Anda di halaman 1dari 75

i

ii
KATA PENGANTAR

Upaya pemenuhan hak dan perlindungan anak di era otonomi daerah dilakukan melalui
pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA), yaitu sistem pembangunan berbasis anak
yang dilakukan melalui ppengintegrasian komitmen dan sumberdaya permerintah,
masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam
bentuk kebijakan, program dan kegiatan yang ditujukan untuk pemenuhan hak dan
perlindungan anak.

Pengukuran KLA menggunakan 24 indikator yang mencerminkan pemenuhan hak dan


perlindungan anak dari aspek kelembagaan dan 5 (lima) klaster substansi Konvensi Hak Anak
(KHA). Salah satu klaster substansi tersebut yaitu klaster ke-3 tentang “Kesehatan dasar dan
Kesejahteraan”, yang diukur melalui 6 (enam) indicator dan salah satu indikatornya adalah
“Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas”.

Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas (PRAP) adalah upaya atau pelayanan di Puskesmas
yang dilakukan berdasarkan pemenuhan, perlindungan dan penghargaan atas hak-hak anak
sesuai dengan 4 (empat) prinsip perlindungan anak, yaitu non diskriminasi; kepentingan
terbaika bagi anak; hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan; serta
penghargaan terhadap pendapat anak.

Untuk mempercepat pelaksanaan dan peningkatan PRAP, maka diperlukan Pedoman yang
dapat digunakan sebagai rujukan bagi tenaga kesehatan khususnya para pengelola
puskesmas dalam melaksanakan pelayanan ramah anak di puskesmas.

Penyusunan Pedoman PRAP melibatkan Kementerian/Lembaga terkait kesehatan anak dan


pemerhati anak, serta telah diujicobakan di berbagai kabupaten/kota di Indonesia. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah
mendukung hingga tersusunnya Pedoman ini. Semoga bermanfaat.

Jakarta, Agustus 2022

Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak,

Agustina Erni

iii
DAFTAR ISI

COVER ……………................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 LATAR BELAKANG 1
I.2 MANFAAT PELAYANAN RAMAH ANAK DI PUSKESMAS (PRAP) 2
I.3 MAKSUD DAN TUJUAN 3
I.4 SASARAN 3
I.4.1 Sasaran Langsung 3
I.4.1 Sasaran Tidak Langsung 3
I.5 DASAR HUKUM 3
I.6 PENGERTIAN 6

BAB II INDIKATOR PELAYANAN RAMAH ANAK DI PUSKESMAS 8


II.1 PENGELOLAAN 9
II.1.1 Kebijakan 9
II.1.2 Pemenuhan Peraturan/Kebijakan Nasional dan Daerah 10
II.1.3 Data dan Informasi Mengenai Hak dan Perlindungan Anak atas Kesehatan 10
II.1.4 Manajemen Penaggulangan Krisis Kesehatan 11
II.1.5 Pemantauan dan Evaluasi 12
II.1.6 Inovasi 13
II.2 SUMBER DAYA MANUSIA 13
II.3 SARANA, PRASARANA DAN LINGKUNGAN 14
II.3.1 Media dan Materi KIE terkait Kesehatan Anak 14
II.3.2 Ruang Pelayanan dan Konseling 14
II.3.3 Ruang/tempat/area tunggu/bermain 15
II.3.4 Ruang ASI 16
II.3.5 Marka Dilarang Merokok atau Kawasan Tanpa Rokok 17
II.3.6 Sanitasi Lingkungan Puskesmas yang Sesuai Standar 17
II.3.7 Sarana dan Prasarana bagi Anak Penyandang Disabilitas 18
II.4 PELAYANAN 19
II.4.1 Pelayanan Kesehatan Masa Hamil (Antenatal) 19
II.4.2 Pelayanan Persalinan dan Kesehatan Bayi Baru Lahir 21
II.4.3 Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan Prasekolah 22
II.4.4 Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) 24
II.4.5 Pelayanan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
(PPKtPA) 25
II.4.6 Pelayanan Ramah Anak oleh Tenaga Kesehatan dan Non Tenaga Kesehatan 26
II.5 PARTISIPASI ANAK 26
II.6 PENJANGKAUAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 26
II.6.1 Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak di Sekolah/Madrasah 27

iv
II.6.2 Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak di Panti/Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
(LKSA) 28
II.6.3 Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak di Lapas Anak/Rutan/Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) 29
II.6.4 Pelayanan Penjangkauan Kesehatan dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 30
II.6.5 Posyandu 30
II.6.6 Pengembangan Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu/Pendamping Balita 30

BAB III STANDARDISASI PRAP 32


III.1 MANFAAT STANDARDISASI 32
III.2 TAHAPAN STANDARDISASI 33
III.2.1 Penyusunan Rencana Kerja Standardisasi PRAP 33
III.2.2 Perumusan Standar PRAP 33
III.2.3 Pemilihan Peserta dan Pembentukan Tim Standardisasi PRAP Puskesmas 34
III.2.4 Sosialisasi dan Pelatihan Standar PRAP 34
III.2.5 Pengembangan Sistem Manajemen/Dokumentasi PRAP 34
III.2.6 Pelatihan Self-Assessment 35
III.2.7 Penerapan Standar PRAP 35
III.2.8 Asesmen Mandiri (Self-Assessment) 35
III.2.9 Tindakan Perbaikan 36
III.2.10 Tinjauan Manajemen 36
III.2.11 Evaluasi Eksternal 36
III.2.12 PRAP 37
III.2.13 Pemberian Peringkat 37

BAB IV KOMPONEN PERSYARATAN DAN INSTRUMEN PENILAIAN PELAYANAN RAMAH


ANAK DI PUSKESMAS 38
IV.1 GAMBARAN UMUM INSTRUMEN PENILAIAN 38

BAB V PENUTUP 39
V.1 LAMPIRAN 1 KOMPONEN PERSYARATAN 40
V.2 LAMPIRAN 2 BORANG PERSYARATAN PELAYANAN RAMAH ANAK DI PUSKESMAS 42
V.3 LAMPIRAN 3 KUESIONER NAKES 68

v
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 dan Undang-
Undang No. 17 tahun 2016 mengamanatkan bahwa setiap anak mempunyai hak untuk hidup,
tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hak anak
merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus dipenuhi, dihargai dan dilindungi.

Pasal 21 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 mengamanatkan kewajiban pemerintah


daerah untuk menjamin terwujudnya pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak melalui
pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA). Pengukuran KLA menggunakan 24
indikator yang mencerminkan pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak dari aspek
kelembagaan dan 5 (lima) klaster substansi Konvensi Hak Anak (KHA). Salah satu klaster
substansi tersebut yaitu klaster tentang Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan, yang diukur
melalui 6 (enam) indikator dan salah satu indikatornya adalah Pelayanan Ramah Anak di
Puskesmas (PRAP).

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas kesehatan terdepan yang


menjalankan kewajiban atau kebijakan negara dalam pembangunan kesehatan. Sebagai
fasilitas kesehatan berbasis wilayah puskesmas memberikan pelayanan peningkatan
kesehatan, melalui pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif). Puskesmas juga berperan dalam promosi kesehatan(promotif) melalui
pemberdayaan anak terutama anak usia remaja, pemberdayaan orangtua/keluarga dan
masyarakat agar paham dan mampu memenuhi hak kesehatan anak, menjadi pusat informasi
kesehatan bagi orangtua/keluarga maupun anak dan memberi dukungan agar mereka dapat
mempraktekkan pengetahuan kesehatan dalam kehidupan. Dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif maka derajat kesehatan anak diwilayah kerja Puskesmas dapat
dicapai setinggi-tingginya.

Berdasarkan data Profil Kesehatan 2021, persentase anak umur 0-17 tahun yang mempunyai
keluhan kesehatan dan pernah rawat jalan dalam sebulan terakhir menurut karakteristik dan
tempat rawat jalan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah pusat kesehatan
1
masyarakat (puskesmas) di Indonesia mencapai 10.260 unit pada 2021 dan sebanyak 3.191
puskesmas di 34 provinsi di 235 kabupaten/kota pada tahun 2021 telah menginisiasi
pelaksanaan pelayanan ramah anak.

Dari sisi pembangunan manusia, memprioritaskan upaya pemenuhan hak anak merupakan
upaya strategis karena jumlah penduduk usia anak (di bawah 18 tahun, termasuk anak masih
dalam kandungan) adalah sekitar 79,7 juta jiwa, atau 29,50% dari total jumlah penduduk (Profil
Anak Indonesia, 2021). Apabila sepertiga jumlah penduduk meningkat status kesehatannya
akan kontribusi secara bermakna pada derajat kesehatan disuatu wilayah. Status kesehatan
anak yang tinggi akan mempengaruhi kualitas kesehatan pada usia dewasa, pralansia dan
lansia, yang berarti merupakan investasi yang tepat karena akan menjamin kualitas manusia
di masa depan.

Pada tahun 2015 Kemen PPPA telah menyusun Panduan Model Pengembangan Pelayanan
Ramah Anak di Puskesmas. Panduan ini telah disosialisasikan di beberapa daerah dan
beberapa daerah telah menginisiasi model pelayanan ramah anak di puskesmas sesuai
panduan. Dalam pelaksanaannya masih ditemukan hal yang memerlukan penjelasan teknis,
maka pada tahun 2016 disusunlah Petunjuk Teknis Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas.
Petunjuk teknis selanjutnya disosialisasikan ke berbagai daerah dan mendapatkan beberapa
masukan yang mendukung pengembangan PRAP. Berdasarkan hal tersebut serta
pemutahiran data dilakukan revisi Petunjuk teknis PRAP untuk penyesuaian dan
penyempurnaan. Revisi yang dilakukan pada tahun 2022 ini ditujukan untuk menjadi pedoman
pengembangan PRAP sekaligus sebagai pedoman pelaksanaan standardisasi PRAP.

I.2. MANFAAT PELAYANAN RAMAH ANAK DI PUSKESMAS (PRAP)

Dengan melakukan pelayanan ramah anak di puskesmas akan meningkatkan status


kesehatan anak, yang diberi penekanan pada penerapan pelayanan kesehatan yang sejalan
dengan pemenuhan hak anak serta tersedianya SDM yang memiliki pehamanan tentang
prinsip-prinsip Konvensi Hak Anak. Hasil yang diharapkan adalah hak anak atas kesehatan
dapat terpenuhi, jumlah anak yang sehat meningkat, dan permasalahan kesehatan pada anak
menurun. Apabila semua Puskesmas memberikan pelayanan ramah anak maka dapat
berkontribusi dalam mewujudkan Kabupaten/Kota Layak Anak.

2
I.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Pedoman ini disusun dengan maksud untuk terwujudnya pelayanan ramah anak di puskesmas
sebagai bagian dari upaya peningkatan pemenuhan hak anak atas kesehatan.

Pedoman ini bertujuan untuk:


1. Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya mengembangkan pelayanan ramah
anak di puskesmas;
2. Menjadi panduan dalam pengembangan Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas
(PRAP);
3. Menyediakan indikator pelayanan ramah anak di puskesmas; dan
4. Menjadi pedoman pelaksanaan standardisasi pelayanan ramah anak di puskesmas
PRAP.
5. Membantu peningkatan kesiapan puskesmas dalam akrediatasi puskesmas sesuai
dengan peraturan perundangan.

I.4. SASARAN

I.4.1. Sasaran Langsung


a. Puskesmas
b. Dinas Kesehatan

I.4.2. Sasaran Tidak Langsung


a. Pemerintah Daerah
b. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait
c. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
d. Lembaga masyarakat
e. Media massa
f. Dunia Usaha
g. Forum Anak.

I.5. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

3
3. Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;
5. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian
Kesesuaian;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
10. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif;
11. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan;
12. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik-Integratif;
13. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Anak Usia Sekolah
dan Remaja Tahun 2017 – 2019;
14. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan
Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan
Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2013 tentang Pedoman Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Krisis
Kesehatan
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kewajiban Pemberi
Layanan Kesehatan untuk Memberikan Informasi atas Adanya Dugaan Kekerasan
terhadap Anak;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi;

4
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial;
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan
Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2014 tentang Skrinning Hipotiroid
Kongenital;
26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual;
27. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas;
28. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Standar Kapsul Vitamin
A bagi Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas;
29. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akrediatasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik
Mandidi Dokter Gigi;
30. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan;
31. Peraturan Menteri Kesehatan No. 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas;
32. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi;
33. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
34. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 284/MENKES/SK/III/2004 tentang Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA);
35. Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 2/KPP-
PA/Dep.IV/03/2016; HK.03.03/MENKES/136/2016; 440/4769/SJ tentang
Pengembangan Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas;

5
36. Peraturan Bersama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan,
Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 6/X/PB/2014; 73 Tahun 2014; 41
Tahun 2014; 81 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kesehatan Sekolah/Madrasah;
37. Nota Kesepahaman antara Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Sosial, Kementerian Agama, Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 472.11/4358A/57;
03/NK/OT/VIII/2015/01; M.HH-25.HM.05.02 TAHUN 2015;
HK.05.01/MENKES/310/2015; 08/VIII/NK/2015; 27 TAHUN/2015-10-8-2015; 12
TAHUN 2015; 7/MPP-PA/D.IV/8/2015 tentang Percepatan Kepemilikan Akta Kelahiran
dalam Rangka Perlindungan Anak;
38. Surat yang Diterbitkan oleh Menteri Kesehatan No. 872/menkes/XI/2006 tentang
Kriteria dan Fasilitas dari Ruang Menyusui.

I.6. PENGERTIAN

1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 Tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.
2. Bayi Baru Lahir adalah bayi umur 0 sampai dengan 28 hari.
3. Bayi adalah anak mulai umur 0 sampai 11 bulan.
4. Anak Balita adalah anak umur 12 bulan sampai dengan 59 bulan.
5. Anak Prasekolah adalah anak umur 60 bulan sampai 72 bulan.
6. Anak Usia Sekolah adalah anak umur lebih dari 6 tahun sampai sebelum berusia 18
tahun.
7. Remaja adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun.
8. Anak dengan Disabilitas adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik, mental,
intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama, yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan
untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.
9. Pelayanan Kesehatan Masa Hamil adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga melahirkan.

