Anda di halaman 1dari 14

Jurnalistik online

Dosen pengampu :

Disusun oleh :
Muhammad Handi Adzhiya Sulaiman (2010414310044)

PRODI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Cyber journalisme terkait materi Menulis untuk jurnalistike media online
yang diberikan oleh dosen. Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik
pada penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk
itu kritik dan saran semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah
ini. Terima kasih
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang

Jurnalistik Online (Online Journalism) adalah pelaporan fakta yang diproduksi


dan disebarkan melalui internet. "Online journalism is defined as the reporting of
facts when produced and distributed via the Internet" (Wikipedia). Dulu,
jurnalistik "hanya" berlaku di suratkabar (koran), majalah, radio, televisi, dan film
lima media komunikasi massa yang dikenal dengan sebutan "The Big Five of
Mass Media" (Lima Besar Media Massa). Kini, jurnalistik juga berlaku di internet
atau media online sehingga melahirkan "ilmu baru" bernama jurnalistik online
(online journalism). Istilah lainnya:
Kini, jurnalistik juga berlaku di internet atau media online sehingga melahirkan
"ilmu baru" bernama jurnalistik online (online journalism). Istilah lainnya:
1. Internet Journalism (jurnalistik internet),
2. Website Journalism (jurnalistrik webiste),
3. Digital Journalism,
4. Daring Journalism,
5. Headline Journalism (jurnalistik judul).
Jurnalistik Online bahkan cepat berkembang dengan memunculkan "jurnalistik
baru" yang masih dalam lingkup jurnalistik online: mobile journalism (jurnalistik
mobil), yaitu aktivitas jurnalistik melalui mobile device --mobile phone,
smarphone, tablet computer, dsb. Mobile Journalism kian mempercepat proses
penulisan dan penyebarluasan berita di media online. Wartawan bisa melaporkan
peristiwa (menulis berita) kapan dan di mana saja, bahkan saat sebuah peristiwa
sedang berlangsung. Jurnalistik Online juga memperkuat atau
menumbuhkembangkan jurnalisme warga (citizen journalism) dengan
memanfaatkan blog atau media sosial (social media). Kini, setiap orang bisa
menjadi wartawan, dalam pengertian meliput peristiwa dan melaporkannya
melalui internet. menjadi wartawan, dalam pengertian meliput peristiwa dan
melaporkannya melalui internet.

1.3 Rumusan masalah


1. Sejarah jurnalistik online
2. Pengertian jurnalistik online
3. Karakteristik jurnalsitik media online
4. Etika jurnalisme online
5. Pengertian new media

1.1 Tujuan rumusan masalah

1. Untuk mengetahui sejarah jurnalistik online


2. Untuk mengetahui pengertian media online
3. Untuk mengetahui karakteristik jurnalsitik media online
4. Untuk mengetahui etika jurnalsitik online
5. Untuk mengetahui pengertaian new media
BAB II
ISI
2.1 Sejarah jurnalistik online

