Anda di halaman 1dari 2

2.

Tahap-tahap dalam perkembangan dan mengakhiri hubungan

Suatu kenyataan dalam kehidupan kita adalah bahwa banyak hubungan dengan orang lain
bersifat temporer. Sahabat karib di masa anak-anak belum tentu berperan dalam kehidupan dewasa.
Apalagi dalam masyarakat yang mobilitasnya tinggi, akan sulit untuk memelihara persahabatan,
sehingga yang terjadi adalah seringnya kita memulai dan mengakhiri hubungan antarpribadi. Ketika
mengembangkan dan mengakhiri huubungan, kita melewati serangkaiantahap keakraban/keintiman.
Antara lain dari hubungan yang bukan bersifat pribadi dengan menggunakan aturan-aturan ekstrinsik
sampai kepada hubungan antarpribadi yang diatur oleh aturan-aturan intrinsic. Knapp (1978)
merumuskan model tahapan hubungan yang menujukan bahwa orang mempertimbangkan untuk
menuju hubungan yang lebih akrab dengan orang lain. Menurutnya hubungan berkembang melalui lima
tahap, yaitu inisias, eksperimen, intensifikasi,integrasi dan ikatan. Kelima tahapan ini lebih merupakan
kecenderungan dari perkembangan hubungan, dan bukannya bagaimana seharusnya hubungan
berkembang.

Inisiasi biasanya mancakup percakapan sangkat dan saling memberi salam. Selama tahap
eksperimen, masing-masing akan mencakup informasi mengenai partnernya. Percakapan pada tahap ini
berfungsi untuk menjajaki terjadinya hubungan lebih lanjut, dan membantu dalam mengungkap
persamaan atau perbedaan kepentingan. Tahap intesifikasi melibatkan penyelidikan yang lebih
mendalam pada kepribadian masing-masing. Tahap integrasi menciptakan rasa “bersama”, rasa
kami/kita, dimana keduanya berindak sebagai satu unit dan bukan sebagai individu yang terpisah.
Keputusan yang dibuat pada tahap ini biasanya dilakukan berdua. Sementara tahapan terakhir yaitu
ikatan, terjadi ketika keduanya masuk kepada suatu ritual yang secara formal mengakui hubungan
jangka panjang. Acapkali dua orangdalam suatu hubungan berbeda pada tahap yang berbeda. Meskipun
demikian, perbedaan ini dapat memberikan arti positif bagi perkembangan hubungan bila salah satu
bisa mengarahkan yang lain untuk lebih memperhatikan hubungan mereka. Ketika perbedaan
pandangan mengenai hubungan yang berlangsung menjadi semakin jelas, maka keungkinan bagi
menurunnya hubungan juga semakin jelas. Duck (1985) mengemukakan bahwa memburuknya
hubungan antarpribadi akan melewati sejumlah tahap/batas. Setiap kali melewati batas merupakan
pergantian kualitas hubungan. Model ini bertumpu pada asumsi bahwa solusi (rusak/memburuk) suatu
hubungan melibatkan keputusan-keputusan yang kompleks, dan bahwa hubungan antarpribadi akan
membuat keputusan tersebut menjadi tidak sulit dan linear. Dengan kata lain, keputusan itu
menghentikan suatu hubungan secara sporadis, tidak konsisten,ambivalen, dalam suatu periode
tertentu. Seseorang mungkin akan terombang-ambing antara usaha untuk memperbaiki hubungan atau
keputusan untuk berpisah.

Dalam fase ‘intra-psysic’ orang akan memusatkan perhatian pada partnernya dan menilai adanya
ketidakpuasan di dalam hubungan. Pertimbangan mengenai persoalan-persoalan hubungan lebih
banyak berada pada tingkat pribadi atau terakomulasi dalam dirinya sendiri dan hanya sedikit yang
dikomunikasikan pada partnernya. Dalam konteks social exchange, orang yang hendak mengakhiri
hubungan memerlukan waktu untuk menimbang ganjaran dan upaya, dan jiki proses ini berlanjut maka
dia akan meutuskan untuk menyampaikan secara eksplisit.

Pada fase dyadic, fokusnya ada hubungan itu sendiri. Dalam fase ini komunikasi akan bersifat
langsung dan eksplisit, dan dinamika dari hubungan mereka juga dibicarakan. Seorang akan terpaksa
mempertimbangkan, bukan hanya sifat sifat pertnernya yang tidak menyenangkan, tetapi juga
prespektif pertnernya dan apa yang terkandung dalam perbedaan prespektif mengenai hubungan
mereka. Dalam kondisi seperti ini akan terjadi pembicaraan panjang mengenai bagaimana memecahkan
persoalaan yang mereka hadapi, apa yang perlu dilakukan, atau apakah perlu mengakhiri hubungan
mereka. Fase dyadic dapat berakhir dengan suatu keputusan untuk memperbaiki hubungan mereka.
Tetapi jika hal itu tidak dapat dicapai, proses akan berlanjut pada tahap berikutnya, dimana disolusi
menjadi permasalahan social.

Fase social menuntut suatu focus pada kelompok yang lebih besar seperti keluarga atau teman
teman. Pada fase ini pendapatan perasaan dari orang orang diluar hubungan menjadi pertimbangan.
Orang di luar ini menjadi sangat berpengaruh terhadap keputusan apa yang harus di ambil oleh mereka
yang berada didalam hubungan. Fase terakhir disebut grave dressing, karena terjadi setelah pemutusan
hubungan. Disini masing masing pihak akan memberikan alasan sendiri , dan dengan car acara sendiri
mereka akan mengatasi dan menyembuhkan diri dari kedukaan atas berakhirnya hubungan mereka.

Komunikasi antar peribadi bersifat dialogis, dalam arti arus balik antara komunikator dengan
komunikan terjadi langsung, sehingga pada saat itu juga komunikator dapat mengetahui secara langsung
tanggapan dari komunikan, dan secara pasti akan mengetahui apakah komunikasinya positif,negative
dan berhasil atau tidak. apabila tidak berhasil,maka komunikator dapat memberi kesempata kepada
komunikan untuk bertanya seluas luasnya.sebagaimana yang telah dikemukakan dalam penegasan
istilah, penelitian ini lebih di tekankan pada dimensi psikologis perilaku komunikasi antar pribadi
siswa.sehingga secara psikologis prilaku komunikasi antar pribadi siswa meliputi keterbukaan
empati,dukungan,rasa positif dan kesetaraan. Berikut ini merupakan ciri-ciri efektifitas komunikasi antar
pribadi menurut kumar(wiryanto,2005:36)dan De Vito(Sugiyo,2005:4)bahwa ciri-ciri komunikasi
antarpribadi tersebut,yaitu:

1.Keterbukaan (openness),yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di
dalam menghadapi hubungan antarpribadi.

2.Empati (Empathy),yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.

3.Dukungan (supportiveness),yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung


efektif.

5.Kesetaraan atau kesamaan (equality),yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak
menghargai,berguna,dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Senada dengan yang dikemukakan oleh De Vito (Sugiyo,2005:4) bahwa ciri-ciri efektifitas
komunikasi antarpribadi tersebut demikian dari kelima ciri-ciri efektifitas antarpribadi tersebut,dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai