Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pena Ilmiah: Vol.

2, No 1 (2017)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGGALI


INFORMASI DARI TEKS WAWANCARA DALAM BAHASA INDONESIA
TULIS DENGAN ROLE PLAYING (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV
B MI Ketib Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang)

Fauziatun Nazilah1, Prana Dwija Iswara2, Ali Sudin3

1,2,3
Program Studi PGSD UPI Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurrachman No. 211 Sumedang
1
fauziatun.nazilah@student.upi.edu
2
iswara@upi.edu
3
alisudin03@upi.edu

Abstrak
Data awal menunjukkan adanya permasalahan yang ditemukan di kelas IV B MI Ketib pada
saat pembelajaran Bahasa Indonesia materi menggali informasi dari teks wawancara.
Permasalahan ditemukan pada penilaian aktivitas dan hasil belajar siswa. Ditemukannya
permasalahan karena saat penyampaian materi pembelajaran, guru menggunakan metode
pembelajaran yang membuat siswa kurang bersemangat dan menjadi faktor penyebab
permasalahan. Tindakan perbaikan yang dilakukan ialah dengan menerapkan metode role
playing. Role playing merupakan cara untuk memancing motivasi dan mengeksplorasi
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran serta menjadikan pembelajaran lebih
interaktif. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Data awal menjelaskan
7 siswa tuntas atau 17,9% dari jumlah siswa 39. Tindakan dilakukan sebanyak tiga siklus
karena target baru tercapai pada siklus ketiga. Dari hasil penelitian yang didapat, maka dapat
disimpulkan bahwa role playing mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
menggali informasi dari teks wawancara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Kata Kunci: Role Playing, Menggali Informasi, Hasil Belajar.

PENDAHULUAN menulis.Komunikasi yang dimaksud menurut


Salahsatu keterampilan yang harus dikuasai Djuanda (2006, hlmn. 32) ialah suatu proses
siswa dalam mempelajari Bahasa Indonesia penyampaian maksud kepada orang lain
adalah membaca. Ia adalah salahsatu dari dengan menggunakan saluran
empat keterampilan yang disebut-sebut tertentu.Djuanda menyebutkan bahwa
sebagai keterampilan berbahasa atau komunikasi itu dapat berupa pengungkapan
keterampilan berkomunikasi, sebagaimana pikiran, persetujuan, keinginan untuk
yang disampaikan oleh Resmini dan Juanda menyampaikan informasi (Djuanda, 2006,
(2007, hlmn. 2) bahwa keempat hlmn. 33). Pada saat membaca, seseorang
keterampilan berbahasa meliputi dituntut untuk berinteraksi melalui
keterampilan menyimak/mendengar, teks/tulisan (Resmini dan Juanda, 2007,
berbicara, membaca dan hlmn. 71). Membaca oleh Linse (dalam
Abidin, 2015, hlmn. 133) diartikan bahwa