6
10. Pelayanan Kesehatan Masa Melahirkan, yang selanjutnya disebut Persalinan adalah
setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu sejak
dimulainya persalinan hingga 6 (enam) jam sesudah melahirkan.
11. Upaya Kesehatan Anak adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan anak dalam bentuk pencegahan penyakit,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh Pemerintah, pemerintah daerah
dan/atau masyarakat.
12. Skrining Hipotiroid Kongenital yang selanjutnya disingkat SHK, adalah skrining/uji
saring untuk memilah bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital dari bayi yang bukan
penderita.
13. Manajemen Terpadu Balita Sakit yang selanjutnya disingkat MTBS adalah suatu
pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus
kepada kesehatan anak berusia 0-59 bulan secara menyeluruh di unit rawat jalan
fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
14. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
15. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
16. Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas (PRAP) adalah upaya atau pelayanan di
puskesmas yang dilakukan berdasarkan pemenuhan, perlindungan dan penghargaan
atas hak-hak anak sesuai 4 (empat) prinsip hak anak, yaitu: non diskriminasi,
kepentingan terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan
perkembangan, serta penghargaan terhadap pendapat anak.
17. Forum Anak adalah organisasi atau lembaga sosial yang digunakan sebagai wadah
atau pranata partisipasi bagi anak yang belum berusia 18 tahun dimana anggotanya
merupakan perwakilan dari kelompok anak atau kelompok kegiatan anak yang dikelola
oleh anak-anak dan dibina oleh pemerintah sebagai media untuk anak mendengar dan
memenuhi aspirasi, suara, pendapat, keinginan dan kebutuhan anak dalam proses
pembangunan.
7
18. Non-diskriminasi adalah memberi pelayanan kepada siapapun anak tanpa
memandang asal-usul anak, wilayah domisili anak, status sosial anak, kondisi anak
termasuk anak difabel dan anak berkebutuhan khusus, termasuk anak dengan
HIV/AIDS dan Napza
19. Kepentingan terbaik bagi anak adalah dalam setiap pengambilan keputusan terkait
pelayanan kesehatan anak di Puskesmas mempertimbangkan kepentingan terbaik
anak.
20. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan adalah Puskesmas
berupaya maksimal untuk mencegah kematian anak, dan meningkatkan efektifitas
kegiatan menumbuhkembangkan anak baik di dalam maupun di luar gedung
Puskesmas.
21. Penghargaan terhadap pendapat anak adalah mendengarkan suara/pendapat sejak
dari proses perencanaan hingga evaluasi pelayanan kesehatan di Puskesmas.
22. Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi yang selanjutnya disebut Akreditasi adalah
pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar Akreditasi.
23. Standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara
dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak/Pemerintah/
keputusan internasional yang terkait dengan memperhatikan syarat keselamatan,
keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengalaman, serta perkembangan masa kini dan masa depan untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
24. Penilaian Kesesuaian adalah kegiatan untuk menilai bahwa Barang, Jasa, Sistem,
Proses, atau Personal telah memenuhi persyaratan acuan.

8
BAB II
INDIKATOR PELAYANAN RAMAH ANAK DI PUSKESMAS

Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas (PRAP) adalah upaya atau pelayanan di puskesmas yang
dilakukan berdasarkan pemenuhan, perlindungan dan penghargaan atas hak-hak anak sesuai 4
(empat) prinsip hak anak, yaitu: non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, hak untuk hidup,
kelangsungan hidup dan perkembangan, serta penghargaan terhadap pendapat anak.
Implementasi prinsip-prinsip tersebut, terwujud dalam beberapa aspek, yaitu sumber daya
manusia yang telah mendapatkan pelatihan/sosialisasi/ orientasi tentang hak anak, sarana
prasarana dan lingkungan yang mendukung kebutuhan anak, pelayanan yang memenuhi
kebutuhan anak, partisipasi anak dalam perencanaan dan pelaksanaan program terkait dengan
anak, serta adanya upaya yang dilakukan oleh puskesmas untuk menjangkau kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat terkait kesehatan anak di lingkungan sekitar puskesmas.

Berikut ini penjelasan yang lebih rinci tentang persyaratan Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas.

II.1. PENGELOLAAN

II.1.1. Kebijakan

Dibutuhkan adanya landasan kebijakan berupa SK yang mendukung PRAP dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. SK mengacu kepada Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 2/KPP-PA/Dep.IV/03/2016; HK.03.03/MENKES/136/2016; 440/4769/SJ tentang
Pengembangan Pelayanan Ramah Anak di Puskesmasyang mengacu kepada Perpres No 21
tahun 2001 tentang kebijakan Kabupaten Kota Layak Anak / KLA.

Selaku penanggung jawab pengelolaan puskesmas secara keseluruhan, Kepala Puskesmas


harus menunjukkan komitmennya dalam penyelenggaraan PRAP dengan cara:
a. Membuat kebijakan tertulis mengenai keinginan pimpinan dan jajaran manajemen
puskesmas untuk menjalankan semua persyaratan PRAP. Kebijakan tertulis dapat
merujuk kepada Peraturan dan Kebijakan yang relevan dari Kepala Dinas.
b. Membuat kebijakan yang memprioritaskan pelayanan bagi anak termasuk Anak
Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK), dengan merujuk kepada UU Perlindungan

9
Anak No. 35 tahun 2014, pasal 59 terkait AMPK.
c. Membentuk organisasi/unit yang akan menyelenggarakan PRAP dengan pembagian
tanggungjawab dan tugas yang jelas. Unit organisasi yang menyelenggarakan PRAP
dapat dibentuk sejalan dengan kaji ulang Struktur Organisasi sesuai dengan persyaratan
Akreditasi Puskesmas.
d. Memantau secara periodik efektivitas pelaksanaan PRAP dan upaya-upaya
peningkatannya (improvement). Upaya meninjau efektivitas penyelenggaraan PRAP
dapat dilakukan bersamaan dengan pemenuhan persyaratan Akreditasi Puskesmas
Kriteria 1.1.5.

Puskesmas harus menetapkan target dan rencana kerja penjangkauan PRAP di LKSA, Sekolah,
PAUD, Posyandu, BKB, dll yang dituangkan dalam RUK. Penyusunan RUK sesuai dengan
persyaratan Akrditasi Puskesmas.

Dalam konteks promosi, Puskesmas tidak menyelenggarakan promosi dan kerjasama dengan
susu Formula. Contoh promosi seperti: etalase, kerjasama, brosur dan iklan di Puskesmas.

II.1.2. Pemenuhan Peraturan/Kebijakan Nasional dan Daerah

Puskesmas memiliki daftar dan akses terhadap peraturan nasional dan daerah yang berlaku dan
wajib dipenuhi (misalnya peraturan tentang akreditasi), yang relevan dengan anak.

Pembuatan rencana kerja untuk memenuhi kesenjangan terhadap peraturan yang berlaku
khususnya persyaratan akreditasi puskesmas yang relevan dengan pemenuhan hak dan
perlindungan anak. Rencana Kerja disatukan dengan RUK Tahunan.

II.1.3. Data dan Informasi Mengenai Hak dan Perlindungan Anak atas Kesehatan

Pengelolaan puskesmas merujuk pada kebijakan Kementerian Kesehatan maupun kebijakan


daerah yang telah ada. Sebagai puskesmas dengan pelayanan ramah anak diharapkan
memberikan prioritas pada pemenuhan hak anak serta merencanakan dan melaksanakan
program dan kegiatan yang menyelesaikan masalah kesehatan anak. Penyediaan data anak
yang memperoleh pelayanan kesehatan anak disesuaikan dengan Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kesehatan yang berlaku

10
Dalam KHA negara wajib mensosialisasikan hak anak kepada semua orang tua dan semua anak.
Puskesmas sebagai pusat informasi mengenai hak-hak anak atas kesehatan diharapkan memiliki
data dan informasi terkait hak atas kesehatan anak yang mudah diakses anak maupun orang
tua. Sebagian puskesmas telah mempunyai perpustakaan untuk kepentingan petugas
puskesmas. Perpustakaan dapat dikembangkan agar dapat sekaligus dimanfaatkan oleh anak
maupun orang tua. Bila puskemas belum mempunyai perpustakaan, dapat dibuat pojok baca,
misalnya berupa meja dengan satu atau lebih rak yang diisi dengan buku atau media lain tentang
hak anak dan materi lain terkait kesehatan (contoh Buku KIA).

Tersedia data pemutakhiran tentang anak yang memperoleh pelayanan kesehatan anak, tentang:
a. Pemetaan wilayah (data anak di wilayah puskesmas secara keseluruhan)
b. Cakupan ASI dan imunisasi
c. Pemantauan tumbuh kembang, penyakit/gangguan kesehatan
d. Data korban KTA
e. Data anak dengan disabilitas
f. Jumlah anak yang memperoleh pelayanan baik di dalam maupun dan di luar gedung
Puskesmas.

Data pemutakhiran dapat Dapat menggunakan data registrasi kohort ibu, bayi, balita, dan anak
pra sekolah setiap bulan, dengan isi yang sesuai dengan referensi dari Kementerian Kesehatan

II.1.4. Manajemen Penaggulangan Krisis Kesehatan

Dalam keadaan emergensi (emergency) seperti gempa bumi, banjir, tsunami, kebakaran dan
lain-lain, keselamatan anak yang berada di lingkungan puskesmas harus mendapat perhatian
sama besarnya dengan orang dewasa. Puskesmas yang ramah anak harus menyediakan
prosedur kesiapan terhadap keadaan emergensi melalui penyediaan peralatan pencegahan
dan pemeliharaannya secara rutin agar siap dipergunakan setiap saat.
Langkah-langkah penanganan kesehatan anak pada tahap tanggap darurat krisis kesehatan
baik di gedung dan lingkungan puskesmas, maupun di dalam wilayah pelayanan jangkauan
puskesmas harus jelas dan terstruktur.
Di samping itu juga harus tersedia prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan/atau
prosedur emergensi jika bencana terjadi, yang diuji coba secara periodik dengan melibatkan
anak yang berada di puskesmas.

11
II.1.5. Pemantauan dan Evaluasi

Dalam pelayanan kesehatan, pemantauan dan evaluasi harus selalu dilakukan untuk
memastikan pelayanan berjalan sesuai standar prosedur dan target dari pelayanan tercapai.
Begitu pula dengan pelayanan ramah anak di Puskesmas, untuk memastikan pelayanan
ramah anak di Puskesmas berjalan dengan baik, maka diperlukan kegiatan pemantauan dan
evaluasi yang dilakukan secara berkala dan terus menerus selama pelayanan ramah anak
tersebut diterapkan. Pemantauan dan evaluasi merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur pencapaian indikator-indikator pelayanan ramah anak, dan memastikan pelayanan
ramah anak tersebut sesuai dengan pedomaN.

Tahapan kegiatan pemantauan adalah perencanaan, penetapan indikator, pengumpulan


data, analisis data, diseminasi hasil dan rekomendasi berdasarkan analisis kepada pihak
pengambil keputusan di Puskesmas. Kegiatan evaluasi untuk pelayanan kesehatan
dilakukan menurut kriteria kegiatan atau program yang dilaksanakan. Melihat indikator yang
ada maka evaluasi yang dilakukan dapat dibagi menjadi evaluasi pada input dan output dari
pelayanan ramah anak. Berikut merupakan evaluasi yang dilakukan pada pelayanan ramah
anak:
a. Evaluasi input, yaitu dilakukan pada semua input yang digunakan dalam kegiatan/
program seperti modal, sarana dan prasarana, SDM, dana, teknologi, prosedur, dll.
Pada pelayanan ramah anak, evaluasi input dilakukan pada tenaga kesehatan terlatih
KHA, dan pada indikator sarana dan prasarana sesuai juknis.
b. Evaluasi output yang dilaksanakan pada hasil kegiatan, seperti cakupan program,
kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan dll. Pada pelayanan ramah anak maka
evaluasi output mengacu pada indikator-indikator pelayanan yang telah dijelaskan pada
juknis/pedoman ini.

Pelaksana kegiatan pemantauan evaluasi PRAP adalah Dinas Kesehatan dengan Dinas
PPPA secara terpadu dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, dan juga oleh
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KEMEN PPPA) yang
memantau melalui mekanisme.

Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perlu melibatkan Forum Anak di kecamatan paling
sedikit 6 bulan sekali. Pemantauan dan evaluasi PRAP dilaksanakan melalui:

12
a. Mekanisme pencatatan pelaporan,
b. Pertemuan forum koordinasi,
c. Melakukan kunjungan lapangan dengan melibatkan berbagai pihak terkait,
d. Menyusun laporan hasil pemantauan.

II.1.6. Inovasi

Puskemas memiliki inovasi yang berkesinambungan terkait pemenuhan hak anak. Bentuk
inovasi yang dilakukan adalah :
a. Inovasi yang berdampak baik bagi anak,
b. sesuatu yang baru (hasil pengembangan dari program yang sudah ada)
c. Berkesinambungan bukan kegiatan 1 kali

II.2. SUMBER DAYA MANUSIA

Persyaratan pertama dalam standar pelayanan ramah anak adalah tersedianya tenaga kesehatan
di Puskesmas yang dapat memberikan pelayanan ramah anak, memahami dan menghayati
tentang hak anak secara komprehensif, salah satu indikatornya adalah telah mengikuti
pelatihan/sosialisasi/orientasi tentang KHA. Pada tahap awal, pelatihan/sosialisasi/ orientasi
tentang KHA ini diprioritaskan bagi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan langsung
kepada anak. Sebagai standar awal, dalam satu puskemas diharapkan terdapat paling sedikit 2
(dua) orang tenaga kesehatan yang telah terlatih / tersosialisasi / terorientasi tentang KHA.

Pelatihan/sosialisasi/orientasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang hak dan


prinsip-prinsip hak anak dalam KHA, membangun sikap yang peduli terhadap kebutuhan dan
kepentingan anak dan mampu berkomunikasi efektif dengan anak. Melalui pelatihan/sosialisasi/
orientasi ini diharapkan tenaga kesehatan mampu melayani anak dengan memperhatikan
kepentingan terbaik bagi anak, tidak diskriminatif, dan memperhatikan pendapat anak.

Lembaga yang dapat menyelenggarakan pelatihan/sosialisasi/orientasi yaitu Kementerian


Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KEMEN PPPA) atau kementerian/lembaga
lain yang telah memperoleh izin dan kompeten dalam melakukan pelatihan Konvensi Hak Anak.

13
II.3. SARANA, PRASARANA DAN LINGKUNGAN

Secara umum sarana, prasarana dan lingkungan yang dibutuhkan dalam rangka pemenuhan hak
anak dapat diidentifikasi sesuai dengan persyaratan Akreditasi Puskesmas pada Kriteria 1.1.2
dan 2.1.3.

II.3.1. Media dan Materi KIE terkait Kesehatan Anak

Salah satu fungsi dari puskemas adalah menjadi pusat informasi kesehatan. Salah satu indikator
Puskesmas Ramah Anak adalah adanya upaya Puskesmas untuk menyediakan informasi dan
menyampaikan informasi terkait kesehatan anak melalui kegiatan Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE). KIE dapat diselenggarakan di dalam maupun di luar gedung puskesmas. KIE dapat
dilakukan secara tatap muka individual maupun kelompok kecil di dalam gedung puskesmas.
Kegiatan KIE di luar gedung dapat dilakukan kepada individual, keluarga, kelompok dan
masyarakat, diantaranya melalui kunjungan keluarga yang terintegrasi dengan program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

KIE juga dapat dilakukan dengan menggunakan media, baik elektronik, media cetak maupun
media sosial. Media elektronik yang dapat digunakan di puskesmas antara lain media audio,
visual, audio visual, media sosial atau media cetak. Media cetak yang digunakan di Puskesmas
dapat berupa booklet, poster, leaflet, banner. Pesan yang disampaikan meliputi hak anak dan
kewajiban orang tua dalam pemenuhan hak anak serta pesan lainnya terkait kesehatan anak.
Salah satu contoh adalah bagaimana pembinaan orang tua terhadap anak dengan disabilitas.

Media dapat dikembangkan sendiri oleh puskesmas dengan melibatkan anak atau mendapatkan
materi dari institusi lain misalnya dari Kementerian Kesehatan RI, BKKBN, Dinas Kesehatan,
Dinas Komunikasi dan Informasi, Dinas atau Lembaga terkait lainnya yang bertugas memastikan
pemenuhan hak anak atau dapat juga mendapat bantuan dari dunia usaha.

II.3.2. Ruang Pelayanan dan Konseling

Ruang pelayanan dan konseling bagi anak adalah tempat di mana kegiatan pelayanan kesehatan
(pemeriksaan, pengobatan dan penyuluhan) serta konseling oleh tenaga kesehatan dilakukan.
Syarat ruang pelayanan dan konseling bagi anak adalah ruangan yang tertutup sehingga privasi

14
anak terjaga. Ruangan harus dibuat nyaman dengan warna dinding yang memiliki efek
menenangkan, seperti biru muda, kuning muda, dan lain-lain. Sebaiknya di ruangan ini dilengkapi
materi dan media KIE termasuk buku-buku yang dapat membantu pemahaman anak tentang hak
kesehatan dan hal lain terkait kesehatan anak. Apabila Puskesmas tidak bisa menyediakan
ruangan khusus, maka dapat menggunakan ruang lain yang memenuhi syarat misalnya ruang
konsultasi atau pelayanan bergantian dengan ruang lain yang ada di Puskesmas. Ruangan harus
dibuat nyaman dengan sirkulasi udara yang baik dan dengan warna dinding yang memiliki efek
menenangkan seperti biru muda, kuning muda, dan lainnya dan dilengkapi materi dan media KIE
termasuk buku-buku yang dapat membantu pemahaman anak tentang hak kesehatan dan hal lain
terkait kesehatan anak.

II.3.3. Ruang/tempat/area tunggu/bermain

Ruang/tempat/area tunggu/bermain adalah ruangan atau tempat yang disediakan untuk anak
ketika menunggu orang tuanya berobat atau berkonsultasi di puskesmas. Seringkali orang tua
yang sakit mengajak anak mereka yang sehat untuk berobat di puskesmas, sehingga perlu
disediakan ruang tunggu/bermain yang berjarak aman dari ruang tunggu pasien. Maksud
pembuatan ruang ini adalah untuk menjaga anak yang sehat agar tetap sehat, sehingga ruang
tersebut harus yang non-infeksius.

Sebaiknya pada ruang atau tempat tersebut dilengkapi dengan perabot bermain dan perabot
lingkungan yang aman dan edukatif. Mainan yang ada harus aman dan memiliki standar nasional
SNI, atau telah dikaji keamanannya oleh ahli /dokter. Penyediaan permainan edukatif diharapkan
dapat memberi stimulasi tumbuh kembang anak. Anak yang bermain di ruang bermain harus
dalam pengawasan pendamping (orang tua atau petugas) dan Perabot bermain harus selalu
dibersihkan secara berkala dengan desinfektan

Lokasi ruangan ini bisa di dalam atau di luar Puskesmas, menyesuaikan dengan ketersediaan
lahan yang ada. Apabila tersedia ruangan, dinding ruang tunggu/bermain anak dapat dicat dengan
warna cerah agar menarik perhatian anak, bisa juga ditambah dengan stiker binatang atau
tumbuhan. Lantai ruang tunggu/bermain dialasi dengan karpet/matras/alas lainnya yang empuk
agar anak merasa nyaman, dan juga berfungsi untuk mengantisipasi benturan jika anak terjatuh.

15
Perabot bermain harus :
a. Aman selama dipergunakan
b. Memiliki standar nasional SNI, atau telah dikaji keamanannya oleh ahli/dokter olahraga
c. Lantai ruangannya dialasi dengan karpet/matras/alas lainnya yang empuk dan
d. Cat dinding warna cerah.

II.3.4. Ruang ASI

Ruang ASI adalah ruangan yang dilengkapi dengan prasarana menyusui bayi, memerah ASI,
menyimpan ASI perah, dan/atau konseling menyusui/ASI. Pembuatan dan sarana prasarana
fasilitas khusus menyusui dan/memerah ASI dapat merujuk pada:

a. Surat yang Diterbitkan oleh Menteri Kesehatan No. 872/menkes/XI/2006 tentang Kriteria
dan Fasilitas dari Ruang Menyusui.
b. Permenkes RI No. 15 tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus
Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.

Beberapa kondisi yang harus diperhatikan pada fasilitas ruang ASI adalah:
a. Dilarang keras untuk mempromosikan susu formula atau produk serupa lainnya.
b. Ruangan tersebut harus bebas dari asap rokok.
c. Tidak diizinkan untuk membawa masuk binatang peliharaan ke dalam ruang menyusui
d. Tersedianya cadangan air minum untuk ibu menyusui
e. Ruangan dibuat senyaman mungkin dengan sirkulasi udara yang baik

Ruang ASI harus disediakan dengan syarat fisik:


a. Ruangan dan perabotnya
b. Ventilasi
c. Wastafel dengan air mengalir dan sabun cuci tangan
d. Ruangan tertutup
e. Lemari pendingin tempat penyimpanan ASI
f. Sterilisator.

Pemilihan warna dinding sesuai surat yang diterbitkan oleh Menteri Kesehatan adalah putih/biru
muda/kuning muda.

16
II.3.5. Marka Dilarang Merokok atau Kawasan Tanpa Rokok

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan bebas asap
rokok menurut PP No. 109 tahun 2012 tentang pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan atau sesuai peraturan daerah yang mengatur kawasan
tanpa rokok.

Salah satu persyaratan Puskesmas Ramah Anak adalah adanya tanda peringatan dilarang
merokok di lingkungan puskesmas. Tanda tersebut dapat berupa stiker/plang/papan/tulisan yang
menandakan bahwa di area tersebut dilarang merokok. Tanda ini dipasang di setiap ruangan dan
kawasan Puskesmas di tempat yang terlihat oleh orang banyak.

Selain adanya marka KTR, puskesmas juga diharapkan memperlihatkan komiten mereka untuk
melindungi anak dari asap rokok dengan adanya regulasi dari kepala puskesmas mengenai KTR
di puskesmas. Penerapan KTR di puskesmas juga termasuk larangan adanya iklan, promosi, dan
sponsor rokok.

II.3.6. Sanitasi Lingkungan Puskesmas yang Sesuai Standar

Sanitasi lingkungan puskesmas haruslah bersih, aman dan nyaman bagi anak. Sanitasi
lingkungan Puskesmas yang meliputi antara lain toilet, air bersih, pengelolaan sampah, dan
pembuangan limbah yang memenuhi standar. Pengaturan sanitasi puskesmas terdapat pada
lampiran Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.

Toilet laki laki dan perempuan harus terpisah dan dalam keadaan bersih, dan menggunakan
ukuran yang sesuai bagi pengguna anak. Puskesmas diharapkan memiliki toilet khusus
disabilitas. Bagi puskesmas yang belum memiliki toilet khusus disabilitas, toilet yang ada harus
memiliki fasilitas yang dapat digunakan oleh disabilitas. Puskesmas harus memiliki pengelolaan
sampah infeksius dan non infeksius yang sesuai standar serta harus ada sarana pembuangan
limbah. Tersedia tempat cuci tangan yang layak untuk anak dengan air bersih yang mengalir dan
sabun cuci tangan.

17
Pengaturan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas. Upaya sarana/prasarana ini
dapat sejalan dengan penerapan persyaratan Akreditasi Puskesmas.

II.3.7. Sarana dan Prasarana bagi Anak Penyandang Disabilitas

Puskesmas Ramah Anak haruslah memiliki sarana dan prasana bagi anak penyandang
disabilitas. Anak penyandang disabilitas menurut WHO adalah anak yang memiliki
ketidakmampuan melaksanakan suatu aktifitas/kegiatan tertentu yang disebabkan oleh kondisi
kehilangan atau ketidakmampuan baik psikologis, fisiologis maupun kelainan struktur atau
fungsi anatomis. Berdasarkan Glosarium Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, Kementerian
Sosial, yang dimaksud dengan alat bantu adalah alat yang dipergunakan penyandang disabilitas
untuk dapat meminimalkan hambatan yang dialami agar dapat meningkatkan mobilitas,
komunikasi, dan interaksi dalam kehidupan bermasyarakat secara wajar, sekaligus untuk
meminimalisasi kerusakan/kecacatan lanjutan. Sarana dan prasarana bagi anak disabilitas di
Puskesmas antara lain kursi roda, hand rail, ram, informasi audio untuk tuna netra, toilet khusus,
informasi visual untuk tuna rungu, rambu atau marka.

Selain fasilitas, apabila puskesmas memiliki sumber daya manusia yang mencukupi untuk dapat
memberikan kemudahan berupa prioritas pelayanan saat di loket/pendaftaran dan
pendampingan bagi anak dengan disabilitas. Hal ini dapat sangat menunjang pelayanan ramah
anak di puskesmas untuk anak penyandang disabilitas.

Tersedia sarana prasarana dan pelayanan bagi anak penyandang disabiilitas :


a. Kursi roda
b. Ramp
c. Toilet untuk anak penyadang disabilitas

Sarana prasarana dan pelayanan bagi anak penyandang disabilitas di Puskesmas serta
pendamping bagi penyandang disabilitas yang memerlukan pelayanan. Upaya
sarana/prasarana ini dapat sejalan dengan penerapan persyaratan Akreditasi Puskesmas.
Acuan untuk teknis fasilitas dan aksesibilitas dapat mengacu pada Permen PU No.
30/PRT/M/2006.

18
II.4. PELAYANAN

Untuk dapat memenuhi hak anak sesuai dengan cirri khas tumbuh kembangnya yang
berbeda-beda di setiap kelompok usia, maka puskesmas disebut ramah anak bila di
puskesmas tersebut menyediakan pelayanan kesehatan berikut ini,
a. Pelayanan Kesehatan Masa Hamil
b. Pelayanan Persalinan dan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan
c. Pelayanan Kesehatan Bayi baru lahir
d. Pelayanan Kesehatan Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
e. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
f. Pelayanan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
(PP-KtPA)

II.4.1. Pelayanan Kesehatan Masa Hamil (Antenatal)

Pelayanan Kesehatan Masa Hamil bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan
dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.

Pelayanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga sebelum
mulainya proses persalinan dan wajib dilakukan melalui pelayanan antenatal terpadu.

Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan komprehensif dan berkualitas


yang dilakukan melalui:
a. pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi dan gizi agar
kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan cerdas;
b. deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan;
c. penyiapan persalinan yang bersih dan aman
d. perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit/komplikasi;
e. stabilisasi pra rujukan;
f. penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan;
g. melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarganya dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu
hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi;

19
h. semua ibu hamil harus mendapatkan informasi dan edukasi terkait kesehatan ibu yang
terdapat dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); dan
i. pemberian informasi dan edukasi kepada ibu hamil untuk menjadi anggota BPJS dan
mendaftarkan bayi yang akan dilahirkan.

Sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan No 21 Tahun 2021 Pasal 13


Playanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan sekurang-kurangnya 6 (enam) kali selama masa
kehamilan yang dilakukan:
a. 2 (Dua) kali pada trimester pertama (sebelum minggu ke-12);
b. 1 (Satu) kali pada trimester kedua (antara minggu ke 24-28); dan
c. 3 (Tiga) kali pada trimester ketiga (antara minggu ke 30-38).

Pelayanan antenaal sesuai dengan standard an secara terpadu (10 T) meliputi :


a. pengukuran berat badan dan tinggi badan;
b. pengukuran tekanan darah;
c. pengukuran lingkar lengan atas (LiLA);
d. pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e. penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin;
f. pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi;
g. pemberian tablet tambah darah minimal 90 (sembilan puluh) tablet;
h. tes laboratorium;
i. tata laksana/penanganan kasus; dan
j. temu wicara (konseling) dan penilaian kesehatan jiwa.

Pelayanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi dan kewenangan, serta harus dilakukan sesuai standar dan dicatat dalam buku
KIA.

Puskesmas harus menyediakan pelayanan pendaftaran yang terpisah untuk wanita hamil
dengan pasien lainnya, melalui akses loket pendaftaran, poli layanan dan kursi tunggu
khusus. Demikian pula fasilitas yang disediakan harus menunjang dan mempermudah
kebutuhan wanita hamil, di antaranya tolet duduk, pintu toilet yang dibuka (didorong) dari
dalam toilet, dan bel panggilan bantuan dari dalam toilet.

20
II.4.2. Pelayanan Persalinan dan Kesehatan Bayi Baru Lahir

Pelayanan berikutnya adalah pelayanan persalinan dan pelayanan kesehatan Bayi Baru Lahir.
Pelayanan persalinan diberikan kepada ibu bersalin dalam bentuk 5 (lima) aspek dasar meliputi:
a. Membuat keputusan klinik;
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi termasuk IMD dan resusitasi bayi baru lahir;
c. Pencegahan infeksi;
d. Pencegahan penularan penyakit dari ibu ke anak
e. Persalinan bersih dan aman;
f. Pencatatan (rekam medis) asuhan persalinan; dan
g. Rujukan pada kasus komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Persalinan haruslah dilakukan sesuai dengan standar Asuhan Persalinan Normal (APN).

Sementara itu Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan meliputi:


a. pelayanan kesehatan bagi ibu; dan
b. pelayanan kesehatan bayi baru lahir.

Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan
No 21 Tahun 2021 Pasal 21. Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir paling sedikit
4 kali dengan ketentuan waktu pemeriksaan meliputi:
a. 1 kali pada periode 6 jam sampai dengan 48 jam pascapersalinan;
b. 1 kali pada periode 3 hari sampai dengan 7 hari pascapersalinan;
c. 1 kali pada periode 8 hari sampai dengan 28 hari pascapersalinan dan;
d. 1 kali pada periode 29 hari sampai dengan 42 hari pascapersalinan.

Kegiatan Pelayanan kesehatan bagi ibu meliputi:


a. Pemeriksaan status mental ibu
b. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
c. Pemeriksaan tinggi fundus uteri
d. Pemeriksaan lokhia dan perdarahan
e. Pemeriksaan jalan lahir
f. Pemeriksaan Payudara dan anjuran pemberian ASI Ekslusif
g. Pemberian kapsul vitamin A
h. Pelayanan Kontrasepsi pascapersalinan
i. Konseling, dan Identifikasi Risiko dan Komplikasi
21
j. Penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada masa nifas
k. Penambahan kontraksi fundus uteri.

Cakupan bayi sampai dengan 6 (enam) bulan yang mendaoatkan ASI eksklusif dan larangan
pemberian susu formua kepada Bayi Baru Lahir tanpa indikasi medis.

II.4.3. Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan Prasekolah

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa bayi usia 0 – 2 bulan mendapatkan pelayanan
MTBM. Sedangkan anak balita dan pra sekolah usia 2 bulan - 6 tahun mendapatkan pelayanan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mengacu pada bagan MTBS. Selain itu, sama
halnya dengan bayi baru lahir, untuk memberi akses informasi hak kesehatan anak balita dan
anak pra sekolah harus memiliki Buku KIA yang diturunkan dari ibunya.

Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan Prasekolah, meliputi:


a. Pemberian imunisasi dasar lengkap bagi Bayi.
Imunisasi dasar yang di berikan meliputi pemberian HB0 1 kali, BCG 1 kali, Polio 4 kali ,
IVP 1 kali, DPT-HB-Hib 3 kali, Campak 1 kali. Imunisasi dasar disebut lengkap bila
diberikan sebelum usia 1 tahun;
b. Pemberian imunisasi lanjutan DPT/HB/Hib pada anak usia 18 bulan dan imunisasi campak
pada anak usia 24 bulan;
c. Pemberian Vitamin A.
Pemberian vitamin A diberikan 1 kali pada bayi usia 6 -12 bulan (pada bulan Februari atau
Agustus). Sedangkan pemberian vitamin A pada anak 12 – 60 bulan (pada bulan Februari
dan Agustus);
d. Upaya pola mengasuh Anak.
Upaya pola mengasuh Anak dilakukan melalui pemberian konseling kepada orangtua atau
pelayanan oleh petugas Taman Pengasuhan Anak (TPA), Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), Bina Kesehatan Balita (BKB), dan Posyandu pada anak usia 0 - 72 bulan;
e. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan serta pemantauan gangguan tumbuh
kembang.
Pemantauan pertumbuhan dilakukan pada anak usia 0 - 72 bulan melalui penimbangan
berat badan setiap bulan dan pengukuran tinggi badan setiap 3 (tiga) bulan serta
pengukuran lingkar kepala sesuai jadwal. Pemantauan perkembangan dilakukan melalui
22
kegiatan stimulasi, deteksi dini dan intervensi dini tumbuh kembang setiap 3 bulan pada
anak usia 0 - 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak usia 24 – 72 bulan. Pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan serta pemantauan gangguan tumbuh kembang
diarahkan untuk meningkatkan kesehatan fisik, kognitif, mental, dan psikososial anak.
Kegiatan ini harus diselenggarakan secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan:
(1) stimulasi yang memadai;
(2) deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang; dan
(3) intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.

Kegiatan ini selain dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, juga dapat
dilakukan terintegrasi dalam penyelengaraan PAUD/BKB dan Taman Kanak-kanak/RA.
Bila terdapat penyimpangan tumbuh kembang, rujukan harus dilakukan ke tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai masalah anak di fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan agar anak memiliki tumbuh kembang optimal.
f. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Pelayanan MTBS terdiri dari memeriksa tanda bahaya umum, apakah anak batuk atau
sukar bernapas, apakah anak diare, apakah anak demam, apakah anak mempunyai
masalah telinga, memeriksa status gizi, memeriksa anemia, memeriksa status HIV,
memeriksa status imunisasi, memeriksa pemberian vitamin A, menilai masalah atau
keluhan lain, dan melakukan penilaian pemberian makan;
g. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu;
h. Semua ibu yang mempunyai anak usia dini (0 – 6 tahun) harus mendapatkan informasi
dan edukasi terkait kesehatan anak yang terdapat dalam buku KIA.

Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan Prasekolah, meliputi:


a. pemberian obat cacing sekali per 6 bulan
b. upaya pola mengasuh Anak melalui pemberian konseling;
c. pelayanan balita dengan MTBS;
d. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil; dan

23
II.4.4. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan
dapat dijangkau oleh remaja serta berkesan menyenangkan, menerima remaja dengan tangan
terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan
kesehatan remaja, serta efektif, efisien dan komprehensif dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Puskesmas PKPR diharapkan dalam memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative secara komprehensif sesuai dengan keinginan, selera dan kebutuhan remaja.

Puskesmas harus memenuhi 3 syarat yaitu memiliki tenaga terlatih/terorientasi atau telah
mendapatkan on the job training mengenai PKPR, memiliki pedoman PKPR dan memberikan
pelayanan konseling pada remaja.

Ruang lingkup pelayanan PKPR adalah semua kelompok remaja usia 10-18 tahun tanpa
memandang status perkawinan. Fokus sasaran layanan Puskesmas PKPR adalah berbagai
kelompok remaja, antara lain:
a. Remaja di sekolah: sekolah umum, madrasah, pesantren, sekolah luar biasa
b. Remaja di luar sekolah: karang taruna, saka bakti husada, palang merah remaja, panti
yatim piatu/rehabilitasi, kelompok belajar mengajar, organisasi remaja, rumah singgah,
kelompok keagamaan.
c. Remaja putri sebagai calon ibu dan remaja hamil tanpa mempermasalahkan status
pernikahan.
d. Remaja yang rentan terhadap penularan HIV, remaja yang sudah terinfeksi HIV, remaja
yang terkena dampak HIV dan AIDS, remaja yang menjadi yatim/piatu karena AIDS
e. Remaja berkebutuhan khusus, yang meliputi kelompok remaja sebagai berikut:
- Korban kekerasan, korban traficking, korban eksploitasi seksual
- Penyandang cacat, di lembaga pemasyarakatan (LAPAS), anak jalanan, dan remaja
pekerja
- Di daerah konflik (pengungsian), dan di daerah terpencil.

Prinsip utama pelayanan PKPR ini adalah menjangkau sebanyak mungkin remaja baik di dalam
gedung puskesmas maupun di luar gedung. Pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang harus diberikan secara komprehensif. Intervensi
yang diberikan meliputi:

24
a. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja (meliputi infeksi menular seksual/IMS,
HIV&AIDS) termasuk seksualitas dan pubertas;
b. Pencegahan dan penanggulangan kehamilan pada remaja;
c. Pelayanan gizi (anemia, kekurangan dan kelebihan gizi) termasuk konseling dan edukasi;
d. Tumbuh kembang remaja;
e. Skrining status TT pada remaja;
f. Pelayanan kesehatan jiwa remaja, meliputi: masalah psikososial, gangguan jiwa, dan
kualitas hidup;
g. Pencegahan dan penanggulangan NAPZA;
h. Deteksi dan penanganan kekerasan terhadap remaja;
i. Deteksi dan penanganan tuberculosis;
j. Deteksi dan penanganan kecacingan;

II.4.5. Pelayanan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan dan


Anak (PPKtPA)

Tenaga kesehatan memainkan peranan penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
kekerasan terhadap perempuan dan anak, karena seringkali korban kekerasan pertama kali
mendatangi tenaga kesehatan untuk mencari pertolongan.

Upaya pelayanan kesehatan terhadap korban kekerasan terhadap perempuan dan anak meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang kesetaraan gender, hak-hak perempuan dan anak,
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak tindakan kekerasan terhadap perempuan
dan anak, meningkatkan kemampuan mengendalikan emosi untuk tidak melakukan tindak
kekerasan serta upaya memperoleh akses pelayanan kesehatan yang diperlukan. Sedangkan
upaya kuratif bertujuan untuk pengobatan dan upaya rehabilitatif bertujuan untuk pemulihan.
Dalam penanganan kasus Kekerasan terhadap anak, petugas harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Melindungi korban dari pelaku dan upaya bunuh diri.
b. Melaporkan/memberikan informasi kejadian dugaan kekerasan kepada pihak yang
berwenang dengan persetujuan korban (kecuali yang mengancam keselamatan hidup
korban dan kasus dugaaan KtA sesuai Permenkes No.68 th 2013).
c. Menyediakan penanganan medis komprehensif.
d. Merujuk ke jejaring untuk pendampingan paripurna dan penanganan aspek non-medis.
25
II.4.6. Pelayanan Ramah Anak oleh Tenaga Kesehatan dan Non Tenaga Kesehatan

Adanya kegiatan pemantauan pelayanan oleh Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan terkait
ramah anak. Dapat berupa survey keramahan tenaga Nakes dan Non Nakes kepada anak (survey
dari KEMEN PPPA)

II.5. PARTISIPASI ANAK

Dalam pelaksanaan pemenuhan hak terhadap pendapat anak, perlu ada wadah dan mekanisme
untuk mendengar suara anak dan selanjutnya dilibatkan dalam perencanaan puskesmas maupun
evaluasi PRAP. Pertama kali pelibatan anak dilakukan dalam perencanaan puskesmas, pada saat
penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) tahunan.

Mekanisme mendengar pendapat anak dapat digunakan menggunakan kotak saran, dengar
pendapat dengan Forum Anak kecamatan atau desa, atau melalui forum pembinaan anak/remaja
oleh Puskesmas yang menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).
Mekanisme mendengar pendapat anak juga dapat dilakukan ketika puskesmas melakukan
kegiatan pembinaan Kader Kesehatan Remaja/Konselor Sebaya di sekolah/madrasah,
panti/LKSA, lapas/LPKA. Pendapat anak tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk penyusunan rencana atau pengembangan program. Selain itu bisa juga
melibatkan Kader Kesehatan Remaja dalam rapat evaluasi puskesmas.

II.6. PENJANGKAUAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Di wilayah kerjanya, Puskesmas juga memberikan pelayanan penjangkauan kesehatan anak di


a. Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak di Lembaga/Institusi Sekolah/Madrasah
b. Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak di Lembaga / Institusi panti/ Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
c. Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak di Lembaga / Institusi lapas/ Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
d. Pelayanan Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)
e. Pelayanan di Puskesmas Mandiri

26
II.6.1. Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak di Sekolah/Madrasah

Program Sekolah/Madrasah Sehat bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta menciptakan
lingkungan pendidikan yang sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan
yang harmonis peserta didik. Sekolah/Madrasah sehat diselenggarakan melalui wadah UKS/M.
Sasaran UKS/M adalah peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat sekolah.
Ruang Lingkup UKS/M adalah Taman Kanak-Kanak/ Raudhatul Athfal, Sekolah Dasar/ Madrasah
Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas/
Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah, Sekolah Luar Biasa. Untuk mewujudkan sekolah/
madrasah sehat maka kegiatan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan
lingkungan sehat (Trias UKS/M) dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan belajar mengajar.

a. Implementasi Pendidikan Kesehatan di sekolah/madrasah contohnya :


● Gerakan literasi kesehatan menggunakan buku rapor kesehatanku
● Kegiatan cuci tangan bersama
● Pendidikan gizi seimbang dengan sarapan dan kudapan bersama
● Kegiatan sikat gigi bersama
● Aktifitas fisik pada jam istirahat dan pergantian jam pelajaran
● Pembinaan Dokter Kecil dan Kader Kesehatan Remaja
b. Implementasi Pelayanan Kesehatan di sekolah/madrasah contohnya :
● Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala
● Imunisasi, pemberian obat cacing, pemberian tablet tambah darah
c. Implementasi Pembinaan Lingkungan Sehat di sekolah/madrasah contohnya :
● Pembinaan kantin dan Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitar lingkungan sekolah
● Pengelolaan sampah
● Ketahanan pangan di sekolah
● Pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan sekolah
● Pembinaan kader kesehatan sekolah
● Melaksanakan 5 S (senyum, sapa, salam, sopan,santun)
● Kepala sekolah dan guru menanamkan kompetensi piskososial atau Pendidikan
Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS) kepada peserta didik sehingga dapat membentengi
diri dari pengaruh lingkungan untuk mencegah perilaku beresiko kesehatan.

27
II.6.2. Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak di Panti/Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak (LKSA)

LKSA adalah lembaga-lembaga kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh Pemerintah


(Kementerian Sosial), Pemerintah Daerah (Dinas Sosial) atau masyarakat yang melaksanakan
pengasuhan anak. Ruang lingkup LKSA yang ada dalam PRA adalah panti asuhan, panti sosial
yang memiliki binaan anak sesuai kelompok umur, sampai di bawah 18 tahun. Salah satu hak
anak adalah hak untuk mendapatkan akses dan pemenuhan kesehatan, hak untuk mendapatkan
perlindungan, hak untuk mendapatkan kesamaan tidak terkecuali anak yang berada di bawah
pengasuhan panti/LKSA.

Pelayanan kesehatan bagi anak di panti/ LKSA secara garis besar sama dengan pelayanan
kesehatan bagi anak non panti/LKSA, yang membedakan adalah untuk panti terdapat
pemantauan penyediaan pangan dan pemantauan kesehatan lingkungan panti/ LKSA oleh
Puskesmas. Pelayanan kesehatan bagi anak di panti/LKSA contohnya:

a. Promosi Kesehatan (Promotif)


● Pembinaan Kader Kesehatan Remaja/ Konselor Sebaya,
● KIE Sanitasi, Napza, higiene perorangan, PHBS, Kespro, Gizi, NAPZA, HIV/AIDS),
● Penyuluhan Kesling (Pengolahan sampah, kantin, Pemberantasan Sarang Nyamuk)
b. Pencegahan penyakit (Preventif)
● Kegiatan Penjaringan Kesehatan/ Pemeriksaan berkala
● Imunisasi
● Pemberian Tablet Tambah Darah
● Pelayanan konseling
● Peningkatan Pendidikan Ketrampilan Hidup Sehat/ PKHS/ ketrampilan psikosial anak
untuk berani berkata tidak terhadap perilaku beresiko seperti ajakan merokok, ajakan
seks pra nikah dan lainnya
● Pemantauan penyediaan makanan (higienis, sesuai kebutuhan energi dan nutrisi)
● Pemantauan kebersihan lingkungan (kamar tidur, kamar mandi, dapur)
c. Pengobatan (Kuratif)
● Pelayanan rujukan ke puskesmas

28
II.6.3. Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak di Lapas Anak/Rutan/Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

LPKA adalah Lembaga Pembinaan Khusus Anak, dahulu disebut sebagai Lapas Anak. LPKA
berada di bawah binaan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM.
Anak yang berada di bawah binaan lapas/LPKA disebut sebagai Andikpas (Anak Didik Lapas).
Hak Anak salah satunya adalah hak untuk mendapatkan akses kesehatan, hak untuk mendapat
perlindungan, hak untuk mendapat persamaan tidak terkecuali bagi Andikpas. Pelayanan
kesehatan bagi Andikpas contohnya:

a. Promosi kesehatan (promotif)


● Pembinaan Kader Kesehatan Remaja
● KIE Sanitasi & higiene perorangan
● Olahraga Rutin dan kompetisi
● Pencegahan NAPZA, HIV AIDS
● Peningkatan ketrampilan psikosial anak untuk berani berkata tidak terhadap perilaku
beresiko melalui Pendidikan Ketrampilan Hidup Sehat
b. Pencegahan penyakit (preventif)
● Skrining Kesehatan Andikpas baru,
● Pemeriksaan Berkala andikpas,
● Imunisasi andikpas perempuan,
● Pelayanan Konseling,
● Tablet TambahDarah,
● Pemantauan penyediaan makanan (higienis, sesuai kebut energi dan nutrisi),
● Survei penyakit menular,
● Pemantauan pemeliharaan kesehatan lingkungan (kamar tidur, kamar mandi, dapur)
c. Pengobatan (kuratif)
● Layanan rujukan ke Puskesmas
d. Pemulihan kesehatan (rehabilitatif)

Kegiatan pemulihan kesehatan Andikpas sebaiknya dikoordinasikan dengan Klinik Lapas/ LPKA
agar dapat berkelanjutan. Contohnya: Rehabilitasi fisik, mental, NAPZA, perilaku seksual
beresiko

29
II.6.4. Pelayanan Penjangkauan Kesehatan dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan hal yang sangat fundamental, karena
perkembangan anak di masa selanjutnya akan sangat ditentukan oleh berbagai stimulasi
bermakna yang diberikan sejak usia dini. Oleh karena itu, pada masa usia dini perlu dilakukan
upaya pengembangan menyeluruh yang melibatkan aspek pengasuhan, kesehatan, pendidikan,
dan perlindungan.

Puskesmas terlibat dalam peningkatan derajat kesehatan dan gizi untuk anak di PAUD melalui
berbagai kegiatan yang direncanakan secara sistematik. Target puskesmas dalam penjangkauan
layanan ke masyarakat termasuk PAUD adalah dalam upaya kesehatan gigi masyarakat.

II.6.5. Posyandu

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat,
untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh
pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita. Posyandu memiliki lima kegiatan utama,
yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, serta pencegahan
dan penanggulangan diare.

II.6.6. Pengembangan Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu/Pendamping Balita

Peraturan Menteri Kesehatan No. 97 Tahun 2014 mengatur bagaimana Pemberdayaan


Masyarakat dapat dilakukan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat
kesehatan ibu yang optimal. Peran serta masyarakat itu diperlukan baik secara perseorangan
maupun terorganisasi, diantaranya:
a. program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi;
b. penyelenggaraan kelas ibu hamil;
c. kemitraan bidan dan dukun; dan
d. rumah tunggu kelahiran.

30
Penyelenggaraan kelas ibu hamil sebagaimana tersebut di atas bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas, keluarga
berencana, perawatan bayi baru lahir dan senam hamil.

Penyelenggaraan kelas ibu hamil dilakukan melalui penyediaan sarana untuk belajar kelompok
bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka, dan penyelenggaraannya dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan diikuti oleh seluruh ibu hamil, pasangan dan/atau keluarga. Sarana yang dimaksud
dapat berupa fasilitas pelayanan kesehatan, posyandu, balai desa dan rumah penduduk.

Sementara itu Kelas Ibu Balita adalah kegiatan para ibu yang mempunyai anak usia antara 0
sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat/pengalaman tentang
pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh
fasilitator dengan menggunakan Buku KIA.

Kelas Ibu Balita diselenggarakan secara partisipatif, artinya para ibu tidak diposisikan hanya
menerima informasi karena posisi pasif cenderung tidak efektif dalam merubah perilaku. Oleh
sebab itu Kelas Ibu Balita dirancang dengan metode belajar partisipatoris di mana para ibu tidak
dipandang sebagai murid, melainkan sebagai warga belajar. Dalam prakteknya para ibu didorong
untuk belajar dari pengalaman sesama, sementara fasilitator berperan sebagai pengarah kepada
pengetahuan yang benar. Fasilitator bukanlah guru atau dosen yang mengajari, namun dalam
lingkup terbatas ia dapat menjadi sumber belajar.

31
BAB III
STANDARDISASI PRAP

III.1 MANFAAT STANDARDISASI

Manfaat standardisasi PRAP dapat dirasakan oleh berbagai pihak. Dari sisi konsumen,
standardisasi dapat meningkatkan kecocokan (compatibility) antar satu puskesma
dengan yang lain yang juga menerapkan standar yang sama, sehingga konsumen akan
merasakan kecocokan layanan di puskesmas mana pun yang dimasuki/dikunjungi.
Sekaligus dalam hal ini juga standar memfasilitasi pengembangan jaringan (network)
puskesmas sehingga memberikan manfaat kepada masyarakat khususnya anak.

Manfaat lain bagi masyarakat khususnya anak adalah standar yang berlaku di puskesmas
dapat mengurangi ketidakpastian karena mereka dapat lebih pasti untuk tidak memilih
layanan lain yang salah atau “tidak standar”.

Bagi pemerintah, standardisasi PRAP memudahkan identifikasi kebutuhan sumberdaya


secara nasional melalui pengadaan barang dan jasa secara terpusat dengan spesifikasi
yang sama sehingga dapat memberikan tingkat efisiensi yang relatif tinggi. Di samping itu
dalam konteks Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA), standardisasi PRAP turut
mempercepat upaya pemenuhan indikator-indikator PRAP yang terkait.

32
III.2 TAHAPAN STANDARDISASI

Secara skematik proses keseluruhan standardisasi PRAP disajikan pada Gambar 4.2.

Gambar 4. 2 Tahapan Standardisasi PRAP

III.2.1 Penyusunan Rencana Kerja Standardisasi PRAP


Rencana Kerja Standardisasi PRAP merupakan bagian dari program kerja tahunan Kemen PPPA
yang telah disepakati dengan adanya alokasi anggaran dan sumber daya lainnya yang memadai.
Rencana kerja mencakup pengembangan dan penetapan standar PRAP, kajian jumlah
puskesmas sebagai peserta program standarisasi, penentuan daerah pelaksanaan program
sekaligus daerah untuk uji coba, koordinasi awal dengan pemerintah daerah dan pembentukan
tim sosialisasi Kemen PPPA. Rencana kerja standardisasi juga dapat disesuaikan dengan
rencana kerja Dinas PPPA di daerah.

III.2.2 Perumusan Standar PRAP


Rencana dan tahapan perumusan standar harus disiapkan dengan baik untuk memastikan
selesainya standar sesuai dengan yang diharapkan. Perumusan standar dimulai dengan
penyiapan draft awal dengan konten yang khas sesuai dengan mandat ruang lingkup PRAP yang
diatur oleh peraturan perundangan. Kemudian draft tersebut dibahas dalam diskusi dengan
semua pemangku kepentingan (pemerintah, lembaga sosial masyarakat, akademisi, dan semua
pihak yang memiliki kepentingan dengan keberadaan PRAP). Setelah melalui beberapa diskusi
sampai dihasilkan draft standar yang cukup komprehensif untuk diterapkan oleh puskesmas, akan
dilakukan uji coba di beberapa puskesmas yang dapat mewakili kondisi-kondisi khusus Indonesia,
misalnya uji coba masing-masing 1 puskesmas di 3 wilayah, Indonesia Barat, Tengah dan Timur.
Setelah uji coba, draft standar akan melalui proses review sampai mendapatkan draft akhir untuk
selanjutnya ditetapkan sebagai standar yang akan dipakai.

33
Tahapan proses perumusan standar disajikan pada Gambar 6.2

Gambar 6.2 Proses Perumusan Standar PRAP

III.2.3 Pemilihan Peserta dan Pembentukan Tim Standardisasi PRAP Puskesmas


Tim Standardisasi PRAP Kemen PPPA melakukan koordinasi dengan Dinas PPPA dari daerah
yang menjadi target standardisasi untuk merencanakan pelaksanaan program standardisasi
PRAP di daerah yang mencakup pemilihan puskesmas yang masuk dalam program, jadwal
sosialisasi standar/persyaratan PRAP dan kegiatan terkait lainnya. Sebagai wujud komitmen
penyelenggaraan PRAP di daerah, diperlukan adanya kesepatakan tertulis antara Dinas PPPA
dengan Kemen PPPA terkait program kerja yang disusun bersama tersebut di atas.

Berdasarkan masukan dari Tim Standardisasi PRAP Kemen PPPA, pemerintah daerah melalui
Dinas PPPA bekerjasama dengan puskesmas peserta program menginisiasi pembentukan Tim
PRAP di puskesmas. Tim PRAP ini akan mengikuti sosialisasi dan pelatihan standard PRAP dan
selanjutnya menjadi tim inti pengembangan sistem manajemen di puskesmas agar dapat
mengadopsi persyaratan standar PRAP. Tim ini juga nantinya yang akan dilatih untuk menjadi
asesor internal, yang akan menjalankan kegiatan self-assessment untuk mengetahui dan
memetakan kondisi layanan PRAP yang ada serta mengetahui tingkat kesesuaian dan posisi
layanan PRAP tersebut terhadap Standar PRAP seperti tersebut pada Bab III di atas. Anggota
Tim Standardisasi PRAP di puskesmas dibentuk oleh Kepala Puskesmas.

III.2.4 Sosialisasi dan Pelatihan Standar PRAP


Setelah Tim PRAP di Puskesmas terbentuk, Kemen PPPA melakukan kegiatan sosialisasi
terhadap semua hal yang masuk dalam Rencana Kerja, pendalaman tentang standar PRAP dan
proses standardisasi PRAP. Penjelasan melalui paparan materi ini menjadi prosedur wajib yang
harus dilalui dalam setiap kegiatan sosialisasi.
Pelatihan Standardisasi PRAP mencakup penjelasan masing-masing persyaratan standar PRAP
dan disertai diskusi mengenai interpretasinya agar terdapat kesamaan persepsi mengenai
keinginan standar yang sesungguhnya. Di dalam diskusi ini juga fasilitator dapat memberikan
masukan terkait pendekatan menilai masing-masing persyaratan standar dalam rangka audit
mandiri (self-assessment) nantinya.

III.2.5 Pengembangan Sistem Manajemen/Dokumentasi PRAP


Dengan bekal yang diperoleh dari hasil sosisalisasi Kemen PPPA sebelumnya, Tim PRAP
puskesmas kemudian menyiapkan semua dokumentasi yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan
standardisasi PRAP daerah sesuai dengan persyaratannya. Beberapa prosedur standar yang
belum tertulis ataupun hanya dimengerti oleh beberapa pihak harus didokumentasikan dalam
34
bentuk petunjuk kerja. Jika terdapat dokumen-dokumen yang sudah ada yang relevan dengan
persyaratan PRAP, dan dapat digunakan sebagai referensi, maka Tim PRAP dapat
mengadopsinya menjadi petunjuk kerja PRAP. Dokumen yang dibutuhkan dalam hal ini juga
dapat berupa formulir untuk mencatat kejadian atau kegiatan yang ada baik di dalam lokasi
layanan PRAP atau pun di luar PRAP dalam rangka kegiatan penjangkauan.

III.2.6 Pelatihan Self-Assessment


Tim Dinas PPPA menyelenggarakan pelatihan asesmen mandiri (self-assessment) dengan
melibatkan fasilitator dari Tim standardisasi PRAP Kemen PPPA. Pelatihan ini ditujukan untuk
memperdalam pemahaman calon internal asesor Tim PRAP puskesmas terhadap masing-
masing item Standar PRAP sehingga dapat melakukan penilaian dengan lebih tepat.
Selain materi persyaratan itu sendiri, pelatihan ini juga membahas contoh-contoh dan cara untuk
memenuhi persyaratan tersebut disertai diskusi tentang kemungkinan variasi interpretasi jika ada.
Untuk memperdalam kemampuan internal asesor dalam mengorganisasi kegiatan asesmen
mandiri, memahami hal-hal yang dibolehkan dan tidak dibolehkan dalam asesmen, dan
mengetahui pendekatan efektif untuk mengumpulkan data dan keterangan hasil asesmen, di
dalam pelatihan ini juga diberikan materi tentang teknik asesmen.

III.2.7 Penerapan Standar PRAP


Dari pembelajaran hasil sosialisasi dan pelatihan yang telah dilakukan, seluruh dokumen yang
telah dikembangkan oleh Tim PRAP puskesmas dalam upaya memenuhi Standar PRAP
kemudian diterapkan oleh puskesmas. Penerapan ini harus dilakukan dengan konsisten apa
adanya, sampai terjadi pembiasaan dalam rutinitas penyelenggaraan PRAP.
Jika dirasakan seluruh item persyaratan Standar PRAP telah diterapkan dan bukti-bukti
penerapannya disimpan dengan baik, penyelenggaraan PRAP dapat diusulkan untuk adanya
asesmen mandiri oleh para asesor internal yang telah dilatih.

III.2.8 Asesmen Mandiri (Self-Assessment)


Tim PRAP puskesmas melakukan asesmen mandiri (self-assessment) terhadap semua aktivitas,
layanan fasilitas PRAP sesuai dengan persyaratan Standar PRAP yang disebutkan pada Bab III
dengan menggunakan instrumen penilaian yang ada di Bab IV. Tim asesor internal PRAP dibantu
oleh pendamping (jika ada) melakukan observasi kegiatan, wawancara dan diskusi dengan
petugas pelaksana dan pengumpulan bukti-bukti penerapan persyaratan PRAP berupa catatan
dan foto-foto. Pada tahap akhir kajian mandiri, Tim asesor internal memberikan laporan hasil
asesmennya kepada ketua Tim PRAP puskesmas dan juga Kepala Puskesmas untuk
ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan perbaikan.
Untuk alasan formalitas, kegiatan asesmen mandiri dapat direncanakan dengan baik melalui
penerbitan Rencana Asesmen (Assessment Plan) yang dibuat dengan memperhatikan hal-hal
berikut:

a. Urutan jadwal Rencana Asesmen (bagian yang dikunjungi, lokasi kegiatan, waktu
kunjungan, nama asesor dan nama petugas pelaksana)
b. Pihak-pihak yang akan hadir dalam rapat pembukaan untuk penjelasan Rencana
Asesmen dan dalam rapat penutupan untuk presentasi hasil asesmen
35
c. Jarak tempuh dan teknis keberangkatan ke lokasi kegiatan layanan PRAP di lokasi lain,
seperti lokasi penjangkauan dan penanganan kasus (jika ada).

III.2.9 Tindakan Perbaikan


Tindakan perbaikan harus dilakukan oleh personil pelaksana dan/atau Tim PRAP puskesmas
terhadap ketidaksesuaian yang ditemukan oleh tim asesor internal. Perbaikan tersebut dapat
memperhatikan masukan dan rekomendasi dari tim asesor internal yang melakukan asemen
mandiri.
Dalam merumuskan tindakan perbaikan, Tim PRAP puskesmas dapat berkonsultasi dengan
pendamping atau Tim Standardisasi PRAP Kemen PPPA khususnya untuk mendapatkan
alterntif-alternatif solusi perbaikan berdasarkan pengalaman dan referensi Tim Standardisasi
Kemen PPPA dalam penerapan Standar PRAP di daerah lainnya.

III.2.10 Tinjauan Manajemen


Tinjauan Manajemen (Management Review) adalah kegiatan evaluasi oleh Dinas PPPA dan
Kepala Puskesmas terhadap program standardisasi PRAP dan penerapan standar PRAP yang
telah dijalankan apakah telah sesuai dengan rencana program standardisasi yang dijelaskan
pada tahap 1-8 dan apakah persyaratan standar PRAP sudah Sebagian besar dipahami dan
terimplementasi. Tinjauan diarahkan untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut:
a. Apakah koordinasi dengan Kemen PPPA terkait program standardisasi PRAP telah
berjalan dengan baik?
b. Apakah seluruh anggota Tim PRAP, manajemen dan karyawan peuskesmas telah
memahami dengan baik persyaratan Standar PRAP?
c. Apakah tindakan perbaikan dari temuan hasil asesmen mandiri telah dilakukan dengan
baik sehingga diperkirakan tidak akan berulang di kemudian hari?
d. Apakah sudah dapat diperkirakan berapa persen tingkat pemenuhan Standar PRAP?
e. Apakah pasien puskesmas dan pihak berkepentingan lainnya mulai merasakan manfaat
adanya program standardisasi PRAP?

Hasil dari tinjauan manajemen berupa kesimpulan mengenai efektivitas penyelenggaraan PRAP
dan keputusan pihak puskesmas telah siap jika dilakukan evaluasi eksternal oleh Tim
Evaluator/Asesor dari Kemen PPPA atau pun dari Dinas PPPA.

III.2.11 Evaluasi Eksternal


Evaluasi eksternal dilakukan dengan cara yang sama seperti asesmen mandiri namun oleh pihak
yang independen dari Tim PRAP puskesmas yang dievaluasi, yaitu oleh Tim Evaluator/Asesor
dari Kemen PPPA.

Evaluasi dilakukan untuk dua kepentingan, yaitu untuk melihat kesesuaian puskesman dalam
menjalankan standar PRAP atau pun dalam rangka proses PRAP (jika pada saatnya nanti skema
PRAP telah diluncurkan oleh Kemen PPPA).

36
III.2.12 PRAP
Bagian ini dijelaskan dalam prosedur yang akan ditetapkan selanjutkan pada saat pengambilan
kebijakan tentang PRAP.

III.2.13 Pemberian Peringkat


Nilai atau skor yang diberikan setelah tahap Evaluasi Eksternal pada prinsipnya sama dengan
yang diberikan setelah hasil asesmen mandiri. Tim Evaluator/Asesor memberikan kesimpulan
berapa nilai yang harus diberikan kepada PRAP yang dievaluasi. Nilai ini yang menjadi acuan
untuk pemberian Peringkat PRAP sesuai dengan penjelasan Bagian V.3 di bawah. Peringkat
yang diberikan oleh pihak eksternal ini dapat digunakan untuk tujuan pemberian anugerah
tertentu sebagai penghargaan terhadap hasil penerapan Standar PRAP atau dalam rangka
program perhargaan atas kinerja unit/OPD.

Peringkat PRAP adalah susunan peringkat PRAP mulai dari tingkat PRAP PRATAMA, MADYA,
NINDYA, UTAMA, hingga peringkat tertinggi yaitu PRAP. Tiap tingkat peringkat memiliki
persyaratan minimal yang harus dipenuhi. Semakin tinggi peringkatnya maka semakin tinggi pula
persyaratan yang harus dipenuhi atau sudah dimiliki oleh suatu PRAP. Tiap peringkat
merepresentasikan tingkat kesesuaian tertentu dalam format persentase dan rentang nilai
tertentu. Adapun susunan peringkatnya adalah sebagai berikut:

a. Peringkat PRAP Pratama: tingkat kesesuaian dengan rentang nilai antara 139-161
b. Peringkat PRAP Madya: tingkat kesesuaian dengan rentang nilai antara 162-184
c. Peringkat PRAP Nindya: tingkat kesesuaian dengan rentang nilai antara 185-207
d. Peringkat PRAP Utama: tingkat kesesuaian dengan rentang nilai antara 206-230
e. Peringkat PRAP Ramah Anak : tingkat kesesuaian dengan rentang nilai antara 231-250

37
BAB IV
KOMPONEN PERSYARATAN DAN INSTRUMEN PENILAIAN PELAYANAN RAMAH
ANAK DI PUSKESMAS

Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas terdiri dari 6 (enam) komponen, yaitu (1) komponen
Sumber Daya Manusia (SDM); (2) Sarana dan Prasarana Lingkungan; (3) Pelayanan; (4)
Partisipasi Anak; (5) Penjangkauan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; dan (6)
Pengelolaan. Total indikator PRAP di puskesmas disajikan pada Tabel 3.1.

Idealnya, Puskesmas dapat dikatakan memiliki Pelayanan Ramah Anak apabila memenuhi
semua persyaratan wajib yang disebutkan di Tabel 3.1 tersebut.

IV. 1 GAMBARAN UMUM INSTRUMEN PENILAIAN

1. Instrumen penilaian Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas (PRAP) berisi serangkaian


indikator dan/atau perameter yang disusun dalam borang/ formulir;
2. Setiap indikator dalam instrumen penilaian memiliki penjelasannya;
3. Setiap indikator penilaian memiliki bobot nilai;
4. Terdapat beberapa indikator penilaian dalam kelompok persyaratan, yang merupakan
perihal yang wajib/mutlak dipenuhi, dan apabila persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka
PRAP yang dinilai tersebut tidak berhak mendapatkan peringkat , walaupun hasil akhir
penilaiannya tinggi;
5. Sub nilai per item persyaratan dicatat di bawah masing-masing persyaratan, yaitu Nilai
Hasil Self-Assessment yang dilakukan oleh pihak Puskesmas dan juga Nilai Hasil Audit
yang dilakukan oleh Auditor dari Tim Penilai KEMEN PPPA akan didapatkan apabila
kekurangan persyaratan wajib sudah dipenuhi dengan melalui peninjauan oleh Tim
Penilai.

38
BAB V
PENUTUP

Pelayanan untuk anak di Puskesmas telah dilakukan sejak lama, akan tetapi belum berbasis hak
anak. PRAP dikembangkan untuk mempercepat pemenuhan hak anak melalui pendekatan hak
asasi manusia dengan pengembangan sensitifitas tenaga terhadap hak anak, lingkungan, sarana
prasarana ramah anak serta penguatan pemberdayaan masyarakat untuk pemenuhan hak
kesehatan anak.

Dalam memenuhi atau melengkapi komponen pengembangan pelayanan ramah anak di


Puskesmas dapat dilakukan dengan menggalang sumber daya dari masyarakat sekitar yang
potensial, pihak swasta serta media lokal termasuk media tradisional. Potensi sektor terkait
misalnya para penyuluh sektor dapat diajak bekerjasama untuk memberdayakan masyarakat
dalam pemenuhan hak kesehatan anak termasuk pola asuh yang menghargai dan melindungi
hak anak. Selain potensi tersebut, kelompok anak sebagai sasaran akhir yang harus dipenuhi
haknya juga merupakan potensi strategis yang dapat mendukung tercapainya indikator
Puskesmas dengan Pelayanan Ramah Anak. Pelayanan ramah anak dapat terwujud apabila ada
komitmen dari pemerintah kabupaten/kota serta kemampuan dalam menggalang dan
menggerakkan potensi dan kekuatan lokal yang ada.

39
LAMPIRAN 1
KOMPONEN PERSYARATAN

Tabel 1. Komponen Persyaratan dalam Penilaian Beserta Nilai/Skornya


NILAI
PERSYARATAN NILAI
NO PERSYARATAN
WAJIB YANG MAKSIMAL
HARUS DIPENUHI
1 PENGELOLAAN 34 55
1.1 Kebijakan 13 20
1.2 Pemenuhan Peraturan/Kebijakan Nasional dan Daerah 3 10
1.3 Data dan Informasi mengenai Hak dan Perlindungan Anak
3 5
atas kesehatan
1.4 Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan 10 10
1.5 Pemantauan dan Evaluasi 5 5
1.6 Inovasi 0 5
2 SUMBER DAYA MANUSIA 3 10
2.1 Sumber Daya Manusia 3 10
3 SARANA, PRASARANA DAN LINGKUNGAN 33 65
3.1 Media dan Materi KIE Terkait Kesehatan Anak 5 10
3.2 Ruang Pelayanan dan Konseling 3 10
3.3 Ruang/Tempat/Area Tunggu/Bermain 9 20
3.4 Ruang ASI 3 5
3.5 Marka Dilarang Merokok atau Kawasan Tanpa Rokok 5 5
3.6 Sanitasi Lingkungan Puskesmas yang Sesuai Standar 3 5
3.7 Sarana dan Prasarana bagi Anak Penyandang Disabilitas 5 10
4 PELAYANAN 39 70
4.1 Pelayanan Kesehatan Masa Hamil (Antenatal) 8 10
4.2 Pelayanan Persalinan dan Kesehatan Bayi Baru Lahir 20 35
4.3 Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan Prasekolah 3 5
4.4 Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) 0 5
4.5 Pelayanan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan
5 10
Terhadap Perempuan dan Anak (PP-KtPA)
4.6 Pelayanan Ramah Anak oleh Tenaga Kesehatan dan Non
3 5
Tenaga Kesehatan
5 PARTISIPASI ANAK 0 10
5.1 Partisipasi Anak 0 10
6 PENJANGKAUAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN
25 30
MASYARAKAT
6.1 Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak di
5 5
Sekolah/Madrasah
6.2 Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak di Panti/LKSA 5 5
6.3 Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak di Lapas/LPKA 5 5
6.4 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 5 5
6.5 Posyandu 5 10
6.6 Pengembangan Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu/Pendamping
5 10
Balita
Total 139 250

40
KETERANGAN:

1. Kolom yang berwarna merah artinya adalah persyaratannya wajib untuk dipenuhi.

2. Apabila persyaratannya wajib tidak dipenuhi, walaupun hanya 1 persyaratan, maka PRAP
tersebut tidak layak untuk mendapatkan, tetapi tetap mendapatkan skor peringkat.

41
LAMPIRAN 2
BORANG PERSYARATAN PELAYANAN RAMAH ANAK DI PUSKESMAS

Tabel 2 Persyaratan Pengelolaan

1. PERSYARATAN PENGELOLAAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
1.1. Kebijakan

1 Ada SK yang mendukung PRAP dari Kepala Tidak Ada --- --- Ada SK mengacu kepada Surat
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Edaran Bersama (SEB)
Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan
Anak, Menteri Kesehatan, dan
Menteri Dalam Negeri Nomor
2/KPP-PA/Dep.IV/03/2016;
HK.03.03/MENKES/136/2016;
440/4769/SJ tentang
Pengembangan Pelayanan
Ramah Anak di Puskesmas
yang mengacu kepada
Perpres No 21 tahun 2001
tentang kebijakan Kabupaten
Kota Layak Anak / KLA.
2 Kepala puskesmas harus menunjukkan Tidak terbukti Bukti komitmen Bukti komitmen Bukti komitmen a. Unit organisasi yang
komitmennya dalam penyelenggaraan PRAP adanya bukti hanya poin a atau Poin a, b dan c semua poin menyelenggarakan PRAP
dengan cara: komitmen b atau c dapat dibentuk sejalan
a. Membuat kebijakan tertulis mengenai dengan Kaji ulang Struktur
keinginan pimpinan dan jajaran Organisasi sesuai dengan

42
1. PERSYARATAN PENGELOLAAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
manajemen Puskesmas untuk persyaratan Akreditasi
menjalankan semua persyaratan PRAP. Puskesmas.
b. Membuat kebijakan yang memprioritaskan b. Upaya meninjau efektivitas
pelayanan bagi anak termasuk Anak penyelenggaraan PRAP
Memerlukan Perlindungan Khusus dapat dilakukan
(AMPK). bersamaan dengan
c. Membentuk organisasi/unit yang akan pemenuhan persyaratan
menyelenggarakan PRAP dengan Akreditasi Puskesmas
pembagian tanggungjawab dan tugas Kriteria 1.1.5.
yang jelas c. Kebijakan tertulis (poin a)
d. Meninjau secara periodik efektivitas merujuk kepada Peraturan
penyelenggaraan PRAP dan upaya-upaya dan Kebijakan yang
peningkatannya (improvement). relevan dari Kepala Dinas
d. Poin b, merujuk kepada
UU Perlindungan Anak No.
35 tahun 2014, pasal 59
terkait AMPK

3 Puskesmas harus menetapkan target dan Tidak ada --- --- Ada Penyusunan RUK (Rencana
rencana kerja penjangkauan PRAP di LKSA, Usulan Kegiatan) sesuai
Sekolah, PAUD, Posyandu, BKB, dll yang dengan persyaratan Akreditasi
dituangkan dalam RUK Puskesmas.
4 Tidak Ada promosi dan Kerjasama dengan Ada --- --- Tidak Ada Contoh promosi: etalase,
susu formula kerjasama, brosur, dan iklan di
Puskesmas
1.2. Pemenuhan Peraturan/Kebijakan Nasional dan
Daerah

43
1. PERSYARATAN PENGELOLAAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
1 Puskesmas memiliki daftar dan akses terhadap Tidak ada daftar --- --- Daftar tersedia dan Dapat dijalankan bersamaan
peraturan nasional dan daerah yang berlaku dan dan akses terhadap akses lengkap dengan pemenuhan
wajib dipenuhi (misalnya peraturan tentang peraturan persyaratan Akreditasi
akreditasi), yang relevan dengan pemenuhan hak Puskesmas
dan perlindungan anak.
2 Pembuatan rencana kerja untuk memenuhi Rencana kerja tidak --- Rencana Kerja Rencana Kerja Rencana Kerja dapat
kesenjangan terhadap peraturan yang berlaku tersedia tersedia tersedia dan disatukan dengan RUK
khususnya persyaratan akreditasi puskesmas disatukan dengan Tahunan
yang relevan dengan pemenuhan hak dan RUK Tahunan
perlindungan anak.
1.3. Data dan Informasi mengenai Hak dan
Perlindungan Anak atas kesehatan
1 Tersedia data pemutakhiran anak yang Data tidak tersedia Memenuhi Memenuhi Memenuhi a. Dapat menggunakan data
memperoleh pelayanan kesehatan anak, persyaratan 1-3 persyaratan 4 – persyaratan 6 - 7 registrasi kohort ibu, bayi,
tentang: poin 5 poin poin. balita, dan anak pra
a. Pemetaan wilayah (data anak di wilayah sekolah setiap bulan,
puskesmas secara keseluruhan) dengan isi yang sesuai
b. Cakupan ASI eksklusif (Bayi <6 bulan) dengan referensi dari
c. Cakupan imunisasi (bayi, baduta, anak Kementerian Kesehatan.
usia sekolah) b. Catatan usia untuk
d. Pemantauan tumbuh kembang, masing-masing data yang
penyakit/gangguan kesehatan dibutuhkan disesuaikan
e. Data korban KTA (Kekerasan Terhadap dengan peraturan yang
Anak) berlaku
f. Data anak dengan disabilitas
g. Jumlah anak usia sekolah dan remaja yang
memperoleh pelayanan di dalam dan di
luar gedung Puskesmas
1.4. Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan

44
1. PERSYARATAN PENGELOLAAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
1 Langkah-langkah penanganan kesehatan anak Tidak ada/tidak --- --- Langkah-langkah Pengaturan sesuai dengan
pada tahap tanggap darurat krisis kesehatan jelas jelas dan Peraturan Menteri Kesehatan
baik di gedung dan lingkungan puskesmas, terstruktur No. 75 tahun 2019 tentang
maupun di dalam wilayah pelayanan Penanggulangan Krisis
jangkauan puskesmas harus jelas dan Kesehatan
terstruktur.
2 Dilakukan simulasi bidang kesehatan dalam Belum dilakukan --- Sudah dilakukan Sudah dilakukan Sesuai Permenkes No. 75
upaya kesiapsiagaan pada tahap pra krisis namun belum dan melibatkan tahun 2019 pasal 9
kesehatan dengan melibatkan anak. melibatkan anak anak
1.5. Pemantauan dan Evaluasi
1 Pemantauan dan evaluasi PRAP dilaksanakan Tidak ada poin Ada 1 poin Ada 2 poin Ada lebih dari 3 Pelaksanaan pemantauan dan
melalui: pemantauan pemantauan pemantauan poin pemantauan evaluasi perlu melibatkan
a. Mekanisme pencatatan pelaporan, Forum Anak di kecamatan
b. Pertemuan forum koordinasi, paling sedikit 6 bulan sekali.
c. Melakukan kunjungan lapangan dengan
melibatkan berbagai pihak terkait,
d. Menyusun laporan hasil pemantauan.
1.6. Inovasi
1 Puskesmas memiliki inovasi yang Tidak ada --- --- Ada a. Inovasi yang berdampak
berkesinambungan terkait pemenuhan hak baik bagi anak,
anak b. sesuatu yang baru (hasil
pengembangan dari
program yang sudah ada)
c. Berkesinambungan bukan
kegiatan 1 kali

45
1. PERSYARATAN PENGELOLAAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
contoh : lomba-lomba anak,
antrian khusus anak

Sub Total Nilai Persyaratan 1 NILAI WAJIB = 34


NILAI MAKSIMAL = 55
NILAI Self-Assessment (EM) = …
NILAI Audit Tim Penilai (NA) = …

46
Tabel 3 Persyaratan Sumber Daya Manusia
2. PERSYARATAN SUMBER DAYA MANUSIA
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) (4)
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
2.1. Sumber Daya Manusia
1 Tersedia tenaga kesehatan yang memiliki Tidak tersedia Terdapat 1-2 Terdapat 1-2 Terdapat lebih dari 2 a.
Cakupan tenaga kesehatan
kompetensi atau pengetahuan mengenai orang yang telah orang yang telah orang yang telah terlatih KHA adalah tenaga
KHA mendapatkan mendapatkan mendapatkan yang mengikuti orientasi,
orientasi atau pelatihan dan pelatihan dan sosialisasi, dan/atau pelatihan
sosialisasi adanya adanya sosialisasi KHA baik yang
sosialisasi diselenggarakan oleh pusat
(KEMEN PPPA) atau inisiasi
Pemda.
b. Pelatihan dilaksanakan selama
2-3 hari, sementara sosialisasi
dan orientasi dalam 1 hari.
c. Upaya pemenuhan kompetensi
dapat sejalan dengan
penerapan persyaratan
Akreditasi Puskesmas.
d. Contoh bukti sertifikat
pelatihan, daftar hadir, dll.
2 Puskesmas menyelenggarakan atau Tidak Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penyelenggaraan a. Pelatihan dilaksanakan
memfasilitasi orientasi, sosialisasi dan/atau menyelenggaraka orientasi orientasi dan orientasi, sosialisasi selama 2-3 hari, sementara
pelatihan terkait KHA dan PRAP n atau sosialisasi dan pelatihan sosialisasi dan orientasi
memfasilitasi dalam 1 hari.
b. Dalam penyelenggaraan
puskesmas dapat bekerja
sama dengan OPD terkait.
c. Contoh bukti:

47
2. PERSYARATAN SUMBER DAYA MANUSIA
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) (4)
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
● Daftar hadir peserta
● Notulen pelatihan (foto
dll.)
● Sertifikat pelatihan (jika
ada)
● Data pemateri

Sub Total Nilai Persyaratan 2 NILAI WAJIB = 3


NILAI MAKSIMAL = 10
NILAI Self-Assessment (EM) = ….
NILAI Audit Tim Penilai (NA) = ….

48
Tabel 4 Persyaratan Sarana, Prasarana dan Lingkungan
3. PERSYARATAN SARANA, PRASARANA DAN LINGKUNGAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) (4)
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
3.1 Media dan Materi KIE Terkait Kesehatan Anak
1 Tersedia media KIE terkait kesehatan anak Tidak tersedia Ada 1 media, Ada 2 media, Ada lebih dari 2 a. Adanya media cetak (buku,
yang mudah dipahami oleh anak dan namun tidak namun tidak rutin media, serta poster, banner, flyer, dll),
keluarga ditambah dan ditambah dan secara rutin elektronik (display televisi) dan
berganti tema berganti tema ditambah dan media lainnya (media sosial,
berganti tema sms blast, dll).
b. Pergantian tema, minimal setiap
6 bulan

2 Adanya kegiatan KIE tentang kesehatan anak di Tidak ada Hanya ada Ada kegiatan di Ada kegiatan di Frekuensi ‘jarang’ setara dengan 1
dalam dan di luar gedung kegiatan KIE di kegiatan di dalam dan luar dalam dan luar bulan sekali, sedangkan frekuensi
dalam dan luar dalam atau di gedung dengan gedung dengan ‘sering’ setara lebih dari 1 kali
gedung luar gedung frekuensi jarang frekuensi sering dalam sebulan
3.2. Ruang Pelayanan dan Konseling
1 Tersedia ruang pemeriksaan dan konseling Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang pemeriksaan dan konseling
bagi anak pemeriksaan dan pemeriksaan dan pemeriksaan dan pemeriksaan dan bagi anak adalah tempat dimana
konseling tidak konseling konseling konseling tersedia kegiatan pemeriksaan dan
tersedia tersedia namun tersedia dan dan tertutup, serta konseling kesehatan anak
tidak tertutup tertutup terpisah antara dilakukan.
ruang
pemeriksaan

2 Ruangan harus dibuat nyaman dengan sirkulasi Ruangan tidak --- Ruang dibuat Ruang dibuat Sebaiknya ruangan juga dilengkapi
udara yang baik dan dengan warna dinding yang nyaman nyaman dan nyaman dan materi dan media KIE termasuk
memiliki efek menenangkan seperti biru muda, memiliki efek memiliki efek buku-buku yang dapat membantu
kuning muda, dan lainnya. menenangkan menenangkan, pemahaman anak tentang hak

49
3. PERSYARATAN SARANA, PRASARANA DAN LINGKUNGAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) (4)
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
serta dilengkapi kesehatan dan hal lain terkait
dengan materi dan kesehatan anak.
media KIE
3.3. Ruang/tempat/area tunggu/bermain
1 Tersedia ruang/tempat/area tunggu/bermain Tidak tersedia Tersedia Tersedia Tersedia a. Ruang/tempat/area
bagi anak yang sehat yang aman dan nyaman ruang/tempat/ ruang/tempat/ ruang/tempat/ ruang/tempat/ tunggu/bermain yang aman dari
dan berlokasi terpisah dengan ruang tunggu area tunggu/ area area area penularan penyakit dan
pasien sehingga aman dari penularan bermain tunggu/bermain tunggu/bermain tunggu/bermain terjaminnya keselamatan anak.
penyakit. namun dengan dan berjarak dan berjarak aman b. Kondisi aman juga dapat tercipta
jarak yang tidak aman dari ruang dari ruang tunggu melalui pembuatan sekat
aman dari ruang tunggu pasien pasien, dan ruangan yang tembus pandang
tunggu pasien berlokasi di lantai (mis. kaca atau acrylic).
yang sama c. Ruang/tempat/area tunggu
dengan ruang dibersihkan secara rutin
pelayanan
2 Perabot bermain harus: Semua syarat Hanya 1-2 syarat Hanya 3 syarat Semua syarat a. Persyaratan Ruang Bermain
a. Aman selama dipergunakan fasilitas tidak terpenuhi terpenuhi terpenuhi Ramah Anak (RBRA) yang
b. Memiliki standar nasional SNI, atau telah terpenuhi disusun oleh Tim RBRA
dikaji keamanannya oleh ahli/dokter KEMEN PPPA dapat dijadikan
olahraga acuan.
c. Lantai ruangannya dialasi dengan b. Kriteria aman untuk perabot
karpet/matras/alas lainnya yang empuk bermain misalnya tidak
dan mengandung unsur yg
d. Cat dinding warna cerah. berbahaya, tidak tajam, dll
c. Kriteria aman untuk perabot
lingkungan misalnya tidak ada
tanaman/bunga

50
3. PERSYARATAN SARANA, PRASARANA DAN LINGKUNGAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) (4)
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
berduri/beracun, kursi tunggu
yang tajam, dll.
d. Bukti kajian keamanan oleh
ahli/dokter olahraga berupa
Berita Acara Pemeriksaan.
3 Perabot bermain harus selalu dibersihkan Tidak Selalu Selalu Selalu dibersihkan Memiliki catatan dalam
secara berkala dengan desinfektan dibersihkan dibersihkan dibersihkan setiap hari membersihkan perabot bermain.
seminggu sekali minimum 2 hari
sekali

4 Ruang tunggu/bermain anak yang sehat dijaga Tidak ada Ada petugas Ada petugas dan Ada petugas yang a. Selain petugas, orang tua/wali
oleh petugas khusus yang berkewajiban petugas namun tidak aktif aktif menjalankan aktif bertugas dan juga diharapkan turut
mengawasi keamanan dan keselamatan anak bertugas tugasnya telah menerima mengawasi anak yang bermain.
selama bermain. pelatihan P3K dan b. Petugas dapat berasal dari
pelatihan tenaga non medis, seperti: staff
pemenuhan hak magang, tenaga honorer dll
anak.
3.4. Ruang ASI
1 Tersedia ruang ASI dengan syarat: Hanya 1 syarat Hanya 2-4 syarat 5-7 syarat Lebih dari 7 syarat a. Ruang ASI adalah ruangan
a. Ruangan khusus dan perabotnya terpenuhi terpenuhi terpenuhi terpenuhi tertutup yang dilengkapi
b. Pintu dapat dikunci dan mudah dibuka dengan prasarana menyusui
dan ditutup dan memerah ASI yang
c. Lantai keramik/semen/karpet digunakan untuk menyusui
d. memiliki ventilasi dan sirkulasi udara bayi, memerah ASI,
yang cukup menyimpan ASI perah,

51
3. PERSYARATAN SARANA, PRASARANA DAN LINGKUNGAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) (4)
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
e. Bebas potensi bahaya termasuk bebas dan/atau konseling
polusi menyusui/ASI.
f. Lingkungan cukup tenang dan jauh dari b. Upaya sarana/prasarana ini
kebisingan sejalan dengan penerapan
g. Penerangan cukup dan tidak persyaratan Akreditasi
menyilaukan Puskesmas dan dapat
h. Kelembaban maksimum 30-60% mengacu kepada Permenkes
i. Wastafel dengan air mengalir dan sabun No. 15 Tahun 2013. sesuai
cuci tangan pasal 10 dan 11
j. Lemari pendingin tempat penyimpanan
ASI
k. Sterilisator botol ASI
3.5. Marka Dilarang Merokok atau Kawasan Tanpa
Rokok
1 Terdapat tanda peringatan dilarang merokok Peraturan dan --- --- Peraturan dan Kawasan tanpa rokok adalah
dan sebagai Kawasan Tanpa Rokok, yang penerapannya penerapannya kawasan yang ditetapkan sebagai
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan dari tidak ada ada kawasan bebas asap rokok menurut
Kepala Puskesmas PP No. 109 tahun 2012 atau sesuai
peraturan daerah yang terkait.

3.6. Sanitasi Lingkungan Puskesmas yang Sesuai


Standar
1 Tersedia fasilitas sanitasi lingkungan berupa: Tidak ada syarat Hanya ada 1 2 Syarat Semua syarat a. Pengaturan sesuai dengan
a. toilet terpisah dan berjarak antara toilet terpenuhi Syarat terpenuhi terpenuhi terpenuhi Peraturan Menteri Kesehatan
laki-laki dan perempuan Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan

52
3. PERSYARATAN SARANA, PRASARANA DAN LINGKUNGAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) (4)
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
b. perlengkapan toilet menggunakan Kesehatan Lingkungan di
ukuran yang sesuai dengan pengguna Puskesmas
anak b. Upaya sarana/prasarana ini
c. tersedia tempat cuci tangan yang layak dapat sejalan dengan
untuk anak dengan air bersih yang penerapan persyaratan
mengalir dan sabun cuci tangan Akreditasi Puskesmas

3.7. Sarana dan Prasarana bagi Anak Penyandang


Disabilitas
1 Tersedia sarana prasarana dan pelayanan Fasilitas tidak Memiliki 1 Memiliki minimal 2 Memiiki semua a. Sarana prasarana dan
bagi anak penyandang disabilitas: tersedia fasilitas fasilitas fasilitas tersedia pelayanan bagi anak
a. Kursi roda penyandang disabilitas di
b. Ramp Puskesmas serta pendamping
c. Toilet untuk anak penyandang disabilitas bagi penyandang disabilitas
yang memerlukan pelayanan.
b. Upaya sarana/prasarana ini
dapat sejalan dengan
penerapan persyaratan
Akreditasi Puskesmas.
c. Acuan untuk teknis fasilitas dan
aksesibilitas dapat mengacu
pada Permen PU No.
30/PRT/M/2006.
2 Adanya prioritas dan kemudahan khusus dalam Tidak ada --- --- Ada prioritas dan Pelayanan bagi anak penyandang
pelayanan bagi anak penyandang disabilitas. prioritas dan kemudahan disabilitas termasuk pendampingan
kemudahan khusus oleh petugas puskesmas.
khusus

53
3. PERSYARATAN SARANA, PRASARANA DAN LINGKUNGAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) (4)
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
Sub Total Nilai Persyaratan 3 NILAI WAJIB = 33
NILAI MAKSIMAL = 65
NILAI Self-Assessment (EM) = …
NILAI Audit Tim Penilai (NA) = …

54
Tabel 5 Persyaratan Pelayanan
4. PERSYARATAN PELAYANAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
4.1. Pelayanan Kesehatan Masa Hamil
(Antenatal)
1 Pelayanan Kesehatan Masa Hamil Pelayanan --- Pelayanan Pelayanan a. Pelayanan Kesehatan Masa Hamil
bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu antenatal tidak antenatal antenatal sesuai sesuai dengan Peraturan Menteri
hamil memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar sesuai standar standar dan Kesehatan No 21 Tahun 2021 Pasal 13.
yang berkualitas sehingga mampu dan tidak secara b. Pelayanan Kesehatan Masa Hamil
dan secara secara terpadu
menjalani kehamilan dengan sehat, terpadu dilakukan paling sedikit 6 (enam) kali
terpadu dan USG selama masa kehamilan meliputi :
bersalin dengan selamat, dan melahirkan
bayi yang sehat dan berkualitas. dilakukan oleh 1) 1 (satu) kali pada trimester
Pelayanan tersebut meliputi : dokter pertama;
a. Pelayanan Kesehatan Masa Hamil 2) 2 (dua) kali pada trimester kedua;
dilakukan paling sedikit 6 (enam) dan
kali selama masa kehamilan. 3) 3 (tiga) kali pada trimester ketiga.
b. Pelayanan antenatal care dilakukan c. Pelayanan antenatal sesuai dengan
sesuai dengan standar dan secara standar (10T) dan secara terpadu.
terpadu meliputi:
1) pengukuran berat badan dan
tinggi badan;
2) pengukuran tekanan darah;
3) pengukuran lingkar lengan atas
(LiLA);
4) pengukuran tinggi puncak rahim
(fundus uteri);
5) menentukan presentasi janin dan
denyut jantung janin;
6) pemberian imunisasi sesuai
dengan status imunisasi;

55
4. PERSYARATAN PELAYANAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
7) pemberian tablet tambah darah
minimal 90 (sembilan puluh)
tablet;
8) tes laboratorium;
9) tata laksana/penanganan kasus;
dan
10) temu wicara (konseling) dan
penilaian kesehatan jiwa.
d. Upaya pencegahan dan tatalaksana
penyakit menular dan tidak menular
1) Antisipasi Defisiensi Gizi dalam
Kehamilan (Anemia dan KEK)
2) Pencegahan Malaria Dalam
Kehamilan (PMDK)
3) Pencegahan Penularan HIV dari
ibu ke bayi (PPIA)
4) Eliminasi Sifilis
5) Pencegahan Penularan Hepatitis
dari Ibu ke Anak
6) Pencegahan dan Pengobatan
IMS/ISK dalam kehamilan
7) Penatalaksanaan TB dalam
kehamilan (TB-ANC)
8) Pelayanan Kesehatan Jiwa pada
Ibu Hamil
9) Skrining Pre Eklampsia pada Ibu
Hamil
10) Pencegahan Kecacingan pada Ibu
Hamil

56
4. PERSYARATAN PELAYANAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)

2 Adanya prioritas layanan untuk ibu hamil Tidak ada --- --- Ada prioritas contoh prioritas dari mulai kursi prioritas,
di ruang tunggu prioritas antrian, dll

4.2. Pelayanan Persalinan dan Kesehatan Bayi


Baru Lahir
1 Persalinan diberikan kepada ibu bersalin Tidak --- Persalinan Persalinan a. Persalinan dilakukan sesuai dengan
dalam bentuk 5 (lima) aspek dasar menyelenggarak dilakukan oleh dilakukan oleh standar Asuhan Persalinan Normal
meliputi: an pelayanan tim paling tim paling (APN).
a. Membuat keputusan klinik; persalinan sedikit 2 orang sedikit 1 orang b. Pelayanan Kesehatan Kehamilan
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi tenaga tenaga medis sesuai dengan Peraturan Menteri
termasuk IMD dan resusitasi bayi kesehatan. dan 2 orang Kesehatan No 21 Tahun 2021 Pasal 16.
baru lahir; tenaga c. Tidak berlaku untuk puskesmas yg
c. Pencegahan infeksi; kesehatan tidak memiliki pelayanan persalinan
d. Pencegahan penularan penyakit
dari ibu ke anak
e. Persalinan bersih dan aman
f. Pencatatan (rekam medis) asuhan
persalinan; dan
g. Rujukan pada kasus komplikasi ibu
dan bayi baru lahir.
57
4. PERSYARATAN PELAYANAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
2 Penggunaan gelang penandaan bayi untuk Tidak ada --- Ada gelang Ada gelang Disesuaikan dgn Standar Pelayanan
bayi yang baru dilahirkan dan gelang untuk gelang penandaan penandaan Minimum yang berlaku
ibu penandaan untuk anak untuk anak dan
atau ibu ibu
3 Pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir Pelayanan tidak --- --- Pelayanan a. Catatan pelayanan melalui kohort
dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali yang sesuai dengan sesuai dengan pelayanan bayi
meliputi: persyaratan persyaratan b. Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah
Melahirkan sesuai dengan Peraturan
a. 1 (satu) kali pada periode 6 (enam) Menteri Kesehatan No 21 Tahun 2021
jam sampai dengan 2 (dua) hari Pasal 21.
pasca persalinan;
b. 1 (satu) kali pada periode 3 (tiga)
hari sampai dengan 7 (tujuh) hari
pasca persalinan; dan
c. 1 (satu) kali pada periode 8
(delapan) hari sampai dengan 28
(dua puluh delapan) hari pasca
persalinan;
d. 1 kali pada periode 29 hari sampai
dengan 42 hari pasca persalinan

4 Cakupan bayi sampai dengan 6 bulan yang Capaian di --- --- Capaian sama a. Cakupan sampai dengan 6 bulan yang
mendapat ASI eksklusif bawah target atau di atas mendapat ASI eksklusif adalah bayi
nasional target nasional yang hanya mendapat ASI saja selama
6 bulan pertama.

58
4. PERSYARATAN PELAYANAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
b. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) segera untuk baru baru lahir.Jika
kondisi bayi memungkinkan
c. Kolostrum langsung diberikan kepada
bayi, tidak dibuang
d. Target Nasional menggunakan
PerPres 72 tahun 2021 (mengenai
stunting) sebesar 80% tahun 2024,
dengan target antara sebesar 75%
tahun 2023 dan 70% tahun 2022
5 Larangan pemberian susu formula kepada Tidak Ada --- --- Ada Tercantum dalam kebijakan dan tercantum
Bayi baru lahir tanpa indikasi medis dalam salah satu informed consent (Khusus
untuk Puskesmas yang memiliki layanan
Rawat Inap)
6 Layanan konselor ASI Tidak ada --- --- Ada layanan
layanan
7 Ada layanan/program konseling pemberianTidak ada --- --- Ada layanan Layanan ini dapat menggunakan ruang
makan bayi dan anak untuk anak 0 – 24 layanan konseling gizi, dan dilengkapi dengan
bulan media KIA
4.3. Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan
Prasekolah
1 Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita Hanya 1 syarat Syarat 2-3 Syarat 4 Semua syarat a. Pelayanan memperhatikan Peraturan
dan Prasekolah, meliputi: terpenuhi terpenuhi terpenuhi terpenuhi Menteri Kesehatan No. 25 Tahun 2014
a. Pemantauan pertumbuhan dan tentang Upaya Kesehatan Anak.
perkembangan serta pemantauan b. Dengan pelayanan SDIDTK (Stimulasi
gangguan tumbuh kembang dgn Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
pelayanan SDIDTK; Kembang) tenaga kesehatan akan
b. Pemberian Vitamin A; menentukan status gizi anak, stunting

59
4. PERSYARATAN PELAYANAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
c. Pemberian imunisasi dasar lengkap atau tidak, perkembangan sesuai umur
bagi Bayi sebelum 1 tahun; atau tidak, dan apakah ditemukan
d. Pemberian imunisasi lanjutan DPT- gangguan perilaku atau gangguan
HB-Hib 4 dan campak/MR2 pada emosional.
anak usia 18 bulan dan imunisasi c. Beberapa persyaratan perlu
campak pada anak usia 24 bulan; disesuaikan juga dengan SPM yang
e. Pemberian buku KIA berlaku.
f. Pemberian obat cacing sekali per 6
bulan
g. Upaya pola mengasuh Anak melalui
pemberian konseling;
h. Pelayanan balita dengan MTBS;
i. Merujuk kasus yang tidak dapat
ditangani dalam kondisi stabil; dan
4.4. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
1 Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Tidak ada yang 1 Syarat 2 syarat Semua syarat Pelayanan dilakukan di dalam gedung
Peduli Remaja (PKPR) dengan kriteria: terpenuhi terpenuhi terpenuhi terpenuhi (terintegrasi dengan kegiatan dalam
a. Ada Tenaga terlatih/terorientasi puskesmas) dan di luar gedung contohnya
b. Melakukan konseling
c. Ada Buku pedoman
4.5. Pelayanan Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
(PPKtPA)
1 Menyelenggarakan Pelayanan Tata Tidak ada --- --- Ada pelayanan Sesuai SPM dari Kemenkes
Laksana Kasus Kekerasan Terhadap pelayanan
Anak (KTA), dengan kriteria adanya
tenaga yang mampu tata laksana KTA
2 Menyelenggarakan Pelayanan Tata Laksana Tidak ada --- --- Ada pelayanan
Kasus Kekerasan Terhadap Anak (KTA), pelayanan

60
4. PERSYARATAN PELAYANAN
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
dengan kriteria adanya pelayanan rujukan
medis, hukum dan psikososial.
4.6. Pelayanan Ramah Anak oleh Tenaga
Kesehatan dan Non Tenaga Kesehatan
1 Pelayanan oleh tenaga kesehatan dan non Tidak ada Hasil survey Hasil survey Hasil Survey di a. Berupa survey keramahan dan perilaku
tenaga kesehatan yang ramah dan pemantauan dibawah 50% 51-80 % atas 80% positif tenaga Nakes dan Non Nakes
berperilaku positif kepada anak. kepada anak (survey dari KEMEN
PPPA).
b. Contoh kuesioner survey ada di
Lampiran 3
c. Kuesoner dapat diisi oleh anak
maupun pendampingnya.
Sub Total Nilai Persyaratan 4 NILAI WAJIB = 39
NILAI MAKSIMAL = 70
NILAI Self-Assessment (EM) = …
NILAI Audit Tim Penilai (NA) = …

61
Tabel 6 Persyaratan Partisipasi Anak
5. PERSYARATAN PARTISIPASI ANAK
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
5.1. Partisipasi Anak
1 Adanya mekanisme untuk menampung suara Tidak ada 1-3 syarat 4-5 syarat Semua syarat a. Anak dapat dilibatkan bersamaan
anak: syarat terpenuhi terpenuhi terpenuhi dengan pembahasan bersama
a. Kotak saran, terpenuhi dengan masyarakat umum
b. Dengar pendapat dengan Forum Anak atau mengenai penyelenggaraan
sejenisnya Puskesmas sesuai dengan
c. Forum pembinaan anak/remaja (PKPR) persyaratan Akreditasi
d. Kegiatan pembinaan Kader Kesehatan Puskesmas
Remaja/Konselor Sebaya di b. Dapat melibatkan PKPR, KKR,
sekolah/madrasah, panti/LKSA, lapas/LPKA, Forum Anak, atau Saka Bhakti
Posyandu remaja Husada.
e. Kegiatan kunjungan ke sekolah (UKS) c. Contoh bukti : dokumentasi
f. Website/email kegiatan bersama, usulan dari
g. Media sosial anak, jadwal kegiatan
kunjunganke institusi pendidikan.
2 Adanya pelibatan anak dalam perencanaan Anak tidak --- --- Anak dilibatkan a. Dilampirkan data pendukung
kegiatan yang terkait dengan anak di puskesmas dilibatkan keterlibatan anak dalam
yang tercantum dalam RUK (Rencana Usulan penyusunan kegiatan yang terkait
Kegiatan) dengan anak.
b. Contoh : Pada saat kunjungan ke
sekolah, anak dapat mengusulkan
program kegiatan.

Sub Total Nilai Persyaratan 5 NILAI WAJIB = 0


NILAI MAKSIMAL = 10
NILAI Self-Assessment (EM) = …
NILAI Audit Tim Penilai (NA) = …

62
Tabel 7 Persyaratan Penjangkauan Pelayanan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

63
II.6. PERSYARATAN PENJANGKAUAN PELAYANAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
No PERSYARATAN KONDISI/ SKOR KETERANGAN
(3)
(1) (2) Nilai 0 Nilai 1 Nilai 3 Nilai 5 (4)
(3.1) (3.2) (3.3) (3.4)
6.1. Penjangkauan Pelayanan Kesehatan Anak
di Sekolah/Madrasah
1 Penjangkauan Pelayanan Kesehatan Anak Tidak adanya Penjangkauan Penjangkauan Penjangkauan a. Target adalah 50%
melalui UKS/M di Sekolah/Madrasah secara penjangkauan dilakukan di 25%-49% dilakukan dengan jumlah sekolah yang
rutin dan terprogram melalui UKS di bawah 24% minimal 50% dari ada di wilayah kerja
target jumlah Puskesmas dengan
sekolah/madrasah
wilayah kerja minimal 4 kali
puskesmas pembinaan.
b. Jangkauan di sekolah
untuk UKS, dan
program-program
Kesehatan dari
pemerintah (BIAS, dll)
c. Pembuktikan dengan
laporan penjangkauan
pelayanan Kesehatan
anak melalui UKS di
sekolah/madrasah,
dokumentasi kegiatan.

6.2. Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak


di Panti/LKSA

64
Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak Penjangkauan tidak Penjangkauan Penjangkauan Penjangkauan a. Target adalah jumlah
di Panti/LKSA dilakukan di dilakukan di dilakukan di sekitar dilakukan di 100% panti yang ada di
LKSA/Panti bawah 50% 75% LKSA/Panti LKSA/Panti yang wilayah kerja
LKSA/Panti yang yang menjadi menjadi target Puskesmas
1
menjadi target target b. Jika tidak ada
pelayanan di
Panti/LKSA di wilayah
kerja , skor = 5
6.3. Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak
di Lapas Anak/LPKA
Pelayanan Penjangkauan Kesehatan Anak Penjangkauan tidak --- --- Penjangkauan Jika tidak ada pelayanan di
1 di LPKA dilakukan di LPKA dilakukan Lapas Anak/LPKA diwilayah
kerja skor = 5
6.4. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
1 Puskesmas terlibat dalam peningkatan Penjangkauan tidak Penjangkauan Penjangkauan Penjangkauan Target adalah jumlah PAUD
derajat kesehatan dan gizi untuk anak di dilakukan di PAUD dilakukan di dilakukan di 25%- dilakukan dengan yang ada di wilayah kerja
PAUD wilayah kerja Puskesmas. bawah 24% 49% target PAUD minimal 50% dari Puskesmas
target PAUD
target PAUD

6.5. Posyandu
1 Puskesmas menjangkau pelayanan Penjangkauan tidak Penjangkauan Penjangkauan Penjangkauan Target adalah jumlah
posyandu dan mendukung kegiatan dilakukan di dilakukan di dilakukan di sekitar dilakukan di 100% posyandu yang ada di wilayah
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan imunisasi posyandu bawah 50% 75% posyandu posyandu yang kerja Puskesmas
posyandu yang yang menjadi menjadi target
menjadi target target
2 Puskesmas menjangkau terhadap Bina Keluarga Penjangkauan tidak Penjangkauan Penjangkauan Penjangkauan Target adalah jumlah BKB
Balita (BKB) dilakukan di BKB dilakukan di dilakukan di sekitar dilakukan di 100% yang ada di wilayah kerja
bawah 50% BKB 75% BKB yang BKB yang menjadi Puskesmas
menjadi target target

65
yang menjadi
target

6.6. Pengembangan Kelas Ibu Hamil dan Kelas


Ibu/Pendamping Balita

1 Penyelenggaraan kelas ibu hamil dilakukan Tidak terselenggara --- Terselenggara Terselenggara Peraturan Menteri Kesehatan
melalui penyediaan sarana untuk belajar Kelas Ibu Hamil pelayanan Kelas Kelas Ibu Hamil, No. 97 Tahun 2014 mengatur
kelompok bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap Ibu Hamil minimum 50% di bagaimana Pemberdayaan
muka/daring dan penyelenggaraannya harus desa / kelurahan Masyarakat dapat dilakukan
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan diikuti wilayah kerja. dalam rangka membantu
oleh seluruh ibu hamil, pasangan dan atau mempercepat pencapaian
keluarga. Sarana yang dimaksud dapat derajat kesehatan ibu yang
berupa fasilitas pelayanan kesehatan, optimal, misalnya melalui
posyandu, balai desa dan rumah penduduk Kelas Ibu Hamin.
2 Kelas Ibu Balita diselenggarakan secara Tidak terselenggara --- Terselengara Teselengara Kelas Kelas Ibu Balita adalah
partisipatif, di mana para ibu tidak dipandang Kelas Ibu Balita pelayanan Kelas Ibu Balita minimum kegiatan para ibu yang
sebagai murid, melainkan sebagai warga Ibu Balita 50% di desa / mempunyai anak usia antara
belajar. Dalam prakteknya para ibu didorong kelurahan wilayah
0 sampai 5 tahun secara
untuk belajar dari pengalaman sesama dengan kerja
menggunakan Buku KIA. bersama-sama berdiskusi,
tukar pendapat/ pengalaman
tentang pemenuhan
pelayanan kesehatan, gizi dan
pertumbuhan dan
perkembangannya dibimbing
oleh fasilitator dengan
menggunakan Buku KIA.

Sub Total Nilai Pesyaratan 6 NILAI WAJIB = 25


NILAI MAKSIMAL = 30
NILAI Self-Assessment (EM) = …
NILAI Audit Tim Penilai (NA) = …

66
67
LAMPIRAN 3

PELAYANAN RAMAH ANAK OLEH TENAGA KESEHATAN DAN NON KESEHATAN

CONTOH KUESIONER KERAMAHAN DAN PRILAKU POSITIF TENAGA KESEHATAN DAN


NON KESEHATAN

Nama Pasien/Pengunjung : ………………………….


Nama Puskesmas : ………………………….

Petunjuk :

1. Berilah tanda (V) pada kolom skor


2. Penilaian berdasarkan indikator yang terlihat ketika Nakes dan Non Nakes yang
bersangkutan bertugas di Fasilitas Kesehatan.

Sebagian Sebagian
Tidak Semua
No Indikator Kecil Besar
Ada Nakes
Nakes Nakes

1 Keramahan

Menggunakan bahasa dan sikap yang


ramah kepada pasien/pengunjung

Contoh : mempersilahkan pasien untuk


memasuki ruang periksan dengan
bahasan yang lembut dengan gesture
tubuh

2 Empati

Menunjukkan kepedulian dan perhatian


kepada pasien/pengunjung.

Contoh: menanyakan kabar/kondisi


pasien/pengunjung

3 Sosial

Memberikan bantuan kepada


pasien/pengunjung yang kesulitan.

68
Contoh: Nakes dan Non Nakes ikut
aktif dalam memberikan bantuan.

4 Berbagi

Suka memberi kepada


pasien/pengunjung

Contoh: Nakes dan Non Nakes suka


memberi pengarahan, nasehat,
informasi/pengetahuan dll kepada
pasien/pengunjung

5 Menghargai Kebaikan Orang lain

Mengucapkan terima kasih kepada


yang berbuat baik dan membantu.

Contoh: berterima kasih kepada


pasien/pengunjung

6 Menghormati Orang lain

Menunjukkan sikap hormat kepada


orang lain dan menjaga kerahasiaan
kondisi pribadi pasien (privacy).

Contoh: bersalaman, tidak mengejek,


menghargai pendapat, mendengarkan
keluhan dll

7 Bahasa

Berbahasa dengan baik, benar dan


sopan, dan akurat contoh: tidak
berkata-kata kasar, kotor, sia-sia, dll

8 Menghargai Perbedaan Budaya

Tidak membeda-bedakan
pasien/pengunjung berdasarkan suku.

Contoh: Nakes dan Non Nakes


menghormati pasien/pengunjung dari
suku yang berbeda.

69
9 Mencintai Tanah Air

Nakes dan Non Nakes mengingatkan


kepada pasien/pengunjung tentang
cinta tanah air.

Contoh: berpartisipasi dalam perayaan


hari besar Nasional, memasang atribut
simbol kenegaraan diarea kerja.

10 Anti Radikalisme

Mengajak pasien/pengunjung untuk


cinta damai, toleransi dan saling
menghormati.

Contoh: Nakes/Non Nakes bertoleransi


terhadap pasien/pengunjung yang
berbeda agama.

70

Anda mungkin juga menyukai