Sosial media merupakan sebuah sistem yang memampukan orang, untuk berbagi informasi,
yang diidentifikasi melalui identitasnya. Tidak seperti media konvensional, sosial media
memungkinkan sharing informasi yang dua arah. Dua arah di sini adalah dari sisi audiens dan
informan.
Sosial media disebut juga citizen journalism, sekarang yang bukan jurnalis pun juga bisa
berbagi informasi. Kegiatan ini disebut juga jurnalisme partisipasi, yaitu kegiatan warga yang
secara aktif melakukan peran jurnalisme. Jika pada jurnalisme ada proses gatekeeper (pihak
yang melakukan verifikasi), sosial media tidak jurnalisme karena tidak ada disiplin verifikasi
dan 5w+1H.
Namun,menurut Lavrusik, sosial media memiliki kekuatan untuk membantu jurnalis, yaitu
menjadi sarana publikasi jurnalistik yang lebih luas. Misalnya membagikan berita ke social
media yang bertautan langsung ke website media. Melalui social media juga redaksi akan
fokus ke komunitas (followernya), yang nantinya dapat mengarahkan ke isu yang sedang
hangat dibicarakan ke komunitas. Anggota komunitas bisa jadi UGC (User Generated
Content), terdapat kolaborasi antara jurnalis warga dengan yang profesional.
Sosial media dapat digunakan untuk liputan kolaborasi, yaitu kerjasama antara produser
konten (media) dengan sumber berita. Peran jurnalis berkembang dari proses peliputan dan
produksi berita, menjadi peran menyebarluaskan berita. Jurnalis juga dapat mengambil topic
hangat di media sosial sebagai berita.
Lalu bagaimana seorang jurnalis seharusnya memanfaatkan atau menggunakan media social?
Editor dari media yang memiliki social media harus selalu mengikuti timeline social
medianya. Hal ini dikarenakan topik yang sedang hangat dibicarakan bisa menjadi
berita jika diolah lebih dalam. Media social juga bisa dijadikan sebagai social
branding. Ada baiknya juga jika seorang jurnalis dari media bisa mencerminkan
perannya sebagai jurnalis melalui akun media social. Contoh yang paling sederhana
adalah memberikan info mengenai siapa dirinya di bagaian biografi. Bahkan status
media sosialnya juga sebaiknya berhubungan dengan peran jurnalismenya
New Media
New media adalah sebuah media - mulai dari artikel surat kabar dan blog, hingga musik dan
podcast – yang diolah dan ditampilkan secara digital. Mulai dari situs web atau email hingga
aplikasi streaming, segala bentuk komunikasi yang berkaitan dengan internet dapat dianggap
sebagai new media.
Istilah media biasanya mengacu pada alat komunikasi yang dominan (seperti televisi dan
surat kabar), khususnya komunikasi massa, oleh karena itu muncul istilah media massa. New
media adalah jenis media yang menggunakan teknologi digital (misalnya media sosial atau
penggunaan internet). Ini berbeda dengan “media lama”, yang mengacu pada bentuk media
tradisional, seperti media cetak (misalnya surat kabar dan majalah), televisi dan radio.
Meskipun semuanya adalah contoh media massa, target audiens untuk new media jauh lebih
besar daripada bentuk media tradisional seperti surat kabar. Istilah new media khususnya
berkaitan dengan media digital, yaitu media yang dikodekan ke dalam format yang dapat
dibaca oleh mesin, seperti file MP3, misalnya.
Namun, walau CD, DVD atau CD-ROM juga berisikan data digital, ketiga alat tersebut
dinilai sudah ketinggalan zaman. Apa yang mungkin dianggap "baru" akan selalu berubah.
Untuk sekarang ini, new media paling benar dipahami sebagai media yang menggunakan
teknologi digital dan internet.
• Televisi digital atau satelit (terutama yang bisa memfasilitasi beberapa interaktivitas).
berbentuk perangkat lunak yang memungkinkan orang, kelompok, dan perusahaan untuk
dapat terhubung dan berbagi informasi dalam bentuk foto dan teks. Perusahaan seperti
Facebook, SnapChat, Tiktok, dan Instagram adalah contoh bentuk jejaring sosial. Ada juga
komunitas virtual.
Jaringan individu yang berbagi informasi di seluruh komunitas online. Individu dalam
komunitas ini dapat berbagi minat atau tujuan yang sama, seperti komunitas game online atau
pengikut blog tertentu. Komunitas semacam itu mungkin dihosting di platform jejaring sosial
(misalnya, mungkin dalam bentuk grup Facebook).
Beberapa media lama saat ini hadir dalam format media baru (misalnya situs web surat kabar
sering kali melibatkan pendekatan multimedia terhadap berita, bukan hanya versi online dari
artikel cetaknya saja); televisi sudah berubah menjadi digital; kemudian ada radio digital
yang memberikan kesempatan lebih lanjut untuk berinteraksi dan melihat serta mendengar; e-
book mungkin juga telah memiliki tautan web atau fitur lain yang menjadikannya lebih dari
sekadar versi layar dari halaman yang dicetak.
Konvergensi
Semakin banyak kasus bahwa satu perangkat dapat digunakan untuk mengakses berbagai
media. Misalnya, ponsel dapat digunakan untuk menonton film dan video, mendengarkan
musik, mengakses media sosial, membaca buku, membaca koran, mengakses situs web, dan
lainnya.
Interaktivitas
Format new media seringkali memfasilitasi lebih banyak interaksi daripada media lama.
Penonton juga mampu terlibat. Misalnya fitur yang ada di televisi digital atau satelit, atau
dapat men-tweet program TV atau radio secara langsung (dan mungkin tweet itu langsung
dibacakan atau muncul di layar).
https://www.kompasiana.com/artyastiani/sosial-media-dalam-
jurnalisme_57493674129773c6063fc78b
https://wartaekonomi.co.id/read344887/apa-itu-new-media