

C. Kerusakan Mekanis.......................................44

D. Kerusakan Fisiologis......................................46

BAB VI PANEN DAN PASCA PANEN......................51

A. Panen............................................................51
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

B. Pasca Panen.................................................54

Daftar Pustaka..........................................................76

Biografi Penulis.........................................................77
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Daftar Tabel

Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Sukun......................18

Tabel 2. Kebutuhan Pupuk Tanaman Sukun.............34

Tabel 3. Kompisisi Zat Gizi Buah Sukun per100

Gram.........................................................................57
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Daftar Gambar

Gambar 1 Daun Sukun..............................................11

Gambar 2 Bunga Sukun............................................12

Gambar 3 Buah Sukun..............................................12


Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi Tanaman Sukun


Sukun termasuk dalam genus Artocarpus famili
(moraceae) yang terdiri atas 50 spesies tanaman
berkayu, yang hanya tumbuh di daerah panas dan
lembab di kawasan Asia Tenggara dan Kepulauan
Pasifik. Tanaman sukun merupakan tanaman hutan
yang tingginya mencapai 20 m. Kayunya lunak dan
kulit kayu berserat kasar. Semua bagian tanaman
bergetah encer. Daunnya lebar, bercanggap menjari,
dan berbulu kasar. Buahnya berbentuk bulat berkulit
tebal dan kasar, dengan warna hijau muda dan kuning
dengan berat sekitar 1,5 – 3 kg.
Tanaman sukun (Artocarpus altilis) dapat
digolongkan menjadi sukun yang berbiji (breadnut) dan
yang tanpa biji (breadfruit). Sukun (Artocarpus altilis)
tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh yang paling
baik di dataran rendah yang panas. Tanaman ini
tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh
di daerah yang sangat kering asalkan ada air tanah
dan aerasi tanah yang cukup. Sukun dapat tumbuh
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

baik di pulau karang dan di pantai, bahkan di musim


kering, sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat.
Sukun memiliki nama yang berlainan di daerah–
daerah di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sukun
merupakan buah yang tidak asing lagi dalam
kehidupan sehari-hari penduduk Nusantara. Misalnya
di Aceh orang menyebut sukun dengan nama sakon, di
Batak menyebutnya dengan hatopul, di Madura sokon,
dan di Makasar makara.

B. Asal dan Penyebaran Tanaman Sukun


Sampai saat ini, terdapat beberapa versi
mengenai sejarah penyebaran tanaman sukun di
Indonesia. Ada yang beranggapan bahwa tanaman
sukun adalah tanaman asli Indonesia. Dalam buku
History of Indian Archipelago, disebutkan bahwa orang
Jepang menemukan tanaman sukun di kepulauan
Ambon, kemudian menyebar luas ke Pulau Jawa dan
Malaysia bagian barat. Beberapa ahli yang lain
berpendapat bahwa tanaman sukun diduga berasal
dari Amerika Latin, yaitu Peru, Argentina, dan Chili.
Anggapan lain menyebutkan bahwa tanaman sukun
berasal dari kepulauan Pasifik, yakni di sekitar
Polinesia. Dari daerah asalnya, tanaman sukun
tersebut masuk ke Indonesia melalui orang-orang
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Spanyol dan Portugis yang dating ke Indonesia pada


abad ke XV.

C. Morfologi Tanaman Sukun


1. Habitus
Tinggi pohon sukun mencapai 30 m, dengan
stek umumnya pendek dan bercabang rendah. Buah
yang tidak bermusim, namun mengalami puncak
pengeluaran buah dan bunganya dua tahun sekali.
2. Akar
Akar tanaman sukun tergolong akar adventif
karena sebagian besar menyebar di dekat
permukaan tanah. Bila tanaman sudah besar,
kadang- kadang sebagian akar menyembul pada
permukaan tanah. Jika dilukai, dari akar akan
muncul tunas sebagai tanaman baru.
3. Daun
Daun sukun tergolong besar, lebar, kaku, dan
tebal seperti belulang. Ukurannya 30 m x 20 - 40
cm. Warna daun di sebelah atas hijau tua
mengkilap, disebelah bawah berwarna hijau pucat
dan kasar. Daun ini berbulu halus. Pangkal daun
utuh dan kukuh, panjangnya sekitar 3 - 5 cm.Tepi
daun bercangap atau melekuk sekitar ¾ daun.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Gambar 1 : Daun sukun.

4. Bunga
Bunga sukun relatif besar dan memiliki tandan
bunga. Bunga jantan tebal, berbentuk seperti gada
dan mirip busa. Bunga jantan tersusun atas bunga -
bunga kecil dengan stamen tunggal yang dilengkapi
sela beruang dua yang menjulur keluar. Bunga
betina terdiri atas kumpulan bunga yang banyak
sekali yang berkumpul pada dasar bunga. Kelopak
bunga berbentuk tabung. Diatas kelopak ada kepala
putik beruang dua yang menjulur. Bakal buah
beruang dua.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Gambar 2 : Bunga sukun


5. Buah
Buah sukun berbentuk bulat. Ada juga beberapa
varietas yang memiliki buah hampir lonjong dan
memanjang. Garis tengah buah sekitar 10 - 30 cm.
Kulit buah berduri, tetapi ada yang tampak halus,
warnanya hijau kekuningan.

Gambar 3 : Buah sukun


Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

D. Klasifikasi Tanaman Sukun


Tanaman sukun menurut Angkasa dan
Nazaruddiun (1994) di klasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus altilis
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

BAB II

KOMODITAS SUKUN

A. Nama Sukun
Di Indonesia, sukun memiliki banyak nama daerah,
di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Sumatera : sukun (Aceh), hatopul (Batak),
suku (Nias).
2. Jawa/Madura : sukun (Sunda dan Jawa), Sokon
(Madura).
3. N. Tenggara : Sukun (Bali), pulur (Sasak),
karara (Bima, Sawu, Sumba, dan Flores), kundu
(Alor), susu aek (Roti), naunu, naun,
laku(Timor), ulun uun (Wetar).
4. Sulawesi : kuhuku, namu, sukun, kulur,
sarangen (Minahasa), amu (Gorontalo), amo
(Buol), tohu’u bakare (Bonerate), bakara
( Makasar), baka (Bugis).
5. Maluku : sukun (Kai), hukun ( Watubela),
suune, suwino (Seram), suune (Ambon), suuno
(Ulias), suune, sokon (Buru), amo (Halmahera
dan Ternate).
6. Irian : Kamandi, urknem, beitu.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

B. Jenis dan Varietas Sukun


Di Indonesia, terdapat 3 jenis atau varietas sukun
yang dibedakan berdasarkan sifat morfologi utamanya,
yang menyangkut ukuran buah, serta bentuk dan
kedudukan daun. Adapun ketiga varietas tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Varietas I
Sukun varietas ini memiliki cirri-ciri morfologi
sebagai berikut:
a. Buah berukuran kecil.
b. Daun menyirip, tepi daun bergerigi dengan
lekuk dangkal.
c. Kedudukan daun agak menguncup keatas.
2. Varietas II
Sukun varietas ini memiliki ciri-ciri morfologi
sebagai berikut :
a. Buah berukuran sedang.
b. Daun menyirip, tepi daun bergerigi dengan
lekuk dangkal.
c. Kedudukan daun agak menguncup keatas.
d. Varietas ini jarang ditemukan.
3. Varietas III
Sukun varietas ini memiliki cirri-ciri morfologi
sebagai berikut:
a. Buah berukuran besar.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

b. Daun menyirip, tepi daun bergerigi dengan


lekuk dalam.
c. Kedudukan daun mendatar.

Catatan:

1. Secara umum, buah sukun berbentuk bulat


atau lonjong dengan kulit berwarna hijau
muda hingga kekuningan.
2. Diameter buah sukun yang berukuran besar
dapat mencapai 26 cm, dangan berat
maksimal 4 kg.
3. Daging buah berserat halus, tekstur lunak,
dengn warna kuning gading dan beraroma
spesifik.
4. Tebal kulit buah antara 1mm-2mm.

C. Sifat Khusus Buah Sukun


Dalam buah sukun,terkandung enzim polifenol.
Apabila enzim polifenol tersebut kontak dengan udara,
maka akan terjadi reaksi browning yang menyebabkan
terjadinya perubahan warna pada sukun. Perubahan
warna menjadi cokelat atau hitam inilah yang merupakan
kendala utama dalam proses pembuatan tepung sukun
dengan warna yang putih bersih.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

D. Kandungan Gizi Buah Sukun

Sukun sudah lama dikenal di tengah masyarakat


Indonesia. Buahnya biasa digoreng dibuat keripik, atau
direbus sebagai makanan kecil. Harganya yang tidak
mahal menjadikannya makanan kecil yang banyak
dijajakan.
Buah sukun (tak berbiji) merupakan bahan pangan
penting sumber karbohidrat di berbagai kepulauan di
daerah tropik, terutama di Pasifik dan Asia Tenggara.
Sukun dapat dimasak utuh atau dipotong-potong terlebih
dulu: direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Buah
yang telah dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di
bawah matahari atau dalam tungku, sehingga awet dan
dapat disimpan lama.
Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen buah sukun
akan dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan
berfermentasi beberapa minggu lamanya, sehingga
berubah menjadi pasta mirip keju yang awet, bergizi dan
dapat dibuat menjadi semacam kue panggang. Sukun
dapat pula dijadikan keripik dengan cara diiris tipis dan
digoreng.
Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 buah
per pohon per tahun. Masing-masing buah beratnya
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

antara 400-1200 gr, namun ada pula varietas yang


buahnya mencapai 5 kg. Nilai energinya antara 470-670
kJ per 100 gram. Tidak mengherankan bila sukun
menarik minat para penjelajah Barat, yang kemudian
mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika tropis
(Karibia) pada sekitar akhir 1780an untuk menghasilkan
makanan murah bagi para budak di sana.

