Anda di halaman 1dari 4

HASIL ANALISIS MASALAH ISMKI DAN SOLUSINYA

Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran ( ISMKI ) wilayah 1 terdiri dari 20 institusi


yang tersebar di pulau Sumatera. Dimulai dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sampai ke
Lampung. Dikarenakan jarak yang sangat berjauhan, maka dari itu pasti terdapat permasalahan
yang kecil maupun besar yang menjadi bumbu perjalanan organisasi ini. permasalahan pertama
yang sering dialami di setiap bidang yaitu terdapat pengurus harian wilayah yang kurang aktif atau
tidak ada kabar. Hal ini dapat dilihat dari sudut ketika Network Meeting di dalam grup online per-
bidang maupun di grup besar berlangsung. Kurangnya partisipasi dalam Network Meeting
mengakibatkan tercemarnya nama baik pribadi maupun universitas.

Yang kedua yaitu kurangnya / Minimnya Network Meeting di dalam grup besar. Koordinasi
dari semua bidang merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan suatu organisasi yang
berhasil dalam kekompakkan dan menciptakan solidaritas yang tinggi. Jika terdapat koordinasi
yang baik dalam pihak khusus dan antar bidang maka ISMKI Wilayah 1 pun akan siap
mewujudkan #sumateraberaksi.

Yang ketiga yaitu permasalahan perbedaan waktu. Karena ISMKI wilayah 1 mempunyai
Pengurus Harian Wilayah ( PHW ) dari berbagai institusi, maka tidak bisa dipungkiri pasti setiap
individu mempunyai prioritas, kesibukkan, dan waktu luang yang berbeda – beda. Hal ini juga
merupakan salah satu faktor penghambat kurangnya koordinasi antar staff dan tidak mengikuti
Network Meeting.

Yang keempat yaitu permasalahan jarak, dana dan transportasi. Pulau Sumatera
mempunyai jarak yang jauh antar provinsi, dimana hampir antar provinsi membutuhkan jarak
tempuh yang lama jika melalui jalur darat untuk bisa sampai ke tujuan. Maka solusi lainnya yaitu
melalui jalur udara. Sebagaimana yang kita tahu bahwa biaya melalui jalur udara membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Apalagi jika provinsi tersebut merupakan provinsi yang kecil sehingga
jadwal penerbangannya pun sedikit. Dengan begitu, jika staff yang berasal dari provinsi yang kecil
ingin hadir di suatu tender maka ia harus transit terlebih dahulu dan menghabiskan biaya jutaan
rupiah. Berbeda dengan ISMKI wilayah 2 dimana antar provinsi nya berdekatan dan fasilitas
transportasi yang memadai seperti kereta api.
Jika permasalahan ditinjauari sudut bidang pilihan, Community Empowerment pun
mempunyai permasalahan. Memang, dalam suatu proses tidak ada yang berjalan mulus. Pasti
selalu ada hambatan yang menjadikan staff yang terlibat untuk bisa menyelesaikannya. Seperti
permasalahan dalam program kerja setiap institusi. Pada RECOMEP 2018 lalu yang dilaksanakan
di Lampung, di akhir salah satu acara terdapat sesi pemaparan program kerja terbaik dari setiap
institusi. Tetapi, banyak institusi yang tidak menjadi partisipan dalam hal tersebut, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan program kerja yang ada di wilayah kurang maksimal ketika
diterapkan di setiap institusi.

Yang kedua yaitu bulan bakti, tidak semua institusi melaksanakan bulan bakti. Hal ini
dikarenakan jadwal program kerja yang mungkin bersamaan dengan jadwal akademik di institusi
tersebut serta adanya kekurangan biaya untuk melaksanakan bulan bakti.

Yang ketiga yaitu pada program kerja Community Development yang kurang berjalan
dengan lancar, Karena kurangnya kekompakkan. Selain itu, rangakaian kegiatan yang sulit pun
menjadi faktor penghambat. Disisi lain, sulitnya ditemukan desa yang sesuai dengan kriteria dan
minimnya informasi mengenai kriteria desa tersebut.

Selanjutnya yaitu pada bidang Leadership Development. Menurut saya setiiap bidang
mempunyai pokok permasalahan yang hampir sama yaitu komunikasi. Setiap staff LD akan
memegang 1-2 institusi yang mempunyai fakultas kedokteran di wilayah 1. Setiap staff akan
berkoordinasi dengan kadiv PSDM nya agar bisa mengontrol kegiatan program kerja di institusi
tersebut. Permasalahannnya adalah kurangnya komunikasi yang erat antara staff LD dengan kadiv
PSDM di institusi tersebut.

Pada program kerja magang ISMKI, yang berjalan dengan latar belakang untuk
menciptakan kader yang berdedikasi tinggi ini kurang efektif. Karena pada nyatanya staff magang
ISMKI hanya mempunyai semangat yang menggebu-gebu saat diawal magang saja. Dan, berjalan
nya waktu para staff magang tidak mengikuti agenda yang telah ditentukan.

Program kerja selanjutnya yaitu TFT, mungkin karena baru pertama kali dilaksanakan
maka TFT yang diadakan tahun lalu ini kurang peminatnya. Padahal manfaat dari hasil TFT ini
mempunyai jangka waktu yang panjang.
Solusinya untuk menyelesaikan permasalahan ini yaitu dengan cara memperbaiki dari
internal dahulu, yaitu diri sendiri. Memperbaiki niat, memantapkan diri dan menyiapkan diri untuk
siap berkontribusi di dalam ISMKI. Tidak bisa dipungkiri pasti selalu ada titik jenuh yang
membuat kita enggan untuk menunjukkan diri. Tetapi, dengan kita berorganisasi maka kita harus
bisa mengatasi hal tersebut. Cari sesuatu yang baru didalam ISMKI sehingga kita mempuyai
semangat baru untuk berkontribusi.

Secara keseluruhan, permasalahan utama nya yaitu komunikasi. Untuk mengatasi hal
tersebut, mulailah membangun rasa solidaritas dan semangat untuk membangun ISMKI Wilayah
1 menjadi #sumateraberaksi. Meningkatkan koordinasi antar bidang sehingga membuat suatu
organisasi yang kokoh dan siap untuk membangun negeri.

Jika ditinjau dari permasalahan Network Meeting baik di grup besar maupun grup per-
bidang, sebaiknya rencanakan dari jauh hari jika akan mengadakan Network Meeting. Sehingga
setiap individu pun akan menyesuaikan jadwal organisasi dengan jadwal pribadi. Dalam night
meeting pun harus punya batasan waktu agar staff tidak merasa cepat bosan atau jenuh.

Mengenai permasalahan jarak, dana, dan transportasi sebenarnya ini kembali lagi kepada
diri sendiri. Dari sinilah suatu individu belajar untuk memanajemen keuangannya. Dengan belajar
manajemen keuangan maka suatu individu akan bisa mendapatkan, menggunakan dan mengelola
keuangannya.

Untuk permasalahan di dalam bidang pilihan, suatu program kerja akan berhasil jika ada
kerja sama yang baik dalam sebuah tim. Hal ini dapat dimulai dari individu Sekbid dan
Wasekbidnya. Harus ada koordinasi yang kuat untuk menggerakkan para staff nya. Percaya kepada
staff nya juga menjadi kunci utama untuk mencapai suatu keberhasilan program kerja. Dengan
percaya kepada staff, maka mereka pun akan dilibatkan ke dalam proses kerja tersebut. Dengan
begitu, setiap individu pasti mempunyai rasa tanggung jawab dan tidak akan menghilang begitu
saja.

Untuk meningkatkan tingkat keberhasilan dari setiap institusi sebaiknya waktu nya diubah
dan direncanakan ulang. Karena menurut saya jika hanya bertabrakan dengan jadwal akademik itu
masih bisa dikontrol dengan cara menyesuaikan dengan jadwal yang luang sehingga keberhasilan
program kerja di setiap institusi pun berjalan dengan baik. Rangkaian kegiatan yang rumit bisa
dengan cara mempersingkat waktu pelaksanannya.

Jika mempunyai program kerja yang baru, sebaiknya kita harus memperkenalkan atau
mempromosikannya di setiap tender sebelum program kerja tersebut berlangsung. Dengan begitu,
dari setiap institusi pun bisa mempersiapkan dirinya dari jauh hari sehingga tidak ada lagi
permasalahan tentang kurangnya partisipasi dari institusi. Dan program kerja TFT sebaiknya tidak
dilaksanakan bersamaan dengan RMDP, karena orang orang akan lebih tertarik untuk mengikuti
kegiatan yang relative di outdoor. Lebih baik gabungkan program kerja TFT dengan program kerja
yang cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di indoor.

Anda mungkin juga menyukai