131
Fauziatun Nazilah, Prana Dwija Iswara

membaca merupakan seperangkat dari guru, tidak fokus dalam mengikuti


keterampilan berpikiruntuk menggali makna pembelajaran, dan melakukan kegiatan di
yang terkandung dalam bacaan. Abidin luar skenario yang guru rencanakan. Siswa
(2015, hlmn. 133) menjelaskan bahwa terlihat bosan dengan penyampaian materi
membaca didefinisikan sebagai proses yang dilakukan oleh guru. Dari hasil tes
pengolahan informasi yang kompleks. Ada belajar juga ditemukan masih banyak siswa
berbagai macam tujuan yang mengantarkan yang belum mencapai kriteria ketuntasan
seseorang membaca, di antaranya adalah minimal yang ditentukan. Peneliti
untuk menggali makna atau informasi dari menyimpulkan bahwa indikasi-indikasi
bacaan, sebagaimana yang diungkapkan masalah tersebut ada karena ketidak-
oleh Linse dan diperkuat oleh Abidin di atas. sesuaian metode pembelajaran yang
Salah satu kompetensi dasar yang harus digunakan dengan karakteristik serta
dikuasai siswa di bangku kelas IV adalah keadaan siswa di dalam kelas (kuantitas dan
menggali informasi dari teks wawancara fasilitas di dalam kelas). Perbaikan yang
tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan direncanakan adalah melalui Penelitian
serta kegiatan ekonomi dan koperasi secara Tindakan Kelas (PTK). Di dalam PTK ini, ada
mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan beberapa komponen dari pembelajaran yang
tulis dengan memilih dan memilah kosakata akan direkayasa demi tercapainya tujuan
baku. Pada kompetensi dasar ini jelas tidak pembelajaran. Komponen tersebut ialah
hanya memuat materi kebahasaan semata, metode pembelajaran. Pembelajaran akan
melainkan ada aspek pengetahuan sosialnya menggunakan metode bermain peran atau
yaitu pada materi pokoknya tentang usaha role playing untuk memancing motivasi
dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan siswa dalam belajar dan mengeksplorasi
koperasi. Aspek kebahasaannya ada pada pemahaman siswa terhadap materi
keterampilan menggali informasi dari teks pelajaran serta menjadikan pembelajaran
wawancara dengan bahasa lisan dan tulis lebih interaktif bagi guru dan siswa.
serta penggunaan kosakata baku. Role playing adalah suatu cara penguasaan
Data awal diambil dari siswa kelas IV B MI bahan-bahan pelajaran melalui
Ketib Kecamatan Sumedang Utara pengembangan imajinasi dan penghayatan
Kabupaten Sumedang dalam pembelajaran siswa (Huda, 2013, hlm. 209). Kegiatan ini
menggali informasi dari teks wawancara, dilakukan untuk mengembangkan imajinasi
hasilnya hanya ada 7 orang saja yang tuntas siswa dengan memerankan diri sebagai
dalam pembelajaran dengan KKM yang tokoh hidup atau benda mati. Skenario yang
sudah ditentukan. Selebihnya masih di disediakan oleh guru kemudian diperankan
bawah kriteria yang ditetapkan. Bahkan di oleh siswa. Siswa masih bisa melakukan
antara siswa-siswa yang masuk ke dalam improvisasi, namun tidak keluar dari batas
kriteria belum tuntas tersebut ditemukan skenario yang dibuat oleh guru. Jika dalam
siswa yang benar-benar belum mampu kegiatan role playing yang dicontohkan oleh
memahami informasi yang dibaca dalam Huda dilakukan oleh seluruh siswa dengan
teks wawancara yang disajikan.Sebagaimana kelompok-kelompok yang setiap kelompok
contoh siswa tersebut terlihat pada gambar terdiri atas 5 orang siswa, maka dalam
scanning hasil tes salah satu siswa pada penelitian ini, peneliti melakukan modifikasi
Gambar 1. yang disesuaikan dengan kebutuhan
Indikasi masalah terlihat dari aktivitas dan pembelajaran.
hasil belajar siswa. Dari aktivitas siswa
selama pembelajaran, ditemukan beberapa
siswa kurang memperhatikan penjelasan

132
Jurnal Pena Ilmiah: Vol.2, No 1 (2017)

Gambar 1. Hasil Tes Data Awal

Role playing dalam pembelajaran yang kegiatan role playing berperan sebagai
peneliti laksanakan adalah sebagai kegiatan pengamat atau audien yang boleh ikut
eksplorasi siswa untuk memancing terlibat dalam dialog wawancara. Dalam
pemahaman siswa mengenai kegiatan kegiatan role playing, selain teks wawancara
wawancara. Siswa yang bermain peran yang dibaca sebelum kegiatan role playing
disesuaikan dengan tokoh yang berdialog dilakukan, siswa juga diperbantukan dengan
dalam teks wawancara, sedangkan siswa media kartu peran yang berisi pokok-pokok
yang tidak mendapatkan peran dalam pikiran yang bisa mereka utarakan dalam

133
Fauziatun Nazilah, Prana Dwija Iswara

kegiatan role playing. Selain kegiatan role memperbaiki mutu praktik pembelajaran di
playing, peneliti menyisipkan kegiatan kelasnya”. Oleh Arikunto dkk. dipertegas lagi
pengamatan demi memahamkan siswa atas bahwa PTK ini berfokus pada proses belajar-
kegiatan wawancara. Kegiatan pengamatan mengajar yang terjadi di kelas, dilakukan
tersebut adalah menonton video tentang pada situasi alami dengan tujuan
kegiatan wawancara. Kegiatan pengamatan memperbaiki mutu pembelajaran, kegiatan
ini dilakukan sebelum LKS disebarkan kepada yang dilakukan haruslah berupa tindakan
siswa, sehingga siswa memiliki bekal yang diyakini lebih baik dari kegiatan-
pengetahuan tentang wawancara dan kegiatan yang biasa dilakukan. PTK ini
prosedur wawancara. merupakan suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan
METODE PENELITIAN tindakan-tindakan tertentu agar dapat
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini memperbaiki dan meningkatkan praktik
adalah kemampuan membaca siswa dalam pembelajaran di kelas secara lebih
materi menggali informasi dari teks profesional (Suherman, 2013, hlm. 59).
wawancara dengan memperhatikan Simpulannya, PTK ini merupakan
kosakata baku. Masalah ini merupakan pemunculan tindakan di dalam kegiatan
masalah yang terjadi di dalam pembelajaran belajar-mengajar atau pembelajaran yang
di kelas. Oleh karena letak masalah ini ada tindakan itu dikatakan berbeda dengan
dalam pembelajaran di kelas, maka kegiatan yang biasa dilakukan dengan tujuan
penyelesaiannya juga harus diselesaikan di tiada lain adalah untuk memperbaiki mutu
dalam kelas. Penyelesaian atau pemecahan atau kualitas proses dan hasil pembelajaran.
masalah tersebut maksudnya adalah Dalam PTK ini, tindakan perbaikan terus
perbaikan kualitas pembelajaran agar dilakukan hingga target yang ditentukan
kemampuan membaca siswa dengan dicapai. Target yang dimaksud ialah rumusan
memperhatikan kosakata baku khususnya masalah dalam penelitian ini. Rumusan
pada pembelajaran menggali informasi dari masalah yang dimaksud ialah kinerja guru
teks wawancara itu lebih baik atau dalam perencanaan pembelajaran yang
meningkat. Perbaikan yang dimaksud diberi target 90%, kinerja guru dalam
tentunya harus meliputi dua komponen pelaksanaan pembelajaran dengan target
utama pembelajaran, antara lain kinerja 95%, aktivitas siswa dengan target 80% dan
guru dan aktivitas siswa yang akhirnya hasil belajar siswa dengan target 90%.
berpengaruh pada hasil belajar sebagai Penelitian berlokasi di Madrasah Ibtidaiyah
tujuan pembelajaran. (MI) Ketib Kecamatan Sumedang Utara
Dari karakteristik masalah yang Kabupaten Sumedang. Lokasi dipilih dengan
tersampaikan di atas, maka metode yang pertimbangan bahwa di lokasi ini kuantitas
bisa dipilih ialah metode penelitian tindakan siswanya memenuhi jumlah yang
kelas (classroom action research). Seperti disyaratkan. Selain itu, lokasi ini jarang dilirik
yang dikatakan oleh Aqib bahwa penelitian oleh para peneliti. Kebanyakan dari peneliti
tindakan kelas merupakan suatu lebih memilih sekolah dasar negeri daripada
pencermatan terhadap kegiatan yang swasta, apalagi madrasah ibtidaiyah.
sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam Padahal, permasalahan tidak hanya ada di
sebuah kelas (Aqib, 2014, hlm. 13), atau sekolah-sekolah negeri saja. Di samping itu,
yang juga disebutkan oleh Arikunto dkk. berdasarkan penjelasan yang didengar
(2015, hlm. 124), bahwa penelitian tindakan bahwa proses dan hasil pembelajaran
kelas adalah “penelitian tindakan yang khususnya di kelas IV dirasa kurang
dilakukan oleh guru dengan tujuan maksimal. Berdasarkan alasan-alasan

134
Jurnal Pena Ilmiah: Vol.2, No 1 (2017)

tersebut, dipilihlah lokasi ini sebagai lokasi kegiatan wawancara dalam penelitian ini
penelitian.Subjek penelitian ini adalah siswa yaitu untuk mengetahui pendapat siswa
kelas IV B MI Ketib Kecamatan Sumedang terhadap proses pembelajaran dengan
Utara Kabupaten Sumedang tahun ajaran menerapkan metode role playing.
2016-2017 dengan jumlah siswa 39 orang. Pengambilan nilai siswa dilakukan pada saat
Siswa terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 15 proses pembelajaran berupa nilai proses dan
siswa perempuan. Subjek penelitian dipilih pada saat evaluasi pembelajaran berupa
berdasarkan pada proses dan hasil nilai tes akhir atau hasil tes evaluasi
pembelajaran kebahasaan berdasarkan pembelajaran. Catatan lapangan diisi oleh
penjelasan yang didengar masih belum peneliti (sebagai guru) dan observer yang
sesuai dengan harapan. membantu mengobservasi kegiatan
pembelajaran.
Teknik Pengumpulan Data
Data dapat diartikan sebagai keterangan Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
atau informasi yang diperlukan untuk Data yang telah dikumpulkan dengan alat
memecahkan suatu masalah (Maulana, pengumpul data yang dipilih, kemudian
2016, hlm. 3). Pengumpulan data dilakukan diolah dan dianalisis menyesuaikan dengan
dengan beberapa cara, di antaranya melalui alat pengumpul data yang digunakan. Data
observasi lapangan, wawancara dan yang diperoleh dalam pelaksanaan
pengambilan nilai siswa secara langsung penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data
dalam proses pembelajaran serta pada saat proses dan data hasil. Data proses meliputi
kegiatan evaluasi pada akhir pembelajaran. penilaian kinerja guru dan aktivitas siswa,
Selain itu pengumpulan data juga diambil penilaian proses melalui Lembar Kerja Siswa
dengan catatan lapangan. (LKS), wawancara terhadap siswa dan
Observasi dilakukan untuk memperoleh catatan lapangan. Sementara data hasil
keabsahan data yang didapat. Sebagaimana berupa hasil belajar siswa yang didapat
yang diungkapkan oleh Moleong (2012, hlm. melalui tes akhir pembelajaran.
174), “Jika suatu data yang diperoleh kurang Teknik penilaian data proses kinerja guru
meyakinkan, biasanya peneliti ingin dan aktivitas siswa yaitu dengan
menanyakannya kepada subjek, tetapi mencentang indikator-indikator yang ada di
karena ia hendak memperoleh keyakinan dalam lembar penilaian jika guru atau siswa
tentang keabsahan data tersebut, jalan yang memenuhi indikator lembar penilaian
ditempuhnya adalah mengamati sendiri tersebut. Sementara pada kegiatan
yang berarti mengalami langsung wawancara siswa, guru atau peneliti memilih
peristiwanya”.Observasi lapangan dilakukan siswa secara acak untuk mengetahui
terhadap kinerja guru dalam proses pendapat dari sudut pandang siswa
perencanaan serta pelaksanaan mengenai pembelajaran yang sudah
pembelajaran. Observasi lapangan juga dilakukan dengan menerapkan metode role
dilakukan terhadap aktivitas siswa di dalam playing tersebut. Catatan lapangan diisi oleh
pembelajaran. peneliti sebagai guru dan diisi juga oleh
Wawancara adalah percakapan dengan observer yang membantu mengamati dan
maksud tertentu (Moleong, 2012, hlmn. menilai proses pembelajaran. Guru dan
186). Wawancara dilakukan kepada observer menulis segala sesuatu yang terjadi
beberapa siswa yang dipilih secara acak di dalam pembelajaran yang dibutuhkan
untuk mewakili subjek penelitian secara untuk memperkuat data yang dikumpulkan
keseluruhan pada saat pembelajaran selesai peneliti.
dilaksanakan. Tujuan atau maksud dari

135
Fauziatun Nazilah, Prana Dwija Iswara

Data hasil diperoleh dari tes hasil belajar yang ketiga kesesuaian kalimat informasi
siswa. Tes terdiri atas 4 soal uraian. Di dalam yang disampaikan dengan teks wawancara
tes terdapat dua ranah penilaian, yaitu yang sudah dibaca siswa.
pengetahuan dan keterampilan. Pengujian Untuk menentukan tuntas atau belumnya
pada ranah pengetahuan tersebar di seluruh siswa mencapai target pembelajaran,
nomor soal, sedangkat pengujian pada ranah perlulah ditentukan kriteria ketuntasan
keterampilan terdapat di soal nomor 2. Skor minimal (KKM). KKM untuk mata pelajaran
maksimal soal nomor satu, tiga dan empat bahasa Indonesia kompetensi dasar 3.3
adalah 10, sedangkan soal nomor dua menggali informasi dari teks wawancara
memiliki skor maksimal sembilan puluh. tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan
Untuk soal nomor dua, ada tiga aspek yang serta kegiatan ekonomi dan koperasi dengan
menjadi bahan penilaian, yang setiap aspek bantuan guru dan teman dalam bahasa
memiliki skor maksimal 3 jika terpenuhi. Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan
Aspek yang pertama dinilai yaitu adanya tiga memilah kosakata baku adalah 80. Angka
kalimat informasi, aspek yang kedua ialah tersebut didapat dari perumusan yang
menggunakan kosakata baku, dan aspek tersaji pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.
Penentuan KKM Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas IV MI Ketib
Kriteria
KKM

Daya Intake
Kompleksitas
dukung siswa
80 90 70 80

Data yang terkumpul dan diolah kemudian masalah berkisar pada kinerja guru dalam
dianalisis dengan menggunakan penganalisis merencanakan pembelajaran dan dalam
data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah pelaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dalam proses pembelajaran, dan hasil
dengan data, mengorganisasikan data, belajar siswa. Penerapan metode role
memilah-milahnya menjadi satuan yang playing dalam pembelajaran menggali
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari informasi dari teks wawancara pada siswa
dan menemukan pola, menemukan apa yang kelas IV B MI Ketib mampu memberikan
penting dan apa yang dipelajari, dan dampak positif pada hasil belajar siswa.
memutuskan apa yang dapat diceriterakan Dampak positif juga dirasakan pada kinerja
kepada orang lain (Bogdan & Biklen, 1982, guru, pun pada aktivitas siswa. Hal tersebut
dalam Moleong, 2012, hlm. 248). dapat dilihat dari hasil pembelajaran siklus 1,
siklus 2 dan siklus 3 yang pemaparannya
HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai berikut.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian
yang diperoleh pada kelas IV B MI Ketib Perencanaan Pembelajaran
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Setelah dilakukan pengumpula data awal
materi menggali informasi dari teks dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
wawancara selama tiga siklus menjawab materi menggali informasi dari teks
rumusan masalah penelitian. Rumusan wawancara, ditemukan permasalahan

136
Jurnal Pena Ilmiah: Vol.2, No 1 (2017)

bahwa siswa kurang antusias dalam instrumen yang akan digunakan,


pembelajaran yang mengaplikasikan metode menyiapkan alat dan media pembelajaran
ceramah semata. Siswa cenderung bosan serta menyusun skenario/kegiatan
dan kurang semangat sehingga kurang pembelajaran.
memperhatikan pembelajaran. Oleh karena Pada siklus 1, pembelajaran Bahasa
itu, guru merekayasa pembelajaran dengan Indonesia dipadukan dengan mata pelajaran
menyisipkan metode pembelajaran role IPS, sehingga RPP yang dibuat disesuaikan
playing dalam proses eksplorasi dengan materi pelajaran yang dipadukan
pengetahuan siswa. Role playing dipilih juga. Pada siklus 2 dan siklus 3 juga
sebab dalam role playing, ada aktivitas yang demikian. Siklus 2, pembelajaran Bahasa
melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa Indonesia dipadukan dengan mata pelajaran
tidak hanya diam mendengarkan penjelasan Matematika, sedangkan pada siklus 3
guru. Dalam merencanakan pembelajaran, pembelajaran Bahasa Indonesia dipadukan
guru mempersiapkan perencanaan untuk dengan mata pelajaran SBdP. Setiap siklus
pelaksanaan pembelajaran berupa Rencana mengalami peningkatan dalam penilaian
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang kinerja guru pada tahap perencanaan
disesuaikan dengan tahapan metode pembelajaran. Berikut adalah hasil penilaian
pembelajaran role playing, menyusun kinerja guru dalam tahap perencanaan
Lembar Kerja Siswa (LKS), membuat alat pembelajaran yang dinilai oleh observer
evaluasi, mempersiapkan dan memvalidasi selama tiga siklus.

Tabel 2.
Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru Tahap Perencanaan Pembelajaran Siklus 1, 2 dan 3

Jumlah Kriteria Persentase


Pembelajaran
BS B C K Total
Siklus 1 - 5 - - 64,71%
Siklus 2 - 5 - - 73,53%
Siklus 3 4 1 - - 91,18%

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa atau siswa mengucapkan salam yang
persentase penilaian kinerja guru dalam dikomandoi oleh KM, siswa membaca do’a
merencanakan pembelajaran pada kemudian membaca surat-surat pendek
pembelajaran siklus 1 mencapai 64,71% saja. dalam Al-Qur’an secara bersama-sama.
Sementara pada perencanaan pembelajaran Pembelajaran dilanjutkan dengan guru
siklus 2 terjadi peningkatan yang tidak mengecek kehadiran siswa. Pada tahap
terlalu signifikan. Peningkatan hanya sekitar pelaksanaan siklus 1 ditemukan data bahwa
8% saja menjadi 73,53%. Sedangkan pada ada 2 orang siswa pindahan yang tidak
siklus 3, penilaian meningkat hingga termasuk datum. Siswa tidak termasuk
mencapai 91,18% dan hasil tersebut sudah datum sebab pada saat pelaksanaan
mencapai target yang ditetapkan dalam pembelajaran untuk pengambilan data awal,
penelitian ini. mereka tidak hadir/belum pindah ke kelas IV
B MI Ketib.
Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1
Tahap pelaksanaan dimulai dari saat guru diawali dengan penayangan video, meskipun
memasuki ruang kelas, mengucapkan salam pada saat penayangan, ada alat

137
Fauziatun Nazilah, Prana Dwija Iswara

pembelajaran yang tidak berfungsi kegiatan wawancara. Pembelajaran siklus 1,


sebagaimana mestinya sehingga video 2 dan 3 lalu dilanjutkan dengan penjelasan
ditayangkan secara seadanya. Berbeda mengenai kosakata baku dan penerapannya.
dengan siklus 1, pada pembelajaran siklus 2, Lalu tahapan kegiatan role playing dilakukan
penayangan video diurungkan, sebab alat dengan beberapa metode pemilihan
pembelajaran masih tidak bisa pemeran. Pada siklus 1, pemeran dipilih atas
dipergunakan. Sedangkan pada siklus 3, siswa yang mengajukan diri. Pada siklus 2,
video ditayangkan dengan lancar pemeran dipilih oleh guru atas dasar
sebagaimana yang direncanakan. keaktifan siswa, dengan mempertimbangkan
Pembelajaran siklus 1 dan 3 kemudian siswa yang mengajukan diri juga. Sementara
dilanjutkan dengan penjelasan tentang isi pada siklus 3, pemeran dipilih murni atas
dari video yang ditayangkan, sementara di siswa yang mengajukan diri. Berikut ini hasil
siklus 2, pembelajaran langsung masuk ke penilaian kinerja guru tahap pelaksanaan
dalam penjelasan istilah yang ada di dalam pembelajaran dari siklus 1 sampai siklus 3.

Tabel 3.
Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1, 2 dan 3

Jumlah
Persentase
Pembelajaran Kriteria
Total
BS B C K
Siklus 1 8 67,31%
Siklus 2 8 75%
Siklus 3 8 96,15%

Berdasarkan Tabel 3 tersebut terlihat bahwa sehingga keterlibatannya kurang di dalam


pada setiap siklusnya terjadi perubahan pembelajaran siklus 1 ini. Hal yang sama juga
persentase penilaian terhadap kinerja guru terjadi pada pelaksanaan pembelajaran
dalam pelaksanaan pembelajaran tiap siklus 2 dan siklus 3. Pada siklus 2, ada
siklusnya. Pada siklus 1 diperoleh persentase beberapa siswa yang masih memainkan
67,31%, pada siklus 2 meningkat menjadi handphone-nya ketika pembelajaran sudah
75% dan pada siklus 3 menjadi 91,18%. dimulai. Pada siklus 3 ada sekelompok kecil
Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi siswa yang sibuk dengan kartu gambarnya.
peningkatan persentase penilaian kinerja Namun pada siklus 3 ini, pembelajaran
guru terhadap pelaksanaan pembelajaran dikatakan cukup kondusif dengan
tiap siklusnya. diberlakukannya aturan agar siswa tetap
fokus di dalam pembelajaran atau guru
Aktivitas Siswa keluar dan tidak usah ada pembelajaran.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus 1, Aktivitas siswa yang dinilai adalah antusias
beberapa dari siswa kelas IV B MI Ketib ada siswa dalam belajar, tanggung jawab serta
yang tidak fokus dalam pembelajaran toleransi siswa dalam pembelajaran.

138
Jurnal Pena Ilmiah: Vol.2, No 1 (2017)

Tabel 4.
Rekapitulasi Penilaian Aktivitas Siswa Siklus 1, 2 dan 3

Kriteria Penilaian (%)


Pembelajaran Persentase Aktivitas Siswa (%)
A B C
Siklus 1 10,26 87,18 2,56 68,09
Siklus 2 42,11 57,89 0 80,41
Siklus 3 74,36 25,64 0 87,18

Data yang tersaji pada Tabel 4 tersebut diterapkannya metode role playing dengan
menunjukkan adanya perubahan aktivitas bantuan video dan kartu peran, pada siklus 1
siswa pada setiap siklus. Siklus 1, aktivitas terjadi peningkatan terhadap siswa yang
siswa dinilai mencapai 68,09%. Pada siklus 2 tuntas sesuai KKM. Perubahan dari hasil tes
naik menjadi 80,41% dan pada siklus 3 untuk data awal sampai siklus 1 ini cukup
meningkat menjadi 87,18%. Pada bagian ini signifikan hingga perbedaannya mencapai
diketahui bahwa dengan menerapkan 43%, yaitu 24 siswa yang dinyatakann
metode role playing dalam pembelajaran tuntas. Pada siklus 2, ketuntasan ini
Bahasa Indonesia dalam kemampuan meningkat tidak terlalu jauh, dari siklus 1
menggali informasi dari teks wawancara, bertambah 6 orang menjadi 28 orang siswa
mampu meningkatkan aktivitas siswa di yang tuntas atau 73,68%. Pada siklus 3
dalam pembelajaran sehingga memotivasi bertambah lagi hingga 37 siswa yang tuntas
siswa untuk memperhatikan dan ikut terlibat dan hanya 2 siswa saja yang belum tuntas,
dalam pembelajaran. dan ini menunjukkan bahwa metode role
playing dengan bantuan video dan kartu
Hasil Belajar Siswa peran ini meningkatkan hasil belajar siswa
Pada pelaksanaan pembelajaran untuk dalam menggali informasi dari teks
mengumpulkan data awal pembelajaran wawancara dengan memilih dan memilah
menggali informasi dari teks wawancara kosakata baku. Di bawah ini adalah data
dengan memilih dan memilah kosakata hasil belajar siswa selama siklus 1 hingga
baku, hanya ada 7 siswa saja yang tuntas siklus 3.
sesuai dengan KKM yang ditetapkan yaitu
80,00. Artinya, baru 17,95% saja ketuntasan
yang dicapai oleh siswa kelas IV B MI Ketib
dalam pembelajaran menggali informasi dari
teks wawancara dengan memilih dan
memilah kosakata baku ini. Setelah

139
Fauziatun Nazilah, Prana Dwija Iswara

Tabel 5.
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus 1, 2 dan 3

Ketuntasan (Jumlah Siswa) Ketuntasan(%)


Pembelajaran
T BT T BT
Siklus 1 24 15 61,54 38,46
Siklus 2 28 10 73,68 26,32
Siklus 3 37 2 94,87 5,13

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa ketuntasan Arikunto, S., dkk. (2015). Penelitian Tindakan
yang dicapai oleh kelas IV B MI Ketib dalam Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
pembelajan menggali informasi dari teks
wawancara dengan memilih dan memilah Djuanda, D. (2006). Pembelajaran Bahasa
kosakata baku dengan penerapan metode Indonesia yang Komunikatif dan
role playing ialah 61,54%. Pada siklus 2 Menyenangkan. Departemen
meningkat menjadi 73,68% dan pada siklus 3 Pendidikan Nasional.
mencapai 94,87%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa metode role playing Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran
dengan bantuan media video dan kartu danPembelajaran. Yogyakarta:
peran tepat diterapkan dalam pembelajaran Pustaka Pelajar.
menggali informasi dari teks wawancara
dengan memilih dan memilah kosakata baku Maulana. (2016). Statistika dalam Penelitian
berdasarkan hasil belajar siswa kelas IV B MI Pendidikan: Konsep dasar dan Kajian
Ketib pada keterampilan menggali informasi Praktis. Sumedang: UPI Sumedang
selalu mengalami peningkatan di setiap Press.
siklusnya hingga melebihi target ketuntasan
yang ditentukan. Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
DAFTAR PUSTAKA Rosdakarya.
Abidin, Y. (2015). Pembelajaran Multiliterasi.
Bandung: PT Refika Aditama. Resmini, N. dan Juanda, D. (2007).
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Aqib, Z. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung:
Bandung: Yrama Widya. UPI Press.

Suherman, A. (2013). Penelitian Pendidikan.


Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

140

Anda mungkin juga menyukai