Kandungan Gizi Buah Sukun


Melayani Ukuran 100 gr (100 g)

Jumlah per Porsi


dari Lemak
Kalori 103
1.80

% Nilai harian*
Total Lemak 0.20 g 0.3 %
  Lemak Jenuh 0.100 g 0.5 %
Kolesterol 0 mg 0.0 %
Sodium 2 mg 0.1 %
Total Karbohidrat 27.10 g 9.0 %
  Diet Serat 4.9 g 19.6 %
Protein 1.10 g 2.2 %
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

  Vitamin C 48.3 %
  Vitamin B1 Thiamin 6.0 %
  Vitamin B2 Riboflavin 1.8 %
  Vitamin B3 Niasin 4.0 %
  Vitamin B5 Asam Pantotenat acid 5.6 %
  Vitamin B6 15.0 %
  Kalsium 1.7 %
  Besi 2.8 %
  Kalium 14.0 %
  Fosfor 3.0 %
  Magnesium 6.3 %
  Seng 0.7 %
  Tembaga 4.0 %
  Mangan 3.0 %
  C Sistein 1.7 %
  F Fenilalanin 3.0 %
  I Isoleusin 4.6 %
  K Lisin 1.8 %
  L Leusin 2.4 %
  M Metionin 1.9 %
  T Treonin 5.0 %
  Tirosin 2.2 %
  V Valin 2.6 %
  W Triptofan 10.7 %
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Tabel 1. Kandungan gizi buah sukun


Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

BAB III

POTENSI SUKUN

Tanaman sukun, Artocarpus altilis Park, dapat


digolongkan menjadi sukun yang berbiji yang disebut
breadfruit. Sukun tergolong tanaman tropik sejati tumbuh
paling baik di dataran rendah yang panas. Tanaman ini
tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh
di daerah yang sangat kering, asalkan ada air tanah dan
aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan dapat tumbuh
baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering,
disaat tanaman lain tidak dapat atau merosot
produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah
dengan lebat. Tidak heran jika sukun dijadikan sebagai
salah satu cadangan pangan nasional.

Sukun dapat dijadikan sebagai pangan


alternative karena keberadaannya tidak seiring dengan
pangan konvensional (beras), artinya keberadaan
pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan
konvensional. Sukun dapat dipakai sebagai pangan
alternative pada bulan-bulan Januari, Pebruari, dan
September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi
paceklik padi. Musim panen sukun dua kali setahun.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Panen raya bulan Januari-Pebruari dan panen susulan


pada bulan Juli-Agustus.

Di Indonesia penyebaran hampir merata di


seluruh daerah, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Mengingat penyebaran sukun terdapat di sebagian
besar kepulauan Indonesia, serta jarang terserang hama
dan penyakit yang membahayakan, maka hal ini
memungkinkan sukun untuk dikembangkan.

Pohon sukun mulai berbuah setelah berumur


lima sampai tujuh tahun dan akan terus berbunga hingga
umur 50 tahun. Produktivitasnya cukup tinggi. Dalam
satu tahun akan diperoleh buah sukun sebanyak 400
buah pada umur 5 sampai 6 tahun, dan 700-800 buah
per tahun pada umur 8 tahun.

A. Pemanfaatan Sukun yang Masih Terbatas

Sukun di Indonesia kebanyakan dikonsumsi


dalam bentuk olahan baik digoreng maupun direbus dari
buah yang masih mentah. Buah sukun umumnya
dikonsumsi setelah digoreng seperti tallas dan
adakalanya direbus atau dibuat keripik. Di Maluku, buah
sukun sering dibakar utuh, kemudian baru dikupas dan
dipotong-potong untuk dijadikan kolak, demikian pula
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

yang dilakukan oleh penduduk Tahiti. Diversifikasi


produk dari sukun masih sangat terbatas, padahal sukun
merupakan salah satu komoditas yang mudah rusak,
sehingga harga sukun relatif murah.

Keterbatasan pemanfaatan buah sukun di


Indonesia disebabkan kurangnya informasi tentang
komoditi sukun. Padahal komoditi ini sangat potensial
sebagai usaha menganekaragaman makanan pokok,
terutama penduduk Indonesia yang makanan pokoknya
beras.

Upaya untuk meningkatkan daya guna sukun dan


nilai ekonominya dapat dilakukan dengan
menganekaragaman jenis produk olahan sukun, untuk
itu perlu dikembangkan cara pengolahan lain seperti
pembuatan tepung sukun dan pati sukun.

B. Potensi Pemanfaatan Sukun

Hampir seluruh bagian tanaman sukun dapat


dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Daun
sukun yang telah kuning dapat dibuat minuman untuk
obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis,
karena mengandung phenol, quercetin dan champorol
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat


penyembuh kulit yang bengkak atau gatal.

Di Ambon, getah sukun (latek) digunakan


sebagai bahan pembuat dempul (dicampur tepung sagu,
gula merah dan putih telur bebek) untuk tong kayu atau
perahu, supaya kedap air. Kayu poon sukun tahan
terhadap serangan rayap, dan biasa digunakan untuk
membuat perahu atau konstruksi rumah.

Penduduk Fiji mengawetkan buah sukun dengan


cara fermentasi. Buah yang telah direbus, dibuang
kulitnya, kemudian dilumatkan dan difermentasi hingga
menjadi pasta yang homogeny. Fermentasi berlangsung
dua hari sampai Sembilan bulan, tergantung pada
kebutuhan. Sebelum dikonsumsi sebagai mandrai (Fiji
bread), hasil fermentasi tersebut dibakar atau dikukus
dahulu. Di Jawa Timur juga pengolahan sukun secara
fermentasi, yaitu dibuat tape.

Usaha pengawetan buah sukun dengan


pengeringan secara tradisional banyak dilakukan oleh
orang Polinesia, yaitu dengan cara membakarnya diatas
bara api. Apabila sukun kering tersebut disimpan di atas
para-para dapur, dapat tahan sampai satu tahun atau
lebih.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Pengawetan buah sukun dengan cara


penjemuran banyak dilakukan oleh orang Mikronesia
dalam bentuk sheet. Buah segar yang telah dicuci,
dibiarkan sampai empuk, kemudiandikupas, dibuah
hatinya, dipotong kecil-kecl dan dioven dalam tanah.
Setelah itu ditumbuk atau dilumatkan dan dibuat sheet
untuk dijemur sampai kering. Bahan yang telah kering
berwarna coklat, biasa mereka sebut tipak.
Penyimpanan tipak digulung dan dibungkus dengan
daun pandan. Bahan ini lebih tahan dari tiga tahun.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

BAB IV

BUDIDAYA SUKUN

A. Perkembangbiakan Sukun
Sukun tidak memiliki biji, oleh karena itu untuk
perkembangbiakannnya dapat dilakukan dengan
bermacam-macam cara, antara lain sebagai berikut:
1. Okulasi
Cara perkembangbiakan dengan cara okulasi
telah lama dirintis oleh para pakar pertanian,
bertujuan untuk memperoleh bibit dalam waktu yang
singkat dengan jumlah banyak.
Perkembangbiakan sukun dengan cara okulasi
umumnya tidak bisa berkembang dengan baik,
karena memerlukan keterampilan khusus dalam
proses okulasi. Selain itu penyediaan Zailing dari biji
kluwih cukup sulit, karena umunya buah kluwih
dipanen muda untuk sayur.
2. Cangkok
Perkembangbiakan tanaman sukun dengan cara
cangkok dapat dikerjakan seperti halnya
mencangkok tanaman buah-buahan lainnya. Cara
ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan bibit yang
jumlahnya sedikit.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Umumnya semua ranting tanaman sukun dapat


dicangkok. Namun untuk memperoleh hasil yang
baik, ranting yyang akan dicangkok harus ranting
baru, baik yang berada di cabang tanaman maupun
tunas ranting yang belum produktif. Jumlah ranting
tanaman yang ideal untuk dicangkok biasanya tidak
banyak tersedia di pohon.
Pencangkokan seyogyanya dilakukan menjelang
musim penghujan, agar perakarannya dapat tumbuh
dengan baik. Namun demikian, pencangkokan
dapat pula dilakukan setelah musim buah selesai,
tetapi harus disiram secara teratur.
Cara mencangkok adalah sebagai berikut: kuit
ranting dikupas selebar 3-5cm. Getah dari luka
dibiarkan mongering dahulu kira-kira sehari. Luka
bagian atas diolesi larutan Rootone F., kemudian
ditutup dengan tanah atau mos yang telah dibasahi
dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik yang
dilubangi. Untuk menjaga kelembaban, cangkok
perlu disiram air. Biasanya setelah 1-2 bulan
perakaran telah cukup banyak, dan cangkok siap
dipotong. Setelah diistirahatkan sekitar satu bulan di
pot, cangkok dapat ditanam di kebun.
Beberapa peluang untuk perbanyakan bibit
cangkok dapat ditempuh dengan cara:
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

