Anda di halaman 1dari 5

Perka BPS Tentang KBLI, secara bertahap KBLI 2005 dan KBLI versi

sebelumnya, harus ditinggalkan dan tidak berlaku lagi.

Sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi yang semakin beragam,


dan rinci, penyusunan KBLI terus disempurnakan. Upaya yang dilakukan antara
lain dengan melakukan pemantauan tentang kondisi perubahan kegiatan
ekonomi yang ada, menerima masukan yang berkaitan dengan KBLI dari unit
kerja, ataupun instansi terkait, mengintensifkan sosialisasi KBLI baik internal
Badan Pusat Statistik (BPS) maupun ekternal BPS untuk meningkatkan
pengenalan dan pemahaman KBLI, serta menyediakan suatu fasilitas teknologi
informasi dalam bentuk jaringan website KBLI (CYBER FORUM) KBLI dalam
rangka memfasilitasi komunikasi interatif antara BPS sebagai custodian dari
KBLI dengan pengguna KBLI.

Dengan semakin strategisnya peranan dan penggunaan KBLI, yang tidak


hanya dirancang untuk keperluan analisis ekonomi, pengambilan keputusan dan
pembuatan kebijakan, tetapi juga digunakan sebagai dasar penentuan
kualifikasi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan dasar penentuan kualifikasi
perijinan investasi, maka perlu adanya peraturan yang dijadikan dasar
penggunaan KBLI dalam bentuk Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik (Perka
BPS). Dengan adanya Perka BPS tersebut maka seluruh kegiatan ekonomi
menurut kelompok lapangan usaha yang ada di Indonesia sudah merujuk pada
kode Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia tahun 2009.

2. Cakupan KBLI

KBLI mengklasifikasikan seluruh aktivitas/kegiatan ekonomi kedalam


beberapa lapangan usaha yang dibedakan berdasarkan pendekatan kegiatan
yang menekankan pada proses dari kegiatan ekonomi dalam menciptakan
barang/jasa, dan pendekatan fungsi yang lebih melihat pada fungsi pelaku
ekonomi dalam menciptakan barang/jasa. Unit usaha tidak dibedakan menurut
status kepemilikan, jenis badan hukum, atau modus operasi. Unit-unit produksi
yang melakukan kegiatan ekonomi yang sama diklasifikasikan pada kelompok
KBLI yang sama, tanpa melihat apakah unit produksi tersebut merupakan
bagian dari suatu perusahaan berbadan hukum atau tidak, swasta maupun
pemerintah, atau perorangan, bahkan apakah berasal dari enterprise yang
terdiri lebih dari satu establishment atau bukan. Klasifikasi menurut jenis

12 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)


kepemilikan, jenis organisasi, atau modus operasi dapat saja dibuat terpisah
dari KBLI. Dalam kegiatan industri pengolahan, pada KBLI juga tidak
membedakan apakah kegiatan ekonomi suatu perusahaan industri dilakukan
dengan mesin atau dengan tangan, dilakukan di pabrik atau di rumah tangga,
tercakup sebagi industri modern atau tradisional, juga tidak membedakan antara
produksi formal atau informal. KBLI hanya mengelompokkan unit produksi
menurut kelompok jenis kegiatan produktif, bukan mengklasifikasikan per jenis
komoditi barang dan jasa.

3. Kegiatan ekonomi

Istilah ’kegiatan’ diartikan sebagai suatu proses. Suatu kegiatan ekonomi


terjadi bila sumber-sumber produksi seperti bahan baku/penolong, tenaga kerja,
peralatan, dan teknik produksi, dikombinasikan untuk menghasilkan barang dan
jasa tertentu. Jadi, kegiatan ekonomi ditandai dengan adanya suatu input, suatu
proses produksi, dan suatu output. Menurut konvensi, suatu kegiatan ekonomi
didefinisikan sebagai suatu proses yang mengkombinasikan berbagai sumber-
sumber produksi untuk menghasilkan satu set barang-barang yang homogen.
Dalam KBLI, suatu kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang-barang yang
sama tersebut dikategorikan dalam suatu klasifikasi kegiatan yang dinamakan
kelompok.

Satu kegiatan ekonomi yang di definisikan diatas dapat terdiri dari :

a) Satu proses sederhana, contoh industri pertenunan

b) Serangkaian dari beberapa sub-proses, yang masing-masing sub-


proses mungkin termasuk dari kelompok KBLI yang berbeda,
contoh : industri mobil. Meskipun kegiatan pembuatan mobil terdiri
dari beberapa sub-proses, misalkan mencetak, menempa,
mengelas, merakit, mengecat, dan sebagainya, namun kegiatan
tersebut dianggap sebagai satu kegiatan ekonomi, karena proses
produksinya merupakan satu kesatuan yang paling berkaitan.
Begitu pula, bila industri mobil tersebut membuat bagian-bagian
khusus dari mobil, seperti mesin, gear boxes, dan peralatan
lainnya, yang merupakan suatu kesatuan kegiatan pembuatan

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 13


mobil, maka keseluruhan proses tersebut masih tercakup sebagai
satu kegiatan ekonomi.

Mengingat kegiatan ekonomi hanya menghasilkan satu produk akhir, maka


penentuan kegiatan utama dari kegiatan ekonomi tersebut dengan mudah dapat
diidentifikasi. Berdasarkan kegiatan utama tersebut, kelompok lapangan usaha
dari kegiatan ekonomi bersangkutan dapat pula dengan mudah ditentukan.
Penentuan kegiatan utama suatu proses produksi tidak selalu dapat dengan
mudah ditentukan, misalnya pada satu proses produksi yang sama (bahan
bakunya sama, dikerjakan oleh pekerja yang sama, dan dilakukan dengan
peralatan yang sama), yang menghasilkan dua atau lebih barang yang berbeda.
Dalam proses produksi seperti itu, proses produksi dari salah satu barang yang
dihasilkan tersebut harus ditetapkan sebagai kegiatan utama/primer, dan proses
produksi yang menghasilkan barang lainnya harus ditetapkan sebagai kegiatan
sekunder. Penentuan kegiatan utama dari proses produksi tersebut biasanya
ditentukan berdasarkan nilai tambah terbesar, atau nilai produksi terbesar, atau
dari nilai jual terbesar dari barang yang dihasilkan.

Lebih lanjut, kegiatan suatu unit produksi perlu pula dibedakan antara
kegiatan utama dan kegiatan sekunder dengan kegiatan penunjang. Kegiatan
penunjang diperlukan untuk mendukung kegiatan utama dan kegiatan sekunder.
Kegiatan penunjang ini antara lain berupa kegiatan pembukuan, transportasi,
pergudangan, pembelian, promosi, penjualan, jasa kebersihan, perbaikan dan
perawatan, keamanan, dan sebagainya. Dengan demikian, hasil dari kegiatan
penunjang ini menghasilkan jasa-jasa, atau mungkin berupa barang, yang
keseluruhannya atau sebagian besar dimanfaatkan untuk kelancaran kegiatan
ekonomi unit produksi yang bersangkutan. Mengingat kegiatan penunjang
merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam bentuk satuan usaha
tersendiri, walaupun kegiatan penunjang tersebut dilakukan pada lokasi berbeda
yang mempunyai catatan sendiri, maka kegiatan penunjang ini tidak dapat
dihitung untuk menentukan kelompok kegiatan dari unit produksi tersebut.
Contoh paling jelas mengenai satuan usaha yang melakukan kegiatan
penunjang adalah kantor administrasi pusat yang lebih dikenal sebagai ’kantor
pusat’.

Meskipun demikian ada beberapa ’kegiatan penunjang’ yang tidak dapat


dianggap sebagai kegiatan penunjang. Kegiatan tersebut adalah :

14 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)


a) Memproduksi barang atau mengerjakan pekerjaan yang
merupakan bagian dari pembentukan modal tetap.

b) Kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, yang sebagian


besar dari barang atau jasa tersebut dijual di pasar, walaupun
sebagian diantaranya dipakai sebagai konsumsi antara dari
kegiatan utama dan kegiatan sekundernya.

c) Menghasilkan barang yang menjadi bagian fisik dari produksi akhir


dari kegiatan utama atau kegiatan sekunder. Misalnya produksi
kotak, botol, minuman, atau yang sejenisnya dari unit produksi lain
yang termasuk satu enterprise, yang digunakan sebagai
pembungkus untuk produk akhir suatu unit produksi.

d) Penelitian dan pengembangan. Kegiatan ini tidak universal dan


kegiatan ini tidak menyediakan jasa yang dapat dikonsumsi pada
kegiatan berproduksi pada saat sekarang.

Semua ’kegiatan penunjang’ tersebut, bila datanya tersedia secara terpisah,


harus diklasifikasikan secara tersendiri.

Dalam beberapa hal, suatu unit menjual barang atau jasa atas nama
mereka sendiri tetapi produksinya, seperti proses perubahan bentuk fisik dalam
kasus industri pengolahan, dilakukan secara penuh atau sebagian oleh pihak
lain melalui pengaturan kontrak tertentu. Bagian ini menguraikan bagaimana
unit yang terlibat dalam kesepakatan sedemikian harus diklasifikasikan dalam
KBLI.

Di bagian ini digunakan terminologi sebagai berikut:

a) “Prinsipal” adalah suatu unit yang masuk ke dalam suatu hubungan


yang sesuai kontrak dengan unit yang lain (dalam hal ini
pemborong yang disebut/dipanggil) untuk menyelesaikan beberapa
bagian atau semua dari proses produksi.

b) Pemborong adalah suatu unit yang menyelesaikan proses produksi


tertentu berdasarkan kesepakatan sesuai kontrak dengan

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 15


“prinsipal”. Kegiatan yang dilakukan oleh pemborong dilaksanakan
atas dasar balas jasa atau kontrak.

c) Subkontrak adalah suatu kesepakatan sesuai kontrak di mana


“prinsipal” mensyaratkan kepada pemborong untuk menyelesaikan
suatu proses tertentu (termasuk juga kegiatan pendukung).

“Prinsipal” dan pemborong dapat berkedudukan di wilayah ekonomi yang


sama atau berbeda. Kedudukan tersebut tidak mempengaruhi pengklasifikasian
salah satu dari unit ini.

Pengklasifikasian Pemborong

Pemborong yaitu unit yang menyelesaikan kegiatan atas dasar balas jasa
atau kontrak, yang pada umumnya diklasifikasikan dalam kategori KBLI yang
sama dengan unit yang memproduksi barang dan jasa tersebut untuk keperluan
mereka sendiri. Pengecualian ketentuan ini berlaku terhadap kegiatan
perdagangan, di mana disediakan kategori yang terpisah untuk kegiatan
subkontrak ini.

Pengklasifikasian “Prinsipal”

Subkontrak Sebagian Proses Produksi

Jika hanya sebagian proses produksi yang disubkontrakkan maka


“prinsipal” diklasifikasikan ke dalam kelas yang sesuai dengan kegiatan yang
mencerminkan proses produksi secara lengkap yaitu “prinsipal” diklasifikasikan
sebagaimana mereka sendiri menyelesaikan proses secara lengkap termasuk
pekerjaan yang disubkontrakkan itu sendiri.

Ketentuan ini tidak hanya untuk subkontrak kegiatan pendukung suatu


produksi, seperti kegiatan akuntansi atau komputer, tetapi juga berlaku untuk
subkontrak sebagian proses produksi inti, seperti sebagian proses produksi.

Subkontrak Keseluruhan Proses Produksi

Secara umum, “prinsipal” yang mensubkontrakkan keseluruhan proses


produksinya kepada pihak lain (pemborong) diklasifikasikan seolah-olah

16 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)

Anda mungkin juga menyukai