Kemampuan berkomunikasi guru sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Guru yang memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan baik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran (Suyitno, dkk.,
2021). Selain itu, kemampuan berkomunikasi juga bermanfaat untuk memudahkan guru dalam menyampaikan informasi-
informasi dari materi pembelajaran (Deshmukh, dkk., 2019). Kemampuan berkomunikasi yang baik oleh guru dapat diamati
dari kualitas pertanyaan yang disampaikan. DeJarnette, dkk. (2020) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai berbagai
pertanyaan yang diajukan guru memiliki potensi untuk menjadi sumber yang berharga bagi pendidikan dan pengembangan
profesional guru.
Guru merupakan seorang fasilitator di dalam proses pembelajaran. Peran guru memiliki dampak yang sangat besar
dalam meningkatkan aktivitas siswa (Vries, dkk. 2013; Huang, dkk. 2020). Salah satu peran yang dapat dilakukan guru adalah
memberikan pertanyaan yang efektif kepada siswa. Penggunaan pertanyaan yang tepat oleh guru dapat membangkitkan
pergerakan interaksi kelas di dalam proses pembelajan. Interaksi kelas tersebut dapat berupa aliran arus balik percakapan atau
turn taking yang dilakukan oleh guru dan siswa, khususnya dalam konteks pemberian pertanyaan guru.
Pertanyan guru memainkan peran penting dalam upaya membangun interaksi kelas serta membangun kemampuan dan
kebiasaan berpikir siswa di dalam proses pembelajaran. Penggunaan pertanyaan yang efektif oleh guru dapat ditinjau dari
bentuk pertanyaan yang diberikan guru. Bentuk pertanyaan yang diberikan oleh guru dapat mempengaruhu kualitas jawaban
yang diberikan oleh siswa. Stivers (2010) menyatakan bahwa bentuk pertanyaan dibagi menjadi tiga, yaitu pertanyaan ya/tidak,
1
2Jurnal Pendidikan, Vol..., No..., Bln Thn, Hal....-....
pertanyaan konten, dan pertanyaan alternatif. Berbagai bentuk pertanyaan tersebut digunakan oleh guru atas dasar tujuan yang
ingin diperoleh mengenai jawaban atau respons dari siswa.
Kualitas pertanyaan guru diharapkan mendorong siswa untuk dapat menggunakan kognitifnya. Guru hendaknya
memperhatikan kualitas pertanyaan, baik dari kualitas Low Order Thingking Skill (LOTS) maupun yang High Order Thingking
Skill (HOTS). Dalam proses pembelajaran, guru harus menyeimbangkan penggunaan pertanyaan kualitas rendah atau tinggi
guru (Swart, 2010). Furtak, dkk. (2018) menyatakan bahwa pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah
disampaikan dapat diketahui oleh guru dengan memperhatikan penggunaan kualitas pertanyaannya. Pengetahuan mengenai
tingkat kognitif pertanyaan guru dapat digunakan pedoman berdasarkan taksonomi Bloom yang dikembangkan oleh Anderson
& Krathwohl (2001). Mereka mengembangkan tingkat kognitif menjadi enam tingkatan, yakni ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, evaluasi, dan cipta. Keenam tingkatan tersebut sekiranya telah dapat memuat secara lengkap mengenai kognitif
pertanyaan guru di dalam proses pembelajaran.
Tuturan pertanyaan guru kepada siswa memiliki berbagai tujuan dan fungsi. Kucuktepe (2010) menyatakan bahwa
pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran dapat berfungsi dalam hal melibatkan siswa berpikir dan melihat pemahaman siswa
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Dohrn & Dohn (2017) menyatakan bahwa fungsi pertanyaan guru, yaitu
mengetahui pemahaman siswa, permintaan, wacana monologis, klarifikasi, relasi, dan interaksi konteks. Dengan demikian,
pemberian pertanyaan oleh guru kepada siswa memiliki fungsinya masing-masing untuk mencapai suatu tujan dan memecahkan
suatu masalah.