1. Cangkok tunas akar alami.


Tunas akar ini berada di bawah pohon,
biasanya jarang dibiarkan tumbuh menjadi
pohon dewasa, karena akan menjadi pesaing
bagi poon induknya. Tunas ini bisa dicangkok
bilamana telah berbatang paling sedikit sebesar
pensil dan telah mengayu. Keuntungannya
adalah tidak merusak perakaran tanaman.
Pencangkokan dapat dilakukan terus-menerus,
tergantung pertunasan baru yang tersedia.
Sedangkan kelemahan cara ini adalah hasil
perbanyakan bibit terbatas.
2. Cangkok tunas ranting.
3. Cangkok tunas akar bekas potongan akar
besar.
Potongan akar yang besar tidak digunakan
untuk stek akar. Biasanya potongan akar
tersebut tergeletak di tanah atau bahkan
tertimbun tanah di tepi pagar. Sekitar 2 bulan
kemudian, akan muncul tunas-tunas baru yang
nantinya dapat dicangkok. Dengan demikian
dapat dikatakan, sebagian besar perakaran bisa
menghasilkan bibit baru, kecuali akar kecil.
Efisiensi pemanfaatan tunas akar sangat
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

dipengaruhi oleh tingkat ketrampilan penangkar


bibit.
4. Cangkok bibit di polybag.
Pencangkokan bibit di polybag dapat juga
dilakukan apabila memungkinkan. Biasanya
bibit yang lebih dari 4 bulan di polybag,
sebagian akarnya ada yang mulai menembus
polybag dan berhubungan langsung dengan
tanah di bawahnya. Bilamana hal ini dibiarkan,
maka akan terjadi keleluasaan penyerapan
hara, dan akan memacu pertumbuhan sehingga
bibit cepat tinggi. Untuk mengatasinya, bibit
harus dipindah-pindah tempatnya supaya akar
yang menembus ke tanah terputus dan
pertumbuhan tanaman terkendali.
3. Tunas akar
Secara alami pohon sukun berkembangbiak
dengan tunas akar (root shooth). Tanaman dewasa,
berumur lebih dari 10 tahun, biasanya memiliki
perakaran kuat, dan banyak cabangnya. Ada
kalanya bagian perakaran muncul di permukaan
tanah dan dari bagian tersebut sering tumbuh tunas
akar.
Untuk menstimulasi tumbuhnya tunas akar,
dapat ditempuh dengan cara melukai akar tersebut,
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

atau memutus bagian akar yang tersembul di atas


tanah. Karena proses alami, maka tunas baru akan
tumbuh dari bagian yang terputus tersebut.
Apabila tunas akar dibiarkan, akan tumbuh
menjadi tanaman baru di tempat yang tidak jauh dari
pohon induknya. Tanaman baru tersebut harus
dipindahkan, agar tidak selalu ternaungi oleh
induknya, dan dapat tumbuh lebih leluasa di tempat
yang terbuka. Tanaman dari tunas akar jumlahnya
tidak banyak.
4. Stek akar
Perkembangbiakan dengan metode stek akar
mendasarkan pada peristiwa alami pertumbuhan
tunas akar. Metode stek akar mampu menghasilkan
bibit dalam jumlah banyak dan seragam. Akar yang
digunakan adalah akar besar maupun akar cabang.
Tanaman tua lebih banyak menghasilkan bibit
dibandingkan dengan tanaman muda. Namun dari
tanaman muda akan diperoleh bibit yang lebi cept
pertunasannya dan rendemen stek akar yang
tumbuh lebih tinggi daripada tanaman tua.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

B. Persyaratan Tumbuh
1. Tanah
Tanaman sukun dapat ditanam hampir di segala
jenis tanah, sehingga memiliki daerah penyebaran
yang luas. Pada tanah podsolik merah kuning, tanah
berkapur, tanah berpasir, tanaman sukun mampu
tumbuh dengan baik karena mempunyai toleransi
yang tinggi terhadap keadaan tanah. Kesesuaian
lahan di berbagai membuat sukun menjadi terkenal,
misalnya Sukun Sorong, Sukun Bone, Sukun
Yogyakarta, Sukun Cilacap, Sukun Pulau Seribu
dan lain-lain.
Sukun mampu tumbuh dengan baik di dataran
rendah, dataran sedang hingga mencapai kurang
lebih 600 m di atas permukaan laut. Di Pegunungan
Bone sukun mampu tumbuh dengan baik. Tanah
yang gembur dan banyak mengandung humus,
serta air tanahnya dangkal sangat menguntungkan
bagi pertumbuhan sukun. Sedangkan pada tanah-
tanah yang kurang suburm akan menghambat
pertumbuhan sukun sekaligus mempengaruhi
produktivitasnya. Sukun tidak tahan pada tanah
airnya berkadar garam tinggi.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

2. Iklim
Sukun relatif kuat terhadap keadaan iklim. Di
daerah yang memiliki curah hujan tinggi, banyak
bulan basah dan di daerah yang sedikit bulan
basahnya seperti di Madura fdan Flores, sukun
mampu tumbuh dan menghasilkan banyak buah.
Iklim mikro yang sangat ideal untuk
pertumbuhan sukun adalah di tempat terbuka dan
banyak menerima panas sinar matahari. Di daerah
yang ternaung atau daerah yang sering berkabut
kurang cocok untuk pertumbuhan sukun. Sebagai
indikator kesesuaian klimat adalah apabila tanaman
kluwih dapat tumbuh dengan baik, maka tanaman
sukun pun akan tumbuh dengan baik pula.

C. Penanaman
1. Pemilihan Bibit
Bibit sukun yang baik adalah bibit sukun yang
sehat, kekar, berdaun cukup, pertumbuhannya
bagus, dan yelah banyak akarnya. Apabila bibit
diperoleh dari pasaran bebas, maka harus dipilih
bibit yang memenuhi syarat seperti tersebut diatas.
Apabila bibit tidak dari pasaran bebas, maka yang
penting diketahui adalah asal pohon induknya,
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

apakah sukun berbuah besar atau kecil. Hal


tersebut dapat diketahui dari bentuk daunnya.
Pemilihan bibit tergantung dari maksud dan
tujuan penanaman sukun tersebut. Apabila akan
ditanam di pekarangan dekat rumah, dan mudah
perawatannya, maka dapat menggunakan bibit
muda atau bibit tua dan sudah tinggi. Untuk
pertanaman perkebunan, tanaman hutan atau hutan
industri, perlu dipilih bibit yang cukup kuat, tingginya
berkisar antara 0,5-1m. Sedangkan untuk
pertananaman di daerah yang memerlukan
angkutan jarak jauh, cukup dipilih tanaman muda
setinggi 30 cm, agar praktis penanganannya.

2. Cara Menanam Bibit


Ukuran lubang tanam untuk bibit sukun adalah
75x75x75 cm. Tanah atas bekas galian dicampur
dengan pupuk kandang, atau dalam satu lubang
cukup diberi pupuk sekitar 2 kaleng minyak.
Bibit ditanam dengan terlebih dahulu dilepas
polybagnya, agar tidak mengganggu pertumbuhan
akar. Bibit diberi anjir untuk memperkuat tanaman
dan tidak mudah patah. Tanaman diberi pagar
pelindung agar tidak rusak atau diganggu hewan
besar seperti kambing. Apabila dipandang perlu,
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

bibit yang baru ditanam dapat diberi naungan


sementara.
Apabila sukun ditanam di pekarangan,
seyogyanya berjarak minimal 4 meter dari rumah
supaya tajuknya tidak menaungi rumah dan daun
atau buahnya tidak jatuh ke atas genting.
3. Pemupukan
Selain penyiraman tanaman, pemeliharaan yang
sangat penting adalah pemupukan tanaman. Pupuk
yang dianjurkan adalah pupuk organic, baik berupa
pupuk kandang, atau kompos bekas sampah.
Sedangkan sebagai tambahan dapat menggunakan
pupuk anorganik yaitu Urea, TSP dan KCL.
Kebutuhan pupuk belum diketahui dengan pasti,
adapun perkiraan kebutuhan pupuk adalah sebagai
berikut :

Umur Pupuk N P2O3 KCL Pupuk


tanama (gram) (gram) (gram) organi
n k
(tahun)
0-1 24-72 42-72 24-36 1 blek
2-5 132-205 48-72 42-72 2 blek
5 lebih 180-300 180- 180-300 3 blek
300
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Tabel 2. Kebutuhan pupuk tanaman sukun

Pemberian pupuk yang paling baik adalah di


awal musim penghujan. Dengan cara dibenamkan di
sekitar tanaman sesuai dengan dosisnya. Tanaman
yang kekurangan unsur hara, akan mengakibatkan
pertumbuhannya kurang bagus dan buahnya
relative lebih kecil. Untuk mengatasi kekurangan
unsur hara tersebut dapat dilakukan dengan cara
membuang sampah organic dibawah pohon sukun.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

