Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MENGANALISA 3 JURNAL NASIONAL DAN 3 JURNAL INTERNATIONAL

TOPIK: ANALISIS TRANSAKSIONAL

Dosen Pengampu: Feronika Ratu, S.PSI. M.PSI., PSIKOLOG


NAMA KELOMPOK KELOMPOK 3:
1. Graicella Mutiara W. Nggalamanu (2007020044)
2. Kayus Mulya Lobo (2007020052)
3. Maria Barek Sabu Akamaking (2007020124)
4. Rany Yuliani Lote Ade (2007020130)
5. Desnawati Haning (2007020030)
6. Lesty Angelita Jo (2007020054)
7. Rifaldy Pong (2007020078)
KELAS Psikologi 4 B
MATA KULIAH Dasar-Dasar Psikoterapi

1. Jurnal Nasional
Judul Konseling kelompok analisis transaksional dalam Meningkatkan
Keterampilan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa
Jurnal Indonesian Journal of School Counseling (2020)
Penulis Devi Permatasari
Tahun 2020
Volume,no & Halaman 5 (1), 1-11
Reviewer 1. Lesty Angelita Jo
2. Graicella Mutiara W. Nggalamanu
3. Kayus Mulya Lobo
4. Maria Barek Sabu Akamaking
5. Rany Yuliani Lote Ade
6. Desnawati Haning
7. Rifaldy Pong
Tanggal diakses 16 Maret 2022
https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/BKA/article/view/1998
Masalah yang di kaji komunikasi interpersonal yang kurang pada mahasiswa bimbingan dan
konseling Universitas Kanjuruhan Malang angkatan 2015-2017 tahun
akademik 2017/2018.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan konseling
kelompok dengan teknik analisis transaksional dalam meningkatkan
keterampilan komunikasi interpersonal pada Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling Universitas Kanjuruhan Malang angkatan 2015-2017 tahun
akademik 2017/2018.
Teori yang digunakan Teori yang digunakan adalah teori kepribadian dan sistem yang
terorganisir dari terapi interaksional (Sundah, 2018).
Subjek Penelitian Pada 9 mahasiswa yang teridentifikasi sebagai mahasiswa yang
memiliki keterampilan komunikasi interpersonal rendah.
Metode Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperiment, dengan
menggunakan desain Pre-test dan Post-test Group (Creswell & Creswell,
2017). Perlakuan yang diberikan yaitu dengan menggunakan konseling
kelompok dengan teknik analisis transaksional untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa calon Guru BK
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling dimana dalam pengambilan sampel berdasarkan
kriteria, siswa yang memiliki keterampilan komunikasi interpersonal
rendah yang di peroleh dari hasil skala keterampilan komunikasi
interpersonal, yang dibuat oleh peneliti, skala ini sudah valid dan
reliabel, sehingga dapat mengukur apa yang diukur. Populasi penelitian
ini adalah mahasiswa S1 Bimbingan dan Konseling Universitas
Kanjuruhan Malang, angkatan 2015- 2017 tahun akademik 2017/2018
yang berjumlah 234 mahasiswa. Dari populasi tersebut didapatkan
subjek penelitian sejumlah 9 mahasiswa, yang memiliki keterampilan
komunikasi interpersonal rendah
Alat Ukur Penelitian Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala keterampilan
komunikasi interpersonal, yang dibuat oleh peneliti, skala ini sudah
valid dan reliabel, sehingga dapat mengukur apa yang diukur.
Analisis Data yang Data tersebut dianalisis dengan menggunakan uji statistic Wilcoxon.
Digunakan Intervensi konseling kelompok dengan teknik analisis transaksional
dapat meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal mahasiswa.
Hasil Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa kelima aspek
keterampilan komunikasi interpersonal berada pada capaian tingkatan
yang baik. Artinya, mahasiswa calon Guru BK mampu mendengarkan,
mengkomunikasikan menyampaikan dan menerima pesan, serta
memecahkan masalah dari perilaku yang ditunjukkan mahasiswa secara
umum telah mampu mengkomunikasikan dengan baik. Pada prinsipnya,
komunikasi merupakan hal yang paling esensial dalam kehidupan
manusia, tidak hanya dalam proses konseling (Hariko, 2017). Dengan
demikian, komunikasi individu mengekspresikan dirinya, membentuk
jaringan sosial dan mengembangkan kepribadiannya (Zamroni, 2009).
Kegagalan individu dalam berkomunikasi menghambat terciptanya
saling pengertian, kerja sama, toleransi, dan menghambat terlaksananya
norma-norma social (Hariko, 2017). Demikian juga apabila dikaitkan
dengan konseling, kegagalan atau kesuksesan proses komunikasi
berpengaruh besar terhadap hubungan Guru BK dan konseli, serta
pengembangan diri dan pengentasan permasalahan pada konseli (Corey,
2015). Oleh karena itu, mahasiswa calon Guru BK secara berkelanjutan
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan tentang
keterampilan komunikasi interpersonal.
Interpretasi Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan tingkat keterampilan
komunikasi interpersonal mahasiswa sebelum dan sesudah
mendapatkan intervensi konseling kelompok dengan teknik analisis
transaksional.
Kritik Penulis harus lebih menerepkan metode penelitiannya lebih detail,
sehingga pembaca mudah memahami
Kajian Pembanding Analisis Transaksional Dalam Setting Kelompok
Referensi https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/BKA/article/view/1998
2. Jurnal Nasional