Kilas Sejarah Jurnalistik Online Berbagai literatur jurnalistik online


menunjukkan, jenis jurnalisme baru ini tidak lepas dari ditemukannya teknologi
komputer yang dikuti kemunculan teknologi internet yang dikembangkan pada
tahun 1990-an. Penemuan dan pengembangan teknologi nirkabel (wireless) pada
notebook memudahkan proses jurnalistik atau kerja wartawan.
Tanggal 17 Januari 1998 disebut-sebut sebagai tonggak sejarah kelahiran
jurnalistik online, yaitu ketika Mark Druge, berbekal sebuah laptop dan modem,
memublikasikan kisah perselingkuhan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton,
dengan Monica Lewinsky (Monicagate) di website Drudge Report, setelah
najalah Newsweek dikabarkan menolak me- muat kisah skandal seks hasil
investigasi Michael Isikoff itu. Semua orang yang mengakses internet segera
mengetahui rincian cerita "monicagate yang juga dikenal dengan sebutan "Monica
Scandal" dan "Sexgate itu.
Dua tahun kemudian atau awal tahun 2000-an, muncullah situs-situs prıbadı
yang menampilkan laporan Jurnalistik pemiliknya yang kini dikenal dengan
website blog, weblog,
atau blog saja.
Kemunculan dan perkembangan jurnalistik online di Indonesia juga dimulai
dengan berita menggegerkan, yaitu berakhirnya era pemerintahan Orde Baru saat
Socharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. Berita pengunduran diri Socharto
terscbar luas melalui milist (mailing list) yang sudah mulai dikenal luas di
kalangan aktivis demokrasi dan mahasiswa. Setelah itu, seiring "euforia
retorması1, beragam media online pun hadiır, seperti detik.com, bidik.com,
mandiri-online.com, dan berpolitik.com yang disebut-sebut sebagai "pioneer
jurnalistik online di Indonesia, diikuti kehadiran tiga situs besarAstaga.com,
Satunet.com, dan KafeGaul.com.
Saat ini sejarah jurnalistik online didominasi oleh situs- Situs berita yang
merupakan "cdisi online" suratkabar, meski belakangan kontennya menjadi
tersendıri atau berbeda.
2.2 Pengertian jurnalistik online
Jurnalistik online (online journalism) disebut juga cyberjournalism, jurnalistik
internet, dan jurnalistik web (web jour nalism)-merupakan "generasi baru"
jurnalistik setelah jurnalistik konvensional (jurnalistik media cetak, seperti
suratkabar) dan jurnalistik penyiaran (broadcast journalism-radio dan televisi).
Pengertian jurnalistik online terkait banyak istilah, yakni jurnalistik, online,
internet, dan website. Jurnalistik dipahami sebagai proses peliputan, penulisan,
dan penyebarluasan informasi (aktual) atau berita melalui media massa. secara
ringkas dan praktis, jurnalistik bisa diartikan sebagai "memberitakan sebuah
peristiwa".

Online jurnalist dipahami Sebagai keadaan konektivitas (ketersambungan)


mengacu kepada internet atau world wide web (www). Online merupakan bahasa
internet yang berarti "informasi dapat diakses di mana saja dan kapan saja"
selama ada jaringan internet (konektivitas). Internet (kependekan dari
interconection-networking) secara harfiah artinya "jaringan antarkoneksi".
Internet dipahami sebagai sistem jaringan computer. yang saling terhubung.
Berkat jaringan itulah, apa yang ada di sebuah komputer dapat diakses orang lain
melalui computer lainnya. Internet "menghasilkan" sebuah media-dikenal dengan
"media online"-utamanya website.Website atau site (situs) adalah halaman yang
mengandung konten (media), termasuk teks, video, audio, dan gambar. Website
bisa diakses melalui internet dan memiliki alamat internet yang dikenal dengan
URL (Uniform Resource Locator) yang berawalan wwwatau http://(Hypertext
Transfer Protocol. Dari pengertian ketiga kata tersebut, jurnalistik online dapat
didefinisikan sebagai proses penyampaian informasi melalui media internet,
utamanya website. Kamus bebas Wikipedia mendefinisikan jurnalisme online
sebagai "pelaporan fakta yang diproduksi dan disebarkan melalui internet"
(reporting of facts produced and distributed via the Internet). Karena merupakan
perkembangan baru dalam dunia media, website pun dikenal juga dengan sebutan
"media baru" (new media) vis a vis media konvensional-koran, majalah, radio,
dan televisi. Hal baru dalam new media" antara lain informasi yang tersaji bisa
diakses atau dibaca kapan saja dan di mana pun, di seluruh dunia, selama ada
computer dan perangkat lain yang memiliki koneksi internet. Prinsip Jurnalistik
Online Paul Bradshaw dalam "Basic Principal of Online Journalism"
(onlinejournalismblog.com menyebutkan, ada lima prinsip dasar jurnalistik online
yang disingkat B-A

S-I-C, yakni Brevity, Adaptability,

Scannability, Interactivity,

Community and Coversation.