BAB V
HAMA, PENYAKIT, KERUSAKAN MEKANIS DAN
FISIOLOGIS
A. Hama Tanaman Sukun
1. Bekicot ( Achantina fulica)
Bekicot adalah hewan pemakan tumbuh-
tumbuhan, terutama bagian yang lunak. Keluarga
mollusca ini berkembangbiak dengan bertelur. Baik
bekicot besar maupun kecil sering mengganggu
persemaian sukun. Hama ini mudah diketahui,
karena disamping mobilitasnya lambat, bekas jejak
yang dilalui terdapat lender. Bekicot biasanya
menyerang tanaman pada sore atau malam hari,
dan aktif pada suasana yang tidak panas dan
lembab.
Gejala serangan bekicot ditandai dengan
terputusnya tunas-tunas muda pada stek akar sukun
baik dipersemaian maupun di polybag. Bagian yang
tidak termakan biasanya berceceran di sekitar
tempat tersebut. Apabila serangan bekicot tidak
terlalu berat, tunas baru masih bisa diharapkan
untuk tumbuh kembali. Kerugian dari serangan
hama ini relative kecil, apalagi kalau persemaian
sukun ditangani dengan cermat.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Cara pencegahan yang paling efisien adalah


dengan mencari dan mebunuh hewan tersebut,
serta memusnahkan telurnya. Selain itu dapat
dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan sekitar
tanaman.
2. Penggerek Batang ( Stem borer )
Kadang-kadang batang atau cabang tanaman
sukun diserang oleh binatang yang disebut sebagai
hama penggerek batang. Diduga penyebabnya
adalah Xyleberus spesies, larvanya berupa
kumbang kecil. Bubuk penggerek batang membuat
lubang gerekan, dan menimbulkan bekas luka
berwarna merah kecoklat-coklatan. Berat ringannya
serangan penggerek batang tergantung dari
intensitas serangan dan bagian-bagian mana dari
tanaman yang diserang. Serangan pada batang
pokok, biasanya belum banyak mengakibatkan
kematian tanaman sukun.
Pengendalian penggerek batang adalah
dengan menggunakan insektisida sistemik. Bagian
yang terserang dilubangi dan diberi insektisida
menurut dosis yang dianjurkan, kemudian di tutup
kembali dengan tanah atau sumbat. Cara ini
sebaiknya dilaksanakan pada waktu tanaman tidak
sedang berbunga atau berbuah. Selain itu dapat
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

juga dilakukan dengan pemangkasan cabang yang


sakit untuk menstimulasi percabangan baru.
Pemangkasan terbaik adalah menjelang musim
penghujan.
3. Yuyu (ketam kecil, keredek)
Yuyu banyak dijumpai didaerah tepi pantai.
Hewan tersebut mirip ketam, bewarna, biru tua
kehitam-hitaman, dengan ukuran yang lebih kecil.
Tubuhnya tidak oval, namun cenderung berbentuk
persegi, supitnya realtif besar berwarna kemerah -
kemerahan.

4.Penggerek buah
Pada buah menjelang tua, sering dijumpai
hama tanaman pengerek buah. Gejala penggerek
buah biasanya terlihat pada bagian atas atau bagian
sisi buah dengan tanda - tanda lubang kehitam -
hitaman. Serangan tersebut memasukkan telurnya
kepermukaan buah yang mulai menipis, dan agak
kasar. Telur kemudian menetas menjadi ulat kecil
yang terus berkembang menjadi dewasa. Ulat
tersebut berkulit kekuning -kuningan, kepala
kecoklat - coklatan, dan panjangnya mencapai lebih
dari dua centimeter.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Apabila serangan pengerek buah terjadi lebih


awal, maka buah sukun dapat terganggu
pertumbuhannya, bahkan sering gugur. Namun
apabila serangan terjadi pada buah sukun
menjelang tua, serangan tersebut tidak berakibat
parah, karna biasanya, kerusakan hanya terjadi
dibagian luar daging buah.
Cara pengendalan hama tersebut belum
banyak dilakukan oleh para pemilik pohon sukun.
Didaerah yang telah maju, upaya pencegahan
terhadap pengerek buah ditempuh dengan cara
pembungkusan tiap - tiap buah sukun sejak masih
muda dipohon. Pengendalian penggerek buah
dengan menggunakan insektisida tidak dianjurkan,
karena residu insektisida tersebut dapat
membahayakan konsumen.
5. Keluang (Pterocarpus edulis)
Keluang atau kelambit, dalam bahasa jawa
disebut ”Kalong”, adalah bangsa kelelawar besar
yang biasa mencari makan diwaktu senja dan
malam hari. Gejala serangan keluang dapat
diketahui dengan sisa buah yang tidak utuh lagi
tergantung diranting pohon. Selain itu dapat pula
dilihat bekas kotoran yang bercecer dibawah pohon
sukun atau didahan dan pohon sukun. Serangan
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

keluang mengakibatkan buah cacat dan bahkan


dapat rusak sama sekali. Apabila serangan tidak
berat, buah perlu segera diambil agar tidak busuk
dipohon. Pencegahan serangan keluang dapat
dikerjakan seperti upaya perlindungan terhadap
buah jambu dan lain - lain, yaitu menghalau dengan
bunyi - bunyian memakai alat seperti bambu yang
dibelah, kaleng atau yang lain. Senapan angin dapat
pula digunakan untuk menembak keluang, namun
tidak dianjurkan dapat merusak lingkungan satwa.
Selain itu jaring pun dapat dimanfaatkan untuk
menangkap keluang.
B. Penyakit Tanaman Sukun
1. Mati Tunas Semai
Bagi penangkar bibit sukun sering mengalami
kesulitan dari gangguan penyakit mati tunas semai.
Serangan penyakit disebabkan oleh faktor
kelembaban yang tinggi. Terutama dimusim
penghujan, sehingga tunas semai ditumbuhi oleh
jamur. Pada bedeng pertunasan sering dijumpai
perkembangan myceliajamur yang berupa jala - jala
put ih keabu - abuaan. Jamur ini sangat cepat
menjalar dipermukaan tanah maupun menenpel
pada stek akar yang sedang disemaikan. Jamur
tersebut, bila menyerang, akan menyebabkan tunas
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

yang tumbuh dari stek akar mengalami layu pucuk,


dan kemudian diikuti oleh bagian bawahnya,
mengering dan mati.
Cara pencegahan dapat dilakukan dengan
melaksanakan persemaian menurut petunjuk teknis
yang benar, bedeng persemaian disemprot dengan
fungsida, dan penyiraman dan tidak boleh terlalu
lembab.
2. Spot daun kering, spot daun kering

Diduga disebabkan oleh jamur. Gejala spot


kering, nampak pada daun yang cukup tua,
utamanya pada musim kemarau. Daun nampak
terang menunjukan bercak - bercak kering bewarna
coklat pada permukaannya. Bercak kering tersebut
mengakibatkan daun berlubang dan tembus
pandang, karena bagian yang mati kemudian
terlepas dan tertinggal seperti kasa. Penyakit ini
tidak banyak merugikan dan cara pengendaliannya
adalah penyemprotan fungisida.

3.Gugur buah

Buah sukun besar avokad atau buah yang


berumur sekitar satu bulan sering gugur. Penyakit
gugur buah tersebut sering dijumpai pada musim
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

penghujan daripada musim kemarau. Pohon tua


yang berbuah lebat lebih sering terjadi gejala gugur
buah dari pada pohon muda yang sedikit buahnya.
Penyakit tersebut diduga disebabkan oleh sejenis
Jamur (Fusarium sp. ).

Gejala penyakit dapat dikenali dari


penampang tangkai buah yang memperlihatkan
bercak kecoklatan. Jaringan sel pada tangkai buah
sebagian rusak dan tidak berfungsi. Cara
pengendalian yang dianjurkan adalah membuat
kondisi pohon tetap sehat dan perawatan
lingkungan, dan pemupukkan tanaman yang tepat
dan teratur.

Penyakit tumbuhan sebagian besar


disebabkan interaksi antara aktvitas mikroorganisme
dan inangnya. Penyebab penyakit yang disebut
patogen dapat berupa virus, bakteri, fungi, atau
tumbuhan tinggi. Penyebab penyakit tumbuhan juga
dapat berupa faktor lingkungan fisik/kimia baik
tempat tumbuh maupun lingkungannya. Pohon -
pohon di dalam hutan sering kali baru dapat
diserang oleh patogen setelah menjadi lemah
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

pertumbuhannya karena kondisi lingkungan yang


tidak optimal.