Judul Model Pengasuhan Analisis Transaksional (AT) Untuk Menanggulangi


Penyimpangan Perilaku Seksual Di Kalangan Remaja Kabupaten Buleleng
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora
Penulis Gade Sedayana, Made Tegeh dan Ketut Gading
Tahun 2015
Volume,no & 4 (1) 568-576
Halaman
Reviewer 1. Rifaldy Pong
2. Lesty Angelita Jo
3. Graicella Mutiara W. Nggalamanu
4. Kayus Mulya Lobo
5. Maria Barek Sabu Akamaking
6. Rany Yuliani Lote Ade
7. Desnawati Haning
Tanggal diakses 17 Maret 2022
http://ejournal.id/jm/index.php/mendidik/article/download/50/44
Masalah yang di kaji Menanggulangi penyimpangan perilaku seksual di kalangan remaja Kabupaten
Buleleng.
Tujuan Penelitian Untuk mengidentifikasi harapan orang tua terhadap remaja dan harapan remaja
terhadap orang tua.
Teori yang digunakan Teori yang digunakan adalah Ekstensial Humanistik
Subjek Penelitian Siswa dari 5 sekolah yang teridentifikasi beserta orang tuanya
Metode Pengumpulan Metode yang digunakan adalah kuisioner dan pencatatan dokumen
Data
Alat Ukur Penelitian Alat ukur penelitian menggunakan hasil dari kuisioner dan pencatatan
dokumen
Analisis Data yang Analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif
Digunakan
Hasil 1. Dari 100 orang remaja sebagai responden pada 5 sekolah SMP/SMA
di kabupaten Buleleng, mereka memiliki harapan- harapan kepada
orang tua sebagai berikut.
• Bahwa 76,55% remaja memliki harapan agar orang tua memenuhi
kebutuhan sekolah mereka baik kebutuhan utama, seperti, alat-alat
pelajaran, uang sumbangan pendidikan, dan biaya-biaya lain yang
diperlukan, seperti asesoris bagi remaja perempuan. Pemenuhan
kebutuhan ini supaya dipenuhi secara ikhlas, tidak disertai komenta,
kritik, atau harapan lain yang tidak memungkinkan bagi remaja untuk
memenuhi.
• Bahwa 56,60% remaja memiliki harapan agar orang tua ikut
memberikan bimbingan dalam belajar seperti, membantu
menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan guru di sekolah,
menuntun bagaimana memecahkan masalah–masalah yang
menghambat belajar, serta sekali-sekali menanyakan keadaan belajar
di sekolah.
• Bahwa 59,32% remaja memiliki harapan agar orang tua menegur jika
keliru, bila perlu menasehati, memberikan maaf atas kekeliruan yang
diperbuat, memberikan dorongan untuk keberhasilan sekolah,
memberikan kepercayaan melakukan sesuatu sesuai kemampuannya,
dan memberikan reward atas keberhasilan yang dicapai baik berupa
simbolis atau material.
• Bahwa 56,77% remaja memiliki harapan agar orang tua
menyampaikan harapan atau keinginan secara terbuka, tidak
tersembunyi, tidak dalam bentuk sindiran, tidak melalaui kekerasan,
tidak berkata kasar, tidak menunjukkan muka masam di hadapan anak-
anak, yang menyebabkan salah interpretasi yang berujung pada terjadi
miss understanding di kalangan remaja. Hal ini akan memicu
komunikasi dan interaksi yang idak harmonis pada dua pihak (remaja
dan orang tua)
• Bahwa 54,81% remaja memiliki harapan agar orang tua bersedia
mendengarkan keluh kesa remaja, kesan dan pesan mereka, tidak mau
menang sendiri dalam mengambil keputusan.
2. Dari 94 responden orang tua pada 5 sekolah teridentifikasi harapan-
harapan orang tua terhadap remaja sebagai berikut.
• Bahwa 55,23% orang tua memiliki harapan, agar remaja hormat pada
orang tua, tidak melecehkan orang tua, santun dalam berperilaku,
tidak membantah orang tua, patuh aturan, terbiasa mengucapkan
terima kasih atas sebuah pemberian, menerima kritik konstuktif.
• Bahwa 56,45% orang tua berharap agar remaja meminta maaf jika
keliru baik melalui komunikasi verbal maupun dalam bentuk perilaku
serta mampu mengendalikan diri terhadap dorongan hati yang tidak
normatif.
• Bahwa 61,17% orang tua berharap agar remaja meminta ijin jika
bepergian, meminta ijin mengambil milik orang lain, melapor bila
sudah kembali ke rumah, memberikan alasan atas sebuah permintaan,
tidak mengharapkan sesuatu di luar kemampuan.
• Nahwa 61,19% orang tua berharap agar remaja patuh terhadap aturan
keluarga, sekolah, menjaga rahasia pribadi dan keluatrga, serta
menghargai orang lain.
3. Pengakuan remaja melakukan melakukan perilaku seksual Terungkap
beberapa alasan kenapa mereka melakukan hubungan seksual
menyimpang. (1) pengaruh teknologi/film porno, (2) mencoba- coba
(rasa ingin tahu), (3) kurangnya pengawasan orang tua (orang tua acuh,
terjadi pembiaran), (4) tekanan ekonomi, (5) senang sama senang, (6)
pergaulan yang tidak terkontrol (pengaruh lingkungan).
4. Mengurangi perilaku seksual menyimpang menurut remaja Menurut
remaja, orang tua hendaknya melakukan pengawasan yang lebih ketat
misalnya, menanyakan alasan remaja keluar rumah di luar jam
sekolah, menanyakan alasan remaja melakukan kegiatan di luar
kebiasaan, mengarahkan perilaku remaja yang produktif, orang tua
berperilaku normatif yang bisa dicontoh remaja, dan orang tua
diharapkan dapat menanamkan pendidikan etika sejak dini. Meski
pengawasan orang tua terhadap remaja meduduki rangking ketiga
sebagai penyebab munculnya perilaku seksual menyimpang di
kalangan remaja, tetapi komunikasi kepengasuhan orang tua terhadap
remaja penting selalu diperhatikan. Kesenjangan antara remaja dan
orang tua dalam memenuhi harapan masing- masing sering menjadi
hambatan dalam melakukan transaksi komunikasi kepengasuhan
orang tua dalam keluarga. Di satu sisi remaja memiliki kebutuhan
tetentu sesuai perkembangannya, tetapi orang tua tidak mengerti akan
kebutuhan remaja. Sebaliknya orang tua memiliki harapan tertentu
pada remaja tetapi remaja tidak memahami harapan orang tua. Agar
transaksi sehat terjadi dalam keluarga maka perlu membangun
keterbukaan antara remaja dan orang tua sesuai dengan tugas dan
posisi (ego state) masing-masing. Dengan demikian akan tercipta
iklim yang kondusif dan keharmonisan antara remaja dan orang tua
dalam keluarga. Keterbukaan akan membangun rasa saling percaya
antara remaja dan orang tua, dan sebaliknya penyampaian pesan yang
samar akan melahirkan interpretasi yang tidak jelas. Harapan-harapan
yang disampaikan oleh remaja dan orang tua melalui hasil penelitian
ini merupakan sebuah peluang yang sangat terbuka untuk memahami
kebutuhan masing-masing. Hal ini merupakan langkah awal yang
perlu dipahami oleh masing-masing pihak baik oleh remaja maupun
oleh otang tua.
Interpretasi Penyimpangan perilaku seksual menyimpang dikalangan remaja oleh
remaja dewasa ini cenderung dinilai dinilai sebagai perilaku biasa dan oleh
beberapa remaja dinilai sebagai kebutuhan. Meski remaja lain mengatakan
sebagai kegiatan yang mencoba-coba, pengaruh teknologi dan sebagainya.
Bagaimana remaja melakukan perbuatan yang tidak normatif itu banyak pihak
menilai karena kelemahan orang tua dalam pengawasan terhadap perilaku
remaja disamping komunikasi remaja dan orang tua sering tidak sehat.
Keduanya bertahan pada status ego (ego state) masing-masing dengan tidak
memperhatikan kebutuhan keduanya. Seakan-akan komunikasi mereka ada
dalam suasana komunikasi silang, tidak saling memperhatikan dan tidak saling
memahami. Dalam komunikasi dan interaksi kepengasuhan keluarga ada yang
disebut dengan pola komunikasi silang, pola komunikasi tersembunyi dan pola
komunikasi komplementer. Pola komunikasi pengasuhan silang cendrung
menimbulkan perselisihan, karena dua pihak tidak ada kecocokan. Keduanya
bertahan dengan status ego masing-masing. Pola komunikasi tersembunyi
cenderung menimbulkan salah interpretasi dalam memahami pesan. Karena itu
cenderung menimbulkan perselihan dalam memahami pesan. Dan pola
komunikasi komplementer adalah pola komunikasi yang saling melengkapi.
Orang tua berusaha memahami remaja dengan segala kebutuhan dan
perkembangannya, dan sebaliknya remaja berusaha memahami keadaan orang
tua yang syarat dengan internalisasi nilai atau norma. Pentingnya transaksi
komunikasi pengasuhan orang tua dalam keluarga untuk menciptakan suasana
keluarga yang harmonis dan kondusif demi keberlangsungan kehidupan
keluarga khususnya perkembangan remaja sampai kepada tercapainya
kedewasaan yang integrated. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
dari 50% responden remaja dan lebih dari 50% responden orang tua mnyatakan
bahwa mereka memiliki harapan-harapan tertentu yang lebih membuat suasana
dan keadaan keluarga lebih baik. Remaja memiliki harapan tertentu tetapi tidak
dipahami oleh orang tua dan sebaliknya orang tua memiliki harapan tertentu
yang lebih baik namun remaja tidak memahami. Kepada orang tua, pentingnya
memahami remaja. Remaja adalah sosok yang sedang bertumbuh dan
berkembang. Mereka memerlukan fasilitas material pendukung
perkemangannya secara fisik, mereka membutuhkan perhatian, kasih saying,
memerlukan penghargaan dan membutuhkan wadah untuk beraktualisasi diri
yang positif untuk perkembangannya. Pemenuhan kebutuhan berarti
memuluskan tugas- tugas perkembangannya. Berkaitan dengan itu, diharapkan
kepada orang tua senantiasa mememenuhi kewajibannya secara ikhlas tanpa
pamrih.
Kritik Peneliti tidak menggunakan gambar akurat untuk di jadikan argumen
pendukung
Kajian Pembanding Pendekatan Kualitatif: Pendekatan konseling analisis transaksional
untuk mengembangkan kesadaran diri remaja
Referensi http://ejournal.id/jm/index.php/mendidik/article/download/50/44

3. Jurnal Nasional

Judul Efektifitas Konseling Analisis Transaksional Tentang Diet Cairan Terhadap


Penurunan Interdialytic Weight Gain (Idwg) Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang
Menjalani Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah
Jurnal Jurnal Uminus
Penulis Sri Hidayati, Ratba Sitorus, & Masfuri
Tahun 2014
Volume,no & 1-8
Halaman
Reviewer 1. Kayus Mulya Lobo
2. Lesty Angelita Jo
3. Graicella Mutiara W. Nggalamanu
4. Maria Barek Sabu Akamaking
5. Rany Yuliani Lote Ade
6. Desnawati Haning
7. Rifaldy Pong
Tanggal diakses 20 Maret 2022
Masalah yang di kaji Mengetahui pengaruh konseling analisis transaksional terhadap penurunan
Interdialytic Weight Gain
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui efektivitas konseling analisis transaksional diet cair
terhadap penurunan BB Interdialitik pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
menjalani Hemodialisis
Teori yang digunakan Konseling analisis transaktional perlu di terapkan pada konsep keperawatan
untuk pasien- pasien yang mengalami penyakit kronis, seperti diabetes
melitus, dan gagal ginjal dengan dialisis. Kondisi pasien dengan penyakit
kronis sering mengalami keputusasaan dala m pengobatan, sehingga potensial
terjadinya ketidakpatuhan dalam program yang dianjurkan (Egan, Rivera,
Robillard & Hanson, 1997).

Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian adalah: 24 Pasien


Metode Pengumpulan • Metode yang digunakan adalah metode pendekatan Kuantitatif.
Data • Menggunakan desain pretest and postest with control group design
(Quasi Eksperiment with control)
Alat Ukur Penelitian Menggunakan Skala Statistik
Analisis Data yang Analisis data yang di gunakan adalah Statistik Deskriptif
Digunakan
Hasil Hasil dari penelitian ini didapatkan ada perbedaan yang signifikan pemberian
konseling analisis transaktional anatara kelompok kontrol dan intervensi,
dengan nilai p 0,003. Data usia rata-rata responden adalah 42,17 tahun, lebih
banyak didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 14 responden
dari 24 responden atau sekitar 58%. Untuk pendidikan yang terbanyak adalah
berpendidikan SMA sebanyak 11 responden atau sekitar 48%. Sedangkan
variabel confounding antara lain periode hemodialisa rata-rata dari responden
1,9 tahun, sedangkan untuk motivasi yang terbanyak adalah kategorik baik
yaitu 9 responden atau 75%, serta pengetahuan sebagaian besar responden 7
responden atau 53% dengan kategorik berpengetahuan sedang.
Interpretasi Adanya perbedaan terhadap penurunan Interdialytic Weight Gain (p =
0,003,_= α < 0,05) pada kelompok intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa
konseling yang diberikan kepada responden memberikan perubahan perilaku
kepada pasien hemodialisa, ini dibuktikan perbedaan penurunan nilai rata-rata
Interdialytic Weight Gain pada kelompok intervensi sebelum perlakuan adalah
2,65. Sedangkan setelah intervensi didapatkan rata-rata penurunan
Interdialytic Weight Gain 1,92
Kritik • Tidak ada Volume, nomor, dan nomor halaman
• Penjelasan Teori masih kurang tentang Analisis Transaksional
Kajian Pembanding Nadi, I. H., Kurniawati, D. N., & Mariyanti, H. (2018). Dukungan Sosial dan
Motivasi Berhubungan dengan Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan pada
Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis. Critical
Medical And Surgical Nursing Journal. 6 (2) 8-14

Referensi Hidayati, S., Sitorus, R., & Masfuri. (2014). Efektifitas Konseling Analisis
Transaksional Tentang Diet Cairan Terhadap Penurunan Interdialytic Weight
Gain (Idwg) Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah. Jurnal Uminus. 1-8

4. Jurnal Internasional

Judul Comparison of Transactional Analysis Group and Individual Psychotherapy in


the Treatment of Depression and Anxiety: Routine Outcomes Evaluation in
Community Clinics
Jurnal Transactional Analysis Journal
Penulis Biljana van Rijn dan Ciara Wild
Tahun 2016
Volume,no & 46(1), 63–74
Halaman
Reviewer 1. Graicella Mutiara W. Nggalamanu
2. Kayus Mulya Lobo
3. Maria Barek Sabu Akamaking
4. Lesty Angelita Jo
5. Rany Yuliani Lote Ade
6. Desnawati Haning
7. Rifaldy Pong
Tanggal diakses 18 Maret 2022.
https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0362153715615115?icid=int.sj-
challenge-page.citing-articles.1
Masalah yang di kaji • Artikel ini membandingkan hasil analisis transaksional psikoterapi
individu dan kelompok untuk depresi dan kecemasan dalam dua klinik
umum di Inggris.
• Penelitian ini merupakan penelitian naturalistik, open-label trial tanpa
kelompok kontrol dan randomisasi terbatas. Analisis difokuskan pada
hasil pengobatan untuk klien yang disajikan untuk terapi dalam
rentang klinis untuk depresi (PHQ-9 10) dan kecemasan (GAD-7 8).
Tujuan Penelitian Mengingat literatur penelitian saat ini dan prevalensi perawatan untuk
kecemasan dan depresi di Inggris, tujuan penelitian kami adalah untuk
membandingkan hasil dari terapi individu dan kelompok analisis transaksional
untuk depresi klinis dan kecemasan
Teori yang digunakan Analisis transaksional sebagai psikoterapi individu dievaluasi sebagai
pengobatan untuk depresi, kecemasan, dan tekanan umum menggunakan
metodologi studi kasus (Widdowson, 2012a, 2012b) dan evaluasi hasil (van
Rijn & Wild, 2013; van Rijn, Wild, & Dumitru, 2014; van Rijn, Wild, Fowlie
Kusen, & van Beekum, 2011).
Subjek Penelitian Klien dengan terapi kelompok 16 orang dan terapi individu 24 orang
Metode Pengumpulan Proyek ini merupakan uji coba label terbuka yang naturalistik. Jenis
Data metodologi ini mengevaluasi praktik dalam pengaturan terapeutik nyata yang
bertentangan dengan laboratorium.
Penelitian kami membandingkan hasil dari 13 kelompok psikoterapi analisis
transaksional yang dilakukan dalam layanan kesehatan di Inggris dengan
psikoterapi TA individu yang ditawarkan di klinik komunitas berbiaya rendah
antara 2011 dan 2014. Evaluasinya bersifat kuantitatif dan menggunakan
ukuran standar untuk depresi dan kecemasan diberikan setiap ses
Alat Ukur Penelitian Kuesioner Kesehatan Pasien Depresi (PHQ-9) Skala
PHQ-9 adalah ukuran laporan diri singkat untuk mendeteksi keparahan gejala
depresi pada populasi umum.
Analisis Data yang Lama Terapi
Digunakan Meskipun jumlah sesi yang berbeda tersedia untuk kelompok (16) dan terapi
individu (24), jumlah sesi yang dihadiri klien sangat mirip untuk keduanya.
Klien menghadiri rata-rata 12,9 sesi kelompok dan 13,5 sesi individu.
Hasil • Hasil dianalisis untuk klien dalam rentang klinis untuk depresi (PHQ-
9 10) dan kecemasan (GAD-7 8). Analisis menunjukkan penurunan
skor rata-rata pada akhir terapi dalam analisis kumpulan data
keseluruhan (Tabel 2), terapi kelompok (Tabel 3), dan terapi individu
(Tabel 4).
• Chi-kuadrat menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada p
<0,05 di RCSI antara kelompok: PHQ X2 (2, N 138) 0,118, p > 0,05;
GAD X2 (2, N 138) 0,605, p > 0,05).
• Dimana skor dasar untuk klien dalam kelompok dan terapi individu
serupa, skor pasca menunjukkan perubahan yang lebih besar pada
kelompok terapi individu. Ukuran efek dihitung menggunakan Stiles,
Barkham, Mellor-Clark, dan Connell (2008), dan ukuran efek yang
besar ditemukan untuk terapi kelompok dan individu; ukuran efek
besar di atas 0,8. Dari keduanya, terapi TA individu memiliki ukuran
efek yang sedikit lebih besar. Ini berarti bahwa besarnya perubahan
lebih besar dalam terapi individu daripada terapi kelompok, yang
menunjukkan bahwa klien melaporkan perubahan yang lebih besar
dalam terapi individu.
• Perbedaan antar sampel. Sebuah uji t independen dilakukan untuk
menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara terapi
kelompok dan individu untuk orang-orang yang mendapat skor di atas
batas klinis untuk PHQ dan GAD. Uji t menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam hasil antara kelompok TA dan terapi
individu (p <0,05), dan ukuran efek kecil dihitung untuk hasil ini.
Ukuran efek uji-t dihitung menggunakan Cohen's d for t test (1988) di
mana hasil 0,3 atau di bawahnya menunjukkan ukuran efek yang kecil
(Tabel 5).
• Tabel 6 menunjukkan bahwa terapi TA individu dalam sampel ini
menghasilkan peningkatan yang lebih sering untuk depresi (PHQ-9),
sedangkan terapi kelompok menghasilkan peningkatan yang lebih
sering dan penurunan kecemasan yang lebih sedikit (GAD-7) dan
penurunan yang lebih sedikit. Hubungan antar kelompok pada
variabel-variabel ini diuji dengan chi-kuadrat, dan tidak ada perbedaan
signifikan yang ditemukan: PHQ X2 (2, N¼138)¼0,118, p > 0,05;
GAD X2 (2, N¼ 138) 0,605, p > 0,05.
Interpretasi Analisis hasil untuk kedua sampel menunjukkan bahwa psikoterapi analisis
transaksional yang dipraktikkan dalam kelompok atau terapi individu
menghasilkan hasil yang baik dan ukuran efek yang besar untuk klien dalam
rentang klinis untuk depresi dan kecemasan. Tingkat perubahan yang dapat
diandalkan dan signifikan secara klinis (RCSI) untuk depresi dan kecemasan
(RCSI individu untuk depresi: individu 44,1%, kelompok 41,4%; untuk
kecemasan: individu 36,8%, kelompok 37,1%) konsisten dengan kesehatan
umum hasil layanan untuk CBT (RCSI sebesar 40,3%) serta tingkat kerusakan
(Layanan Kesehatan: 6,6%; kelompok TA untuk depresi 7,1%, untuk
kecemasan 4,3%; terapi individu TA untuk depresi 7,4%, untuk kecemasan 7,4
%). Hasil ini sangat signifikan mengingat persentase yang tinggi dari kumpulan
data yang bersaing untuk ukuran hasil yang menunjukkan keandalan. Terapi
individu memiliki ukuran efek yang sedikit lebih tinggi secara keseluruhan dan
sedikit lebih banyak perbaikan untuk depresi, sedangkan terapi kelompok
memiliki hasil yang sedikit lebih baik untuk kecemasan dan penurunan yang
lebih sedikit.
• Penelitian ini menunjukkan bahwa analisis transaksional sebagai
terapi individu atau kelompok memiliki hasil yang baik dalam
pengobatan depresi dan kecemasan sedang, konsisten dengan hasil
terapi perilaku kognitif untuk gangguan ini dalam layanan kesehatan
Inggris.
• Hasil penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
psikoterapi analisis transaksional kelompok dan individu. Akan
menarik untuk mereplikasi penelitian ini pada skala yang lebih besar
dan untuk menyelidiki kemanjuran penuh dari kedua model
pengobatan.
• Meskipun hasil untuk terapi kelompok dan individu serupa, penelitian
kuantitatif sendiri tidak dapat memberi kami informasi tentang
pengalaman klien atau bagaimana pilihan terapi kelompok analisis
transaksional memengaruhi hasil. Penelitian kualitatif lebih lanjut
akan sangat membantu untuk mengembangkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang proses ini dan mendukung pengembangan layanan
yang memenuhi kebutuhan dan preferensi masing-masing klien.
Kritik • Penelitian ini memiliki keterbatasan dari jenis metodologi
• Contoh relative kecil
• Tanpa kelompok kontrol dan randomisasi terbatas
• Tidak dapat mencapai kesimpulan tentang
Kajian Pembanding Treating perinatal mental illness with transactional analysis psychotherapy—
A narrative inquiry
Referensi Sage.Journal
Van Rijn, B., & Wild, C. (2016). Comparison of Transactional Analysis Group
and Individual Psychotherapy in the Treatment of Depression and Anxiety.
Transactional Analysis Journal, 46(1), 63–74.doi:10.1177/0362153715615115
https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0362153715615115?icid=int.sj-
challenge-page.citing-articles.1
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/capr.12456

5. Jurnal Internasional

Judul Mendidik: Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajar


Jurnal Pendekatan Konseling Analisis Transaksional untuk Mengembangkan
kesadaran Diri Remaja
Penulis Mathla ‘ul Anwar
Tahun 2018
Volume No.dan Hal. 4 No 2. Hlm 99-108
reviewer • MARIA SABU BAREK AKAMAKING
• GRAICELLA MUTIRA WERE NGGALAMANU
• DESNAWATI HNING
• LESTY ANGELITA JO
• RANY YULIANI LOTE ADE
• RIFALDY PONG
• KAYUS MULYA A. LOBO
Tanggal diakses 18 Maret 2022
(http://jm.ejournal.id/index.php/mendidik/article/download/50/44/)
Masalah yang dikaji • Kesadaran diri remaja
Tujuan penelitian • memiliki tujuan untuk mengembangkan kesadaran diri pada siswa
kelas XI SMA Negeri 2 OKU tahun pelajaran 2016/2017
Teori yang di gunakan • Aspek penampilan. Menurut Cash (2002) penampilan atau body image
ditafsirkan sebagai suatu cara individu dalam memandang dirinya,
bukan yang tampak oleh orang tetapi yang terdapat pada tubuhnya
sendiri. Pada aspek penampilam terdapat beberapa bagian dari
penampilan atau body image yang dapat diamati antara lain adalah
evaluasi penampilan (appearance evaluation), orientasi penampilan
(Appearance orientation), dan kepuasan terhadap bagian tubuh (body
area satisfaction).

• Aspek tindakan atau Perilaku. Averill (1973) memberikan pandangan


bahwa tindakan atau perilaku adalah kemampuan individu dalam
memberikan respon terhadap stimulus. Adapun beberapa bagian dari
tindakan atau perilaku adalah kontrol perilaku (behavior control),
kontrol kognitif (cognitive control), dan kontrol keputusan (decisional
control).

• Aspek Percakapan adalah proses komunikasi antar pribadi yang


melibatkan komunikator (pemberi pesan) dan komunikan (penerima
pesan) secara verbal dan nonverbal yang saling memberikan pengaruh
(Gufron & Risnawati, 2010; Devito, 1997). Beberapa bagian yang
dapat diamati didalam aspek percakapan antara lain adalah
keterbukaan (oppeness), empati (empathy), dan kesetaraan (equality).

Subjek penelitian Siswa kelas XI SMA Negeri 2 OKU tahun pelajaran 2016/2017
Metode pengumpulan Peneliti ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Kuasi
data Eksperimen.
Alat ukur penelitian Alat ukur peneliti menggunnakan eksperimen semu
Analisis data yang Metode analisis yang digunakan adalah uji t-test
digunakan
Hasil • Hasil pengumpulan data terhadap 210 siswa kelas XI SMA Negeri 2
OKU Tahun Pelajaran 2016/2017 menunjukkan gambaran umum
tentang kualitas kesadaran diri yang dimiliki para siswa yang akan
disajikan sebagai berikut:
Kategori Rentang Frekuensi Persentase Rata-
Skor rata
Skor
Tinggi X ≥149 88 42% 147,75
Sedang 100 < X ≤ 149 122 58%
Rendah X ≤ 100 0 0%
Total 210 100%

• Tabel 1 menjelaskan bahwa, menjelaskan bahwa, secara umum


kesadaran diri siswa kelas XI SMA Negeri 2 OKU tahun pelajaran
2016/2017 mayoritas berada pada kategori sedang, dan tidak adanya
siswa yang berada pada kategori rendah. Namun berdasarkan
perhitungan ditemukan fakta lainnya yaitu, dengan skor atau nilai rata-
rata perolehan siswa 147,75 terdapat 111 atau 53% siswa memiliki
skor atau nilai dibawah rata-rata tersebut, data ini mengindikasikan
adanya kesenjangan pada kesadaran diri yang dimiliki oleh siswa, serta
menjelaskan bahwa para siswa tersebut memiliki kecederungan belum
sepenuhnya mampu untuk mengarahkan pikiran, tindakan dan
mengevaluasi diri sendiri atau dapat dimaknai bahwa para siswa
memiliki kecenderungan kesadaran diri yang belum berkembang
secara optimal.
Interpretasi • Kesadaran diri yang dimiliki siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ogan
Komering Ulu mayoritas berada pada kategori sedang. Hasil ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kecenderungan
perkembangan kesadaran diri yang belum optimal, ditinjau dari aspek-
aspek kesadaran diri yang diamati dan diukur yaitu pada aspek
penampilan, tidakan atau perilaku, percakapan, pikiran, emosi dan
sikap. Sehingga kesadaran diri yang dimiliki siswa kelas XI SMA
Negeri 2 Ogan Komering Ulu perlu untuk dikembangkan ke arah yang
lebih optimal, agar para siswa menjadi pribadi yang memiliki
kesadaran diri yang tinggi, sehingga dapat dikategorikan sebagai
pribadi atau individu yang sadar diri.
• Prosedur konseling analisis transaksional yang dirancang, dan didasari
atas pertimbangan (judgement) yang dilakukan oleh pakar bimbingan
dan konseling dapat digunakan untuk mengembangkan kesadaran diri
siswa dalam setiap aspek-aspeknya. Konseling analisis transaksional
yang dirancang dalam setting kelompok, dilakukan selama 8 (delapan)
sesi atau pertemuan, dan menggunakan teknik-teknik yang terdapat
dalam analisis transaksional antara lain: kontrak perilaku, metode
didaktik, analisis struktural, analisis skenario (script), analisis
transaksional, dan permaian peran. Hasil penelitian menujukan bahwa
konseling analisis transaksional terbukti efektif untuk
mengembangkan kesadaran diri siswa.
kritik • Metode yang di gunakan masih sederhana
• Dalam jurnal ini alat ukur yang digunakan masih sangat sederhana.
• Cara penyajian hasilnya belum maksimal
• Butuh penelitian lebih lanjut tentang penelitian ini agar lebih detail dan
akurat lagi
Kajian pembanding Konseling Kelompok Analisis Transaksional dalam Meningkatkan
Keterampilan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa
Referensi (http://jurnal.iicet.org/index.php/schoulid/article/view/445 )
6. Jurnal Internasional

Judul Kombinasi Terapi Analisis Transaksional dan Hipnoterapi dalam Perlakuan


terhadap Konflik Emosional: Studi Kasus di Iran
Jurnal Jurnal Internasional Studi Psikologi; Iran
Penulis Zeinab Bahrami & Atena Heidari
Tahun 2021
Volume,no & 13(1) 1-8
Halaman
Reviewer 1. Rany Yuliani Lote Ade
2. Lesty Angelita Jo
3. Graicella Mutiara W. Nggalamanu
4. Kayus Mulya Lobo
5. Maria Barek Sabu Akamaking
6. Desnawati Haning
7. Rifaldy Pong
Tanggal diakses 20 Maret 2022
Masalah yang di kaji Konflik emosional, hipnoterapi, analisis transaksional
Tujuan Penelitian Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk memperkenalkan bukti yang efektif
untuk menggunakan kombinasi teknik hipnoterapi dengan TA dalam
perawatan klien dengan konflik emosional. Meskipun studi saat ini hanya studi
kasus, tentu dapat membuka cakrawala baru bagi para peneliti untuk
melakukan lebih banyak studi eksperimental dan korelasional untuk
menemukan bukti yang lebih kuat tentang efektivitas perawatan tersebut.
Bahkan, terapis TA dapat memanfaatkan hipnosis sebagai jalan pintas
langsung dan efektif untuk mendeteksi keadaan ego anak klien seperti dalam
mengatasi pengaruh Parental yang dapat memberikan pesan negatif yang
menjadi hambatan untuk berubah. Oleh karena itu, artikel ini berfokus pada
pertanyaan apakah menggabungkan hipnoterapi dengan TA dapat mengobati
klien dengan konflik emosional. Subjek penelitian memberikan persetujuan
tertulis untuk laporan tersebut.
Teori yang digunakan • Teori Pengembangan
• Teori komunikasi
• Teori Psikoterapi
• Teori Psikoterapi
• Teori konseling
komunikasi (Hollins Martin, 2011), pengembangan (Callis, 1984; Nykodym,
Nielsen, & Christen, 2017),
komunikasi (Hollins Martin, 2011), pengembangan (Callis, 1984; Nykodym,
Nielsen, & Christen, 2017),
psikoterapi (Johnsson, 2011; Dixit & Ramachandran, 2019) pendidikan
(Joseph & Chacko, 2012; Mei, 2010) dan konseling
(Vinella, 2013; Ostvar, Shiroodi, & Karimi, 2018)psikoterapi (Johnsson,
2011; Dixit & Ramachandran, 2019) pendidikan (Joseph & Chacko, 2012;
Mei, 2010) dan konseling (Vinella, 2013; Ostvar, Shiroodi, & Karimi, 2018
Subjek Penelitian Seorang wanita berusia 38 tahun yang pernah mengunjungi klinik karena
konflik keluarga dengan suaminya.
Metode Pengumpulan Prosesnya dimulai dengan teknik relaksasi dan mengalami trance hipnosis
Data
Alat Ukur Penelitian Penulis tidak Mencantumkan Alat ukur yang digunakan
Analisis Data yang Analisis Transaksional digunakan untuk menyelesaikan konflik kognitif.
Digunakan Namun, pada akhir sesi keenam, terapis menyadari bahwa beberapa konflik
tetap tidak terselesaikan dan pasien tidak secara sadar menunjukkan kemarahan
dan kebencian terhadap ibunya. Oleh karena itu, terapis memutuskan untuk
menciptakan kembali Prinsip-prinsip Analisis Transnasional secara tidak
langsung melalui trance hipnosis dan menggunakan sintetis ini pendekatan
untuk bertindak secara emosional dan menyelesaikan konflik.
Hasil Intervensi pertama termasuk memanfaatkan konsep analisis transaksional
untuk menyelesaikan konflik kognitif klien. Faktanya, pada tahap ini, terapis
mencoba membiasakan klien dengan kondisi mental yang berbeda dan
menggambarkan struktur psikologis karakter klien dari sudut pandang analisis
transaksional. Tujuan akhir dari analisis transaksional adalah untuk membantu
pasien menyelesaikan konflik kognitif dan emosional mereka dengan keadaan
mental yang lebih sehat dan hubungan yang lebih tepat (Bern, 1988). Dalam
studi kasus ini, klien telah membentuk keterikatan yang tidak aman karena
kurangnya akses emosional dan fisik kepada ibunya, percaya bahwa dia bukan
orang yang baik, menyenangkan dan tidak pantas mendapatkan
perawatan dan cinta tanpa syarat dari ibunya (Solomon, 2003). . Hasil ini tidak
didasarkan pada kenyataan, namun itu adalah asumsi yang dibuat berdasarkan
keputusan awal individu (Johnson, 2011). Faktanya, klien menjadi sadar akan
fakta bahwa dia telah membatasi dirinya sendiri berkat strategi masa kecilnya
yang usang. Terlebih lagi, kebutuhan masa kecilnya yang tidak terpenuhi telah
menciptakan perasaan marah dan dendam yang mendalam terhadap ibunya.
Selain itu, masalah utama klien ini adalah bahwa kondisi mental anaknya
mungkin perlu menghadapi konflik ini dan tidak tahu bagaimana
menyelesaikannya. Perasaan agresif yang permanen telah tercipta di benak
klien karena pesan "Kamu bukan gadis yang baik". kebutuhan masa kecilnya
yang tidak terpenuhi telah menciptakan perasaan marah dan dendam yang
mendalam terhadap ibunya. Selain itu, masalah utama klien ini adalah bahwa
kondisi mental anaknya mungkin perlu menghadapi konflik ini dan tidak tahu
bagaimana menyelesaikannya. Perasaan agresif yang permanen telah tercipta
di benak klien karena pesan "Kamu bukan gadis yang baik".
kebutuhan masa kecilnya yang tidak terpenuhi telah menciptakan perasaan
marah dan dendam yang mendalam terhadap ibunya. Selain itu, masalah utama
klien ini adalah bahwa kondisi mental anaknya mungkin perlu menghadapi
konflik ini dan tidak tahu bagaimana menyelesaikannya. Perasaan agresif yang
permanen telah tercipta di benak klien karena pesan "Kamu bukan gadis yang
baik".
Pada terapi tahap kedua, terapis mencoba mendekati konflik emosional klien
dengan menggunakan hipnotis trance. Dia mencoba membantu anak batin
klien untuk menghadapi konflik ini dan menyelesaikannya. Oleh karena itu,
keberhasilan studi kasus ini karena penerapan kombinasi analisis transaksional
dan hipnoterapi. Setelah trans hipnotis, klien mengakui bahwa pohon di
belakang gadis kecil itu bersembunyi adalah ibunya. Tak perlu dikatakan
bahwa terapis tidak pernah menyebutkan hal ini kepada klien.
Mengidentifikasi kondisi mental membantu klien menghadapi kondisi mental
anaknya selama trance hipnosis. Dia mengungkapkan betapa marahnya dia
pada ibunya, dan begitulah cara dia memaafkan ibunya setelah bertahun-tahun.
Interpretasi Pengamatan klinis psikolog dan laporan klien tentang perilaku, emosi, dan
pikirannya membuktikan keefektifan terapi.
Studi kasus ini menunjukkan bagaimana analisis transaksional dapat
dikombinasikan dengan hipnoterapi. Mendorong konsep analisis transaksional
dalam trans hipnosis tentang konflik emosional membuat perubahan yang
mendalam dan stabil pada klien.
Kritik Keterbatasan penelitian ini adalah kurangnya bukti eksperimental yang
menyebabkan tidak dapat membahas hubungan sebab akibat dari analisis
transaksional dan hipnoterapi dalam menyelesaikan konflik emosional klien.
Namun, studi kasus ini dapat membuka jalan bagi penelitian masa depan yang
dapat mengurangi keterbatasan penelitian saat ini. Selain itu, kami
menyarankan kepada peneliti untuk meneliti dampak dari dua jenis terapi ini
dalam desain eksperimental pada tiga kelompok peserta.
Kajian Pembanding Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada tiga ego state,
konsep paling dasar dari TA. Berne .
Referensi Google scholar
Bahrami, Zeinab & Heidra, Atena. (2021). Kombinasi Terapi Analisis
Transaksional dan Hipnoterapi dalam Perlakuan terhadap Konflik
Emosional: Studi Kasus di Iran. Jurnal Internasional Studi Psikologi; Iran.
13(1) 1-8

7. Jurnal Internasional

Judul Analisis Transaksional Dalam Setting Kelompok


Jurnal E-journal Bimbingan dan konseling Ar-Rahman
Penulis Yuda Syahputra
Tahun 2019
Volume,no & 5(2) 123-130
Halaman
Reviewer 1. Desnawati Haning
2. Rany Yuliani Lote Ade
3. Lesty Angelita Jo
4. Graicella Mutiara W. Nggalamanu
5. Kayus Mulya Lobo
6. Maria Barek Sabu Akamaking
7. Rifaldy Pong
Tanggal diakses 16 Maret 2022 (https://ojs.uniska-bjm.ac.id)
Masalah yang di kaji • Proses analisis transaksional dalam kelompok
• Faktor-faktor apa saja yang digunakan analisis transaksional

Tujuan Penelitian Untuk menganalisis terapi transaksional dalam setting kelompok


Teori yang digunakan Teori Hakikat konseling dalam pendekatan analisis transaksional pemahaman
dalam berhubungan dengan orang lain (E. M..Berne,1975)
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian adalah: Siswa-Siswi
Metode Pengumpulan Metode yang digunakan adalah metode kualitatif,jenis penelitian ini adalah
Data penelitian kepustakaan,yaitu serangkaian penelitian yang berkaitan dengan
metode pengumpulan data perpustakaan,atau penelitian yang ojek
penelitiannya dieksplorasi melalui berbagai informasi perpustakaan (buku
atau jurnal ilmiah)
Alat Ukur Penelitian Alat ukur penelitian menggunakan observasi riset perpustakaan
Analisis Data yang Penelitian menggunkan metode kualitatif dan wawancara
Digunakan
Hasil Ada beberapa hasil yang di dapat yaitu:
• Transaksi komplementer (melengkapi)
Transaksi komplementer yaitu bila stimulus yang diberikn mendapat respon
yang diharapkan.jenis transaksi merupakan jenis terbaik dalam komunikasi
antar pribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka
pertukarkan,pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam
jenis sikap ego yang berbeda
• Transaksi menyilang
Transaksi menyilang yaitu bila respon terhadap stimulus tidk sperti yang
diharapkan.hal ini terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator tidak
mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang
adalah terputusnya komunikasi antar pribadi karena kesalahan dalam
memebrikan makna pesan.
• Transaksi terselubung
Jika terjadi campuran beberapa sikap diantara komunikator dengan komunikan
sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainya. Sikap
tersembunyi ini sebernarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi di
tanggapi lain oleh sipenerima.maksudanya adalah bila stimulus yang
tampaknya dewasa seharusnya diarahkan pada dewasa.
Interpretasi Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dalam konseling yang menggunakan
pendekatan analisis transaksional digunaka Teknik tertentu..teknik konseling
dalam AT konseling diarahkan kepada bagaimana klient bertransaksi dengan
lingkunganya.karena itu,dalam melakukan konseling ini konselor mmfokuskan
perhatian terhadap apa yang dikatakan klient kepada orang lain dan apa yang
dikatan orang lain kepada klient. Untuk itu,Teknik yang sering digunakan
dalam AT diantaranya adalah analisis struktur,analisis transaksional,analisis
mainan dan analis script (Widdowson,2009)
Kritik Dalam jurnal ini alat ukur yang digunakan masih sangat sederhana
Kajian Pembanding Pendekatan analisis meningkatkan motivasi belajar melalui analisis
transaksional
Referensi Jurnal konseling Pendidikan,Suhartiwi suhartiwi,Abdullah
(https://e-jounal.Hamzanwadi.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai