Anda di halaman 1dari 27

BAHAN BACAAN

MODUL 5
KOORDINASI DAN KEMITRAAN SLRT

Modul Koordinasi dan Kemitraan SLRT (Sistem Layanan Dan Rujukan Terpadu)
disusun berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2018
Tentang Sistem Layanan Dan Rujukan Terpadu (SLRT) Untuk Penanganan Fakir Miskin Dan
Orang Tidak Mampu. Ada tiga komponen penting dalam penyelenggaraan SLRT yatu
Petugas Daerah, Manajer SLRT dan Tenaga Pusat Kesejahteraan Sosial (PUSKESOS). Mereka
mempunyai fungsi utama yaitu melakukan koordinasi atau memastikan koordinasi berjalan
atau tidak.
Pada Pasal 31, tugas dan tanggung jawab tenaga Pendamping Daerah Kabupaten/
Kota diantaranya pada point a yaitu mendorong koordinasi antara SLRT dengan organisasi
perangkat daerah dan lembaga terkait di daerah meliputi badan perencanaan
pembangunan daerah, dinas kesehatan, dinas pendidikan, organisasi masyarakat sipil,
dunia usaha, dan lainnya; serta poin k yaitu membantu koordinasi antara Pemerintah
Daerah kabupaten/kota penyelenggara SLRT dengan Pemerintah Daerah provinsi
Pasal 25, Tugas dan tanggung jawab Manajer adalah poin (a) mengoordinasikan
proses perencanaan; (b) menyosialisasikan SLRT di daerah; (c) mengoordinasikan
pelaksanaan tugas sekretariat teknis SLRT daerah; (d) melakukan koordinasi dengan
sekretariat nasional SLRT; (e) melakukan koordinasi dengan pihak terkait termasuk
Pemerintah Daerah provinsi dan pengelola program di daerah; dan (f) melakukan rujukan
keluhan yang bersifat kepesertaan dan program Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak
Mampu kepada pengelola program terkait baik pusat maupun daerah dalam kapasitasnya
sebagai Manajer sekretariat teknis SLRT daerah.
Terakhir Pasal 30 berkaitan dengan Tugas dan tanggung jawab petugas Puskesos
dalam melaksanakan koordinasi atau memfasilitasi kemitraan dengan unsur lainnya

1|Modul 5 Koordinasi dan Kemitraan SLRT


diantaranya terdapat pada poin c, memberikan rujukan atas keluhan masyarakat miskin dan
rentan kepada pengelola program/layanan sosial di desa/kelurahan/nama lain atau daerah
di daerah kabupaten/kota melalui SLRT; dan poin d, membangun dan menindaklanjuti
kemitraan dengan lembaga nonpemerintah termasuk pihak swasta di desa/ kelurahan/
nama lainnya.
1. Koordinasi dalam SLRT
a. Pengertian
Koordinasi menurut James A.F Stoner dan Charles Wankel (dalam Yusuf,
2019) merupakan suatu proses untuk mengintegrasikan berbagai tujuan dan
aktivitas dalam satuan yang berbeda (departemen maupun divisi fungsional) pada
organisasi guna meraih tujuan organisasi seefesien mungkin. Siagian menjelaskan
bahwa definisi koordinasi adalah pengaturan keterkaitan pada usaha bersama
dalam rangka mencapai keseragaman tindakan untuk meraih tujuan bersama.
Pengertian koordinasi lainnya yaitu suatu proses pengaturan supaya pembagian
tugas setiap individu maupun grup mampu terbentuk sebagai kebutuhan yang
terintegrasi dengan efisien.
Dari definisi diatas, ada beberapa komponen penting dalam koordinasi yaitu
ada proses mengintegrasikan semua tujuan; ada usaha bersama; keseragaman
tindakan dan ada pembagian tugas. Kesulitan melaksanakan koordinasi yang mudah
diucapkan itu adalah sulitnya mengintegrasikan, menseragamkan tindakan dan
mengatur pembagian tugas yang jelas. Karena proses tersebut berkaitan dengan
perilaku manusia dalam organisasi. Dalam konteks SLRT, Tugas pimpinan atau
penyelenggara dan pelaksana programlah yang bertanggung jawab melaksanakan
koordinasi agar pelaksanaan program SLRT sesuai dengan standar operasional
pelayanan. yang ada dari mulai tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota.
Dalam kontek kelembagaan pelayanan maka bahasan koordinasi SLRT
difokuskan pada koordinasi pelayanan Sekretariat SLRT/ Instansi Sosial Kabupaten/

2|Modul 5 Koordinasi dan Kemitraan SLRT


Kota maupun koordinasi yang dibangun oleh Puskesos/ Kelurahan/ Desa.
Bagaimana Sekretariat SLRT/ Instansi Social Kabupaten/ Kota melakukan koordinasi
dengan Instansi sosial yang ada di Propinsi maupun koordinasi dengan Pusat
membangun koordinasi. Lebih luas lagi koordinasi juga perlu dilakukan bersifat
komplementaritas.
b. Tujuan
Diadaptasi dari pandangan Yusuf (2019), bahwa terkoordinasinya
penanganan orang miskin dan tidak mampu melalui SLRT ditujukan sebagai berikut
1) Mensinkronkan, menselaraskan dan menseimbangkan penyelenggaraan
program dan layanan penanganan orang miskin dan tidak mampu dari mulai
tingkat pusat sampat tingkat local di Puskesos.
2) Membangun kesepakatan yang mengakomodir seluruh elemen yang berkaitan
akan berdampak pada efisiensi pelayanan penanganan orang tidak mampu dan
miskin dalam SLRT sehingga akan
mencegah berbagai perbedaan yang
mengarah timbulnya konflik
3) Koordinasi berusaha untuk menciptakan
dan menjaga agar suasana dan tingkah laku
dalam penyelenggaraan program SLRT
yang saling merespon dan mengantisipasi.
c. Prinsip
Baik secara internal maupun eksternal, penanganan orang miskin dan tidak
mampu yang difasilitasi oleh SLRT semakin kompleks karenanya layanan SLRT harus
benar-benar memperhatikan sistem layanan yang terpadu dan koordinasi. Sistem
koordinasi yang baik harus memperhatikan hal-hal prinsip agar pelaksanaan
koordinasi sesuai dengan pedoman atau acuan yang telah disepakati bersama.

3|Modul 5 Koordinasi dan Kemitraan SLRT


Diadaptasi dari Imanica (2016), ada hal-hal prinsip yang harus diperhatikan yaitu
sebagai berikut,
1) Kesamaan
Koordinasi akan berjalan bilamana masing-masing pihak baik ditingkat internal
SLRT maupun tingkat eksternal mempunyai kesamaan visi, misi, dan langkah-
langkah untuk mencapai tujuan bersama.
2) Orientasikan
SLRT mengutamakan layanan terhadap penanganan orang miskin dan tidak
mampu melalui layanan rujukan terpadu yang terpadu dan melibatkan
stakeholder lainnya terutama yang peduli terhadap penanganan orang miskin
dan tidak mampu.
3) Organisasikan
Atur orang-orang yang berkoordinasi untuk menguatkan sistem layanan rujukan
terpadu yang berada dalam satu payung (terorganisasi). Untuk menghindari
sikap egosektoral.
4) Rumuskan
SLRT secara jelas merumuskan wewenang, tanggung jawab, dan tugas masing-
masing agar tidak tumpang-tindih.
5) Diskusikan
Manfaatkan media diskusi untuk mencari cara yang efektif, efesien, dan
komunikatif dalam berkoordinasi.
6) Informasikan
Hasil dari semua diskusi dan keputusan harus diinformasikan kesemua pihak
yang ada dalam sistem jaringan koordinasi.
7) Negosiasikan
Buat perundingan untuk mencapai kesepakatan yang saling menghormati,
jangan sampai ada pihak yang dirugikan.

4|Modul 5 Koordinasi dan Kemitraan SLRT


8) Atur jadwal
Buat agenda atau rencana koordinasi dan patuhi agendanya dengan sebaik-
baiknya oleh semua pihak.
9) Solusikan
Koordinasi dilakukan untuk memecahkan setiap masalah bukan malah
menimbulkan masalah baru
10) Ingatkan
Setiap stakeholders harus memiliki laporan tertulis yang lengkap dan siap
menginformasikannya sesuai kebutuhan koordinasi
d. Syarat Terjadi Koordinasi
Dikutip dari sumber pengetahuan.co (2018) Terry menjelaskan beberapa
syarat agar koordinasi dalam SLRT berjalan sesuai tujuan yang telah digariskan maka
antar bagian/ dengan instansi eksternal SLRT harus,
1) Sense of Cooperation, mempunyai perasaan untuk saling bekerja sama.
Bila tiap personal dimasing-masing bagian kurang mempunyai kesadaran
akan pentingnya sebuah kerjasama, maka akan berdampak pada kinerja bagian/
bidang. Tentunya sulit sekali menentukan tindakan koordinasi dengan bidang/
bagian lain. Apalagi melakukan koordinasi dengan sektor/ organisasi lainnya,
karena sesungguhnya sense of cooperation adalah roh dari bangkitnya
kesadaran tiap personal. Saat kesadaran sudah tumbuh akan berdampak positif
terhadap tindakan atau perilaku untuk membangun sistem layanan rujukan
terpadu demi penanganan masyarakat miskin dan tidak mampu.
2) Rivalry, ada persaingan antar bagian, agar saling berlomba untuk kemajuan.
Persaingan antara bagian bahkan persaingan dengan instansi atau sektor
lainnya sangatlah penting. Persaingan berdampak positif untuk saling
mengedepankan sebuah prestasi dan memacu pihak lain untuk memperbaiki
yang sudah ada dan mencoba lebih baik. Untuk itu peran pimpinan sangatlah

5|Modul 5 Koordinasi dan Kemitraan SLRT


penting. Dimana pimpinan harus mempunyai spirit untuk menciptakan
persaingan antar bagian bahkan dengan instansi eksternal lainnya. Banyak
media/ sarana untuk menciptakan persaingan. Bisa dilakukan pada situasi
formal maupun informal. Situasi dan kondisi organisasi sehari-hari juga bisa
mengusahakan semangat kompetensi. Seperti ucapan penghargaan atau
pemberian hadiah bila bidang/ bagian mendapatkan prestasi.
3) Team Spirit, satu sama lain per bagian harus saling menghargai.
Sikap dan perilaku yang dilandasi oleh etika personal maupun etika public
akan membangkitkan sikap dan perilaku saling menghargai. Seperti tidaklah etis,
satu masa lain memotong pembicaraan, tidak menjadi pendengar yang baik,
mampu menghargai teman sejawat dengan ucapan terima kasih bila merasa
dibantu dll.
4) Esprit de Corps, membangun kebanggaan akan makin bersemangat.
Masing-masing unit/ bagian/ bidang harus mampu membangun
kebanggaan akan unit/ bagian/ bidangnya masing-masing. Rasa bangga
langsung atau tidak langsung berdampak positif terhadap peningkatan
kesadaran bagian dari tim, kebanggaan akan tim kerjanya bahkan akan
meningkatkan tanggung jawab organisasi.
e. Jenis
Secara umum koordinasi terbagi kedalam dua besaran yaitu jenis koordinasi
yang bersifat Internal (dalam SLRT) dan eksternal (SLRT dengan sektor/ instansi
diluar SLRT)
1) Koordinasi internal dibagi kedalam beberapa kategori yakni :
a) Sebagai unit yang mempunyai struktur, maka SLRT mempunyai koordinasi
yang bersifat vertikal adalah dimana antara yang mengkoordinasi dengan
yang dikoordinasikan secara structural terdapat hubungan hierarkis karena
satu dengan yang lainnya berada pada satu garis komando.

6|Modul 5 Koordinasi dan Kemitraan SLRT


b) Koordinasi horizontal adalah koordinasi secara fungsional, misalkan antara
bagian Front Office dengan Back Office dimana yang mengkoordinasi
mempunyai tingkatan yang sama atau sederajat.
c) Koordinasi diagonal adalah koordinasi fungsional dimana yang
mengkoordinasi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi tingkatannya
dibandingkan dengan yang dikoordinasikan, tapi satu dengan yang lainnya
tidak berada dalam satu garis komando.
2) Koordinasi Eksternal
a) Secara kelembagaan SLRT mempunyai hubungan kerja/ program yang
bersifat vertikal. Koordinasi eksternal yang bersifat vertikal terjalin bila ada
hubungan kerja dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/ kota sampai
ketingkat desa/ kelurahan.
b) Koordinasi eksternal SLRT juga bersifat fungsional. Masing-masing
melakukan koordinasi karena ada hubungan fungsional saling membutuhkan
untuk mengintegrasikan program penanganan fakir miskin dan orang tidak
mampu. Bisa bersifat horizontal maupun bersifat diagonal.
c) SLRT juga bisa melakukan koordinasi horizontal. Dimana koordinasi bisa
terjalin bila secara kelembagaan SLRT menjalin kerjasama/ koordinasi
dengan lembaga/ organisasi yang setara yang dianggap ada kaitan atau
hubungannya dengan masalah-masalah pembangunan yang dilaksanakan di
dalam wilayah kerjanya.
f. Strategi Pelaksanaan Koordinasi dalam SLRT
Diadaptasi dari pandangan Kurniawan, yang memberi pandangan ada tujuh
(7) hal yang perlu ada dan harus diperhatikan dalam membangun koordinasi yang
baik. Maka koordinasi akan berjalan dengan baik bilamana memperhatikan strategi
berikut ini.
1) Perencanaan yang matang

7|Modul 5 Koordinasi dan Kemitraan SLRT


Manajer SLRT dan Koordinator Puskesos sebelum melakukan koordinasi
dengan pihak internal maupun eksternal perlu untuk membuat sebuah
perencaan atas pelaksanaan koordinasi yang akan dilakukan. Seperti merancang
waktu, agenda, dan siapa saja yang akan terlibat. Hal ini penting agar koordinasi
berjalan dengan efektif dan efisien, dengan mengetahui agenda sebelumnya,
maka setiap pihak akan mampu untuk mempersiapkan diri sebelumnya.
Penetapan waktu juga hal penting agar kegiatan dapat diarahkan sesuai waktu
yang ada.
Dalam konteks ini seorang pendamping daerah perlu memperhatikan
apakah kegiatan yang dilaksanakan oleh sekretariat SLRT dan Puskesos
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Pendamping daerah
perlu memastikan, mengontrol dan memberi bimbingan teknis agar proses
kelembagaan koordinasi dalam penyelenggaraan SLRT berjalan dengan baik. Bila
kenyataannya tidak, maka seorang pendamping daerah perlu menggali,
menganalisis dan memberi arahan apa yang seharusnya dilakukan.
2) Pentingnya menyamakan persepsi
Kegagalan koordinasi terjadi karena banyak faktor. Diantaranya adalah
tidak mempunyai kesepahaman yang sama. Kesepahaman itu penting, karena
dengan kesepahaman akan menyatukan langkah dan gerak melaksanakan
koordinasi. Karenanya koordinasi dalam penyelenggaraan SLRT haruslah
didasarkan pada penyamaan persepsi terhadap tujuan, kesadaran dan target
yang hendak dicapai.
3) Paham materi pembicaraan
Mereka yang melakukan koordinasi harus benar-benar memahami
materi yang akan dikoordinasikan, arahnya dan tujuan yang hendak dicapai.
Karena tanpa memahami materi yang hendak dikoordinasikan maka sulit
menyampaikan sebuah ide, gagasan, target yang hendak dicapai. Akhirnya,

8|Modul 5 Koordinasi dan Kemitraan SLRT


suksesnya koordinasi tergantung pada apakah masing-masing anggota tim
memahami posisi dan tanggung jawabnya.
Dengan demikian, ketika berbicara sudah memahami konteksnya.
Terlebih lagi bagi para pemimpin, harus memahami hal yang akan disampaikan
dan situasi yang terjadi. Sebagai contoh, seorang manajer SLRT harus memahami
potensi dan sistem sumber kesejahteraan sosial, bila tidak paham maka akan
menyulitkan dalam melakukan koordinasi saat melakukan rujukan.
4) Sikap terbuka dan saling menghargai
Manajer SLRT dan Koordinator Puskesos harus menjalankan
organisasinya dengan membangun sikap yang terbuka dan saling menghargai.
Strategi keterbukaan akan mempermudah mereka membangun akses
komunikasi dan relasi. Dengan keterbukaan dan saling menghargai akan
mempermudah pendamping daerah memberi advokasi, bimbingan dan
pembinaan agar pengkoordinasian program-program SLRT berjalan dengan baik.
5) Minta umpan balik
Umpan balik sangat diperlukan untuk melihat respon dari semua pihak
yang terlibat. Umpan balik juga untuk memastikan bahwa koordinasi yang
dilakukan oleh manjer SLRT maupun Koordinator Puskesos lakukan dapat
dipahami dengan benar dan diterima. Hal ini untuk menjamin pelaksanaannya
sesuai dengan yang diharapkan. Dan juga untuk melihat berbagai celah dan
kekurangan yang mungkin masih ada, sehingga kamu masih bisa melakukan
persiapan yang lebih matang.
6) Penegasan dan motivasi
Sangat penting bagi sekretariat SLRT, koordinator, dan Pendamping
Daerah untuk mempertegas kembali segala yang telah disepakati ketika
dilakukan koordinasi. Sehingga semua yang menjadi kesepakatan harus dapat
diterima dan selanjutnya dilaksanakan dengan baik. Penegasan juga perlu

9|Modul 5 Koordinasi dan Kemitraan SLRT


dilakukan terhadap monitoring dan evaluasi yang akan dilakukan, sehingga
setiap orang akan bekerja atau melakukan aktivitasnya dengan lebih terarah
para pencapaian tujuan yang diharapkan. Selain itu, hal yang juga tidak kalah
pentingnya adalah pemimpin juga harus mampu memotivasi agar setiap pihak
yakin dan terdorong untuk melaksanakannya. Hal ini juga meningkatkan rasa
memiliki oleh setiap anggota, yang nantinya sangat berpengaruh terhadap
kinerja setiap anggota tim dalam mencapai hasil yang maksimal.
7) Komunikasi informal juga perlu dibangun
Untuk meningkatkan efektivitas hasil koordinasi yang dilakukan, Manajer
SLRT, Koordinator Puskesos, Pendamping Daerah, maupun unsur lainnya juga
perlu melakukan komunikasi atau pendekatan yang bersifat informal. Hal ini
sangat berguna untuk meningkatkan ikatan saling memiliki diantara anggota
tim. Membangun komunikasi informal akan membuat semua pihak dapat
meningkatkan kepercayaan dan saling menghargai dari anggota tim sehingga
mereka nyaman untuk bekerja sebagai tim dengan kamu.
g. Tahapan Koordinasi
1) Komunikasi

10 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
Komunikasi dalam organisasi
adalah media untuk menjembatani
pesan/ ide/ gagasan pihak yang satu
dengan pihak lainnya. Koordinasi tiada
berjalan bilamana antara pihak satu
dengan pihak lainnya tidak
mengkomunikasikan apa yang akan
dikoordinasikan. karenanya
penting bagi para pelaku organisasi
terutama mereka yang terlibat dalam
SLRT agar terampil melakukan
komunikasi.
2) Integrasi
Setelah masing-masing pihak mengkomunikasikan ide/ gagasan/ atau
pesan maka kedua belah mengintegrasikan pesan/ ide/ gagasan dan kemudian
mencari titik temu apa yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan.
3) Sinkronisasi
Ada dua makna penting pada kata sinkronisasi. Makna pertama adalah
sinkronisasi merujuk pada berlaku atau terjadinya koordinasi pada waktu yang
sama atau serentak. Misalkan proses terjadinya koordinasi tidak sinkron dengan
jumlah penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu yang semakin
meningkat. Makna kedua, sinkronisasi menunjukkan sejalan/ sejajar/ selaras.
Misalkan layanan rujukan terpadu yang dilakukan oleh SLRT tidak sinkron
dengan kebutuhan para KPM (kelompok Penyandang Masalah).
Dalam konteks layanan SLRT maka poin-poin yang harus disinkronkan
adalah mengenai kesepakatan waktu, layanan, program-program penanganan
fakir miskin dan orang tidak mampu dll

11 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
4) Simplikasi
Dari banyak hal yang telah disinkronkan maka perlu ada kesepakatan
mana yang aka disederhanakan. Penyederhanaan bisa juga diartikan sebagai
penetapan mana prioritas yang harus dikoordinasikan dengan ketentuan-
ketentuan yang sederhana dan prosedur yang tidak berbelit.
5) Monitoring
Koordinasi dilakukan sebagai proses cycle. Dimana proses koordinasi
harus diawali dengan merancang sampai dimonitor. Monitoring dilakukan
sebagai upaya memantau untuk melihat apakah koordinasi yang dilakukan
sesuai dengan apa yang drencanakan. Hasil dari keseluruhan proses monitoring
dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan pelaksanaan koordinasi yang
lebih baik.
h. Rangkuman
SLRT sebagai sistem layanan rujukan yang terpadu mengharuskan SLRT
menggiatkan dan mengorganisasikan semua personilnya untuk penanganan fakir
miskin dan orang tidak mampu. Untuk menguatkan hal tesebut, salah satu
strateginya adalah melakukan koordinasi baik di tingkat internal maupun eksternal
SLRT. Keterampilkan dasar untuk membangun koordinasi adalah komunikasi. Dari
hasil keseluruhan koordinasi, hal yang ingin dicapainya adalah kesepakatan.
Kesepakatan akan nilai, sikap dan perilaku dalam organisasi SLRT.

2. Kemitraan SLRT
Permasalahan kemiskinan dan orang tidak mampu sangat erat kaitannya dengan pola
pikir seseorang. Mereka mempunyai sikap dan perilaku yang pasrah, pesimis dan kurang
motivasi untuk maju dan berkembang. Sehingga permasalahan kemiskinan dan orang tidak
mampu sangat kompleks dan membutuhkan kerjasama pengentasan lintas sektoral. Atas dasar
itu SLRT sebagai sebuah program penyelenggaraan pengentasan fakir miskin dan orang tidak

12 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
mampu harus mempunyai strategi dan daya dukung dari pihak lain. Membangun Kemitraan
(kemitraan) adalah salah satu strateginya. Hakekat kemitraan, sebenarnya mencari hubungan
kerjasama saling membutuhkan dan dibangun atas dasar kesepahaman bersama.
Peran dan kedudukan para stakeholder sebagai mitra kerja sangatlah dibutuhkan.
Sebagai sistem sumber kesejahteraan sosial, mitra kerja bisa juga diposisikan sebagai donatur,
walaupun mereka yang bukan mitra kerja SLRT juga bisa juga berperan serta dalam
pengembangan layanan SLRT. Berikut beberapa pemahaman konsepsi tentang kemitraan.
a. Pengertian
Kemitraan atau partnership, secara
etimologis berasal dari akar kata partner.
Partner dapat diartikan pasangan, jodoh,
atau sekutu. Sedangkan partnership
diterjemahkan persekutuan atau
perkongsian. Dengan demikian, kemitraan
dapat dimaknai sebagai suatu bentuk
persekutuan antara dua pihak atau lebih yang
membentuk satu ikatan kerjasama di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu
sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik.
Frank Minirth (dalam Nuryati, 2017). Berpendapat bahwa Kemitraan adalah seni
berkomunikasi satu sama lain, berbagi ide, informasi dan sumber daya untuk meraih
kesuksesan individu ataupun kelompok. Esensi dari kemitraan adalah proses membangun
kebersamaan. Hakekatnya adalah sebuah proses membangun komunikasi atau hubungan,
berbagi ide, informasi dan sumber daya atas dasar saling percaya (trust) dan saling
menguntungkan diantara pihak-pihak yang bermitra yang dituangkan dalam bentuk nota
kesepahaman atau kesepakatan guna mencapai kesuksesan bersama yang lebih besar.
Dari gambaran diatas, maka kemitraan SLRT dapat dikatakan sebagai proses
membangun jejaring / partnership/ persekutuan antara dua pihak atau lebih. Hubungan
tersebut dibangun oleh kekuatan kemampuan seni berkomunikasi dan negosiasi untuk
bersama-sama mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

13 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
b. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan kemitraan SLRT adalah sebagai berikut:
1) Membangun komunikasi yang intensif, sistematis dan integrative terhadap
pengentasan masalah fakir miskin dan orang tidak mampu.
2) untuk meningkatkan akses terhadap sumber-sumber dalam menangani masalah
sosial dengan menyatukan bakat, potensi, kemampuan sehingga tercipta
kemampuan bersama untuk mencapai tujuan
c. Prinsip
Sebelum benar-benar melakukan koordinasi, hal-hal prinsip yang harus
diperhatikan oleh seorang relawan pensosmas adalah
1) Prinsip Kesetaraan (Equity)
Saat SLRT sebagai kelembagaan akan merancang kemitraan harus harus
dibangun prinsip kesetaraan, dimana SLRT merasa sama atau sejajar
kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati.
2) Prinsip Keterbukaan
Setelah masing-masing pihak duduk sama rendah berdiri sama tinggi (berprinsip
kesetaraan). Diperlukan keterbukaan terhadap apa yang akan dibicarakan,
menghargai kekurangan atau kelebihan masing-masing. Keterbukaan ada sejak
awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling
keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu
diantara golongan (mitra).
3) Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Kemitraan/ kemitraan kerja dibangun atas dasar kedua belah pihak atau masing-
masing pihak memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan
kontribusi masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan menjadi efisien dan
efektif bila dilakukan bersama.
d. Model dan Jenis Kemitraan

14 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
Dikutip dari Notoadmodjo, (2003) model kemitraan dalam SLRT bisa dilihat
dari dua model yaitu sebagai berikut:
1) Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja
(networking) atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja.
Masing-masing mitra memiliki program tersendiri mulai dari perencanaannya,
pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut terbentuk karena adanya
persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya.
Contohnya adalah SLRT membangun kemitraan dengan Pusat Kesehatan
Masyarakat, masing-masing pihak mempunyai area tanggung jawab yang
berbeda-beda namun mempunyai tujuan yang sama yaitu membangun
masyarakat yang sehat jiwa raga.
2) Model II
Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena
setiap mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program
bersama. Visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama. Contoh SLRT membangun
kolaborasi kerjasama kemitraan dengan pemberdayaan masyarakat desa.
Masing-masing bersama membangun visi dan misi yang sama, serta
merumuskan program/ agenda bersama untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan dilhat dari jenisnya, maka kemitraan menurut Beryl Levinger dan
Jean Mulroy (2004), membaginya dengan empat jenis atau tipe kemitraan yaitu:
1) Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi
belum bekerja bersama secara lebih dekat. Masih berpotensi.
2) Nascent Partnership

15 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
Kemitraan sudah terbangun artinya sudah menjadi partner kerja tetapi efisiensi
kemitraan tidak maksimal. Bisa saja itu terjadi karena kemitraan belum
dituangkan kedalam aturan yang tertulis.
3) Complementary Partnership
Kemitraan yang terjalin untuk saling melengkapi. Masing-masing, partner/mitra
mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui perhatian yang
besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti
program delivery dan resource mobilization. Artinya kemitraan sudah saling
melengkapi untuk memberikan pelayanan dan memobilisasi sumber.
4) Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan
masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas
baru seperti advokasi dan penelitian untuk menunjang tingkat keberhasilan
layanan SLRT. Karena keberhasilan layanan SLRT harus dievaluasi dengan
melibatkan pihak lain untuk menjaga independensi.
e. Bentuk/ tipe kemitraan yaitu terdiri dari
Berbagai bentuk/ tipe kemitraan, diantaranya sebagai berikut,
1) Aliansi, gabungan dua atau lebih kelompok/ organisasi menjadi satu yang
bertujuan untuk menjalankan kegiatan yang lebih baik. Aliansi juga bisa juga
dilakukan untuk bergabung menjadi satu agar terhindar ancaman dari luar.
2) Koalisi, adalah persekutuan, gabungan atau aliansi dari beberapa pihak untuk
bekerjasama namun masing-masing pihak memiliki kepentingan masing-masing.
Koalisi berasas manfaat dan sementara
3) Jejaring adalah pola hubungan secara fungsional diantara komponen-komponen
yang diarahkan untuk mencapai tujuan bersama.
4) Konsorsium, himpunan dari beberapa organisasi/ lembaga/ pengusaha yang
mengadakan upaya bersama.

16 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
5) Kooperasi adalah perkumpulan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan/ perekonomian tiap anggotanya dengan cara gotong royong.
6) Sponsorship bentuk peran serta berbagai elemen/ pihak yang ditujukan untuk
penggalangan dana .
Layanan penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu yang difasilitasi
oleh SLRT itu seyogyanya harus bersifat integrative, sistematis dan berkelanjutan,
sehingga kemitraan yang dibangun oleh SLRT harus tertuang dalam SK bersama dan
MoU yang didasarkan pada Panduan Pelaksanaan
Kemitraan yang diterbitkan oleh Penyelenggara
Program ditingkat Pusat. Apabila ditingkat pusat
belum melahirkan paduannya sebagai acuan
penyusunan perjanjian kerjasama maka tingkat
provinsi atau kabupaten/ kota bisa membuat panduan untuk kebutuhan lokal
bersangkutan.
f. Strategi Membangun Kemitraan
Diadaptasi dari pandangan Suroto, yang memberi pandangan tentang
strategi membangun kemitraan bisnis, maka Sekretariat SLRT dan Puskesos juga
harus mempunyai strategi membangun kelembagaan Sekretariat SLRT dan
Puskesos, maka manajer SLRT dan Koordinator Puskesos berwenang untuk
memajukan sistem kemitraan layanan SLRT dengan dipantau dan mendapat
pembinaan dari para pendamping daerah. Secara umum ada beberapa strategi yaitu
diantaranya adalah
1) Membangun Kemitraan bukan sekedar bertukar kartu nama dan berkenalan.
2) Jadilah pendengar yang baik.
3) Upayakan kita rutin berusaha menjalin komunikasi dengan mereka agar mereka
tidak melupakan kita begitu saja.
4) Bersikap sabar tetapi aktif dan proaktif dalam memberi.

17 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
5) Bersikap lebih cerdas dan selalu menyampaikan informasi yang akurat dan apa
adanya.
6) Kesinambungan komunikasi.
7) Aktif menjadi anggota komunitas tertentu seperti forum Manajer SLRT, forum
Koordinator Puskesos, forum komunikasi pendamping daerah dll.
8) Peduli lingkungan.
9) Membangun citra diri sebagai pengembang SLRT
g. Tahapan Membangun Kemitraan
1) Pemetaan
SLRT mengidentifikasi stakeholder atau pihak-pihak mana yang akan
diajak membangun kemitraan. Mereka yang akan diajak adalah mereka yang
mempunyai kepedulian maupun mempunyai misi layanan yang sama terhadap
penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu.
2) Gali dan Kumpulkan Informasi
Setelah mengidentifikasi pihak-pihak yang akan diajak bermitra, petugas
SLRT harus menggali dan mengumpulkan berbagai informasi tentang
stakeholder atau pihak yang akan diajak bermitra. Hal yang akan digali dan
dikumpulkan informasinya adalah berkaitan dengan profil stakeholder; visi dan
misi; peran dan kedudukannya; maupun harapan yang ingin dicapai.
3) Menganalisis Informasi
Isi dari SKB maupun MoU harus dipelajari untuk mengetahui dan
memahami peran dan kedudukan masing-masing. Selain itu kedua belah pihak
menganalisis strategi apa yang akan digunakan dengan ukuran-ukuran
keberhasilan yang jelas.
4) Membuat Kesepakatan
Setelah memperoleh titik temu diantara perbedaan dan persamaan visi
misi SLRT dengan stakeholder lainnya. Kedua belah pihak harus membuat draft

18 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
kesepatan yang dituangkan baik kedalam MoU (kesepakatan) maupun
dituangkan kedalam Surat Keputusan Bersama (SKB)
5) Penjajagan Kerjasama
Dari hasil analisis informasi, dengan memperhitungkan kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Maka kedua belah pihak harus melakukan penjajagan
kerjasama.
6) Menyusun Rencana Kerja
Setelah itu dengan kesepakatan kedua belah pihak mereka secara
bersama-sama menyusun rencana kerja dengan jadwal yang terukur, dengan
peran dan kedudukan yang jelas untuk mencapai tujuan bersama yang telah
disekapati.
7) Penandatanganan Akad Kerjasama
Selanjutnya perlu penandatanganan akad kerjasama yang dituangkan
kedalam Berita Acara Penandatanganan (BAP) kerjasama penanganan Fakir
Miskin dan Orang Tidak Mampu.
8) Monitoring dan Evaluasi
Dari keseluruhan proses kemitraan yang dibangun, kedua belah pihak
perlu mengadakan monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini sangat dibutuhkan
sebagai bahan memperbaiki kemitraan yang lebih baik dimasa mendatang.
9) Perbaikan
Dari hasil monitoring dan evaluasi, musti diketahui komponen apa yang
harus diperbaiki. Apakah dari sisi regulasinya, Sumber Daya Manusia, Sumber
Daya pendukung lainya (seperti sarana, prasarana, tools)
10) Perencanaan Selanjutnya
Setelah mengetahui komponen apa yang akan diperbaiki bersama-sama,
maka pihak-pihak yang bermitra perlu mendesain ulang perencanaan
selanjutnya.

19 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
h. Penggalangan Dana
Keluaran kemitraan SLRT dengan stakeholder maupun masyarakat luas bisa
juga bermuara pada terumuskannya suatu kesepakatan untuk bekerjasama atau
saling mendukung. Banyak dukungan yang bisa diberikan. Selain dukungan ide,
gagasan, keahlian, dukungan juga bisa diberikan dalam bentuk dukungan
pendanaan. Pendanaan penyelenggaraan SLRT yang dilaksanakan oleh Sekretariat
SLRT maupun Puskesos seluruhnya telah difasilitasi oleh APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Nasional) dan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah).
Bidang-bidang yang biasa ditangani diantaranya pengaduan permasalahan sosial
ekonomi; pendidikan; kesehatan; Rumah Tidak Layak Huni; listrik/ penerangan; KIS
PBI; Kekerasan terhadap ibu dan anak; penanganan keluhan dan pengaduan
Kepesertaan dan Non Kepesertaan terhadap program PKH, PIS, PIP, BPNT, KUBE, PIS
Daerah; serta register surat keterangan tidak mampu. Begitu banyaknya layanan
yang difasilitasi oleh SLRT, maka Sekretariat SLRT maupun Puskesos bisa juga
mengakses sistem pendanaan lainnya.
Pola layanan SLRT yang cenderung
berkembang dan berbasis kebutuhan lokal sehingga
tidak menutup kemungkinan SLRT melakukan gerakan
penggalangan dana. Ini dilakukan sebagai sebuah
gerakan untuk membangun kepedulian terhadap
kaum papa dan upaya mengajak para stakeholder
untuk terlibat dalam pemberdayaan masyarakat.
1) Pengertian
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Penggalangan
dana adalah proses pengumpulan kontribusi sukarela dalam bentuk uang
atau sumber daya lain dengan meminta sumbangan dari individu, perusahaan,
yayasan, atau lembaga pemerintah.