Penggunaan berbagai pertanyaan dalam interaksi kelas dapat membantu guru memahami kondisi siswa dalam
memahami materi pembelajaran, mendengar pemikiran siswa, mendorong siswa agar tertarik dengan materi pembelajaran,
membangun antarhubungan pribadi dengan siswa, dan mengetahui keterlibatan siswa dalam kelas. Mengingat pentingnya
pertanyaan guru dalam interaaksi kelas, penelitian ini merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan. Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk pertanyaam guru, tingkat kognitif pertanyaan guru, dan fungsi pertanyaan
guru dalam interaksi kelas. Penelitian ini diharapkan dapat membantu para guru, kampus, dan pemerintah dalam
mempersiapkan guru yang berkompenten mengenai kemampuan berkomunikasi, khususnya penggunaan pertanyaan yang
efektif di dalam interaksi kelas.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, guna mendeskripsikan secara detail dan utuh mengenai bentuk pertanyaan,
tingkat kognitif, serta fungsi pertanyaan dalam tuturan guru. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang
bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena berbahasa yang terjadi secara alami. Kualitatif deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan fenomena tanpa ada intervensi dari peneliti dalam mengumpulkan data (Creswell, 2015). Data penelitian
berupa bentuk pertanyaan, tingkat kognitif, serta fungsi pertanyaan guru Bahasa Indonesia dalam interaksi kelas. Sumber data
penelitian seorang guru Bahasa Indonesia di SMK N 2 Malang.
Pengumpulan data dilakukan sebanyak lima kali pertemuan pada bulan Februari 2019. Instrumen utama penelitian, yakni
peneliti sebagai instrumen inti (human instrument). Adapun instrumen alat bantu dalam proses penelitian, seperti catatan
lapangan, smarthphone, serta panduan pengumpulan data. Teknik pengumpulan data terdiri dari simak bebas libat cakap, catat,
dan rekam. Adapun teknik analisis data menggunakan langkah-langkah yang diusulkan oleh (Creswell, 2015). Langkah
pertama, mengumpulkan data serta mentranskrip data yang telah direkam sesuai dengan tujuan penelitian. Kedua,
mengelompokkan data dan mempersiapkan untuk dianalisis. Ketiga, membaca ulang dan memastikan data sesuai dengan tujuan
penelitian. Keempat, melakukan kodefikasi data berdasarkan tujuan. Terahir, langkah kelima, menafsirkan dan mendeskripsikan
data.
HASIL
Penelitian terkait tuturan pertanyaan guru dalam interaksi kelas terdiri dari bentuk pertanyaan, tingkat kognitif
pertanyaan, dan fungi pertanyaan. Masing-masing hasil temuan mengenai tiga hal tersebut dipaparkan dalam tabel 1. sebagai
berikut.
Nurzafira, Nurhadi, Martutik, Tuturan Pertanyaan Guru 3
Tabel 1.Hasil Temuan Penelitian Bentuk, Tingkat Kognitif, Fungsi Pertanyaan Guru
Bentuk Perihal Penanda ‘Apa’, ‘Siapa’, ‘Bagaimana’, ‘Gimana’, ‘Mana’, ‘Di Mana’,
Pertanyaan ‘Mengapa’, ‘Kenapa’, ‘Adalah’, ‘Berapa’, ‘Disebut’, ‘Dinamakan’,
‘Bernama’, ‘Namanya’, ‘Yang Mana’
Ya/Tidak Penanda ‘Ya’ dan Pelesapan Penanda ‘Ya/Tidak’
Intonasi Naik di Akhir Kalimat Frasa, Kalimat yang Berdiri Sendiri, Pemenggalan Kalimat, Pemenggalan
Suku Kata
Alternatif Jawaban Penegas Kata Tanya (sudah/belum, pernah/tidak, punya/tidak, dll) dan Kata
Penghubung (‘atau’, ‘apa’, ‘sama’, ‘dan’)
Deklaratif Kalimat Pernyataan dan Kalimat Pengingkaran
Tingkat Ingatan Mengidentifikasi, Menyatakan, Mengemukakan Informasi, Mendefinisikan,
Kognitif Melanjutkan Suku Kata, Menyebutkan, Menelusuri, Meninjau, Menerjemah,
Pertanyaan Dan Membaca
Pemahaman Mendefinisikan, Menjelaskan, Mencirikan, Merinci
Aplikasi Memberi Contoh, Mengimplementasi
Analisis Membandingkan, Mengurutkan, Mendiagnosis, Membedakan,
Mengorelasikan, Menelaah
Inferensi Menyimpulkan
Evaluasi Mempertimbangkan, Melacak, Mengarahkan
Kreasi Memprediksi, Merancang, Mencipta
Fungsi Mengetahui Pengetahuan Apersepsi, Akademik, Interaksi Konteks, Pengembangan Kosakata,
Pertanyaan Pengarahan Jawaban
Meminta Informasi Fakta, Akademik, Pendapat
Meminta Konfirmasi Penegasan, Diagnostik, Dan Echo (Pengulangan Respons)
Menggali Alasan, Menambah Kuantitas, Menambah Kualitas (Klarifikasi)
Relasi Sapaan, Pembuka Percakapan, Humor, Basa Basi
Manajerial Memerintah, Menasihati
Wacana Monologis Fakta Yang Telah Diketahui, Ekspresi Heran, Ekspresi Bingung, Verifikasi
Berdasarkan temuan penelitian, bentuk pertanyaan guru diperoleh sebanyak lima bentuk. Kelima bentuk tersebut,
yakni perihal, ya/tidak, intonasi naik di akhir kalimat, alternatif, dan deklaratif. Mengenai masing-masing bentuk tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
Pertanyaan Perihal
Pertanyaanguru di bawah ini memiliki bentuk pertanyaan perihal berupa pola penanda kata ‘bagaimana’ berfokus di
awal kalimat. Bentuk pertanyaan tersebut dipaparkan sebagai berikut.
Percakapan di atas terdapat dalam kegiatan inti proses pembelajaran. Topik pembicaraannya mengenai karya tulis
ilmiah. Tuturan (1) guru memberi pertanyaan kepada salah satu siswa mengenai perbandingan struktur dari tiga jenis karya
tulis ilmiah, (2) siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Data tuturan (1) merupakan pertanyaan guru yang
memiliki bentuk perihal dengan pola penanda kata ‘bagaimana’berfokus di awal kalimat. Pola tersebut berupa kata tanya
‘bagaimana’ yang berada di awal tuturan pertanyaan guru. Penggunaan kata tanya tersebut oleh guru untuk
menanyakanperbandingan struktur dari masing-masing tiga jenis karya tulis ilmiah.
Pertanyaan Ya/Tidak
4Jurnal Pendidikan, Vol..., No..., Bln Thn, Hal....-....
Pertanyaanguru di bawah ini memiliki bentuk pertanyaan ya/tidakdenganpola penanda ‘ya’ diikuti partikel ‘kan’.
Adapun bentuk pertanyaan tersebut dipaparkan sebagai berikut.
Pertanyaan guru di bawah ini memiliki tingkat kognitif evaluasi dengan kata kerja melacak. Tingkat kognitif tersebut
di dalam pertanyaan guru dipaparkan sebagai berikut.
PEMBAHASAN
Pembahasan di bawah ini mengenai bentuk pertanyaan, tingkat kognitif, fungsi pertanyaan dalam interaksi kelas.
Adapun pembahasan mengenai tiga hal tersebut dipaparkan sebagai berikut.
disampaikan ke dalam bentuk pertanyaan deklaratif. Chłopicki (2019) menyatakan bahwa pertanyaan deklaratif dianggap
sebagai bentuk pertanyaan tidak resmi yang mempunyai struktur sintaksis pernyataan dan intonasi pertanyaan.
terkait materi pelajaran. Pertanyaan ini biasanya diberikan oleh guru untuk memeriksa jawaban yang diberikan siswa
berdasarkan pertanyaan guru sebelumnya, selain itu guru dapat menentukan kekuatan dan kelemahan informasi yang diberikan
siswa tersebut. San Jose (2016) menyatakan bahwa penalaran evaluasi bertujuan untuk menanyakan kredibilitas sumber
mengenai klaim dari informasi yang diberikan. Siswa telah mengetahui konsekuensi dalam memutuskan sesuatu untuk
menjawab pertanyaan guru berupa evaluasi. Menurut Widana (2017), evaluasi menuntut kemampuan siswa dalam
menggunakan logika dan penalaran dalam mengambil sebuah keputusan.
Ketujuh, pertanyaan kualitas HOTS dengan tingkat kognitif kreasi. Tingkatan kreasi merupakan sebuah tingkat
tertinggi di dalam ranah kognitif. Tingkatan ini merupakan hasil revisi Anderson & Krathwohl (2001). Menurut Maulia, dkk.
(2018), revisi dari taksonomi bloom memiliki pencapaian hingga tingkat mencipta yang dapat dijadikan sebagai indikator dalam
mengukur suatu ketercapaian pola pikir yang kritis dan kreatif berdasarkan tujuan pembelajaran. Pertanyaan guru dengan
kognitif kreasi menuntut siswa untuk menyusun rencana dalam memecahkan masalah, selain itu siswa harus membuat sebuah
gagasan atau ide baru berdasarkan hasil pemikiran mereka. Menurut Ramadhana, dkk. (2018), suatu hal dikategorikan dalam
ranah kreasi apabila menuntut kemampuan seseorang dalam memunculkan sebuah rencana atau saran dalam memecahkan suatu
masalah. Sejalan dengan pendapat tersebut, Virranmäki, dkk. (2020) menyatakan bahwa tingkat kognitif kreasi membutuhkan
pemikiran untuk mensintesis informasi atau fakta yang tersebar dipadukan menjadi sesuatu yang utuh dan orisinal.
menciptakan hubungan sosial antara guru dan siswa. Pertanyaan dengan fungsi relasi tidak terkait dengan konten akademik.
Keenam, fungsi manajerial. Dalam memahami fungsi pertanyaan manajerial biasanya harus memperhatikan konteks ketika
pertanyaan guru diberikan. Fungsi tersebut dalam pertanyaan guru digunakan untuk memandu tingkah langku siswa dalam
mengorganisasikan situasi kelas sehingga anggota kelas merasa tenang dan nyaman. Ernst-Slavit & Pratt (2017) menyatakan
bahwa fungsi pertanyaan ini untuk mengarahkan kembali tindakan dan perilaku siswa.Ketujuh, fungsi wacana monologis.
Pertanyaan wacana monologis atau retoris merupakan pertanyaan yang tidak memiliki harapan berupa jawaban atau informasi
dari mitra tutur. Dohrn dan Dohn (2017) menyatakan bahwa fungsi pertanyaan wacana monologis untuk mengilustrasikan
pemikiran guru ketika merenungkan masalah atau menyorot proses pemikirannya.
SIMPULAN
Pertanyaan guru kepada siswa dalam interaksi kelas dapat membuat siswa membagikan pengetahuan mereka,
mendiskusikan lebih lanjut terkait ide, mengetahui kualitas pemahaman siswa, serta mengaktifkan interaksi dalam proses
pembelajaran. Pertanyaan guru terserbut disampaikan ke dalam berbagai bentuk. Adapun temuan mengenai bentuk pertanyaan,
yaitu perihal, ya/tidak, intonasi naik di akhir kalimat, alternatif, dan deklaratif. Mayoritas bentuk pertanyaan guru dalam hasil
penelitian memiliki bentuk pertanyaan perihal. Semua bentuk pertanyaan guru tersebut disesuaikan dengan kegunaan dan
harapan guru mengenai jawaban yang akan diberikan siswa. Jawaban dari siswa tersebut dapat berupa penjelasan secara rinci
(terbuka) atau singkat (otentik/tertutup).
Pertanyaan guru ditinjau dari tingkat kognitifnya dapat dikategorikan menjadi dua hal, yaitu LOTS (ingatan,
pemahaman, aplikasi) dan HOTS (analisis, inferensi, evaluasi, kreasi). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pertanyaan
guru memiliki kualitas LOTS. Pertanyaan dengan kualitas LOTS menuntut siswa untuk mengingat materi atau fakta yang telah
diketahui sebelumnya. Adapun pertanyaan HOTS dapat membangkitkan pemikiran siswa ke arah yang lebih kritis sebab
jawabannya harus membutuhkan kognitif yang tinggi berdasarkan hasil pemikiran siswa itu sendiri. Walaupun demikian,
pertanyaan guru dengan kualitas LOTS merupakan sebuah pondasi atau dasar dari pemikiran siswa untuk menuju pengetahuan
yang lebih kompleks. Oleh sebab itu, kedua kualitas pertanyaan di atas memiliki dampak positif masing-masing dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Fungsi pertanyaan guru dalam interaksi kelas ditemukan sejumlah tujuh fungsi, yaitu mengetahui pengetahuan siswa,
meminta informasi, meminta konfirmasi, menggali, relasi, manajerial, dan wacana monologis. Mayoritas pertanyaan guru
memiliki fungsi mengetahui pengetahuan siswa. Adapun fungsi pertanyaan guru dalam interaksi kelas memiliki dua sifat, yaitu
akademik (mengetahui pengetahuan siswa, meminta konfirmasi, menggali, wacana monologis) dan nonakademik (relasi,
manajerial, wacana monologis). Fungsi pertanyaan guru yang bersifat akademik merupakan pertanyaan yang terkait dengan
kognitif/pengetahuan materi pelajaran. Sedangkan, fungsi pertanyaan guru dengan fungsi nonakademik merupakan pertanyaan
yang tidak memiliki konten materi pelajaran, seperti memperkuat hubungan antara guru dan siswa dan mengatur pergerakan
situasi kelas.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan guru sebagai tambahan pedoman guna keterampilan pedagogik mengenai pertanyaan
yang akan diberikan kepada siswa. Pemberian pertanyaan guru merupakan suatu cara untuk membantu guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, pertanyaan guru merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan di dalam interaksi kelas.
Bagi pihak lainnya, yakni peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan dari tujuan penelitian ini yang masih memiliki
kaitan dengan tuturan pertanyaan guru atau siswa. Peneliti selanjutnya disarankan juga dapat melakukan penelitian serupa
dengan subjek guru yang memiliki mata pelajaran berbeda-beda.
DAFTAR RUJUKAN
Albu, G. (2015). The Teacher and the Questions of Students: Case Study. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 187, 34–39.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.03.007
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing, a Bridged Edition. Boston, MA: Allyn and
Bacon.
Anggraeni, A. W. (2021). Pertanyaan Guru dalam Interaksi Kelas Autis. Malang: Universitas Negeri Malang.
Arievitch, I. M. (2020). Reprint of: The vision of Developmental Teaching and Learning and Bloom’s Taxonomy of educational objectives.
Learning, Culture and Social Interaction, 27(June), 100473. https://doi.org/10.1016/j.lcsi.2020.100473
Chłopicki, W. (2019). Declarative Questions in Polish Student Conversations. Journal of Pragmatics, (xxxx).
https://doi.org/10.1016/j.pragma.2019.03.003
8Jurnal Pendidikan, Vol..., No..., Bln Thn, Hal....-....
Creswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif & Desain Riset (3rd ed.; S. Z. Qudsy, ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
DeJarnette, A. F., Wilke, E., & Hord, C. (2020). Categorizing mathematics teachers’ questioning: The demands and contributions of teachers’
questions. International Journal of Educational Research, 104(October), 101690. https://doi.org/10.1016/j.ijer.2020.101690
Deshmukh, R. S., Zucker, T. A., Tambyraja, S. R., Pentimonti, J. M., Bowles, R. P., & Justice, L. M. (2019). Early Childhood Research
Quarterly Teachers ’ use of questions during shared book reading : Relations to child responses. Early Childhood Research Quarterly,
49, 59–68. https://doi.org/10.1016/j.ecresq.2019.05.006