Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh Lingkungan Terhadap Dewan Kerja

Dinnar Diandra Anugera Tejamulyawan

Kwartir Cabang Ciamis

Dalam pengelolaan suatu organisasi, faktor pendukung berhasilnya ketercapaian tujuan terdiri
dari beberapa aspek. Salahsatu aspek tersebut adalah lingkungan. Secara teoritis, lingkungan adalah
kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam serta kelembagaan yang
meliputi ciptaan manusia dalam menggunakan lingkungan fisik tersebut. Dengan demikian, lingkungan
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan
kehidupan manusia. Konteks “mempengaruhi perkembangan” akan sangat luas apabila ditafsirkan ke
dalam suatu organisasi dalam mengurus permasalahan yang ada secara internal maupun eksternalnya.
Akan tetapi, yang menjadi salahsatu bukti kuat adalah bahwa suatu objek tidak akan lepas dari dampak
yang terjadi di lingkungan objek tersebut berada.

Menyikapi hal tersebut, titik fokus dalam menyikapi faktor lingkungan adalah hal yang perlu
dipetakan secara terperinci berdasarkan prinsip manajemen organisasi. Dalam hal ini, Dewan Kerja
sebagai badan organisasi di tingkat Kwartirpun tentunya akan mengalami hal yang sama walaupun
dihadapkan dengan situasi yang selalu berubah-ubah secara dinamis mengikuti alur kepemimpinan yang
ada di Kwartir tersebut. Maka, dengan adanya hal tersebut Dewan Kerja menggunakan PPDK Nomor 005
Tahun 2017 sebagai landasan kuat dan pegangan hukum Dewan Kerja melakukan suatu bentuk
pengelolaan dan pembinaan kepada Pramuka Penegak dan Pandega. Di Kabupaten Ciamis, adalah
perhatian besar bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan yang dijadikan
indikator kesuksesan suatu program kerja khusunya Dewan Kerja itu sendiri. Secara umum, hal ini terjadi
karena adanya suatu kondisi yang mengharuskan Dewan Kerja di Ciamis senantiasa melakukan
penyesuaian terhadap mekanisme kerja , faktor lingkungan dan potensi sumber daya manusia dimana
mereka berada. Tentunya ketiga faktor tersebut terjadi karena faktor yang berlainan pula. Namun,
memposisikan sebagai Dewan Kerja, faktor lingkungan akan cenderung berpengaruh terhadap
pembentukan emosional yang melatarbelakangi organisasi tersebut. Sebagai contoh bahwa Dewan
Kerja Ranting di kecamatan Ciamis akan lebih mudah dihadapkan pada suatu kondisi dimana mereka
harus bergerak secara fleksibel sesuai kondisi lingkungan melalui kemudahan akses dan peluang yang
cenderung berpihak baik kepada mereka. Namun di sisi lain, Dewan Kerja Ranting yang berada di
wilayah Panumbangan, Pamarican, Jatinagara dan daerah yang notabenenya tergolong kepada
kecamatan kecil dan jauh dari pusat kota akan lebih sulit menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
karena akan muncul dampak-dampak yang secara langsung akan menimbulkan kondisi
ketidakseimbangan dengan Dewan Kerja yang bisa dibilang dekat dengan pusat kota baik itu dari segi
kemudahan akses jalan, potensi Gugus Depan, dan tentunya sumber daya manusia itu sendiri.

Dari kedua situasi tersebut kita bisa melihat perbedaan yang mencolok terhadap potensi Dewan
Kerja dalam melakukan tugas dan tanggungjawabnya. Berkaitan dengan sumber daya manusia yang ada,
potensi sumber daya manusia yang ada di wilayah perkotaan ( jantung kota) cenderung akan
mendominasi lebih mudah melakukan segala bentuk kegiatan karena kaunggulan yang memang mampu
mendorong mereka untuk memacu aktualisasi diri yang lebih optimal. Berbeda halnya dengan sumber
daya manusia yang ada di daerah jauh dari pusat perkotaan. Potensi pengaktualisasian diri yang mereka
bisa dapatkan berpresentase sedikit menurun dari mereka yang ada di perkotaan. Hal ini bisa
dikarenakan faktor internal dan eksternal.

a) Faktor internal
 Kurangnya pemahaman Dewan Kerja karena kurangnya aktualisasi diri.
 Kurangnya kesadaran diri terhadap pentingnya Dewan Kerja karena dirasa tidak penting.
 Tidak adanya kemauan akan perkembangan diri melalui Dewan Kerja karena kurangnya motivasi
yang menjadi latar belakangnya.
 Tidak adanya kesesuaian pemahaman antara Dewan Kerja dan Kwartir.

b) Faktor eksternal
 Kurangnya ketersediaan akses jaringan internet yang memadai.
 Kurang optimalnya sarana prasarana yang bisa dimanfaatkan.
 Minimnya kesempatan yang diberikan oleh instansi pemerintahan kepada Dewan Kerja untuk
berkolaborasi sebab titik fokus yang berbeda.

Berdasarkan faktor tersebut, potensi Dewan Kerja dalam upaya aktualisasi diri secara organisasi dan
individu dipengaruhi dengan faktor-faktor yang saling berkaitan sesuai dimana mereka berada. Maka
dari itu, dalam menyikapi hal tersebut diperlukan inovasi dan dukungan dari berbagai pihak untuk
menunjang terbangunnya kolaborasi yang baik sehingga setiap Dewan Kerja di Kabupaten Ciamis
khususnya mendapatkan perlakuan dan kesempatan yang sama tanpa ada pengecualian.

Salahsatu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan penerapan pola pembinaan yang
berbeda-beda terhadap setiap Dewan Kerja Ranting apabila itu dilakukan oleh Dewan Kerja Cabang.
Secara proses, mungkin hal ini akan lebih banyak memakan waktu. Namun perlu ditekankan juga bahwa
pendidikan yang baik adalah proses pendidikan yang dapat diterima oleh masyarakat yang kita didik.
Tentunya, inovasi dan kreativitas Dewan Kerja dalam melakukannya sangat diperlukan demi tercapainya
tujuan menjadikan Pramuka Penegak dan Padega di daerah tersebut terbina dengan baik secara merata,
terarah dan progresif.

Penyesuaian lingkungan dapat direalisasikan dengan memahami apa yang dibutuhkan dan relevan
bagi masyarakat tersebut. Contohnya, di daerah Baregbeg yang cenderung kuat akan aspek agama dari
kepesantrenan tidak akan mudah menerima pola bina yang sama dengan dilakukan di daerah Ciamis
yang cenderung telah terpengaruhi modernisasi dan arus masyarakat yang lebih fleksibel. Tentu ada
beberpa tahapan yang harus ditempuh seperti penyesuaian, pengelolaan hingga pada akhirnya evaluasi.
Dalam tingkat Cabang, program yang dibuat Kwartir pun tidak akan jauh atau berpindah haluan
berdasarkan kapasitas dan tradisi masyarakat Ciamis yang kental akan budaya Sunda. Maka Kwartir
Cabang melaksanakan program yang relevan dan bisa diterima masyarakat Ciamis. Salahsatu contohnya
adalah lomba nasi liwet Pramuka se-Kabupaten Ciamis. Melalui adaptasi dan tradisi tersebut, pendidikan
kepramukaan tidak hanya dilakukan dalam kondisi formal, namun bisa juga dilakukan dalam bentuk
aktualisasi diri yang sesuai dengan lingkungan dan pola tradisi kehidupan masyarakat. Dengan demikian,
kreativitas dan inovasi Dewan Kerja dalam mengemas suatu acara pun tidak jauh berbeda harus
dilakukan dengan cara demikian tanpa menghilangkan esensi pendidikan kepramukaan sebagai sarana
pengembangan diri.

Maka dari itu, Dewan Kerja perlu melihat kekuatan dan peluang yang bisa digunakan dalam
melaksanakan kegiatan dengan tidak melupakan kelemahan dan ancaman baik substansi kegiatan itu
berupa kompetisi atau pembinaan bersifat organisasi kepada Dewan Kerja lainnya. Sehingga akan
tercipta suatu pola pikir yang terarah dengan kebiasaan yang ada di daerahnya masing-masing sesuai
dengan apa yang ungkapkan oleh Kak Dr. Drs. H. R. Iip Hidajat, M.Pd bahwa kepemimpinan yang baik
dan pasti diterima adalah kepemimpinan lokal karena cenderung lebih mudah dicerna sesuai
karakteristik masyarakatnya yang bersifat homogen.

Anda mungkin juga menyukai