20 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
2) Tujuan
Tujuan SLRT melakukan penggalangan dana, antara lain
a) Membangun kesadaran pentingnya kesetiakawanan sosial
b) Memberi kesempatan kepada masyarakat menggunakan hak-nya untuk
terlibat dalam pemberdayaan fakir miskin dan orang tidak mampu
c) Mengajak masyarakat untuk terlibat dalam pemberdayaan masyarakat fakir
miskin dan orang tidak mampu sebagai upaya proses integrasi sosial.
3) Alasan perlunya penggalangan dana untuk Pengembangan Sekretariat SLRT dan
Puskesos
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan agar Sekretariat SLRT
dan Puskesos mampu bertahan dan bisa mengembangkan layanan organisasi.
Program SLRT tidak hanya didanai oleh dana APBN, APBD tapi juga bisa didanai
oleh sumber lainnya untuk kepentingan pemberdayaan kelompok rentan dan
tidak mampu. Husein berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan.
a) pengembangan modal diperlukan untuk memberdayakan para Penerima
Manfaat (PM)
b) pengembangan sumber dana independen
c) pengembangan daya dukung
d) Kemampuan sendiri untuk pengembangan jangka panjang program SLRT.
4) Strategi penggalangan dana
Strategi penggalangan dana bisa dilakukan melalui tiga tahapan
penggalangan dana yang harus dilakukan oleh Sekretariat SLRT dan Puskesos
yaitu membuat rencana; menjalankan rencana; dan melakukan evaluasi.
a) Membuat Rencana
(1) Pelajari berbagai referensi dan kenali berbagai stakeholder yang akan
kita galang partisipasinya.

21 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
(2) Identifikasi Lembaga
Donasi yang berpotensi
bekerjasama menggalang
dana bagi penanganan
fakir miskin dan orang
tidak mampu
(3) Identifikasi
orang-orang sepe mikiran
dan ajak mereka untuk
bertemu membahas
rencana penggalangan dana.
b) Menjalankan Rencana
(1) Hubungi stakeholder yang akan digalang dan konfirmasi komitmennya
untuk membantu fakir miskin dan orang tidak mampu
(2) Beriklanlah dengan menggunakan segala media. Baik media online,
media sosial, sosialisasi, dll
(3) Buka akun bank khusus penggalangan dana.
c) Evaluasi
(1) Evaluasi proses perencanaan
Tahapan perencanaan adalah tahapan awal yang akan menentukan
tingkat keberhasilan pelaksanaan selanjutnya. Beberapa komponen yang
akan dievaluasi diantaranya adalah menemukan kekuatan; kelemahan;
peluang; dan ancaman, terhadap proses perencanaan terhadap
kegiatan,
(i) pencarian referensi penggalangan dana yang sudah dilakukan
(ii) pengidentifikasian dan pengenalan berbagai stakeholder yang akan
kita galang partisipasinya.

22 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
(iii) pengidentifikasian Lembaga Donasi yang berpotensi bekerjasama
menggalang dana bagi penanganan fakir miskin dan orang tidak
mampu
(iv) pengidentifikasian orang-orang sepemikiran
(v) pembahasan rencana penggalangan dana.
(2) Evaluasi pelaksanaan
Keberhasilan pelaksanaan penggalangan dana akan dipengaruhi oleh
sejauhmana proses perencanaan dilakukan. Kegiatan evaluasi dilakukan
untuk menemukan kekuatan; kelemahan; peluang; dan ancaman
terhadap diantaranya proses
(i) kemitraan dengan stakeholder yang akan digalang
(ii) konfirmasi komitmen stakeholder untuk membantu fakir miskin dan
orang tidak mampu
(iii) beriklan dengan menggunakan segala media. Baik media online,
media sosial, sosialisasi, dll
(iv) buka akun bank khusus penggalangan dana.
5) Analisis Terhadap Strategi
Strategi penggalangan dana yang dipilih perlu dianalisis. Strategi yang
terpilih dibuat berdasarkan keputusan berdasarkan informasi yang cukup
lengkap mengenai pendekatan yang terbaik, merencanakan langkah-langkah
berikutnya, dan mempertimbangkan dengan seksama sumber daya apa yang
akan diperlukan. Berikut beberapa hal yang perlu dianalisis dengan
mengggunakan analisis SWOT (strength – weakness – opportunity - threat) yaitu
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada organisasi
dan kegiatan penggalangan dana.
a) Kekuatan
(1) Identifikasi pihak berkepentingan

23 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
Mengindetifikasi perorangan dan lembaga yang menaruh perhatian pada
lembaga dan kegiatannya, dan menggali alasan-alasan mengapa mereka
mungkin tertarik membantu dengan dana atau menyumbangkan sumber
daya lainnya, atau melalui semacam kemitraan.
(2) Mengidentifikasi Sumber Dana
Dalam menyusun strategi menggalang dana titik tolak yang baik
adalah mengidentifikasi sumber-sumber dana yang mungkin dapat
digali. Bisa dalam bentuk dukungan perseorangan/ donator, minta
sumbangan dari masyarakat, mengadakan malam hiburan, acara massal
seperti jalan kaki 10 kilometer.
(3) Mengembangkan cara penggalangan dana yang dibangun diatas
kekuatan diri sendiri.
b) Kelemahan
(1) Birokrasi kadang menyulitkan kita untuk mengakses sistem sumber.
(2) Kurang pedulinya stakeholder terhadap penguatan kelompok rentan dan
tidak mampu
c) Menilai Peluang
Kegiatan menilai peluang adalah upaya melihat dan mengevaluasi
peluang usaha penggalangan dana. Untuk menilai peluang, banyak hal yang
perlu dipertimbangkan diantaranya adalah
(1) Pengalaman dimasa lalu. Harus dilihat apakah masyarakat sekitar
mempunyai sejarah kuatnya, akan kepeduliannya terhadap pengentasan
kemiskinan dan perlindungan sosial.
(2) Adakah pihak yang mendukung terhadap agenda pemberdayaan
masyarakat miskin dan tidak mampu. Untuk itu kita harus
mengiventarisir peluang-peluang, diantaranya peluang adanya sumber
dana, ide, jasa maupun gagasan.

24 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
(3) Sumber Daya Manusia (SDM) Sekretariat SLRT dan Puskesos mempunyai
visi, gaya, seni melakukan kegiatan dan mempunyai keahlian.
d) Mengembangkan cara-cara untuk mengatasi ancaman-ancaman yang
muncul yang akan menghambat proses penggalangan dana.
Ancaman akan selalu ada ketika melakukan sesuatu. Ada hambatan
yang timbul karena sifat kelembagaan dan apa yang diperjuangkannya. Ada
yang timbul dari dalam tubuh lembaga sendiri. Beberapa datang dari luar.
Apa pun sumber hambatan, perlu memperhitungkan ketika menyusun
rencana menggalang dana. Bila hambatan itu tidak segera diatasi akan
mengancam keberhasilan penanganan kemiskinan.

b. Rangkuman
Sebelum membangun kemitraan. Kita musti memahami esensi atau hakekat
dari kemitraan/ kemitraan. Dengan memahami esensinya, proses jejaring akan
berhasil sesuai dengan tujuan bersama dengan berbagai ragam bentuk
kemitraansama. Namun secara operasional kemitraan atau kemitraansama harus
dilakukan sesuai dengan tahapan. Ini dilakukan agar kemitraan benar-benar
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dasar masing-masing pihak. Dan harus
dituangkan kedalam SKB atau MoU (kesepakatan).
Terbentuknya Kemitraan adalah langkah awal menumbuhkan kesadaran,
kebersamaan dan membangun rasa peduli terhadap penangan fakir miskin dan
orang tidak mampu. Setelah itu proses tersebut berjalan dengan baik bisa diperluas
menjalankan berbagai strategi penggalangan dana baik terhadap perorangan, dunia
usaha maupun kelompok-kelompok tertentu. Karena hakekatnya donatur adalah
mitra kita juga. Walaupun tidak selalu dibangun atau diawali oleh hubungan satu
kesepahaman untuk bersama mencapai tujuan.
4. Penutup

25 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
Organisasi apapun tidak bisa hidup sendirian. Organisasi membutuhkan peran
serta dari pihak lain baik bersifat berorangan, kelompok maupun masyarakat lain yang
lebih luas. Karenanya organisasi harus dipercaya oleh pihak lain, buat brand organisasi
terpercaya, sehingga pihak lain nyaman dan menerima akan koordinasi dan kerjasama.
Bilamana kondisi tersebut dapat dipelihara, maka akan lebih mudah melakukan
koordinasi dan kerjasama dengan diluar sistem.
Penyelenggaraan SLRT akan lebih optimal lagi bilamana pelayanan SLRT harus
juga membangun kemitraan bukan sekedar bekerjasama. Melalui kemitraan akan
memperluas jangkuan layanan, meningkatkan kualitas layanan, dan pelayanan akan
lebih terintegrasi. Berbagai bentuk kemitraan bisa diupayakan oleh SLRT diantaranya
adalah membangun kemitraan demi penggalangan dana. Karena sesungguhnya
pengentasan fakir miskin dan orang tidak mampu adalah tanggung jawab kita semua.
Apalagi Negara, Negara harus hadir.
5. Literatur
a. Imanica, Farizal, 2016, https://s.id/6rw1S , diakses 1 Maret 2019
b. Husin, blogspot, 2010, Strategi Menggalang Dana, https://s.id/6rvE8, diakses 8 Mei
2019.
c. Kurniawan, Fadhil Akbar, 2017, 7 Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Membangun
Koordinasi yang Baik Dalam Pengembangan Organisasi, https://s.id/6rvIl, diakses 8
Mei 2019
d. Komunitas Pengelola Keungan Organisasi Nirlaba, 2019, Esensi dan Tujuan Proses
Penggalamngan Dana, https://s.id/6rwdX, diakses tanggal 13 Maret 2019
e. Maryanto, 2013, Cara Mudah Membangun Kemitraan (Networking)
https://s.id/6rwv1, diakses pada tanggal 13 Maret 2019
f. Noname, 2019, Daftar Pustaka Kemitraan, https://s.id/6rwZW, diakses tanggal 14
Maret 2019
g. Sumber Pengertian.Co, 2018, Pengertian Koordinasi, syarat, tujuan, jenis-Jenis dan
dampak kurangnya koordinasi https://s.id/6rwJV, Diakses 1 Maret 2019
h. Suroto, Kangsure, 2016, Strategi Membangun Kemitraan Bagi Usaha Mikro Kecil,
https://s.id/6rx2g, diakses 8 Mei 2019
i. Yusuf, 2019, Jurnal Manajemen, https://s.id/6rxaJ diakses pada tanggal 1 Maret
2019.

26 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T
27 | M o d u l 5 K o o r d i n a s i d a n K e m i t r a a n S L R T

Anda mungkin juga menyukai