Keringkasan (Brevity). Berita online.

2.3 Karakteristik jurnalsitik media online


Karakteristik Media Online
Karakteristik sekaligus keunggulan media online di-bandingkan "media
konvensional" (cetak/elektronik) identic dengan karakteristik jurnalistik online,
antara lain:
Multimedia: dapat memuat atau menyajikan berita informasi dalam bentuk teks,
audio, video, grafis, dan gambar secara bersamaan.
Aktualitas: berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian.
Cepat: begitu diposting atau diupload, langsung bisa diakses semua orang.
Update: pembaruan (updating) informasi dapat dilakukan dengan cepat baik dari
SISI konten maupun redaksional, misalnya kesalahan ketik/ejaan. Kita belum
menemukan istilah "ralat di media online sebagaimana sering muncul di media
cetak. Informası pun disampaikan secara terus- menerus.
Kapasitas luas: halaman web bisa menampung naskah sangat panjang.
Fleksibilitas: pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja, juga
jadwal terbit (update) bisa Kapan saja, setiap saat.
Luas: menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet.
Interaktif : dengan adanya fasilitas kolom komnetar dan chat room.
Terdokumentasi: informasi tersımpan di "bank data"(arsip dan dapat ditemukan
melalui "link", "artikel terkait", dan fasilitas "cari" (search).
Hyperlinked: terhubung dengan sumber lain (links) yang berkaitan dengan
ıntorması tersaji.
Ada juga karakter media online yang menjadi kekurangan
atau kelemahannya, di antaranya:
Ketergantungarn terhadap perangkat komputer dan koneksi internet. Jika tidak
ada aliran listrik, batere habis, dan tidak ada koneksi internet, juga tidak ada
browser, maka media online tidak bisa diakses.
Bisa dimiliki dan dioperasikan oleh "sembarang orang". Mereka yang tidak
memiliki keterampilan menulis sekalipun dapat menjadi pemilik media online
dengan isi berupa "copy-paste dari informasi situs lain. Adanya kecenderungan
mata "mudah lelah" saat membaca informasi media online, khususnya naskah
yang
panjang. Akurasi sering terabaikan. Karena mengutamakan kecepatan, berita yang
dimuat di media online biasanya tidak scakurat media cetak, utamanya dalam hal
penulisan kata (salah tulis).
2.4 Etika jurnalisme online di indonesia
Dewan Pers mengesahkan kode etik jurnalistik media online pada 3 Februari
2012. Nama resmi kode etik jurnalistik bagi praktisi jurnalistik/media online itu
adalah Pedoman Pemberitaan Media Siber (PPMS) Pengesahan PPMS dilakukan
Ketua Dewan Pers, Bagir Manan. Sebanyak 31 perusahaan beserta 1l organisasi
dan tokoh pers menandatangani PPMS yang disusun oleh Dewan Pers tersebut.
PPMS tetap mengacu kepada UU No. 40 tentang Pers (UU Pers), Kode Etik
Jurnalistik (KEJ) dan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) yang disahkan
Dewan Pers. Isi PPMS tidak jauh berbeda dengan KEJ/KEWI, misalnya media
online tidak boleh memuat informasi bohong, fitnah, sadis, dan cabul; tidak
memuat isi yang mengandung prasangka dan kebencian terkait dengan suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta menganjurkan tindakan kekerasan;
tidak memuat isi diskriminatif atas dasar perbedaan jenis kelamin dan bahasa,
serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat mental, atau
cacat jasmani. Ada juga soal koreksi, hak jawab, dan ralat. Hal baru di PPMS
antara lain soal "pemutakhiran (update) dengan tautan pada berita yang
belumterverifikasi" dan "media siber mewajibkan setiap pengguna untuk
melakukan registrasi keanggotaan dan melakukan proses log-in". Pedoman
Pemberitaan Media Siber Kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi,
dan kemerdekaan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila,
Undang Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB.
Keberadaan media siber di Indonesia uga merupakan bagian dari kemerdekaan
berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers. Media siber
memiliki karakter khusus sehingga memerlukan pedoman agar pengelolaannya
dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya
sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik
Jurnalistik. Untuk itu, Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media
siber, dan masyarakat menyusun Pedoman Pemberitaan Media Siber sebagai
berikut:
1. Ruang Lingkup
a. Media siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet
dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-
Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers.
b. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content) adalah yang dibuat dan atau
dipublikasikan oleh pengguna media siber, antara lain, artikel, gambar, komentar,
suara, video dan berbagai bentuk unggahan yang melekat pada media siber,
seperti blog, forum, komentapembaca atau pemirsa, dan bentuk lain.

2. Verifikasi dan Keberimbangan Berita

a. Pada prinsipnya, setiap berita harus melalui very fikasi.


b. Berita yang dapat merugikan pihak lain memerlukan verifikasi pada berita yang
sama untuk memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan. Ketentuan dalam butir
(a) di atas dikecualikan, dengan syarat:
Berita benar-benar mengandung kepentingan publik yang bersifat mendesak;
Sumber berita yang pertama adalah sumber yang jelas disebutkan identitasnya,
kredibel dan kompeten; Subyek berita yang harus dikonfirmasi tidak diketahui
keberadaannya dan atau tidak dapat diwawancarai;
Media memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita tersebut masih
memerlukan verifikasi lebih lanjut yang diupayakan dalam waktu secepatnya.
Penjelasan dimuat pada bagian akhir dari berita yang sama, di dalamn kurung dan
menggunakan huruf miring. d. Setelah memuat berita sesuai dengan butir (c),
media wajib meneruskan upaya verifikasi, dan setelah verifikasi didapatkan, hasil
verifikasi dicantumkan pada berita pemutakhiran (update) dengan tautan pada
berita yang belum terverifikasi.

3. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content)


a. Media siber wajib mencantumkan syarat dan ketentuan mengenai Isi Buatan
Pengguna yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang No. 40 tahun 1999
tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik, yang ditempatkan secara terang dan jelas.

b. Media siber mewajibkan setiap pengguna untuk melakukan registrasi


keanggotaan dan melakukan proses log-in terlebih dahulu untuk dapat
memublikasikan semua bentuk Isi Buatan Pengguna. Ketentuan mengenai log-in
akan diatur lebih lanjut.
Dalam registrasi tersebut, mediasiber mewajibkan pengguna memberi persetujuan
tertulis bahwa Isi Buatan Pengguna yang
dipublikasikan: Tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis dan cabul;
Tidak memuat isi yang mengandung prasangka dan kebencian terkait dengan
suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta menganjurkan tindakan
kekerasan
Media siber yang telah memenuhi ketentuan pada
butir (a), (b), (c), dan (f) tidak dibebani tanggungjawab atas masalah yang
ditimbulkan akibat pemuatan isi yang melanggar
ketentuan pada butir (c). Media siber bertanggungjawab atas Isi Buatan Pengguna
yang dilaporkan bila tidak mengambil tindakan koreksi setelah batas waktu
sebagaimana tersebut
pada butir (f).
4. Ralat, Koreksi, dan Hak Jawab

a. Ralat, koreksi, dan hak jawab mengacu pada Undang-Undang Pers, Kode Etik
Jurnalistik, dan Pedoman Hak Jawab yang ditetapkan Dewan Pers.
b. Ralat, koreksi dan atau hak jawab wajib ditautkan pada berita yang diralat,
dikoreksi atau yang diberi hak jawab.
C. Di setiap berita ralat, koreksi, dan hak jawab wajib dicantumkan waktu
pemuatan ralat, koreksi, dan atau hak jawab tersebut. Bila suatu berita media siber