4. Busuk Buah

Buah sukun tua sering terserang penyakit


busuk buah yang disebabkan oleh jamur. Penyakit
tersebut dapat merupakan penyebab primer, atau
penyebab sekunder setelah serangan hama
penggerek buah berhenti karena penggerek bah
tersebut mati oleh musuh alami.
Gejala busuk buah diakibatkan oleh terjadinya
pembusukan pada permukaan luar buah, kemudian
diikuti dengan pembusukan di bagian dalam buah.
Warna daging buah dari putih kekuningan berubah
menjadi coklat tua agak basah dan menimbulkan
bau yang spesifik. Pembusukan dapat terjadi pada
sebagian buah atau hamper seluruh buah,
tergantung intensitas serangan penyakit tersebut.
Biasanya buah yang terserang penyakit ini dapat
bertahan sampai tua di pohon, namun sering pula
buah telah gugur sebelum tua.
Busuk buah menyebabkan merosotnya nilai
ekonomi buah dan berkurangnya produksi. Upaya
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

pengendalian busuk buah dapat dilakukan dengan


cara pembungkusan buah sukun sejak masih muda.
C. Kerusakan Mekanik
1. Kerusakan Persemaian oleh Hewan Piaraan
Salah satu hewan piaraan di desa yang dapat
mengganggu persemaian sukun adalah ayam
kampung yang dipelihara secara bebas, tidak
dikurung dalam kandang. Ayam kampung yang
dipelihara secara bebas mencari makan kemana-
mana. Makanan yang digemari selain biji-bijian juga
serangga antara lain rayap atau anai-anai. Untuk
mendapatkan makanan tersebut, ayam suka
mengais tempat tertentu, termasuk tempat
persemaian, sehingga dpat menyebabkan
kerusakan.
Kerusakan persemaian yang disebabkan oleh
ayam kampung ialah tunas patah dan stek akar
berserakan; stek akar tidak sempat membentuk
tunas baru lagi, karena persediaan karbohidrat
maupun enzim menyusun dan perakaran belum
berfungsi dengan baik. Dengan demikian akhirnya
tunas-tunas yang baru tumbuh akan mati.
Pengendalian dapat diupayakan dengan
pemagaran tempat persemaian atau ayam
dipelihara di dalam kandang.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

2. Ranting Patah
Ranting tanaman sukun biasanya tumbuh
memanjang dengan daun-daun yang lebat. Pada
musim buah ranting tersebut harus menyangga
beban buah yang jumlahnya sering lebih dari satu
buah. Beban tersebut semakin lama makin
bertambah berat, karena buah sukun semakin
besar.
Pada bulan November dan Desember atau
mongso kanem dan kapitu, biasanya hujan lebat
disertai dengan tiupan angin kencang dan berubah
arah. Pada waktu itu buah mulai beranjak besar dan
semakin tua, sehingga beban bagi ranting
bertambah berat dan akhirnya ada beberapa ranting
yang patah.
Buah sukun biasanya masih ada yang
menggantung pada ranting patah. Oleh karena
aliran getah telah terputus, maka buahpun akan ikut
menjadi layu dan mongering kemudian gugur.
Apabila ranting putus, maka buahnya pun ikut jatu
ke tanah. Buah sukun yang gugur masih bisa
dimanfaatkan bila sudah tua. Bila bua cukup tua
dapat direbus dan dimasak, dan bila masih agak
muda dapat dimanfaatkan sebagai sayur. Cara
mengurangi kerusakan ranting patah adalah
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

menyangga ranting tersebut dengan tongkat bambu


atau kayu.
3. Buah Bopeng
Bunga betina pada satu ranting sering tumbuh
lebih dari satu, sehingga pada ranting tersebut
terdapat lebih dari satu buah. Selama pertumbuhan
buah terjadi gesekan karena letaknya berdekatan.
Selain gesekan antar buah, dapat juga terjadi
gesekan antara buah dengan ranting atau pangkal
pelepah daun sukun. Dari gesekan dan himpitan
inilah akan menyebabkan duri kulit yang masih
lembut tertekan dan terganggu selama pertumbuhan
buah. Selanjutnya duri kulit akan berubah menjadi
kulit halus dan meninggalkan bekas yang berwarna
kecoklatan atau bopeng. Cacat tersebut sebenarnya
tidak menimbulkan permasalahan bagi konsumen,
karena tidak menyebabkan perubahan rasa buah.
D. Kerusakan Fisiologis
1. Pertumbuhan Abnormal
Pada stek yang normal, setelah timbul mata
tunas dan tumbuh daun muda, akhirnya akan
terbentuk pula system perakaran pada bagian
bawah stek akar. Perakaran baru tersebut tumbuh
memanjang dan bercabang-cabang masuk ke
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

dalam tanah, yang berfungsi menopang kehidupan


tanaman.
Adakalanya dari satu stek akar muncul lebih
dari satu mata tunas yang tumbuh normal dan
membentuk batang serta daun yang subur, tetapi
tidak diikuti dengan tebentuknya akar. Setelah
berkisar satu bulan di polybag, tanaman tidak lagi
menunjukkan pertumbuhan, seolah-olah terhenti
dan kemudian terjadi penebalan daun sehingga
daun tersebut menjadi kaku. Klorosis mulai terjadi
disekitar nervi daun, kemudian diikuti dengan
gugurnya daun dari bagian bawah batang dan
akhirnya tanaman tersebut mati. Gejala semacam
ini sering dijumpai pada stek akar yang besar dan
tua.
Selain gejala di atas, kadang-kadang terdapat
stek akar yang mata tunasnya tidak tumbuhsecara
normal. Bila hanya akar saja yang tumbuh dengan
kuat, stek akar tersebut dapat mati pula. Peristiwa
tidak normal ini diduga berkaitan dengan kandungan
hormone pada stek akar. Akibat dari pertumbuhan
abnormal, dapat merugikan penangkar bibit.
Ketidaknormalan stek akar dapat dihindari dengan
pemakaian stek yang memenuhi syarat.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

2. Tanaman Kerdil
Tanaman sukun pada umumnya cepat tumbuh
menjadi pohon yang besar, jika lingkungannnya
mendukung. Gejala pertumbuhan yang terhenti,
banyak ditemui pada tanaman sukun di daerah
dekat pantai. Pertumbuhan yang tidak normal ini
diduga bahwa pada kedalaman tertentu yang
berkadar garam tinggi pertumbuhan akar tidak
normal lagi. Di tempat yang bercadas dan tidak
subur pertumbuhan sukun juga sering terhambat
karena system perakaran terhalang
perkembangannya. Keadaan seperti di atas
menyebabkan tanaman kerdil.
3. Buah Retak
Pada buah sukun yang tua sering dijumpai
adanya kulit yang retak. Gejala ini biasanya berada
pada buah bagian atas, dan sering pula dekat
dengan tangkai buah Pada bagian retak, tepi
kulitnya keras berwarna agak putih karena getah
yang mongering. Arah keretakan berupa galur
mulai dari atas kebawah atau melintang.
Penyebab retak buah adalah pengaruh suhu
panas dari sengatan matahari dan pertumbuhan
buah kurang normal. Kerugian dari buah ini tidak
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

banyak, dan buah tersebut masih bisa ditunggu


sampai tua di pohon.
4. Buah Bergetah
Sukun berkulit halus pada kulit buahnya
terdapat getah yang mongering. Bekas getah kering
itu kadang-kadang hanya merupakan flek kecil, dan
kerapkali mongering pada kulit atau pada tangkai
buah. Gejala tersebut biasanya pada buah yang
menjelang tua.
Keluarnya getah disebabkan oleh dinding sel
pecah, atau meranggangnya jaringan kulit antara
tangkai buah dengan buah sukun. Hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
goyangan alami. Buah bergetah akan memberikan
penampakan luar agak kusam. Keluarnya getah
tersebut diduga merupakan salah satu upaya untuk
mempertahankan diri dari gangguan hama atau
penyakit.
5. Buah Rasa Pahit
Buah sukun yang sehat rasannya enak dan
manis. Buah sukun yang dipetik jatuh ke tanah akan
menjadi memar. Setelah beberapa hari bagian yang
memar tadi akan kelihatan putih kotor bila dikupas.
Karena terjadi proses enzimatis, maka daging buah
tersebut terasa pahit. Untuk menghindari buah rasa
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

pahit, maka cara memetik buah harus hati-hati agar


tidak jatuh atau membentur benda keras.
6. Klorosis Daun
Klorosis daun dapat menyerang tanaman
sukun yang masih berada di persemaian, atau juga
menyerang tanaman dewasa. Tanaman sukun yang
diserang klorosis daun, menampakkan gejala dan
tanda-tanda : sebagian daun berwarna putih atau
menyebar diseluruh permukaan daun. Bagian daun
yang berwarna hijau, berada antara nervi yang
berwarna keputih-putihan. Klorosis bervariasi dari
ringan hingga berat. Pada klorosis ringan gejala
hanya terjadi pada sebagian kecil daun.
Penyebab klorosis adala karena daun tidak
atau kurang menerima cahaya matahari. Maka daun
yang terlindung oleh tanaman lain, atau bagian dari
tanaman itu sendiri sering terserang klorosis.
Cara mengatasi tanaman persemaian yang
terkena klorosis adalah dengan memindahkannya
ke tempat yang mendapat sinar matahari langsung.
Selain itu tanaman persemaian jangan sampai
ternaungi oleh tanaman lain yang lebih tinggi.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

BAB VI

PANEN DAN PASCA PANEN

A. Panen
1. Perkembangan Buah
Pada umumnya ranting yang berdaun sekitar
15 helai akan muncul bunga dari ketiak daun. Tidak
ada urutan yang tetap antara bunga jantan dan
bunga betina. Bunga jantan atau bunga betina
sering lebih dari sebuah, dan bahkan bunga betina
ada yang sampai empat buah. Bunga tersebut
susul-menyusuldalam periode yang tidak terlalu
lama, bersamaan dengan mekarnya daun baru.
Pembentukan buah sukun tidak didahului
dengan proses pembuahan bakal biji, maka buah
sukun tidak memiliki biji. Bakal buah terus
membesar berbentuk bulat atau agak lonjong. Pada
mulanya buah memiliki kulit yang kasar mirip duri.
Selanjutnya kulit seolah tertarik dan terbentang
hingga berbekas seperti gamabr hexagonal dengan
titik ditengahnya, dan kulit menjadi halus.
Buah akan menjadi tua setelah tiga bulan
munculnya bunga betina. Buah yang muncul awal
akan menjadi tua lebih dahulu, kemudian diikuti oleh
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

buah berikutnya. Urutan ketuaan biasanya


menunjukkan urutan besarnya masing-masing buah
yang sedang dalam pertumbuhan. Sedangkan
besarnya setiap buah setelah tua tidak menurut
urutan tertentu. Buah tunggal pada satu ranting
lebih besar daripada buah yang lebih dari satu. Oleh
karena masa pembungaan pada setiap ranting tidak
serentak, maka ketentuan buah bervariasi dan
dapat berselang waktu hingga dua bulan.
Tanda-tanda buah sukun yang tua dan siap
untuk dipetik adalah bila kulit buah yang semula
kasar telah berubah menjadi halus; warna kulit buah
berubah dari hijau muda menjadi hijau kekuningan
kusam. Selain itu sering Nampak bekas getah yang
mongering. Bagi buah yang dibungkus dengan
kertas sejak masih muda akan berwaena kuning
bersih. Cara ini telah dilaksanakan oleh petani
sukun di Yogyakarta.
2. Cara Panen
Musim panen sukun dua kali setahun. Panen
raya pada bulan Januari-Pebruari, dan panen
susulan pada bulan Juli-Agustus. Maju mundurnya
musim panen sangat dipengaruhi oleh datangnya
musim penghujan. Apabila musim kemarau basah,
maka produksi buah pada bulan Juli-Agustus akan
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

meningkat daripada bila musim kemarau kering.


Buah sukun di luar musim buah biasanya jumlahnya
tidak banyak, sehingga harganya lebih baik
daripada saat musim panen raya.
Tengkulak dan pedagang tebas sukun
biasanya mengetahui saat yang tepat untuk
memetik buah tua. Buah sukun yang dijual di pasar,
tidak dipetik setelah tua sekali. Bila bua sedang laku
atau segera untuk dikonsumsi, maka sangat tepat
bila dipetik setelah tua betul. Dengan berpedoman
pada tanda-tanda kemasakan buah dan ancar-ancar
untuk buah, dapat diperhitungkan saat yang tepat
untuk pemetikan buah.

Buah sukun harus dipetik satu persatu dengan


hati-hati, jangan smpai rusak karena jatuh ke tanah.
Untuk pohon yang tinggi harus dipanjat agar mudah
menjangkau buah, dan untuk pohon yang rendah
cukup dijolok dari tanah. Jolok dilengkapi dengan
pisau yang diikat pada ujungnya, dan kantong jala
untuk tempat buah yang dipetik. Selanjutnya buah
diturunkan, dan ditempatkan dalam keranjang untuk
memudahkan pengangkutan.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

B. Pasca Panen

Buah sukun mempunyai daging buah tebal, rasanya


manis dan kandungan airnya tinggi, sehingga tidak
tahan lama untuk disimpan. Sekitar tujuh hari setelah
dipetik, buah menjadi matang, dan selanjutnya akan
rusak karena proses kimiawi. Apabila akan dimanfaatkan
dalam jangka waktu relative lama, buah sukun perlu
diproses terlebih dahulu mmenjadi gaplek sukun, tepung
sukun atau berbagai masakan sukun.

1. Gaplek Sukun
Buah sukun yang telah tua dihilangkan
tangkai buahnya, dibersihkan dari kotoran, dan
dikupas dan kemudian dicuci bersih. Buah dipotong-
potong dan diiris tipis dengan menggunakan pisau
tajam. Bila jumlahnya banyak bisa digunakan alat
mekanis.
Dalam keadaan masih basah dan lembab,
irisan buah mudah terkontaminasi jamur. Dari
aktivitas jamur tersebut akan menimbulkan warna
kuning dan mengakibatkan rasa pahit. Oleh karena
itu irisan harus segera dihamparkan secara merata
di tempat pengeringan dan dijemur di panas
matahari. Setiap tiga jam sekali jemuran dibalik, agar
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

proses pengeringan dapat merata. Apabila


pengeringan tertunda karena cuaca hujan, perlu
diupayakan pengeringan buatan. Setelah kadar air
tinggal 14%, maka gaplek siap disimpan dalam
kantong plastik. Proses pengeringan yang sempurna
akan memperoleh gaplek yang berwarna keputih-
putihan dan tidak berbau.
2. Tepung Sukun
Pembuatan tepung sukun dapat dikerjakan
seperti halnya pembuatan tepung beras. Gaplek
sukun ditumbuk di lumpang dengan antan sampai
lembut. Hasil tumbukan yang halus kemudian
diayak dengan ayakan bermata halus, dan dijemur
dengan panas matahari agar benar-benar kering.
Pembuatan tepung dapat pula dilakukan dengan
cara masinal.
Rendemen sukun menjadi tepung dipengaruhi
oleh ketuaan buah, kadar air buah segar, musim
panen dan cara memprosesnya.
3. Pati Sukun
Pati sukun lebih dikenal sebagai aci sukun
(starch). Cara membuatnya melalui proses seperti
halnya membuat aci singkong. Buah sukun tua
yang segar dikupas dan dihilangkan tangkai
buahnya, kemudian dicucu hingga hilang kotoran
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

dan getahnya. Buah sukun dipotong-potong,


kemudian diparut atau diblender untuk membuat
suspensi (jladren). Parutan sukun ditampung dalam
wadah dan tambahkan air untuk melarutkan aci
sehingga mudah dipisahkan dari ampasnya.
Penyaringan suspensi dilakukan berulang-ulang.
Larutan hasi penyaringan dibiarkan beberapa
waktu hingga aci sukun mengendap, yang dicirikan
dengan makin jernihnya air dilapisan atas.
Bila proses pengendapan selesai, air dibuang
dan endapan aci diambil dan dijemur sampai
kering. Aci sukun berwarna putih , dan tidak lagi
berbau seperti sukun. Aci sukun yang telah kering
dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama atau
langsung dimanfaatkan sebagai bahan olahan.
4. Aneka Ragam Olahan Sukun
Menurut hasil penelitian tentang komposisi
zat gizi dari buah sukun dan tepung sukun yang
tertera pada Food Composition Table for Use in
East Asia (FAO 1972) diterangkan sebagai berikut:
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Zat gizi per 100 Buah Buah Tepung


gram ** sukun Sukun Sukun
muda Tua Tua

Energi (Kalori)
Air (g) 46 108 302,4
Protein (g) 87,1 69,3 15
Lemak (g) 2,0 1,3 3,6
Karbohidrat (g) 0,7 0,3 0,8
Serat (g) 9,2 28,2 78,9
Abu (g) 2,2 - -
Kalsium (g) 1,0 0,9 2
Fosfor (g) 59 21 58,8
Besi (g) 46 59 165,2
Vitamin B1 (g) - 0,4 1,1
Vitamin B2 (g) 0,12 0,12 0,34
Vitamin C (g) 0,06 0,06 0,17
21 17 47,6

Tabel 3. Komposisi zat gizi buah sukun per 100 gr.

Dari 100 gram buah mentah yang dapat


dimakan memberiikan 108 kalori, dan mengandung
karbohidrat 28,2 gram, 59 miligram fosfor, vitamin C
sebanyak 17 miligram. Dalam bentuk tepung sukun,
setiap 100 gram yang dimakan memberikan 302,4
kalori. Serta kandungan karbohidrat, fosfor, vitamin
C hampir berlipat tiga kali dari sukun tua. Hal ini
berarti bahwa sumbangan gizi dari sukun cukup
besar, dan tidak sedikit manfaatnya. Namaun
demikian apabila dibandingkan dengan beras dan
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

tepung beras, maka kalori dan karbohidrat yang


dihasilkan oleh sukun ternyata masih lebih rendah.

5. Aneka Ragam Masakan dari Sukun

Masakan dari sukun dapat dikelompokkan


menurut bahan bakunya, yakni: makanan ringan dari
buah sukun, makanan ringan dari tepung sukun, dan
lauk-pauk dari buah serta tepung sukun.

a. Makanan Ringan dari Buah Sukun


1) Apem Sukun
Bahan : ½ kg sukun yang sudah diparut,
¼ kg gula pasir, 2 butir telur, 2
bungkus panili, 1 sendok teh gist,
garam secukupnya.
Cara : gist dicampur dengan air hangat
sedikit dan dibiarkan sampai
hancur. Kemudian sukun parut
tadi dicampur dengan gula, telur,
panili, garam dan gist yang
sudah dilarutkan dalam air. Aduk
sampai rata dan biarkan selama
1 jam supaya mengembang.
Setelah itu masukkan ke dalam
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

loyang dan kukus sampai (± ½


jam).
2) Bolu Cup
Bahan : 3 butir telur ayam, 200 gram
sukun, 100 gram gula pasir, 100
gram mentega dicairkan, 50
gram sukade, ½ sendok teh
ovalet, 2 bungkus panili.
Cara : Sukun dibersihkan dan
dipotong-potong lalu dikukus
sampai masak, kemudian
ditumbuk. Telur, gula, ovalet,
panili dikocok sampai
mengembang, kemudian
mentega dan sukun dimasukkan
sedikit demi sedikit hingga
campur. Setelah itu adonan
tersebut dicetak dalam tempat
cetakan kue, diatasnya ditaburi
sukade, kemudian dipanggang
sampai matang.
3) Cimplung Sukun
Bahan : Sukun, Nira (badeg).
Cara : Sukun dikupas dan diiris, setiap
1 buah sukun menjadi 8 iris. Nira
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

direbus sampai mendidih.


Setelah nira tersebut mendidih,
sukun dimasukkan ke dalamnya
selama 15 menit. Setelah itu
diangkat.
4) Cake Sukun
Bahan : 250 gram sukun kukus, 300
gram pasir, 100 gram tepung
terigu, 5 butir telur, 250 gram
mentega, misis secukupnya.
Cara : Gula pasir dan telur dikocok
sampai mengembang, masukkan
sukun kukus yang sudah
dihaluskan dan masukkan pula
tepung terigu. Masukkan
mentega yang sudah dicairkan
terlebih dahulu, kemudian
masukkan ke dalam loyang yang
sudah diolesi mentega dan
dioven sampai matang. Setelah
matang diangkat dan setelah
dingin taburi misis di atasnya dan
cake siap dihidangkan.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

5) Donat Sukun
Bahan : 1 biji buah sukun, 100 gram
mentega, 1 butir telur, gula halus
secukupnya, 150 gram gula pasir, 250 gram
tepung terigu, misis secukupnya, minyak
goreng secukupnya.
Cara : Buah sukun dikupas dan cuci
bersih, kemudian dikukus sampai matang,
setelah itu dihaluskan. Kemudian dicampur
dengan telur, gula pasir, mentega, tepung
terigu, dan diaduk sampai tidak lengket.
Bentuk adonan tersebut digoreng sampai
berwarna kecoklatan kemudian tiriskan.
Setelah dingin olesi mentega, ditaburi gula
halus dan dihias dengan misis. Donat telah
siap dihidangkan.
6) Dodol Sukun
Bahan : 1 buah sukun ukuran sedang, 2
buah kelapa tidak terlalu tua dan tidak terlalu
muda (semrundeng), 1 kg gula pasir, 1
sendok makan prambus, 1 bungkus pewarna.
Cara : Sukun dikupas, dicuci, lalu
diparut; kelapa dikupas, dicuci, lalu diparut.
Parutan sukun dan kelapa dicampur jadi satu
lalu dikukus sampai masak. Setelah masak
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

lalu diangkat dan dicampur dengan gula


pasir; diberi zat pewarna, prambus, kemudian
dijenang dalam wajan sampai masak, lalu
didinginkan sampai dingin dan dibentuk
menurut selera. Dodol sukun siap untuk
dihidangkan.
7) Getuk Sukun
Bahan : ½ kg sukun yang tua, ½ ons gula
pasir, ½ butir kelapa muda diparut, garam
secukupnya, panili secukupnya, dan zat
pewarna secukupnya.
Cara : sukun yang telah dikukus
digiling, dicampur dengan gula, garam, panili
dan sebagian kelapa. Aduk hingga
tercampur, dibagi menjadi beberapa bagian
dan diberi pewarna. Bentuk menurut selera
dan hidangkan dengan kelapa parut.
8) Kroket
Bahan : 1 butir sukun, 3 butir telur, 2
sendok terigu, 1 ons mentega, ¼ kg minyak
goreng, 1 sendok teh merica, 2 siung bawang
putih, 3 ons tepung roti.
Cara : sukun dikukus lalu dihaluskan,
merica, bawang dan garam dihaluskan, lalu
diaduk menjadi satu; terigu diberi sedikit air
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

dan dicampurkan. Lalu dibubuhi telur satu


butir dan diaduk sampai rata.
9) Kolak Sukun
Bahan : ½ kg sukun tua, 1 ½ ons gula
merah, 3 lembar daun pandan dipotong-
potong, 1 butir kelapa muda, 2 gelas air dan
garam secukupnya.
Cara : Sukun dikupas, dicuci bersih dan
dipotong-potong. Kelapa muda diparut
memanjang. Semua bahan dicampur dalam
panci, kemudian direbus sambil diaduk-aduk
hingga masak. Tunggu sampai airnya tinggal
sedikit. Setelah masak diangkat dan siap
dihidangkan.
10) Klepon Sukun
Bahan : 1 buah sukun yanng tua, 1 butir
kelapa muda, ¼ kg gula merah, ¼ kg tepung
tapioka, panili secukupnya, pewarna
secukupnya.
Cara : Sukun dikupas, dicuci bersih dan
dikukus. Setelah masak diangkat, didinginkan
lalu ditumbuk sampai hallus kemudian
dicampur dengan tepung tapioka. Buat bola-
bola kecil dari adonan tadi dengan diberi gula
sisir di dalamnya. Didihkan air dan masukkan
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

bola-bola tadi dan rebus sampai masak.


Kelapa diparut dan bola yang sudah masak
tadi gulingkan pada parutan kelapa tersebut
dan siap dihidangkan.
11) Legit Sukun
Bahan : ½ buah sukun tua, ½ butir
kelapa, 3 lembar daun salam, 5 lembar daun
suji, ½ sendok makan garam.
Cara : Buah sukun dikupas dan
dipotong-potong bentuk persegi, dicuci
bersih, kemudian direbus bersama santan,
daun salam dan garam sampai lunak dan
kental. Dalam keadaan hangat disiram
dengan santan matang (kanil) dan diberi
sedikit gula pasir. Legit sukun telah siap
dihidangkan.
12) Lapis Sukun
Bahan : ½ kg sukun, 1 ons gula pasir, ½
butir kelapa, garam, panili, pewarna
secukupnya.
Cara : sukun dikupas dan dicuci bersih
1
lalu diparut; kelapa diambil santannya ± 3
2
gelas. Santan dan parutan sukun ditambah
gula dan garam kemudian dicampur dan
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

diaduk sampai merata. Setelah adonan


tersebut merata dibagi dua dan diberi
pewarna menurut selera, jangan lupa diberi
panili. Lalu dikukus berselang-seling sampai
adonan habis. Setelah masak dan dingin,
lapis sukun dihidangkan dengan parutan
kelapa.
13) Nastart Sukun
Bahan : 1.2 kg sukun kukus yang tua, 1
ons mentega, 3 butir kuning telur, 1 ons
terigu, 3 sendok makan tepung maizena, 2
sendok makan gula halus, 1 bungkus panili,
dan selai secukupnya.
Cara : sukun kukus dihaluskan. Telur,
gula dan mentega dikocok, kemudian
campurkan sukun yang sudah dihaluskan tadi
dan diaduk. Ambil selai secukupnya,
masukkan bagian dalam sebelum dibentuk
menurut selera. Setelah itu dioles dengan
kuning telur, kemudian ditempatkan pada
loyang yang telah diolesi mentega, kemudia
dipanggang hingga agak kecoklat-coklatan.
14) Pastel Sukun
Bahan : 1 buah sukun tua, 1 ons wortel, 1
ons kentang, 1 ons daging ayam, 2 butir telur
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

ayam, 2 helai daun bawang, 2 siung bawang


merah, 2 siung bawang putih, ½ ons terigu,
lada, pala, garam dan bumbu masak
secukupnya.
Cara : buah sukun dikupas dan dicuci
sampai bersih, kemudian dikukus sampai
matang. Sukun kukus dihaluskan dan diberi
bumbu masak. Aduk sampai rata.
Untuk Isi : wortel, kentang, daun bawang
dan daging ayam dipootng-potong kecil;
bumbu-bumbu: 2 siung bawang merah, 1
siung bawang putih, lada, pala dihaluskan.
Bumbu-bumbu tersebut ditumis; wortel,
kentang, daun bawang dan daging ayam
masukkan dan diberi garam dan bumbu
masak. Beri sedikit air dan biarkan smapai
masak. Cairkan tepung terigu, kemudian
masukkan sambil diaduk-aduk sampai
terigunya matang; setelah matang baru
diangkat.
Ambil sukun halus, digilas tipis-tipis ± 1 cm,
kemudian dicetak dengan mulut gelas agara
ukuran pastel sama besar. Adonan diisi
ragout, kemudian dibentuk. Selanjutnya
digoreng pada minyak panas dan bila sudah
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

berwarna kuning kecoklatan diangkat. Pastel


sukun telah siap dihidangkan dengan cabe
rawit.
15) Prol sukun
Bahan : Sukun ½ kg, gula pasir 2 ons,
mentega ¼ kg, tepung terigu 1 ons, telur ¼
kg.
Cara : Sukun dihaluskan; gula dan
mentega dicampur dan dikocok sampai putih,
lalu telur dimasukkan sedikit demi sedikit,
kemudian sukun dicampur sampai rata dan
ditaruh pada loyang yang sudah diolesi
mentega dan dimasak (dipan) sampai
matang.
16) Puding Sukun
Bahan : buah sukun ½ kg, kalapa 1 butir,
gula ½ kg, telur 2 butir, agar-agar 2 bungkus.
Cara : sukun dikukus dan dilumatkan
dengan santan 2 gelas; telur dikocok dan
dicampur menjadi satu; air pandan diambil
sarinya; agar-agar dimasak dengan 2 gelas
air; garan, gula dan sari pandan rebus
sampai mendidih. Sukun dan telur yanga
telah dilumatkan dicampur menjadi satu dan
dikukus sampai agak tanak; lalu dicetak
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