d. media siber lain, maka: tertentu disebarluaskan Tanggungjawab media siber


pembuat berita terbatas pada berita yang dipublikasikan di media siber tersebut
atau media siber yang berada di bawah otoritas teknisnya; : Koreksi berita yang
dilakukan oleh sebuah media siber, juga harus dilakukan oleh media siber lain
yang mengutip berita dari media siber yang dikoreksi itu: Media yang
menyebarluaskan berita dari sebuah media siber dan tidak melakukan koreksi atas
berita sesuai yang dilakukan oleh media siber pemilik dan atau pembuat berita
tersebut, bertanggungjawab penuh atas semua akibat hukum dari berita yang tidak
dikoreksinya itu. Sesuai dengan Undang-Undang Pers, media siber yang tidak
melayani hak jawab dapat dijatuhi sanksi hukum pidana denda paling banyak Rp
500.000.000 (Lima ratus juta rupiah).

5. Pencabutan Berita

Berita yang sudah dipublikasikan tidak dapat dicabut karena alasan

penyensoran dari pihak luar redaksi, kecuali terkait masalah SARA, kesusilaan,
masa depan anak, pengalaman
b. traumatik korban atau berdasarkann pertimbangan khusus lain yang ditetapkan
Dewan Pers. Media siber lain wajib mengikuti pencabutan
kutipan berita dari media asal yang telah dicabut. Pencabutan berita wajib disertai
dengan alasan pencabutan dan diumumkan kepada publik.

6. Iklan
a.Media siber wajib membedakan dengan tegas antara produk berita dan iklan.
b. Setiap berita/artikel/isi yang merupakan iklan dan atau isi berbayar wajib
mencantumkan keterangan "advertorial", "iklan", "ads", "sponsored", atau kata
lain yang menjelaskan bahwa berita/artikel/isi tersebut adalah iklan.
7. Hak Cipta
Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

8. Pencantuman Pedoman Media siber wajib mencantumkan pedoman


Pemberitaan Media Siber ini di medianya secara terang dan jelas.

9. Sengketa
Penilaian akhir atas sengketa mengemai pelaksanaan Pedoman Pemberitaan
Media Siber ini diselesaikan oleh Dewan Pers. Jakarta, 3 Februari 2012 (Pedoman
ini ditandatangani oleh Dewan Pers dan komunitas pers di Jakarta, 3 Februari
2012),

2.1 Pengertian new media


Dalam perspektif studi media atau komunikasi massa, media online menjadi
obyek kajian teori "media baru" (new media), yaitu istilah yang mengacu pada
permıintaan akses ke konten (isi/informasi) kapan saja, di mana saja, pada setiap
perangkat digital serta umpan balik pengguna interaktif, partisipası kreatif, dan
pembentukan komunitas sekitar konten media, juga aspek generasi "real-time".
New media merupakan penyederhanaan istilah (simplifikası) terhadap bentuk
media di luar lima media massa konvensional tclevisi, radio, majalah, koran, dan
film. Sifat new media adalah cair (fluids), konektivitas individual, dan menjadi
sarana untuk membagi peran kontrol dan kebebasan
(Chun, 2006). New media merujuk pada perkembangan teknologi digital,
namun new media sendirı tidak serta merta berarti media digital. Video, teks,
gambar, grafik yang diubah menjadi data- data digital berbentuk byte, hanya
merujuk pada sisi teknologi mutlimedia, salah satu dari tiga unsur dalam new
media; selain ciri interaktif dan intertekstual,
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita dapat mengetahui bahwa sebagian sejarah
jurnalsitik pada Tanggal 17 Januari 1998 disebut-sebut sebagai tonggak sejarah
kelahiran jurnalistik online

Anda mungkin juga menyukai