dengan cetakan puding yang telah dibasahi


dulu dan didinginkan.
17) Risoles Sukun
Bahan untuk kulit : ½ kg sukun segar yang
diparut, ¼ kg aci, 2 butir telur, bawang putih
dan garam secukupnya, ½ kg minyak goreng.
Untuk isi : 1 ons daging dipotong halus, 1
ons wortel potong halus, 1 ons kentang
potong halus, 1 tangkai daun muncang, 1
siung bawang putih, 15 butir merica
dihaluskan, 4 butir bawang merah
dihaluskan, garam dan bumbu masak
secukupnya, semua bahan tersebut ditumis
hingga matang.
Cara : semua abahan untuk isi
dicampur dan ditumis hingga matang. Sukun
segar diparut dan hasilnya diaduk dengan aci
hingga rata, dan diberi garam secukupnya.
Adonan tersebut ditempatkan dilloyang
secara tipis, kemudian dikukus hingga
setengah matang (± 3 menit ¿, lalu diangkat.
Bahan sukun yang sudah dikukus tadi,
kemudian diberi isi ± 2 sendok teh dan
dibentuk melipat seperti risoles biasa. Risoles
yang sudah dibentuk diolesi dengan telur dan
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

panir kemudian digoreng. Apabila sudah


berwarna kekuning-kuningan, risoles
diangkat dan telah siap untuk dihidangkan.
18) Sriping Sukun
Bahan : 1 buah sukun yang tua, 1 sendok
kapur sirih, 1 sendok garam dan minyak
kelapa secukupnya.
Cara : Sukun dikupas, dicuci bersih, lalu
diiris tipis-tipis kemudian direndam dengan air
kapur sirih dan gram selama 15 menit.
Kemudian diangkat dan tiriskan. Panaskan
minyak dalam wajan dan masukkan irisan
sukun tersebut dan goreng sampai kering
berwarna kenkuning-kuningan.
19) Tape Sukun
Bahan : 1 buah sukun, 3 buah ragi tape.
Cara : Sukun dikupas lalu dipotong-
potong dan dicuci bersih, kemudian dikukus
hingga masak. Setelah didinginkan diberi ragi
yang sudah dihaluskan. Cara memberikan
ragi tipis-tipis saja tetapi rata. Sukun yang
telah diberi ragi dimasukkan ke tempat yang
rapat dan bersih, misalnya kantong plastik
atau panci. Dalam waktu 2 hari tape sudah
masak.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

20) Wajik Sukun


Bahan : 1 kg sukun yang sudah diparut, 2
butir kelapa muda diparut, 1 kg gula halus, ½
kg tepung ketan, 3 ples panili, garam, sumba,
daun pandan, 1 lembar roti.
Cara : 1 sukun, kelapa, gula haluus,
tepung ketan, panili, garam, daun pandan
diaduk jadi satu sampai tercampur. Dibagi
tiga bagian untuk diberi warna. Masing-
masing bagian dipanggang diatas api ± 1
jam. Bungkus dengan kertas roti atau kertas
minyak.
b. Makanan Ringan dari Tepung Sukun
1) Bolu Sukun
Bahan : 1 gelas tepung sukun, 4 butir
telur, 1 ½ ons gula, panili 1 bungkus,
mentega cair 1 ½ ons.
Cara : telur, gula, ovalet, panili
dicampur lalu dikocok sampai warnanya
putih, kemudian tepung sukun
dimasukkan dalam kocokan yang
pertama, lalu dikocok lagi dengan pelan-
pelan dan diberi mentega dan diaduk
sampai rata. Setelah itu, dimasukkan ke
dalam loyang yang sudah diolesi mentega
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

lalu dibakar sampai matang. Setelah


matang dipotong-potong lalu dibakar
sampai kering.
2) Bubur Sumsum
Bahan I : 200 gram tepung sukun,
100 gram tepung beras, 3 sendok garam
halus, ±16 gelas belimbing santan kental
(kanil) dari 3 butir kelapa, 3 lembar daun
pandan.
Bahan II (kinco) : ½ kg gula merah,
3 lembar daun pandan, 5 gelas air,
pewarna kue.
Cara : Tepung sukun dan tepung beras
dicairkan dengan 1/3 bagian santan. Sisa
santan, pandan, garam direbus sampai
mendidih, lalu tepung yang telah dicairkan
tadi dimasukkan dan dimasak lagi sampai
matang, dimakan dengan kinci (saus gula
merah).
Cara membuat kinco : Gula, air dan daun
pandan dimasak sampai mendidih lalu
disaring.
3) Cake Sukun
Bahan : Bahan cake: 4 butir telur, 1 ½
ons gula pasir, 1 ½ ons pati suku, ½ ons
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

mentega, 1 bungkus panili, 1 sendok teh


ovalet.
Bahan cream : 1 ½ ons mentega, 1 ons
mentega putih, 1 ½ ons gula halus, 1
bungkus panili.
Cara : Gula, ovalet dan telur dikocok
hingga mengembang; tambahkan panili
dan kocok lagi; setelah itu tepung pati
sukun dan mentega yang dicairkan
dimasukkan. Tuangkan dalam loyang
yang sudah diolesi mentega dan ditaburi
tepung, lalu dipan. Mentega dan mentega
putih dikocok bersama gula halus dan
panili hingga lembut. Setelah cake dingin
betul, cream baru dioleskan (dihiaskan)
menurut selera.
4) Kukis Sukun
Bahan : 3 butir telur, 225 gram mentega,
2 ½ ons tepung sukun, 1 ½ ons tepung
terigu, 150 gram gula pasir, 2 ons kacang
cincang dan gula, sedikit panili.
Cara : Telur, gula, mentega dikocok
sebentar, masukkan tepung sukun dan
tepung terigu berikut panili dan aduk
hingga rata, kemudian digiling dan
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

dicetak. Sisa putih telur diberi garam;


setelah kue dicetak dicelupkan pada
kocokan telur, kemudian lengketkan pada
kacang cincang. Bakar pada loyang yang
sebelumnya dipoles mentega.
5) Kue Lapis Kukus Sukun
Bahan : 5 butir telur, 225 gram gula pasir,
175 gram tepung sukun yang sudah
diayak, 125 gram mentega dicairkan, ½
sendok teh esens mocca, ½ teh esens
panili, ¼ sendok teh esens garam, 1
sendok teh TBM, ½ sendok teh VX,
pewarna menurut selera (merah, hijau,
mocca pasta atau coklat bubuk).
Cara : Telur, gula, garam, TBM + Vx
dikocok sampai putih; tambahkan terigu
dan panili dan adik sampai rata;
masukkan mentega cair. Adonan dibagi
menjadi tiga bagian:
- Beri esens stroberry dan pewarna
merah
- Beri pandan dan pewarna hijau
- Beri mocca dan molla pasta atau
coklat bubuk.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Oleskan mentega pada loyang yang telah


disediakan dan taburi tepung; masukkan
adonan merah dan kukus setengah
masak; adonan hijau kukus setengah
masak, kemudian adonan coklat, dan
kukus ulang ±15 menit.

6) Pastel Basah Tepung Sukun


Bahan : 3 ons tepung sukun, ½ ons
tepung kanji, 1 ½ ons tepung terigu, 2
butir telur ayam, 1 ons mentega.
Cara : semua bahan diaduk menjadi
satu, setelah dapat dipulung dibentul
pastel dan diisi ragu, kemudian digoreng.
Dimakan dengan lombok rawit.
7) Fresh Role Cake
Bahan : 6 butir telur ayam, 1 ons gula
pasir, 50 gram tepung sukun, 1 ons
mentega, 1 sendok teh panili, 1 sendok
makan ovalet, 1 sendok makan maizena,
1 sendok makan air, 3 putih telur
(mentega dicairkan).
Cara : Semua bahan dicampur menjadi
satu, lalu dikocok sampai mengembang;
tepung sukun dan maizena dimasukkan.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Terakhir masukkan mentega cair.


Masukkan dalam loyang ukuran 24 x 24
cm yang sudah dilapisi dengan kertas roti
dan mentega, kemudian dioven dengan
api yang sedang sampai masak.

8) Roti Tart Tepung Sukun


Bahan : 8 butir telur, 2 ons gula pasir, 2
ons tepung sukun diayak, 1 sendok
makan ovalet, 2 ons mentega dicairkan, 1
sendok makan bubuk powder panili.
Cara: Telur dan gula dikocok hingga
mengembang, masukkan ovalet, bubuk
powder, tepung sukun, dan mentega,
kemudian kocok hingga rata. Tuangkan
ke dalam loyang yang telah diolesi
mentega. Bakar hingga kuning, baru
diangkat. Selanjutnya bisa dihias sesuai
dengan selera/seni dengan butter cream
yang telah diberi warna sesuai dengan
yang diinginkan.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Daftar Pustaka

Lasam Soeroso.1977. Botani Umum Lanjutan. Fakultas


Biologi. Universitas Jendral Soedirman:
Purwokerto.

Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan.1989.


Pedoman Diversifikasi Tanaman Pangan.

Setijo Pitojo. 1989. Hari Depan Komoditas Sukun


(Arthocarpus Community Forst).

Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Cilacap. 1989.


Diversifikasi Makanan. Cilacap

Setijo, Ir. Pitojo. 1992. Budidaya Sukun.


Kanisius :Yogyakarta.

Sutrisno, Ir. Koswara, MSi. 2006. Sukun Sebagai


Cadangan Pangan Alternatif. Ebook pangan.

Hendalastuti, Henti R.dan Ahmat Rojidin. 2006.


Karakteristik Budidaya dan Pengolahan Buah
Sukun. Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan.
Pengembangan tanaman sukun dalam upaya diversifikasi Pangan

Biografi Penulis

Nama Lengkap : Anisa’atus Sholikhah

TTL : Tuban, 12 Nopember 1993

Riwayat Pendidikan:

 SD N 1 TAMBAKBOYO
 SMP N 1 TAMBAKBOYO
 SMA N 2 TUBAN
 Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai