Anda di halaman 1dari 106

ANALISA PERENCANAAN MENARA SALURAN UDARA

TEGANGAN TINGGI TEGANGAN 150 KV JENIS DEAD END


TOWER TIPE DDR2

LAPORAN TUGAS AKHIR

Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar


Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

M IKHSAN PRATAMA P
03101001067

DOSEN PEMBIMBING 1 :
Ir. INDRA CHUSAINI SAN, M.S

DOSEN PEMBIMBING 2 :
Ir. H.ROZIRWAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
ii
iii
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : M IKHSAN PRATAMA PUTRA


NIM : 03101001067
Judul : Analisa Perencanaan Menara Saluran Udara Tegangan Tinggi
Tegangan 150 KV Jenis Dead End Tower Tipe DDR2

Menyatakan bahwa skripsi saya merupakan hasil karya sendiri didampingi


tim pembimbing dan bukan hasil penjiplakan/plagiat. Apabila ditemukan unsur
penjiplakan/plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik dari Universitas Sriwijaya sesuai aturan yang berlaku.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan dari siapapun.

iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya beserta Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup manusia
didunia sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Dalam penyusunan, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak , oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ir.Indra Chusaini San,M.S selaku dosen pembimbing Laporan
Tugas Akhir.
2. Bapak Ir.H.Rozirwan selaku dosen pembimbing Laporan Tugas Akhir
3. Bapak Ir. Helmi Hakki, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Sriwijaya.
4. Bapak M. Baitullah Al Amin,M.Eng selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Sipil Universitas Sriwijaya.
5. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Tata Usaha Teknik Sipil yang saya
hormati.
6. Ibu dan Bapak yang telah membesarkan,membimbing serta
menyekolahkan sampai sekarang, terima kasih juga atas do’a usaha
nasihat moril maupun materil yang diberikan. .
7. Teman-teman Sipil 2010 yang telah membantu berbagi ilmu, dan semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan ini.
Menyadari bahwa di dalam pembuatan laporan Tugas Akhir ini terdapat
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik serta koreksi dari Bapak/ibu Dosen
pembimbing, serta teman sekalian sangat lah diharapkan.
Akhir kata sangatlah diharapkan agar Laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi semua kalangan yang membutuhkan khusus nya
mahasiswa teknik sipil.

Indralaya, Juli 2017

Penulis
Scanned by CamScanner
RINGKASAN

ANALISA PERENCANAAN MENARA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI TEGANGAN


150KV JENIS DEAD END TOWER TIPE DDR2
Karya tulis ilmiah ini berupa skripsi, 2017

M Ikhsan Pratama Putra, Dibimbing oleh Ir. Indra Chusaini San, M.S dan Ir. H. Rozirwan M.T

Xii + 70 halaman, 25 gambar, 18 tabel, 5 lampiran

RINGKASAN

Pembuatan Menara Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) telah banyak di kota Palembang.
Namun, dikarenakan kebutuhan listrik masyarakat semakin meningkat tiap tahunnya, maka dibuat lagi
menara tambahan guna memberikan pasokan listrik yang disalurkan dari sistem sumber listrik kepada
masyarakat. Konstruksi menara terbuat dari baja profil yang disusun sedemikian rupa sehingga
merupakan suatu menara yang telah diperhitungkan kekuatannya. Pada perencanaan beban angin
menggunakan standar TIA/EIA-222-F Standard (Structural Standards for Steel Antenna Towers and
Antenna Supporting Structures) dan metode LRFD untuk menghitung kontrol kekuatan tekan dan
kekuatan tarik pada elemen stuktur. Untuk model struktur menara listrik didasarkan dari Perusahaan
Listrik Negara (SPLN). Material yang digunakan adalah baja dan beban yang ditinjau beban mati
berupa berat sendiri menara, berat kabel dan insulator, beban hidup dan beban angin. Kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian adalah untuk model menara saluran udara tegangan tinggi dengan
bentang kabel 100 meter ke arah gardu induk dan 350 meter ke arah jalur memenuhi persyaratan
berdasarkan standar PLN. Nilai gaya tekan maksimal pada kaki menara hasil output dari hasil analisa
struktur sebesar 47,8 ton dapat didukung pondasi tiang bor (borepile) dengan daya dukung izin tekan
sebesar 66,3 ton dan nilai gaya tarik maksimal sebesar 9,36 ton dengan daya dukung izin tarik sebesar
11,025 ton.

Kata kunci: Tower; SUTT; borpile; Baja

viii
SUMMARY

PLANNING ANALYSIS OF HIGH VOLTAGE 150KV OVERHEAD POWERLINE DEAD END


TOWER DDR2 TYPE
Scientific Paper In the form of Final Assignment, 2017

M Ikhsan Pratama Putra, Supervised by Ir. Indra Chusaini San, M.S and Ir. H. Rozirwan M.T

Xii + 70 Page, 25 pictures, 18 tables, 5 attachments

SUMMARY

Fabrication of high voltage Overhead Power line (SUTT) has been done in many places at the city of
Palembang. However, because the people's electricity needs are increasing every year, another tower
is created to provide the electricity supply that need to distributed from the power source system to the
community. Tower construction is made of profile steel arranged in such a way that it is a tower that
has been calculated its strength. the compressive strength and tensile strength of structural elements
calculated using wind load planning standards TIA / EIA-222-F Standard (Structural Standards for
Steel Antenna Towers and Antenna Supporting Structures) and LRFD method to calculate. For the
model of electric tower structure based on State Electricity Company (SPLN). Materials used is steel
and loads of dead load reviewed in the form of tower weight, cable weight and insulator, live load and
wind load. Conclusion that can be taken from the research is for high voltage air channel model model
with 100 meters to the Direction of substation and 350 meter toward the path fulfill the requirement
based on PLN standard. Maximum force value at tower feet result of result of structure analysis equal
to 47,8 ton can be supported by the foundation of drill pile (borepile) with support capacity of press
permit at 66,3 Ton and a maximum tensile force at 9.36 tons with a carrying capacity of 11,025 tons.

Keyword: Tower; SUTT; borpile; steel

ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ............................................................................................. ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Halaman Pernyataan Integritas............................................................................ iv
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi....................................................... v
Riwayat Hidup ...................................................................................................... vi
Kata Pengantar ...................................................................................................... vii
Ringkasan ............................................................................................................... viii
Summary ............................................................................................................... ix
Daftar Isi ................................................................................................................ x
Daftar Tabel ........................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ...................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran .................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Maksud dan tujuan penulisan ............................................................. 2
1.4 RuangLingkupPenelitian ............................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ....................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penelitian Terdahulu.......................................................................... 4
2.2 Menara Transmisi ............................................................................ 5
2.2.1 Tipe Menara ........................................................................... 5
2.2.2 Komponen Menara................................................ ................. 9
2.3 Struktur Rangka Menara.............. .................................................... 10
2.3.1 Baja......................................................................................... 10
2.3.2 Baut............... ......................................................................... 12
2.4 Pembebanan Pada Struktur Menara.................................................. 14

ix
2.5 Pondasi.............................................................................................. 16
2.5.1 Kapasitas Daya Dukung Pondasi............................................ 18
2.5.2 Kapasitas Daya Dukung tiang kelompok................................ 25
2.5.3 Kombinasi Pembebanan.......................................................... 25
2.5.4 Kontrol Reaksi Pondasi Terhadap Muatan Normal .............. 26
2.5.5 Kontrol Reaksi Pondasi Terhadap Muatan Normal................ 27
2.5.6 Pile cap.................................................................................... 27

BAB III Metodologi Penelitian


3.1 Studi Literatur................................................................................... 35
3.2 Pengumpulan Data............................................................................ 35
3.3 Pemodelan......................................................................................... 36
3.4 Analisa Perhitungan.......................................................................... 38
3.4 Pembahasan....................................................................................... 38
3.4 Kesimpulan...................................................................................... 38

BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN


4.1 Data Perhitungan.............................................................................. 41
4.2 Pembebanan Pada Menara................................................................. 42
4.3 Kombinasi Pembebanan Pada menara.............................................. 47
4.4 Kontrol Design................................................................................. 47
4.4.1 Batang Tekan.......................................................................... 49
4.4.2 Batang Tarik ........................................................................... 51
4.5 Perhitungan Sambungan................................................................... 53
4.6 Perhitungan Pondasi.......................................................................... 55
4.6.1 Daya Dukung Izin Tekan....................................................... 56
4.6.2 Daya Dukung Tiang Tarik .................................................... 61
4.7 Perencanaan Jumlah Tiang............................................................... 62
4.8 Kontrol Reaksi Tiang Tunggal terhadan beban tetap..................... 63
4.9 Kontrol Reaksi Tiang Tunggal terhadan beban darurat................. 64
4.10 Pile cap........................................................................................... 64
4.11 Pembahasan ................................................................................... 67

BAB IV KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan..................................................................................... 69
5.2 Saran .............................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tipe sudut belok menara 150 kV ...................................................... 7


2.2 Tipe sudut belok menara 275 kV dan 500 kV............... ................. 8
2.3 Beban Angin untuk menara ................................................................ 15
2.4 Intensitas gaya geser tiang ................................................................. 22
4.1 B eban angin sudut 00 ............................................................................ 46
4.2 B eban angin sudut 900 ......................................................................... 46
4.3 Rekapitulasi perhitungan rangka batang tekan.................................. 51

4.4 Rekapitulasi perhitungan rangka batang tarik................................ ...... 53

4.5 Rekapitulasi Sambungan struktur........................................................... 51

4.6 Reaksi Pada Joint Menara ....................................................................... 56

4.7 Gaya tarik pada Menara...... .................................................................... 56

4.8 Rekapitulasi data sondir SO1 .................................................................. 57

4.9 Gaya Geser Pada Tiang........ .................................................................. 60

4.10 Kapasitas Daya Dukung Berdasarkan Trezhagi ............................... 61

4.11 Kapasita Daya Dukung Berdasarkan Reisee dan Wright.................. 61

4.12 Perhitungan Tahan Uplift........ ................................................................. 62

4.13 Reaksi Gaya Dalam Kaki Tower..................................................... ........ 63

4.14 Ratio Batang Pada Menara......................................................................... 67

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Tower Sudut.................................................................................... .... 6
Gambar 2.2 Supension Tower ................................................................................ 6
Gambar 2.3 Dead End Tower ............................................................................. 7
Gambar 2.4 Komponen Menara ............................................................................. 9
Gambar 2.5 Pilecap ................................................................................................ 29
Gambar 2.6 Tampak Samping pilecap .................................................................... 30
Gambar 2.7 Tampak atas pilecap .......................................................................... 30
Gambar 2.8 Pototongan pilecap I ........................................................................... 31
Gambar 2.8 Pototongan pilecap II........................................................................... 32
Gambar 3.1 Tampak depan menara ....................................................................... 36
Gambar 3.2 Pemodelan sap ................................................................................. 37
Gambar 3.3 bagan alir Penelitian .......................................................................... 39
Gambar 3.4 bagan alir Pengolahan Data ............................................................... 40
Gambar 4.1 Menara Transmisi 150 Kv ................................................................. 41
Gambar 4.2 Denah Menara Transmisi 150 Kv...................................................... 41
Gambar 4.3 Beban Putus Pada Crossarm EW ....................................................... 48
Gambar 4.4 Beban Putus Pada Crossarm top ....................................................... 48
Gambar 4.5 Batang Tekan ............................. ....................................................... 49
Gambar 4.6 Batang Tarik ............................. ....................................................... 52
Gambar 4.7 Kalibrasi harga N pada pondasi........................................................ 59
Gambar 4.8 Grafik Hubungan N ............................................................................ 59
Gambar 4.9 Tampak atas Pondasi ......................................................................... 66
Gambar 4.10 Tampak Samping Pilecap ................................................................. 66
Gambar 4.11 Tampak atas Pilecap ....................................................................... 66
Gambar 4.11 Tampak atas Pilecap potongan B .................................................... 67

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Standar PT PLN (Persero) T5.004: 2010 Hal 7-15


Lampiran 2 : Standar TIA/EIA-222-F wind Direction Factor
Lampiran 3 : Ratio pada rangka batang hasil pengolahan sap
Lampiran 4 : Statical calculation untuk menara transmisi tipe Ddr
Lampiran 5 : Data Tanah

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada suatu sistem tenaga listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat
pembangkit listrik ditransmisikan kepusat-pusat pengatur beban melalui suatu saluran
transmisi, saluran transmisi tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran bawah
tanah, namun pada umumnya berupa saluran udara. Energi listrik yang disalurkan lewat
saluran transmisi udara pada umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga
mengandalkan udara sebagai media isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan
benda sekelilingnya, dan untuk menyanggah / merentang kawat penghantar dengan
ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat
penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa
disebut menara listrik, yang lebih dikenal dengan Menara SUTET atau SUTT.
Pembuatan Menara listrik sendiri telah banyak di kota Palembang. Namun,
dikarenakan kebutuhan listrik masyarakat semakin meningkat tiap tahunnya maka,
dibuat lagi menara tambahan. Menurut fungsinya, menara / tower listrik terbagi
beberapa macam yaitu tension tower, suspension tower, section tower dan dead end
tower. Dead end tower ini merupakan tiang akhir yang berlokasi didekat gardu induk
yang menghubungkan kabel dari jalur transmisi ke gardu induk.
Konstruksi menara terbuat dari baja profil yang disusun sedemikian rupa
sehingga merupakan suatu menara yang telah diperhitungkan kekuatannya disesuaikan
dengan kebutuhannya.
Salah satu yang akan menjadi pertimbangan pada pembahasan tugas akhir ini
adalah mengenai analisa struktur pada menara transmisi SUTT dimana salah satunya
adalah program yang digunakan pada tugas akhir ini adalah SAP 2000, dimana untuk
PLN sendiri menggunakan program analisa struktur yaitu Micro Strans Tower yang
menjadi tolak ukur PLN untuk mendesain menara transmisi baja, oleh karena itu dengan
menggunakan alternatif pilihan seperti SAP 2000 bisa mendesain menara transmisi
listrik dimana pada SAP 2000 akan didapatkan profil baja, baut baja yang sesuai dengan
menara baja yang akan didesain.
1
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian tersebut, setiap tower menanggung gaya yang berbeda dan dibangun
dilokasi yang berbeda pula. Dead end tower memiliki struktur yang berbeda dan hampir
sepenuhnya menanggung gaya tarik. Dengan kondisi demikian, bagaimana mendesain
dan menganalisis perhitungan pada struktur atas dan pondasi bawah menara transmisi
yang aman berdasarkan beban-beban yang berkerja ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan


Maksud dan tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini, antara lain :
a) Untuk menganalisa perhitungan struktur atas dan bawah menara transmisi
menara transmisi dead end tower tipe DDR2.
b) Merencanakan dimensi dan sambungan struktur baja serta pondasi menara
transmisi yang sesuai dengan persyaratan keamanan.

1.4 Ruang Lingkup Penulisan


Ruang lingkup penelitian pada tugas akhir ini yaitu menganalisa menara
transmisi dead end tower tipe DDR2 yang mengacu kepada SPLN T5.004: 2010 dengan
menggunakan bantuan SAP 2000 sebagai output sehingga didapatkan hasil yang
berguna untuk profil baja dan sambungan yang diperlukan serta merencanakan pondasi
sesuai dengan data tanah yang diberikan untuk perencanaan pondasi struktur tower.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, akan dibagi menjadi 5 bab dengan
pembahasan sebagai berikut :

BAB I. Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan,
dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.

BAB II. Tinjauan Pustaka

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
3

Membahas tentang landasan teori yang berasal dari pustaka atau berbagai literature
maupun yang berasal dari penelitian secara umum dan juga berisi rujukan kepada
penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

BAB III. Metodologi Penelitian


Berisi mengenai metode atau langkah – langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan
penelitian atau metode yang digunakan dalam menganalisis data yang didapat.

BAB IV.Hasil Analisis dan Pembahasan


Berisi tentang analisis, perhitungan dan hasil yang didapat.Hasil ini kemudian
dibandingkan dengan perhitungan atau perencanaan yang ada.

BAB V. Kesimpulan dan Saran


Berisi kesimpulan dari hasil analisis yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan serta
saran-saran untuk memperbaiki penelitian di masa mendatang.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian mengenai menara transmisi listrik telah dilakukan sejak lama dimana
penelitian ini membahas beban yang di tanggung oleh menara tersebut serta mengenai
distribusi-distribusi yang digunakan untuk mengolah data khsusunya data mengenai
beban angin.
Dalam jurnal berjudul “Perencanaan Struktur Menara Listrik Tegangan Tinggi”
oleh Teddy Ferdian, Yosafat Aji Pratama, dan Ronald Simatupang tahun 2013, Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, saluran udara tegangan
tinggi (SUTT) dan saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) adalah sarana yang
terbentang di Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi (ir. Suyono Sosrodarsono) udara
untuk menyalurakan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke gardu induk (GI). Gardu
induk masing-masing disalurkan melalui konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang
(tower) melalui insulator-insulator dengan sistem tegangan tinggi (30kV, 70kV,150kV)
atau tegangan ekstra tinggi (275kV,500kV). Metode penelitian untuk kontrol kekuatan
tarik dan tekan pada elemen struktur mengguakan metode LRFD dengan perangkat
lunak yang digunakan dalam penilitian ini adalah SAP2000, dan peraturan angin yang
digunakan adalah peraturan angin TIA/EIA-222-F standard.
Dalam jurnal yang berjudul “Analysis and Design of Multi Circuit Transmission
Line Tower” oleh Sakthivel. Tdan Sanjeevi. R dalam International Journal of Emerging
Technology in Computer Science & Electronics (IJETCSE) tahun 2015, menulis analisis
yang dilakukan dengan menggunakan STADD.PRO digunakan untuk mendesain tower
transmisi, merencanakan berat tower dan mendapatkan sudut tower dengan keadaan
wilayah yang potensi angin yang berbeda dan dengan keadaan kota yang sangat padat
sesuai keamanan yang memadai.Sama hal juga menurut Hendra Erinofiardi, dalam
jurnalnya yang berjudul“Analisa Defleksi Struktur Tower Transmisi Menggunakan
Metode Elemen Hingga” dimana menggunakan SAP 2000 v.14 untuk menganalisis
tower transmisi dengan menggunakan bantuan program untuk mengetahui sejauh mana
defleksi tower akibat beban yang ditanggung pada tower transmisi.

4
5

2.2 Menara Transmisi


Pada suatu sistem tenaga listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat
pembangkit listrik ditransmisikan ke pusat-pusat pengatur beban melalui
suatu salurantransmisi, saluran transmisi tersebut dapat berupa saluran
udara atau saluran bawahtanah, namun pada umumnya berupa saluran udara. Energi
listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya menggunakan
kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasi antara kawat
penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan untuk menyanggah / merentang
kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan
sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan
yang kokoh, yang biasa disebut menara listrik, yang lebih dikenal dengan Menara
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET).
Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi
tegangan tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang
paling banyak digunakan di jaringan PLN (Perusahaan Listrik Negara). Karenamudah
dirakit terutama untuk pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya,
harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah
tanah serta pemeliharaannya yang mudah.

2.2.1. Tipe Menara

Komponen utama dari Fungsi struktur pada sistem transmisi SUTT / SUTET
adalah Tiang (menara/tower).Tiang adalah konstruksi bangunan yang kokoh untuk
menyangga / merentang konduktor penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman
bagi manusia dan lingkungan sekitarnya dengan sekat insulator. Menurut fungsinya,
tiang / tower terbagi beberapa macam, yaitu:

Universitas sriwijaya
6

a. Tower sudut (angle tower)


Tower sudut adalah tiang penegang yang berfungsi menerima gaya tarik
akibat perubahan arah jalur transmisi yang mempunyai sudut belok sampai
90o untuk Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau Ekstra Tinggi
(SUTET).

Sumber : Google.com (http://www.scribd.com/doc/98733009/1-pedoman-sutt-sutet-180110#scribd)

Gambar II.1. Tower Sudut


b. Tower gantung (supension tower)
Tower yang digunakan untuk menyangga penghantar atau konduktor pada
kedua bentang untuk jalur transmisi yang relatif lurus dengan sudut belok
antara 0 sampai dengan 3 derajat untuk SUTT dan 0 sampai 5 derajat untuk
SUTET

Sumber : Google.com (http://www.skm-eleksys.com/2011/02/transmission-tower-types.html)

Gambar II.2. suspension tower

Universitas sriwijaya
7

c. Tower akhir (dead end tower)


Tower akhir adalah Tower penegang yang direncanakan sedemikian rupa
sehingga kuat untuk menahan gaya tarik konduktor-konduktor dari satu arah
saja. Tiang akhir ditempatkan di ujung Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) atau Ekstra Tinggi (SUTET) yang akan masuk ke switch yard Gardu
Induk (GI).

Sumber : (Data Pribadi)

Gambar II.3. Dead end Tower


Menurut sudut belok, tipe menara digolongkan pada tabel seperti berikut :

Tabel II.1. Tipe sudut belok menara SUTT 66 kV dan 150 kV


No Tipe Tower Sudut Belok Tipe insulator

1 AA 0–3 Gantung

2 BB 0 – 20 Tarik

3 CC 20 – 40 Tarik dengan Jumper

4 DD 40 – 60 Tarik dengan Jumper

5 EE 60 - 90 Tarik dengan Jumper

6 DDR 0 - 60 Tarik dengan Jumper

Sumber : (SPLN T5.004: 2010 halaman 7)

Universitas sriwijaya
8

Tabel II.2. Tipe sudut belok menara SUTT 275 kV dan 500 kV
No Tipe Tower Sudut Belok Tipe insulator

1 AA 0–5 Gantung

2 BB 0 – 10 Tarik

3 CC 10 – 30 Tarik dengan Jumper

4 DD 30 - 60 Tarik dengan Jumper

5 EE 60 - 90 Tarik dengan Jumper

6 FF Terminal tower tension 45 Tarik dengan Jumper


entry

Sumber : (SPLN T5.004: 2010 halaman 7)

2.2.2 Komponen Menara

Secara umum suatu menara/tower listrik transmisi terdiridari :

a. Pondasi, yaitu suatu konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower
(stub) dengan bumi.
b. Stub, bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan dengan
pemasangan pondasi dan diikat menyatu dengan pondasi.
c. Leg, kaki tower yang terhubung antara stub dengan bodi tower. Pada tanah
yang tidak rata perlu dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi leg,
sedangkan bodi harus tetap sama tinggi permukaannya
d. Common Body, badan tower bagian bawah yang terhubung antara leg dengan
badan tower bagian atas (superstructure). Kebutuhan tinggi tower dapat
dilakukan dengan pengaturan tinggi common body dengan cara penambahan
atau pengurangan.
e. Super structure, badan tower bagian atas yang terhubung dengan common
body dan cross arm kawat fasa maupun kawat petir. Pada tower jenis delta

Universitas sriwijaya
9

tidak dikenal istilah super structure namun digantikan dengan “K” frame dan
bridge.
f. Cross arm, bagian tower yang berfungsi untuk tempat menggantungkan atau
mengaitkan isolator kawat fasa serta clamp kawat petir. Pada umumnya cross
arm berbentuk segitiga kecuali tower jenis tension yang mempunyai sudut
belokan besar berbentuk segi empat.
g. Step bolt, baut panjang yang dipasang dari atas ACD ke sepanjang badan tower
hingga super structure dan arm kawat petir. Berfungsi untuk pijakan petugas
sewaktu naik maupun turun dari tower.

Sumber : (Data Pribadi)

Gambar II.4. komponen menara

Universitas sriwijaya
10

2.3 Struktur Rangka Menara

Struktur rangka meliputi baja, yang dimana terdapat ukuran batang dan simpul
hubung atau sambungan baut dari rangka batang baja dan komponen penunjang lainnya.

2.3.1. Baja

Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa
elemen lainnya, termasuk karbon dan memiliki beragam bentuk dan ukuran sesuai
dengan pengaplikasiannya. Dalam menara transmisi digunakan baja dengan profil L.
Adapun perhitungan yang didasarkan pada ASCE 10-97, yang meliputi kekuatan tarik
dan tekan dari baja yang digunakan nantinya dengan perumusan sebagai berikut :

2.3.1.1 Kekuatan Tarik Izin

Kekuatan tarik adalah tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh sebuah bahan
ketika direnggangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah atau terpisah. Kekuatan
tarik pada setiap benda berbeda. Beberapa bahan dapat patah begitu saja tanpa
mengalami deformasi, yang berarti benda tersebut bersifat rapuh atau getas (brittle).
Kekuatan tarik pada baja terjadi pada setiap permukaannya, sehingga didapat rumus :

Ta = Ae . fu ..................................................................................................................(2.1)

Keterangan :

Tn : tahanan nominal penampang

Ae : luas penanmpang efektif (mm2)

Fu : tegangan tarik putus (MPa)

Untuk konstruksi menara, dimana pada tiap propil dibuat lubang (hole) untuk
menyambungkan baja yang satu dengan yang lain, maka penjabaran rumus didasarkan
pada :

Universitas sriwijaya
11

a) Members connected at both legs


Hal ini, dimaksudkan pada bagian baja yang pada pada kedua sisi dilubangi
untuk menyambungkan baja yang lain, sehingga luasan baja menjadi :
𝑠2
An = Ag – t(dh n - ∑4𝑔)....................................................................................(2.2)

Keterangan :
Ag : gross area
dh : diameter lubang
n : jumlah baut
s : longitudinal spacing
g : transverse spacing
t : ketebalan
b) Members connected at one legs
Hal ini, dimaksudkan pada bagian baja yang dilubangi pada salah satu sisinya
untuk menyambungkan baja yang lain, sehingga luasan baja menjadi :

An = A + Bk.....................................................................................................(2.3)

Keterangan :

A : Area yang digunakan untuk sambungan


B : Outstanding area
1
K : 𝐵
1+0,35( )
𝐴

2.3.1.2 Kekuatan Tekan Izin


Kekuatan tekan adalah kapasitas dari suatu bahan atau struktur dalam menahan
beban yang akan mengurangi ukurannya. Beberapa bahan akan patah pada batas tekan,
beberapa mengalami deformasi yang tidak dapat dikembalikan. Kuat tekan izin yang
terjadi pada daerah yang terkena gaya tekan atau arean yang mengalami pengurangan
karena gaya axial. Rumus yang dapat dipakai dalam menentukan kuat tekan izin, yaitu:

Universitas sriwijaya
12

2
1 𝐾𝐿⁄𝑟 𝐾𝐿
Pn =[1 − 2 ( ) ] 𝐹𝑦; ≤ 𝐶𝑐 ..............................................................................(2.4)
𝐶𝑐 𝑟

2𝐸
Cc = 𝜋√𝐹𝑦..................................................................................................................(2.5)

Keterangan :
Fy : tegangan leleh (Mpa)
E : modulus elastisitas bahan berdasarkan ASCE No. 52
L : Panjang bahan Bahan (mm)
r : radius bahan (mm)
K : koefisien panjang efektif

2.3.2 Baut
Dalam penyambungan antara bahan baja untuk membuat suatu struktur rangka
perlu adanya benda yang dapat menyambungkan baja-baja tersebut, karena itulah baut
merupakan salah satu cara penyambungan yang dapat digunakan. Pada perencanaan
menara baut yang biasa dibuat untuk menahan gesekan. Dalam pengasumsiannya juga
sambungan baut menyebarkan gaya yang sama pada setiap bahan dan gaya ini akan
memberikan friksi yang cukup kuat yang disebut dengan proof load. Rumus mencari
proof load adalah dengan mengalikan luas daerah tegangan tarik dengan kuat leleh.
Rumus luas tegangan tarik:

𝜋 0,9743 2
As = 4 [𝑑𝑏 − ] ...................................................................................................(2.6)
𝑛

Keterangan :

As : Luas tegangan tarik

db : diameter nominal baut

n : jumlah ulir per mm

Universitas sriwijaya
13

Dalam pengaplikasiannya diameter area yang dilubangi dengan diameter baut harus
memiliki rasio ≤ 2. Untuk tekanan pada lubang baut harus seminimal mungkin dengan
kriteria sebagai berikut :

P ≤ 0,75 (L-0,5 dh) t Fu atau P ≤ 135dtFu .................................................................(2.7)

Keterangan :
L : jarak minimum dari pusat lubang ke tengah bahan (m)

d : diameter baut (m)


dh : diameter lubang (mm)
t : ketebalan bahan
Fu : gaya tekan minimum pada baut (Mpa)
Setelah perhitungan dilakukan maka dilakukan kontrol terhadap baut dengan
menggunakan:
Ru≤ ∅Rn .....................................................................................................................(2.8)

Ru : beban terfaktor
Rn : tahanan nominal baut

∅ : faktor reduksi (0,75)

2.3.3 Kontrol Batang Tarik dan Tekan


Setelah perhitungan dilakukan perlu adanya pengecekan yang didasarkan pada
acuan yang digunakan, untuk mengetahui apakah rencana pemakaian profil baja yang
diinginkan sesuai dan dapat menahan gaya atau beban yang terjadi pada profil tersebut.
Pengontrolan pada batang, yaitu :

a) Batang Tekan
Dalam pengontrolan batang tekan sama dengan batang tarik bahwa semua
komponen yang mengalami gaya tekan konsentris akibat beban harus memenuhi
syarat :
Pu≤ ∅Pn ...........................................................................................................(2.9)
Pu : gaya aksial terfaktor
Universitas sriwijaya
14

∅ : Faktor tahanan
Pn : tahanan nominal penampang
b) Batang Tarik
Dalam pengontrolan batang tarik mengikuti standar dinyatakan bahwa semua
komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial memenuhi syarat :
Tu≤ ∅Tn........................................................................................................(2.10)
Tu : gaya aksial terfaktor
∅ : faktor tahanan
Tn : tahanan nominal penampang

2.4 Pembebanan Pada Struktur Menara


Dalam merencanakan beban untuk suatu bangunan diharuskan memperhatikan
penggunaan beban-beban yang diijinkan dalam perencanaan tersebut. Beban yang terjadi
pada konstruksi menara rangka baja SUTT dan SUTET digunakan untuk menentukan
dimensi batang dan baut dari tower yang menentukan kekuatan menara pada kondisi
rencana pembebanan normal dan abnormal. Terdapat beberapa beban yang
diperhitungkan dalam dalam perencanaan struktur menara :
a. Beban Mati
Beban mati dari suatu menara transmisi adalah berat sendiri menara dengan
seluruh kelengkapannya, berat kawat penghantar dan kawat tanah, insulator
berikut serta beban lainnya jika ada, yang setiap saat selalu berada pada tower
tersebut.
b. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang ditimbulkan oleh angin yang mengenai
permukaan menara, konduktor dan insulator. Besarnya beban angin tersebut
mengacu pada InternationalIEC 60826, 2003 namun tidak boleh kurang dari
besaran tekanan angin minimum yang ditentukan dalam standar PLN T5.004:
2010. Tekanan angin minimum pada satu sisi permukaan yang digunakan untuk
menghitung beban kerja akibat angin pada konduktor, insulator dan menara
adalah sebagai berikut :

Universitas sriwijaya
15

Tabel II.3. Beban angin untuk menara transimisi


Beban Angin
Tegangan Tower (kg/m2) Kawat (kg/m2) Insulator (kg/m2)
SUTT 60 kV 180 40 60
SUTT 150 kV 180 40 60
SUTET 275 kV 235 71 95
SUTET 500 kV 245 73 107
Sumber : (SPLN T5.004: 2010 halaman 11)

c. Beban Khusus
Beban yang terjadi selama pembangunan, pemeliharaan dan beban untuk
menghindari untuk menghindari kerusakan beruntun pada jaringan transmisi.
Beban khusus ini adalah beban maksimum dan tidak dapat dianalisis secara
statik. Acuan yang digunakan dalam menentukan kriteria dan besarnya beban
khusu adalah IEC 60826, 2003 dan ASCE Manuals and Reports on Engineering
Practice No. 74, 1991.
d. Kombinasi Beban
Pada desain menara, perhitungan beban harus dilakukan dengan meninjau
kombinasi antara beban normal dan beban abnormal yang akan menentukan
ukuran dimensi batang dan baut dari menara.
1. Beban Normal
Kombinasi antara beban mati (beban permanen) dan beban angin (beban
acak) yang dianggap mungkin untuk terjadi secara bersamaan. Beban normal
yang diperhitungkan adalah beban vertikal, beban transversal dan beban
longitudinal. Beban vertikal terdiri dari berat sendiri menara, berat
konduktor, berat isolator. Beban transversal berasal dari tekanan angin
transversal pada bagian menara, konduktor, isolator serta akibat jalur
transmisi. Sedangkan beban longitudinal berasal dari perbedaan tarikan pada
seluruh kawat penghantar dan kawat tanah pada bentang yang bersebelahan.

Universitas sriwijaya
16

2. Beban Abnormal
Kombinasi beban mati, beban angin dan beban khusus tertentu yang
dianggap munkin untuk terjadi secara bersamaan. Beban abnormal yang
diperhitungkan terdiri dari beban vertikal, beban transversal, beban
longitudinal dan beban torsional yang diakibatkan oleh beban mati, beban
angin, serta beban khusus. Beban vertikal terdiri dari berat sendiri menara,
berat konduktor, berat isolator. Beban transversal berasal dari tekanan angin
transversal pada bagian menara, konduktor, isolator serta akibat jalur
transmisi. Sedangkan beban longitudinal berasal dari tarikan kawat
penghantar putus sedangkan beban torsial terjadi diakibatkan oleh tarikan
kawat penghantar putus pada satu sisi.

2.5 Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas meletakkan
bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (upper structure/super structure) ke
dasar tanah yang cukup kuat untuk mendukungnya. Untuk tujuan itu pondasi bangunan
diperhitungkan dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-
beban berguna dan gaya-gaya luar, seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain,
dantidak penurunan pondasi setempat ataupun penurunan pondasi yang merata lebih dari
batas tertentu.
Pada suatu menara pondasi yang dibuat harus kuat,karena jika tidak tower
tersebut akan roboh , pada pondasi akan bekerja tiga macam gaya yaitu :
a. Gaya vertikal yang disebabkan oleh berat konduktor dan fitting dan beratnya
tower itu sendiri.
b. Gaya transversal yang disebabkan oleh adanya tiupan angin.
c. Gaya tarikan konduktor yang dirasakan sepanjang konduktor.
Secara garis besar pondasi dapat dibagi menjadi dua jenis:

1. Pondasi Dangkal
Pondasi jenis ini biasanya dilaksanakan pada tanah dengan kedalaman tanah
tidak lebih dari 3 meter atau sepertiga dari lebar alas pondasi. Dengan kata lain,
pondasi ini diterapkan pada tanah yang keras atau stabil yang mendukung struktur

Universitas sriwijaya
17

bangunan yang tidak terlalu berat dan tinggi, dengan kedalaman tanah keras kurang dari
3 meter.Pondasi dangkal tidak disarankan untuk dilaksanakan pada jenis tanah yang
kurang stabil atau memiliki kepadatan tanah yang buruk, seperti tanah bekas
rawa/gambut. Adapun beberapa macam pondasi dangkal, yaitu :

a. Pondasi Memanjang
Pondasi memanjang digunakan mendukung dinding memanjang atau
sederetan kolom yang berjarak dekat sehingga bila dipakai pondasi telapak
sisinya akan berimpit satu sama lain Menahan beban satu kolom dan
menyalurkannya melalui dasar pondasi.

b. Pondasi Telapak (footing foundation)


Pondasi telapak adalah pondasi yang mendukung bangunan secara langsung
pada tanah pondasi. Pondasi telapak umumnya dibangun diatas tanah
pendukung pondasi dengan membuat suatu tumpuan yang bentuk dan
ukurannya (dimensinya) sesuai dengan beban bangunan dan daya dukung
tanah pondasi itu.(sumber: Ir.S,Suryono dan Kazuto Nakazawa,2000).

2. Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban struktur kelapisan tanah
keras yang letaknya sangat dalam. Jenis pondasi dalam antara lain pondasi tiang
pancang bor dan pondasi sumuran (Hary Christady, 1996). Pondasi dalam
mempunyai kedalaman lebih kurang 6,00 meter dari permukaan tanah asli.
Beberapa macam pondasi dalam :
a) Pondasi Tiang Bor
Pondasi dalam borpilemerupakan salah satu jenis pondasi yang sering
digunakan, karena tidak menimbulkan getaran pada saat pemasangannya.
Perbedaan tiang bor dengan tiang pancang adalah cara pembuatannya dengan
membor tanah, kemudian dipasang tulangan selanjutnya baru dicor dengan
beton.
b) Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang banyak digunakan pada struktur bangunan tinggi
ataupun sebagai pondasi pada dermaga dan jembatan. Daya dukung pondasi

Universitas sriwijaya
18

tiang pancang yang diperoleh dari skin friction dapat diaplikasikan untuk
gaya lateral yang ada.

2.5.1 Kapasitas Daya Dukung Pondasi


Dalam perencanaan pondasi dangkal dan dalam perlu adanya perhitungan
mengenai daya dukung pondasi. Daya dukung adalah kemampuan pondasi tersebut
dalam menahan beban yang terjadi padanya. Hal ini, yang menjadi pokok dalam
perencanaan pondasi. Berikut perhitungan daya dukung pondasi menurut cara dan
kedalamannya.

2.5.1.1 Statis Analitis


Daya dukung statis analitis lebih kepada perumusan dari seorang ahli yang
didasarkan pada riset uji lab. Rumus statis analitis untuk pondasi dapat berupa :
a) Pondasi Dangkal
Untuk menghitung daya dukung pondasi dangkal menurutHansen (1970) dalam
Bowles (1992) menyarankan persamaan daya dukung sebagai berikut :
qult = cNcScdcicgcbc+DfγNqsqdqiqgqbq+0,5γBNγsγdγiγgγbγ .....................................(2.11)
Bila, φ = 0 (tanah berbutir halus)
qu = 5.14 Su( 1+ S’c + d’c – i’c – b’c – g’c) + q
Keterangan :
Nc, Nq, N : Faktor Kapasitas Dukung pondasi

Sc, Sq, S : Faktor bentuk dasar pondasi

dc, dq, d : Faktor kedalaman dasar pondasi

ic, iq , i : Faktor kemiringan beban

bc, bq, b : Faktor kemiringan dasar pondasi

gc, gq, g : Faktor kemiringan tanah

b) Pondasi Dalam
Dalam perhitungan daya dukung pondasi dalam lebih kepada jenis tanah, yang juga
dikemukakan oleh Terzhagi, yaitu:

Universitas sriwijaya
19

▪ Tiang dalam tanah non kohesif


Perumusan untuk tanah non kohesif (granuler), yaitu:
Pult = (𝜎 ′ 𝑡 𝑥 𝑁𝑞 𝑥 𝐴𝑏) + (𝐾𝑑 𝑥 𝜎 ′ 𝑣 𝑥 𝑡𝑔. 𝛿 𝑥 𝐴𝑠).........................................(2.12)

Keterangan :
𝜎′𝑡 = tekanan overbuden di dasar tiang = ∑ 𝑦𝑖 𝑥 𝑧𝑖
Nq = faktor kapasitas dukung
Ab = luas penampang ujung tiang
Kd = koefisien tekana tanah lateral
𝜎′𝑣 = tekanan overbudenefektif pada tengah bentang
𝑡𝑔. 𝛿 = Luas selimut tiang
𝐴𝑠 = Sudut geser antara tiang dan tanah
▪ Tiang dalam tanah kohesif
Perumusan untuk tanah kohesif, yaitu :
Pult = Qu + Su
Pult = (9 x c Ab) + (𝛼 𝑥 𝑐 𝑥 𝐴𝑠).................................................................(2.13)
Keterangan :
c = nilai kohesi dari tanah
Ab = Luas penampang ujung tiang
𝛼 = Faktor adhesi antara tiang dan tanah
𝐴𝑠 = Luas selimut tiang

2.5.1.2 Formula Empiris


Pencarian daya dukung pondasi menggunakan statis empiris berdasarkan pada
dua tes yaitu sondir dan spt. Rumus empiris ini digunakan pada pondasi dalam. Sehingga
dapat dijabarkan sebagai berikut :

a) Cone Penetration Test (CPT)


Dari SNI2827:2008, pemeriksaan kekuatan tanah dengan sondir bertujuan untuk
mengetahui kekuatan suatu lapisan tanah berdasarkan pada perlawanan penetrasi konus

Universitas sriwijaya
20

dan hambatan lekat. Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap
ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Sedangkan hambatan lekat
adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya per satuan luas.
Perhitungan daya dukung pondasi dalam berdasarkan data hasil pengujian sondir
dapat dilakukan dengan metodede Ruiter dan Beringen(1979), untuk menghitung daya
dukung yang mana membedakan perhitungan untuk tanah lempung dengan tanah pasir,
yaitu :
Tanah Lempung
𝑞𝑐 (𝑡𝑖𝑝) 𝑞𝑐 (𝑡𝑖𝑝)
Qu = Ab(𝑁𝑐 )+ As(𝛽 ).....................................................................(2.14)
𝑁𝑘 𝑁𝑘

Tanah Pasir
qc1+ 𝑞𝑐2
Qu = Ab(𝑁𝑐 ).............................................................................................(2.15)
2
𝑞𝑐 (𝑠𝑖𝑑𝑒) 𝑞𝑐 (𝑠𝑖𝑑𝑒)
𝑓= ;𝑓= ; 𝑓 = 1.20 (𝑘𝑔/𝑐𝑚2 ) Nilai f yang dipakai adalah nilai f
300 400

yang minimum.
Keterangan :
Qb = tahanan ujung, ton
Ab = luas ujung tiang, kg/ cm²
Nc = faktor daya dukung = 9,
qc(tip) = nilai tahanan kerucut rata-rata yang hitungannya sama dengan metode
Schmertmann,
Nk = cone factor = 15 – 20.
β =adhesion factor,β = 1 untuk normally konsolidasi, β = 0,5 untuk over
konsolidasi,
qc(side)= nilai tahanan kerucut rata-rata sepanjang lapisan tanah.

Adapun besarnya daya dukung suatu pondasi tiang menurut Wesley (1977)
dipengaruhi luas dan keliling, nilai konus dan jumlah hambatan perekat (TF)
diformulasikan dengan rumus empiris dibawah ini :
𝑄𝑐 .𝐴 𝑇𝑓.𝑂
Qa = + .....................................................................................................(2.16)
3 5

Universitas sriwijaya
21

Keterangan :
Dimana (Qc dan Tf didapat dari hasil sondir)
A = Luas
O = Keliling tiang
3 dan 5 faktor keamanan
Qa = daya dukung yang diizinkan
Qc = nilai konus rata rata

b) Standard Penetration Test


Metode uji yang dilakukan secara bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui
perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik
penumbukan. Suatu pengujian yang ujungnya berupa konus dimasukkan kedalam tanah
dengan menjatuhkan beban dengan tinggi jatuh tertentu, dan jumlah pukulan yang
diperlukan untuk mendorong ujung tersebut dimana jumlah pukulan persatuan meter.
̅ rencana dari tanah
Pertama dalam perhitungan N-SPT adalah dengan mencari harga 𝑁
pondasi tiang diperoleh dengan :
̅ = 𝑁1+𝑁2 ..................................................................................................................(2.17)
𝑁 2

Keterangan:
N1 = harga N pada ujung tiang
N2 = harga rata-rata pada jarak 4D dari ujung tiang

Setelah itu dengan menggunakan grafik hubungan antara qd/n dengan nilai
̅ dan selanjutnya bisa mencari nilai qd.
ekivalen meka bisa didapatkan nilai qd/𝑁

̅ .........................................................................................................(2.18)
qd= 𝑋. 𝑁

Selanjutnya nilai qd tersebut dikalikan dengan luas dari tiang, hingga didapatkan
rumus :
Kapasitas Dukung Pada Ujung Tiang = qd x A .........................................................(2.19)

Universitas sriwijaya
22

Tabel 2.4. Intensitas Gaya Geser Dinding Tiang


Jenis tanah pondasi Tiang Pracetak Tiang yang dicor ditempat
𝑁 𝑁
tanah berpasir (< 10) (<12)
5 5

𝑁
tanah kohesif C atau N (<10) (<12)
5

Sumber :Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi (Ir. Suryono Sosrodarsono)

Untuk mencari gaya geser maksimum dinding tiang digunakan rumus sebagai
berikut :
Gaya Geser Maksimum Dinding Tiang = 𝑈 ∑ 𝑙𝑖 . 𝑓𝑖......................................(2.20)
Keterangan :
U = 3,14 x diameter tiang
∑ 𝑙𝑖 . 𝑓𝑖 = Jumlah gaya geser pada keliling tiang

Dilanjutkan dengan menghitung daya dukung ultimate dengan rumus :


Qult= qd x A + 𝑈 ∑ 𝑙𝑖 . 𝑓𝑖............................................................................................(2.21)

Dan terakhir untuk mencari daya dukung yang diijinkan dapat digunakan rumus :
𝑅𝑢
Qall= ......................................................................................................................(2.22)
𝑛

Mayerhoff (1956) menganjurkan formula untuk daya dukung tiang pancang sebagai
berikut:

Qu = 40Nb x Ap + 0,2 N x As ..................................................................................(2.23)

Keterangan :

Qu = Daya dukung ultimit pondasi tiang pancang (ton)


Nb = Harga N-SPT pada elevasi dasar tiang
Ap = luas penanampang dasar tiang (m2)
As = luas selimut tiang (m2)
N = harga N-SPT rata-rata

Universitas sriwijaya
23

2.5.1.3 Daya Dukung Tiang Dinamis


Pengujian dan perhitungan kapasitas ultimit tiang secara dinamis diambil dari
data pada saat tiang pancang sedang dalam proses maupun saat telah selesai
pemancangan. Ada beberapa metode atau Perumusan dalam daya dukung dinamis salah
satunya :
a) Metode Janbu (1953)
Dalam metode ini persamaan untuk menghitung daya dukung tiang dengan hasil
uji dari tes kalendering adalah
𝑒ℎ .𝑤𝑟 .ℎ
Qu = .....................................................................................................(2.24)
𝐾𝑢. 𝑆

Dengan :
𝜆
Ku= Cd [ 1 + (1 + 𝑐 )2 ]...............................................................................(2.25)
𝑑

Cd= 0,75 + 0,15 (Wp/Wr)............................................................................(2.26)


𝑒ℎ .𝐸
λ = 𝐴𝐸.𝑆ℎ2.𝐿 ........................................................................................................(2.27)

Keterangan :
Qu = kapasitas dukung tiang pancang (ton)
eh = efisiensi palu
wr = berat piston hammer (ton)
h = tinggi jatuhnya balok besi (m)
s = Penetrasi tiang pancang (cm)
A = Luas penampang tiang pancang(m2)
E =Modulus elastisitas tiang pancang (m)
L = panjang tiang pancang (m2)
Eh = Tenaga palu pabrik (Wr.h) (ton m)

b) Metode Danish
Perhitungan kapasitas daya dukung dengan Danish Formula, dengan rumus :
𝑛𝑥𝐸
Qu= 𝑛 𝑥 𝐸 𝑥 𝐿; 0,5
.........................................................................................(2.28)
𝑆+ ( )
2 𝑥 𝐴 𝑥 𝐸𝑝

Keterangan :
n = efesiensi tiang pancang

Universitas sriwijaya
24

E = Energi alat pancang


L = Panjang tiang pancang
Ep = Modulus elastisitas tiang
S = Penetrasi tiang pancang

2.5.1.4 Daya Dukung Tiang Tarik

Perhitungan pondasi khususnya daya dukung pondasi tidak selalu tentang tekan.
Ada gaya tarik yang dapat terjadi di pondasi, sebagai contoh pada menara transmisi yang
saling berhubungan satu sama lain, akan timbul tarikan bukan hanya pada struktur atas
tapi juga pada pondasinya. Sehingga, perhitungan daya dukung tarik pondasi diperlukan
dan dirumuskan dengan :
Tug = Tun + W..............................................................................................................(2.29)
Keterangan :
Tug = Daya dukung tarik bruto
Tun = Daya dukung tarik netto
W = Berat efektif tiang pancang
Untuk mencari daya dukung tarik netto tergantung pada kondisi tanah sebagai berikut :
a) Tanah Lempung
Penggunaan Metode Das Seeley (1982) dayaaa dukung tarik netto pada tanah
lempung dirumuskan dengan :
Tun= 𝐿𝑝𝛼Cu............................................................................................................(2.30)
Keterangan:
L = Panjang tiang pondasi
P = keliling penampang tiang
𝛼 = koefisien adhesi antara tiang dan tanah
Cu = koefisien kohesi

b) Tanah Pasir
Penggunaan Metode Das seeley (1982) daya dukung tarik netto pada tanah lempung
dirumuskan dengan :
1
Tun = 2 𝑝 𝛾 𝐿2 Kutan𝛿

Universitas sriwijaya
25

Keterangan :
Ku = Koefisien tarik
𝛿 = sudut friksi
𝛾 = berat volume basah

2.5.2 Kapasitas Daya Dukung Tiang Kelompok


Kapasitas daya dukung tiang pancang secara berkelompok memiliki daya dukung
tiang yang lebih besar dirumuskan dengan metode Converse-Labarre. Pada metode ini
dicari terlebih dahulu efediensi dari kelompok tiang yang akan ditinjau, seperti pada
rumus :
Efisiensi tiang menggunakan Metode Converse-Labarre :

(𝑛−1)𝑚+(𝑚−1)𝑛
𝑛=1− 𝜃 [ ]......................................................................................(2.31)
90𝑚 𝑛′

Keterangan :
m = jumlah tiang pancang dalam deretan baris

𝑛′ = Jumlah tiang dalam deretan kolom

𝜃 = arc tan (d/s) dalam derajat


d = diameter tiang (cm)
Setelah dihitung efisiensi, maka diperoleh kapasitas kelompok izin tiang:
Qizin grup = 𝑛tiang . Qtiang tunggal......................................................................................(2.32)
Dimana Qizin grup <P + W1 dengan keterangan sebagai berikut :

η : Efisiensi kelompok tiang.

ntiang: Jumlah tiang dalam deretan kolom.

W1 : P ditambah berat poer

2.5.3 Kombinasi Pembebanan


Kombinasi pembebanan yang digunakan dalam mengontrol reaksi yang terjadi
pada pondasi ada 11, yang dimana kombinasi 1 sampai dengan 10 adalah beban darurat
atau sementara,sedangkan kombinasi ke 11 adalah beban beban tetap yang ada di
pondasi. Kesebelas kombinasi pembebanan, yaitu :
Universitas sriwijaya
26

1. Kombinasi : 1,4 DL
2. Kombinasi : 1,2 DL + 1,6 DL
3. Kombinasi : 1,2 DL +1,0 LL + 1,0 EX + 0,3 EY
4. Kombinasi : 1,2 DL +1,0 LL + 1,0 EX - 0,3 EY
5. Kombinasi : 1,2 DL +1,0 LL - 1,0 EX + 0,3 EY
6. Kombinasi : 1,2 DL +1,0 LL - 1,0 EX - 0,3 EY
7. Kombinasi : 1,2 DL +1,0 LL + 0,3 EX + 1,0 EY
8. Kombinasi : 1,2 DL +1,0 LL + 0,3 EX – 1,0 EY
9. Kombinasi : 1,2 DL +1,0 LL + 0,3 EX – 1,0 EY
10. Kombinasi : 1,2 DL +1,0 LL – 0,3 EX – 1,0 EY
11. Kombinasi : DL + LL

2.5.4 Kontrol Reaksi Pondasi Terhadap Muatan Normal


Setelah dilakukan kontrol reaksi terhadap beban tetap yang terjadi pada pondasi
tiang maka dilakukan pengecekan dimana dilakukan pada tiang tunggal dan kelompok.

a) Tiang tunggal
𝑊 𝑀𝑦1𝑥 𝑀𝑥1𝑦
𝑉1 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ1𝑇𝑖𝑎𝑛𝑔 ± ± ……………………........................................(2.33)
𝛴𝑥 2 𝛴𝑦 2

Dengan V1 ≤ Qizin

Keterangan :
W1= PKolom ditambah berat poer (menggunakan kombinasi pemebanan ke 11)
My = Momen arah y
Mx = Momen arah x
x = Jarak tiang ke pusat berat kelompok tiang searah x
y = Jarak tiang ke pusat berat kelompok tiang searah y
x2 = jumlah kuadrat semua koordinat tiang arah x
y2 = jumlah kuadrat semua koordinat tiang arah y

Universitas sriwijaya
27

b) Tiang kelompok
W1< Qizin grup ……………….............………………………...................……….(2.34)

2.5.5 Kontrol Reaksi Darurat Pondasi Terhadap Muatan Normal


Sama dengan di atas pengecekan kontrol darurat dilakukan untuk beban yang tidak
diduga sehingga perlu diperhitungakan sehingga rumus yang dipakai:

a) Tiang tunggal
𝑊 𝑀𝑦2𝑥 𝑀𝑥2𝑦
𝑉2 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ2𝑇𝑖𝑎𝑛𝑔 ± ± ………………………................................…(2.35)
𝛴𝑥 2 𝛴𝑦 2

Dengan syarat V2≤ 1,5 Qizin


Keterangan :
W2= PKolom ditambah berat poer (menggunakan kombinasi pembebanan dari 1
samapai 10)

b) Tiang kelompok
W2> 1,5 Qizin grup……………………………………................................……. (2.36)

2.5.6 Pile Cap


Pile cap adalah suatu elemen struktur yang menyatukan satu atau beberapa
pondasi tiang terhadap kolom atau elemen struktur lain di atasnya. Pile cap berfungsi
menerima beban dari kolom yang kemudian disebarkan ke tiang pancang. Dalam suatu
perencanaan, pile cap memiliki beragam bentuk modelisasi. Pada suatu pekerjaan
pondasi, bentuk pile capakan berbeda tergantung dari jumlah tiang pancang yang
dikelompokkan dalam satu pile cap. Pondasi merupakan bagian bangunan yang
menghubungkan bangunan dengan tanah, yang menjamin kestabilan bangunan terhadap
berat sendiri, beban berguna dan gaya-gaya luar terhadap gedung seperti tekanan angin
dan gempa bumi, menurut Heinz Frick, 2001.

Dalam perhitungan pile cap dianggap atau dibuat kaku sempurna sehingga
apabila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang pancang tersebut menimbulkan
penurunan maka setelah penurunan bidang pile cap tetap akan merupakan bidang datar,

Universitas sriwijaya
28

dan gaya-gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang – tiang
tersebut.

Pkolom

Kolom

PileCap

borepile borepile

Gambar II.5 Gambar Pile cap

2.5.6.1 Perhitungan Pile cap


Pada perhitungan pile cap yang akan dibahas adalah mengenai perhitungan
pembebanan pada kolom dan perhitungan rencana tulangan pile. Analisa struktur akan
dilakukan dengan menggunakan SAP 2000. Analisa ini memperhitungkan pembebanan
akibat beban mati, hidup, angin dan abnormal sehingga analisa akan didapatkan
seberapa besar gaya yang bekerja pada kaki kolom yang akan disalurkan ke pile cap.

Untuk perhitungan pada pile cap,adapun tahap-tahap perhitunganya yaitu :

a). Mencari dimensi pile cap

Jarak tiang mempengaruhi ukuran pile cap. Jarak tiang pada kelompok tiang
biasanya diambil 2,5 D – 3D , dengan D adalah diameter.

b). Mencari tegangan geser

Untuk mencari tegangan geser digunakan persamaan berikut:

√𝑓𝑐′
τizin= ϕ ……………………………………………………................(2.37)
6

Universitas sriwijaya
29

c).Punching Shear Pile Cap

Berikut persamaan yang digunakan:

Panjang area geser (Sv) = s + (h – hb)……………………………………...............(2.38)

Luas area geser (Av) = Sv2………………………………………………….............(2.39)


𝑝 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔
Tegangan geser (τbpu) = ……………………………... ............(2.40)
𝐴𝑣

dimana τbpu < τizin (Aman). Dengan keterangan sebagai berikut:


s =Sisi atau diameter tiang
H =Tinggi pilecap
Hb=Tinggi efektif pilecap
Sv =Panjang area geser
Av= Luas area geser

d).Punching Shear Pile Cap dan Kolom

Berikut langkah-langkah perhitungan untuk mencari nilai punching shear pile


cap dan kolom:

Panjang area geser (Bv) = panjang kolom + (h-hb)…………………………............(2.41)

Panjang area geser (Hv) = Lebar kolom + (h-hb)…………………………...............(2.42)

Luas area geser (Av) = Bv x Hv……………………………………………...............(2.43)

Maka tegangan geser (τbpu) = Pkolom / Av…………………………………................(2.44)

dimana τbpu < τizin (Aman). Dengan keterangan sebagai berikut:

Pkolom = Beban yang ada pada kolom


H = Tinggi pile cap
Hb = Tinggi efektif pile cap
Bv = Panjang area geser (panjang)
Hv = Panjang area geser (lebar)
Av = Luas area geser

Universitas sriwijaya
30

Kemudian setelah nilai tegangan geser di dapat maka dilanjutkan dengan


menghitung nilai Mu. Gambar tampak atas pile cap diperlihatkan pada Gambar 2.6 dan
tampak samping pile cap diperlihatkan pada Gambar 2.7

Potongan 1-1
Potongan 2-2 Mx
Potongan 2-2
V1 My
V2

Potongan 1-1
Gambar 2.6.Tampak Atas Pile Cap

P
M
T1= Berat Lantai (W1)
T2= Berat Plat (W2)
Kolom T3= Berat Pasir (W3)
T4= Berat Tanah (W4)

Pile cap T5= Pile cap (W5)

Pondasi

V1 V2
Gambar 2.7. Tampak Samping Pile Cap

Untuk perencanaan pile cap, maka nilai Mu di dapat dengan cara yang dijelaskan
dibawah ini. Gambar potongan I-I pada pile cap diperlihatkan pada Gambar 2.12 dan
untuk gambar potongan II-II diperlihatkan pada Gambar 2.13.

Universitas sriwijaya
31

Gambar 2.8.Potongan Pile capI-I

Beban – beban yang terjadi pada potongan pile cap I-I :

Bebanlantai (W1) = Panjanglantai x lebarlantaixberatlantai/m2

Beban pelat (W2) = Panjang pelat x lebar pelat x tinggi pelat x  beton

Bebanpasir (W3) = Panjangpasir x lebarpasir x tinggipasir xγpasir

Bebantanah (W4) = Panjangtanah x lebartanah x tinggitanah xγtanah

Bebanpile cap (W5)= Panjangpile cap x lebarpile cap x tinggipile cap x  beton

Beban pada tiang (V2)

Sehingga di peroleh nilai momen pada potongan I-I :

M1-1= (W1.X1)+(W2.X2)+(W3.X3)+(W4.X4)+(W5.X5)-(V2).X6

Universitas sriwijaya
32

Gambar 2.9. Potongan Pile cap II – II

Beban – beban yang terjadi pada potongan pile cap II-II :

Bebanlantai (W1) =Panjanglantai x lebarlantaixberatlantai/m2

Beban pelat (W2) =Panjang pelat x lebar pelat x tinggi pelat x  beton

Bebanpasir (W3) =Panjangpasir x lebarpasir x tinggipasir xγpasir

Bebantanah (W4) =Panjangtanah x lebartanah x tinggitanah xγtanah

Bebanpile cap (W5) =Panjangpile cap x lebarpile cap x tinggipile cap x  beton

Beban pada tiang (V1 + V2)

Sehingga diperoleh nilai momen pada potongan II-II :

M11-11=(W1.X1) + (W2.X2) + (W3.X3) + (W4.X4) + (W5.X5) - (V1+V2).X6

Pada perencanaan pile cap di ambil momen maksimum sebagai nilai Mu,
kemudian dilanjutkan dengan mencari jarak dari serat tepi tekan terluar terhadap titik
berat tulangan tarik (d) :

d = h –(h selimut beton+ ½ɸ tulangan utama)……………………………................(2.45)

Dan momen maksimum yang digunakan untuk mencari k:

Universitas sriwijaya
33

Mu
Rn  ……………………………………………………..............(2.46)
 b d 2

fy
m …………………………………………………….............(2.47)
0.85  fc

1 2mRn  ………………………………………………............…(2.48)
 1  1  
m  fy 

1.4
 min  …………………………………………………............……...(2.49)
fy

Untuk efisinsi tulangan maka:

ρmin x 25 % ............................................................................................................(2.50)

ρmin ≤ ρ ≤ ρmax .......................................................................................................(2.51)

Kemudian dicari luas tulangan dengan rumus

As = ρ .b .d…………………………………………………………….............…….(2.52)

As’= Diambil 50% dari tulangan utama

Keterangan :
Mu = Momen terfaktor pada penampang pile cap
b = Lebarpile cap
d = Tinggi efektif pile cap
fy = Tegangan luluh baja
f’c = Kuat tekan beton
ρ = Rasio penulangan
As = Luas penampang tulangan baja tarik
As’ = Luas penampang tulangan baja tekan

Universitas sriwijaya
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan membahas mengenai prosedur tata cara mengenai dalam
penelitian tugas akhir ini. Metodologi penelitiannya berupa studi kasus Menara SUTT jenis
Dead End Tower tipe DDR2, yang membahas mengenai perhitungan dan perencanaan
Menara SUTT tersebut. Dalam pengerjaan laporan ini, salah satu cara yang membantu dalam
menghitung dan merencanakan Menara SUTT yaitu dengan menggunakan program komputer
tentang struktur. Program yang digunakan dalam laporan ini yaitu SAP 2000. Dalam proses
perencanaan struktur tentulah harus sesuai dengan standar yang berlaku didaerah tersebut dan
dalam pembuatan tugas ini akan menggunakan pedoman standar PLN.

3.1 Studi Literatur

Sumber literatur yang berkaitan dengan perencanaan struktur baja, dan pondasi serta
panduan aplikasi program SAP 2000 didapatkan buku panduan, makalah, jurnal, maupun
bacaan lain yang merupakan sumber referensi untuk mendapatkan dasar - dasar teori dan
parameter yang diperlukan dalam menganalisa struktur, sehingga dapat digunakan untuk
menganalisis struktur menara transmisi dan data yang digunakan untuk menghitung jumlah
baut yang diperlukan serta perencanaan pondasi.

3.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan dalam pembuatan tugas ini dilakukan dengan cara
sebagai berikut :

1) Data gambar
Data gambar untuk struktur atas pada pembuatan tugas akhir ini didapatkan di PLN
Unit Induk Pembangunan 3 Palembang dan struktur bawah didapatkan juga dari
PLN Unit Induk Pembangunan 3 Palembang
2) Data tanah
Data tanah berupa data tanah sondir dan data bor log

35
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
36

3.3 Pemodelan

Pada tahapan ini data – data yang didapat atau dibutuhkan akan dimasukkan kedalam
program komputer yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Program komputer
yang digunakan dalam penyelesaian tugas akhir iniadalah SAP 2000, dan dengan standar
PLN sebagai acuan untuk pemodelan struktur rangka menara baja.

4.000

4.500

4.500

13.00
41

3.00

3.00

3.00

6.00

Gambar 3.1. Tampak Depan Menara Transmisi

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
37

Gambar 3.2. Pemodelan SAP 2000

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
38

3.4 Analisa Perhitungan

Sedangkan pada tahapan analisa perhitungan, kita perlu menyusun beberapa langkah
dalam menganalisa perhitungan pada menara transmisis tersebut yang mengacu kepada
Standar PLN yaitu SPLN T5.004:2010. Dalam tugas akhir ini perhitungan struktur atas akan
dibantu dengan SAP 2000, jadi tahapannya dibagi atas :

a) Membuat model menara transmisi dengan menggunakan autocad 2010


b) Model yang selesai dibuat selanjutnya dianalisa kedalam SAP 2000 V.14
c) Masukan dimensi profil baja yang telah ada kedalam program
d) Masukan nilai pembebanan kedalam program sesuai dengan standar yang ada
e) Menghitung beban angin pada menara transmisi yang selanjutnya didapatkan nilai
beban angin kedalam program
f) Masukkan kombinasi pembebanan yang telah ada kedalam SAP 2000
g) Jalankan run analysis dan pengecekan struktur
h) Kontrol aman atau tidak struktur atas
i) Keluarkan hasil analisa dalam bentuk output excel
j) Studi keadaan tanah yang akan direncanakan
k) Penentuan jenis pondasi
l) Merencanakan dimensi pondasi
m) Input gaya yang bekerja pada pondasi
n) Kontrol keamanan pondasi
o) selesai

3.5 Pembahasan

Tahapan pembahasan adalah membahas mengenai hasil output dari analisa SAP 2000
untuk menghitung jumlah dan ukuran baut, dimensi rangka baja dan pondasi yang
direncanakan aman dalam tugas akhir ini.

3.6 Kesimpulan

Kesimpulan akhir mengenai Menara transmisi berisi tentang hasil dari proses
penganalisaan yang ada sehingga didapatkan dimensi komponen yang telah ada. Maka akan
diambil beberapa kesimpulan setelah proses mengumpulkan literatur yang ada,
mengumpulkan data yang diperlukan, melakukan pemodelan struktur dan juga penganalisaan

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
39

struktur. Setelah selesai maka hasil pengerjaan kemudian disusun dalam sebuah tugas akhir
ini dan dipersentasikan. Adapun diagram penelitian ini dapat dilihat di bawah ini.

mulai

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Pemodelan Struktur

Analisa Perhitungan

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.3. Bagan Alir Penelitian

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
40

Mulai

Pemodelan Dimensi Menggunakan SaP 2000

Input Pembebanan
Pada Struktur Mulai

Data Tanah
Tidak Running Hasil Input dengan SAP 2000

Penentuan Jenis Tanah


Mencari Gaya yang Bekerja Pada Struktur

Merencanakan Dimensi Pondasi

Kontrol Aman tidaknya Input gaya-gaya yang


struktur : akan didukung pondasi.
1. Kontrol terhadap tekan
Tidak
2. Kontrol terhadap tarik

Kontrol aman
tidaknya pondasi :

Daya dukung tiang


Pengecekan
keamanan

Selesai

Gambar 3.4. Bagan Alir Pengolahan Data

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Berikut ini adalah perhitungan dan pembahasan mengenai analisa struktur


menara transmisi yang dapat dijelaskan dibawah ini :

4.1. Data Perhitungan

Mutu beton K225 : 225 kg/cm2 = 18,68 Mpa

Berat Jenis Beton : 2400 kg/m

Kolom : 60x60

Balok : 30x70

Tinggi Menara : 41 m

Tipe : DDr (Sudut 600)

Fy struktur : 360 MPa

Fu struktur : 520 MPa

Tegangan : 150 Kv

4.1.1. Perencanaan Menara Transmisi

Gambar 4.1. Menara Transmisi SUTT 150 kv jenis Dead End Tower

41
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
42

4.1.2. Letak Menara Pada jalur Transmisi

Menara Saluran Udara Tegangan Tinggi jenis Dead end tower terletak diantara
gardu induk dan tower yang berada pada jalur. Jika pada gambar 4.2 ,terlihat menara
A merupakan dead end tower. Pada situasi ini kabel menara yang mengarah ke
Gardu Induk mengalami sudut belok sebesar 600 .

GARDU INDUK

J
A
L
U
B
R

Gambar 4.2. Denah SUTT 150 kv jenis Dead End Tower

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
43

4.2. Pembebanan pada menara

Pembebanan yang diberikan pada struktur menara transmisi listrik


diantaranya : Beban mati, beban hidup, beban angin, bebabn abnormal. Beban-beban
ini diberikan berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh standar PLN.

a. Beban Mati
Beban mati terdiri dai beban sendiri yaitu berat struktur dan beban konduktor
serta insulator. Adapun beban mati tambahan yang digunakan berdasarkan SPLN
T5.004: 2010 terdiri dari :
Berat Konduktor : 172,72 kg
Berat Konduktor (Gi) : 49,4 kg
Beban fitting dan clamp : 40kg

b. Beban Hidup
Berdasarkan SPLN T5.004: 2010 struktur menara harus dirancang untuk
mendukung beban hidup sebesar 100 kg, beban hidup berupa para pekerja ketika
melakukan maintance atau perbaikan konduktor maupun isolator.

c. Beban Angin
Beban angin pada menara transmisi yang digunakan sesuai dengan daerah yang
akan direncanakan, maka untuk mendapatkan gaya angin pada setiap panel,
perhitungan kecepatan angin juga harus diperhitungkan. Untuk beban angin
digunakan sebesar 120 kg/m2 dan bisa dilihat pada lampiran .
Beban angin = 120 kg/m2

𝑣2
𝑃= 𝑣 2 = 𝑃 𝑥 16
16

V=√(120 𝑥 16) = 43,82 m/s

Berdasarkan hasil perhitungan kecepatan angin maksimum berdasarkan formula


di atas 43,82 m/s. Nilai ini memenuhi standar minimum yang ditetapkan oleh
EIA/TIA-222-F-1996 pasal 11.2 yang menyebutkan bahwa kecepatan angin
minimum yang menjadi beban dalam perencanaan struktur menara harus lebih besar

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
44

daripada 50 Mph atau 22,4 m/s sehinggakecepatan angin yang akan digunakan
adalah sebesar 43,82 m/s.
Beban angin yang didapatkan di atas selanjutnya akan dilakukan perhitungan di
bawah ini :

Elevasi panel : 6 meter

V : 61,31m/s
2⁄
Kz = (h⁄10) 7

2⁄
Kz = (6⁄10) 7

Kz = 0,86

qz = 0,613 x Kz x V 2
qz = 0,613 x 0,86 x 43,822
qz = 1016,8 Pa = 101,68kg/m2

F = qz x Gh x (Cf x Ae + Ca x Aa)
Dengan Syarat: 𝐹 ≤ 2𝑞𝑧 𝑥 𝐺𝐻 𝑥 𝐴𝑔

0.60
Gh = 0,65 + 1⁄
(h⁄10)
7

0.60
𝐺h = 0,65 + 1⁄
(6⁄10)
7

𝐺ℎ = 1,29 m

Ag = 0,5 x (lebar bawah panel + lebar atas panel)x tinggi panel


Ag = 0,5 x(9,6 + 7, ) ∗ 10
Ag = 52,68 m2
Af = (lebar profil leg x panjang leg 2)+(lebar profil horizontal x panjang profil
horizontal x 2) + (lebar diagonal x panjang diagonal x 2)+(lebar subhorizontal
x panjang horizontal x 2) + (lebar redundant x panjang redundant x 2)
= (6 x 0,01 x 2) + (3,16x 0,06 x 2) + (0,006 x 7,96 x 2).+(0,04 x 0,9x 2) +
(0,15 x 1,52 x 2 )

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
45

𝐴𝑓 = 2,54 m2

𝐴𝑓
𝑒=
𝐴𝑔
2,54
𝑒=
52,68
𝑒 = 0,0483

Cf = 4 e2 – 5.9 e + 4
Cf = 4 x 0,06022 − 5,9 x 0,0602 + 3,4
Cf = 3,72

Rr = 0,51 x e2 + 0,57
Rr = 0,51 x 0,06022 + 0,57 = 0,57

DF = Faktor arah angin untuk komponen pada flat di menara transmisi yang didapat
1 (tabel TIA/EIA-222-F)

AE = DF x AF
𝐴𝑒 = 1 𝑥 2,54
𝐴𝑒 = 2,54

AA = (Jumlah luasan (proyeksi linier dari perangkat menara) x tinggi penampang)/10


= (4 x 0,15 x 6)/10
= 0,36 m2

Untuk aspek rasio ≤ 7 , maka nilai Ca


Ca= 1,4 (Tabel 3 EIA/TIA-222-F)
F = qz x GH x (CF x AE + CA x AA)
F = 101,68x 1,29 x (3,72 x 2,54 + 1,4 x 0,36)
F =1313,99kg

Fizin = 2 x qz x Gh x Ag
Fizin = 2 x 230,421 x 1,29 x 52,68

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
46

Fizin = 13877,42 kg
F ≤ Fizin
1313,99 kg ≤ 13877,42 kg ...... Memenuhi Syarat !

Untuk perhitungan beban angin dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas, jadi
perhitungan dalam bentuk tabel.

Table 4.1.beban angin sudut 00


Panel qz Ag cf Aa F izin F Status
1 1017 52,68 3,72 0,36 13877,4 1314 Aman
2 834,1 22,59 3,05 0,18 5134,86 639,87 Aman
3 834,1 20,07 3,03 0,18 4562,05 603,11 Aman
4 834,1 17,58 3,02 0,18 3996,06 548,68 Aman
5 834,1 15,06 3,01 0,18 3423,24 485,95 Aman
6 1177 32 2,28 0,6 9412,33 1066,2 Aman
7 697 2,88 2,67 0,1 573,901 214,01 Aman
8 826,1 5,22 2,55 0,17 1178,09 308,21 Aman
9 697 2,88 2,76 0,1 573,901 169,91 Aman
10 826,1 5,22 2,62 0,17 1178,09 276,41 Aman
11 697 2,88 2,42 0,1 573,901 157,71 Aman
12 642 2,16 2,42 0,07 405,532 134,91 Aman
13 642 2,16 2,71 0,07 405,532 134,91 Aman
crossarm bawah 697 4,8 2,71 0,1 956,502 229,66 Aman
crossarm tengah 697 4,8 2,71 0,1 956,502 229,66 Aman
crossarm atas 697 4,8 2,71 0,1 956,502 229,66 Aman
earthwire 642 3,6 2,71 0,07 675,887 182,16 Aman

Tabel 4.2.beban angin sudut 900


Panel qz Ag cf Aa F izin F Status
1 1017 52,68 3,72 0,36 13877,4 1314 Aman
2 834,1 22,59 3,05 0,18 5134,86 639,87 Aman
3 834,1 20,07 3,03 0,18 4562,05 603,11 Aman
4 834,1 17,58 3,02 0,18 3996,06 548,68 Aman
5 834,1 15,06 3,01 0,18 3423,24 485,95 Aman
6 1177 32 2,28 0,6 9412,33 1066,2 Aman
7 697 2,88 2,67 0,1 573,901 214,01 Aman
8 826,1 5,22 2,55 0,17 1178,09 308,21 Aman
9 697 2,88 2,76 0,1 573,901 169,91 Aman
10 826,1 5,22 2,62 0,17 1178,09 276,41 Aman
11 697 2,88 2,42 0,1 573,901 157,71 Aman

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
47

12 642 2,16 2,42 0,07 405,532 134,91 Aman


13 642 2,16 2,71 0,07 405,532 134,91 Aman
crossarm bawah 697 4,8 2,71 0,1 956,502 229,66 Aman
crossarm tengah 697 4,8 2,71 0,1 956,502 229,66 Aman
crossarm atas 697 4,8 2,71 0,1 956,502 229,66 Aman
earthwire 642 3,6 2,71 0,07 675,887 182,16 Aman

4.3. Kombinasi Pembebanan Menara

Desain menara transmisi listrik direncanakan sesuai dengan kombinasi


pembebanan standar PLN, dimana DL merupakan beban mati menara,
konduktor,dan insulator ,beban hidup adalah LL , dan WL merupakan beban angin.
Pada menara ini, beban angin yang diperhitungkan adalah beban angin dengan sudut
datang angin 00, dan 900. Sehingga kombinasi pembebanan pada menara dapat
dijabarkan sebagai berikut:

a) Kombinasi 1: L = DL

b) Kombinasi 2: L = DD + DL

c) Kombinasi 3: L = 1.4 DL

d) Kombinasi 4: L = 1.2 DL + 1.6 LL

e) Kombinasi 5: L= 0.9 DL + 1.6 WL

f) Kombinasi 6: L= 1.2 DL + 1 LL + 1.2 putus EW dan top

g) Kombinasi 7: L= 1.2 DL + 1 LL + 1.2 Putus top dan mid

h) Kombinasi 8 :L= 1.2 DL + 1 LL + 1.2 Putus mid dan bottom

i) Kombinasi 9 :L= 1.2 DL + 1 LL + 1.2 Putus ew cir2

j) Kombinasi 10 :L= 1.2 DL + 1 LL + 1.2 Putus mid cir2

k) Kombinasi 11 :L= 1.2 DL + 1 LL + 1.2 Putus bot cir2

l) Kombinasi 12 :L= 1.2 DL + 1 LL + 1.2 Putus ew cir1a

m) Kombinasi 13 :L= 1.2 DL + 1 LL + 1.2 Putus mid cir1a

n) Kombinasi 14 :L= 1.2 DL + 1 LL + 1.2 Putus bot cir1a

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
48

Untuk putus Ew dan top , merupakan beban yang terjadi karena gaya maksimal
kabel mengalami tarikan. Beban putus diambil dari statical calculation for standard
tower transmision line tipe ddr2 PLN. Untuk contoh beban putus ew dan top dapat
dilihat pada gambar crossarm yang dilingkar dibawah ini:

3,34 kN 4,78 kN

1,76 kN 2,18 kN

Gambar 4.3 Beban putus pada Crossarm Earthwire

16,84kN 23,23kN

10,67kN 12,56kN

Gambar 4.4 Beban putus pada Crossarm top

Pada perhitungan struktur menara dilakukan analisis dengan menggunakan


program SAP 2000, sehingga didapat nilai momen, gaya batang yang akan
digunakan untuk perhitungan kontrol desain struktur atas dan desain pondasi.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
49

4.4 Kontrol Desain

4.4.1. Kontrol Terhadap Batang Tekan dan Batang Tarik.

4.4.1.1. Batang Tekan

1705 mm

50 mm

5 mm
50 mm

Gambar 4.5 Batang Tekan

Pada batang tekan dijumpai komponen-komponen pada batang yang mengalami


gaya tekan dimana syarat kestabilan pada dalam mendisain komponen struktur tekan
sangat perlu diperhatikan, mengingat adanya bahaya tekuk (buckling) pada
komponen-komponen tekan yang langsing. Pada perhitungan batang akan dijelaskan
di bawah ini

Profil baja : L 50mm x 50mm x 0,5mm


Frame : 145
Gaya Tekan : 0,21 ton
Panjang Batang : 1705,967 mm

Luas kotor penampang (Ag) : 480mm2

Periksa kelangsingan penampang pada pofil siku

𝑏 200
Syarat Flens dimana <
𝑡 √𝑓𝑦

b 50
= = 10
t 5
200 200
= = 11,54
√𝑓𝑦 √360

Sehingga , 10< 11,54 …. Aman

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
50

𝐿 1705,967
𝜆1 = 𝑟 = 9,8
=174,07
𝑚𝑖𝑛

Web = tidak ada

Kondisi tumpuan yang digunakan sendi-sendi sehingga memakai k=1

Arah sumbu kuat (sumbu x) :

𝑘.𝐿𝑥 1 𝑥 1705,967
𝜆𝑥 = = = 112,97
𝑟𝑥 15,1

Arah sumbu kuat (sumbu y) :

𝑡 2
𝜆𝑦 =2 (𝜆𝑦 + 𝐴𝑔 (𝑒𝑦 + 2𝑝) )

𝜆𝑦 =2.(11.104 + 480(14+ (0/2))2 = 221881,6 mm4


𝐴𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 = 2.Ag = 2. 480 = 960 mm2

𝐼𝑦 221881,6
ry = √𝜆 =√ = 15,20 mm
𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 960

𝑘.𝐿𝑦 1 𝑥 1705,967
𝜆𝑦 = = = 112,23
𝑟𝑦 15,20

Kelangsingan Ideal

2 𝑚 2 2
𝜆𝑖𝑦 = √𝜆𝑦 + 2 . 𝜆1 = √112,212 + 2 174,082 =207,11

Karena 𝜆𝑖𝑦 >𝜆𝑥 sehingga tekuk terjadi pada sumbu bebas bahan

𝜆𝑖𝑦 𝑓𝑦 207,11 360


𝜆𝑐𝑦 = 𝜋
. √𝐸 = 𝜋
. √200000= 2,33

1,43 1,43
𝜔𝑦 = 1,6−0,67.𝜆𝑐𝑦
= 1,6−(0,67.2,3) =24,23

𝑓 360
𝑁𝑢 = 𝐴𝑔 . 𝑓𝑐𝑟 = 𝐴𝑔 . 𝜔𝑦 = 960. 5,27 = 0,63 ton
𝑥

Sehingga ∅𝑐 . 𝑁𝑛𝑙𝑡 = 0,85 . 0,63 = 0,53 𝑡𝑜𝑛

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
51

𝑁𝑢 4,90
= 4,16 = 0,21
∅𝑐 .𝑁𝑛𝑙𝑡

0,21< 1 …… aman

Jadi profil L 50.50.0,5 cukup kuat

Untuk perhitungan batang tekan disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini :

Tabel 4.3 Reakapitulasi perhitungan rangka batang tekan

sumbu x sumbu y
No frame Profil λ1
λ λy ry λy
1 145 L 5x 0,5 174.16 112,97 221881.67 15.23 112,3
2 291 L 7 x0,5 155.45 66,623 90372.71 12.11 100,11

No frame Profil λ1 Sumbu x Sumbu y


λ λy ry λy
9440794
3 443 L 13 x 1,2 70,07 44,836 39,6 44,8
4 858 L 15 x 1,2 135,37 86,89 1665515.3 45,79 86,9
5 900 L 20 X 2 39,30 25,02 57132921 117,5 12,11

Tabel lanjutan

No profil ωy Nu (ton) Øc .Nultimate ratio

1 L 5 X 0,5 38,07 0,63 0,53 0,39


2 L 7 X 0.5 6,97 2,209 1,877 0,062
3 L 13 X 1.2 1,4 101,9 86,684 0,053
4 L 15 X 1.2 3,7 54,44 46,277 0.014
5 L 20 X 2 1,11 92,75 78,83 0.2

4.4.2.2. Batang Tarik

Pada batang tarik yang seperti diketahui merupakan komponen yang


mentransfer gaya tarik antara ujung pada suatu struktur batang. Kestabilan batang
tarik sangat perlu ditinjau lagi dalam perencanaan bila sambungan ujung
direncanakan lebih kuat dari pada kekuatan batangnya. Pada perhitungan tugas akhir
ini batang tarik yang akan ditinjau pada satu batang saja.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
52

200 mm
1329 mm

20 mm
200 mm

Gambar 4.6 Batang Tarik

Profil baja : L 200 mm x 200 mm x 20 mm

Frame : 940

Gaya Tekan : 81,6 ton

Panjang Batang : 1329 mm

Luas kotor penampang (Ag) : 7640 mm2

Periksa kelangsingan batang tarik pada pofil siku


𝐿 1529
𝜆=𝑟 = =216,09
𝑚𝑖𝑛 6,11

Syarat 𝜆 dimana maksimum 240 untuk batang tarik sehingga

216,09< 240 …… aman

Kondisi Fraktur

An = 0,85 x Ag = 0,85 x7640 = 6494 mm2

Nilai U (Koefisien reduksi) diambil untuk penampang baut dengan banyak baut 2
baris (arah gaya)

U = 0,75

𝐴𝑒 = 𝑈. 𝐴𝑛 = 0,75.6494 = 4870,5 mm2

∅.Tn = ∅ x Ae x fu = 0,75 x 4870,5 x 520 = 189,9ton

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
53

Kondisi leleh

∅.Tn = ∅ x Ag x fy = 0,9 x7640 x 360 = 247,6 ton

Jadi, tahanan rencana yang menentukan kondisi fraktur sebesar 23,6 ton

∅.Tn > Tu

189,9 > 81,4 ….. aman

Pada profil 200 mm x 200 mm x 20 mm, profil yang digunakan cukup kuat

Untuk perhitungan batang tarik disajikan dalam bentuk tabel

Tabel 4.4. Rekapitulasi Perhitungan Batang Tarik

No profil Tu Ag u ix=iy λ An Ae leleh fraktur cek


1 L20.2 0,26 690 0.8 6,11 119,2 587,5 439,8 23,86 17,15 ok
2 L15.1,2 5,57 5100 0.8 4.5 51,47 32.2 3251 114.8 99.98 ok
3 L6.5.1,1 0.45 1320 0.8 1.9 0.23 0.38 842 29.7 25.88 ok
4 L6.0,6 0,26 690 0.8 4.5 119,2 587,5 439,8 23,86 17,15 ok

4.5. Perhitungan Sambungan


Perhitungan sambungan struktur baja khususnya pada menara transmisi
digunakan sebagai alat pengikat antara satu batang dengan batang lainnya dimana
baut yang digunakan haruslah di desain sesuai standar sehingga pada tugas akhir ini
desain baut yang direncanakan sesuai dengan gaya yang dipikul pada menara.
Diameter rencana baut : 12 mm
Tebal pelat digunakan : 5 mm
Jarak antar baut : 3 x diameter baut = 3 x 12= 36 mm
Jarak baut ke tepi : 1,5 x diameter baut = 1,5 x 12 = 18 mm
Gaya yang bekerja : 0,61 ton

Pada perencanaan sambungan, periksa kekuatan pelat

Luas kotor (Ag) = 75 x 5 = 375mm2


An = Ag-2x(lebar lubang x tebal pelat)
= 375 - 2 x ((12+3,2) x 5)
= 223 mm2

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
54

223 mm2< 0,85 Ag (318,75 mm2)


An= Ae
Max An = 0,85 x Ag = 0,85 x 223 = 189,55

Kondisi leleh = Ø .Tn = Øfy.Ag= 0,9 x 360 x 375 =12,15 ton


Kondisi fraktrur = Ø .Tn = Øfu.An= 0,75 x 520 x 223, = 8,69 ton

Jadi ,jumlah baut di hitung berdasarkan gaya 8,69 ton

Perencanaan baut

Geser = Ø.Rn = Ø . 0,5 . 𝑓𝑢𝑏 . M . Ab


= 0,9 x 0,5 x 825 x 1 x ( ¼ x π x 12)
= 4,196 ton per baut

Tumpu = Ø.Rn = Ø . 2,4 .db .tp. fu


= 0,75 . 2,4 . 12 .5 . 520
= 5,61 ton per baut
tahanan geser yang menentukan sehingga jumlah baut yang diperlukan
8,69
Σ= = 2,07 = 2 buah
4,19

Jadi baut diperlukan sebanyak 4 buah


Kontrol keruntuhan geser blok
Anv = 1 . 36 – (1,5 x (12+3,2)) x 5 = 66 mm
Ant = 1 . 18 – (1,5 x (12+3,2)) x 5 = 52 mm

Geser Fraktur = 0,6 x fu x Anv = 0,6 x 410 x 66 = 2,059 ton


Geser Leleh= fu x Ant = 410 x 52 = 2,704 ton

Jadi kondisi geser leleh yang menentukan sehingga

∅ Rbs = ∅ (fu.Ant + fy . Ag)

= 0,75 ( 2,704 + 360 x 36 x 5)

= 4,86 ton

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
55

∅ Rbs > Tu ….. Aman


4,86 ton >0,61 ton
Untuk perhitungan sambungan disajikan dalam bentuk tabel :

Tabel 4.5 rekapitulasi batang tarik


diameter tebal jarak antar jarak baut ke luas
No profil
baut pelat baut tepi kotor
1 L15.1.2 L7,5.0.5 12 5 36 18 375
2 L13.1.2 pelat 8 16 8 48 24 720
3 L13.1.2 pelat 8 16 8 48 24 720
4 L10.0.7 pelat 8 16 8 48 24 720
5 L10.0.7 pelat 8 16 8 48 24 720

periksa kekuatan tinjau tahanan


max pelat baut
No profil An baut
An
leleh fraktur geser tumpu
1 L15.1.2 L7,5.0.5 748 765 12,15 8,697 3.497175 4.427 2,48
2 L13.1.2 pelat 8 528 612 23,38 20,59 6.2172 9.4464 3,31
3 L13.1.2 pelat 8 528 612 23,38 20,59 6.2172 9.4464 3,31
4 L10.0.7 pelat 8 528 612 23,38 20,59 6.2172 9.4464 3,31
5 L10.0.7 pelat 8 528 612 23,38 20,59 6.2172 9.4464 3,31

Tabel lanjutan

cek keruntuhan geser


No profil blok 0.6.fu.Anv fu.Ant Ø.Rbs Status
Anv Ant
1 L16.1,9 L7,5.1,2 66 52 2,0592 2,704 4,458 aman
2 L13.1.2 pelat 8 153.6 115.2 4,792 5,990 9,676 aman
3 L13.1.2 pelat 8 153.6 115.2 4,792 5,990 9,676 aman
4 L10.0.7 pelat 8 153.6 115.2 4,792 5,990 9,676 aman
5 L10.0.7 pelat 8 153.6 115.2 4,792 5,990 9,676 aman

4.6. Perhitungan Pondasi


Untuk perencanaan pondasi, pondasi yang digunakan pondasi bore pile.
Perhitungan pondasi pada menara transmisi mengacu kepada beban di atas menara
dan daya dukung pada pondasi menggunakan metode empiris berdasarkan data
sondir dan N-SPT dan metode statis analitis.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
56

Selanjutnya digunakan besar gaya beban dan gaya tarik yang bekerja pada kaki
menara sebagai acuan untuk mendapatkan daya dukung izin tekan dan tarik. Data ini
diperoleh dari perhitungan sap pada joint reactions. Berikut data dilampirkan pada
tabel dibawah :

Tabel 4.6 Reaksi Pada Dasar Joint Menara Transmisi

joint rections
joint P (kgf) Mx (kgf) My (kgf)
383 46116,38 4326,39 -4354,71
395 46355,41 -4328,17 -4384,39
405 46825,57 4413,17 4356,49
413 47044,4 -4411,39 4382,61

Tabel 4.7 Gaya Tarik Pada Menara Transmisi


joint nilai Gaya tarik (kgf)
383 2334,85
395 4996,84
405 9375,12
413 7997,74

4.6.1. Daya Dukung Ijin Tekan


Analisis daya dukung ujung ijin tekan pondasi tiang terhadap kekuatan tanah
berdasarkan data sondir ,data N SPT dan metode statis analitis .

4.6.1.1.Kapasitas Daya Dukung Berdasarkan Data Sondir

Diameter rencana yang digunakan = 45 cm


Kedalaman pondasi direncanakan = 10 m
Penetrasi Konus = 125 kg/cm2

Untuk pondasi borepile jumlah hambatan lekat sangat kecil dikarenakan sifat
pondasi ini yang langsung dicor ditempat yang sudah dibor .

Luas bored pile (Ap) = ¼ π d2


= ¼ x π x 452 cm = 1591,07 cm2

Keliling bored pile (Kp) = π x d

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
57

= π x 45 cm
= 141,429 cm

1) Daya Dukung Tiang Tunggal Menggunakan Data S01


Nilai Konus : 125 kg/cm2
JHL : 75 kg/cm2 (diambil 50% (modifikasi))
Kedalaman : 10 meter

Daya Dukung Tiang Tunggal :


𝑞𝑐𝑥𝐴 𝐽𝐻𝐿𝑥 𝐴𝑠𝑡
𝑄𝑢𝑙𝑡 = +
3 5
125 𝑥 1591,07 75𝑥141,43
𝑄𝑢𝑙𝑡 = +
3 5
Qult = 76901 kg = 76,901 ton

Daya dukung izin (Qizin) :


Qizin = (qc x Ap) / SF
= (125 kg/cm2 x 1591,07 cm2) / 3
= 66294,58 kg
= 66,3 ton
Untuk rekapitulasi daya dukung tekan berdasarkan data sondir S01 yang
telah dikelola dirangkum dalam bentuk tabel :
Tabel 4.8 Rekapitulasi data sondir SO1
SO1
Tf ( D bore A bore
kedalaman qc JHP) pile pile K bore pile Qall Qizin
-5 48 60 45 1591,1 141,429 27,154 25,457
-5,2 50 60 45 1591,1 141,429 28,215 26,518
-5,4 52 65 45 1591,1 141,429 29,417 27,579
-5,6 53 70 45 1591,1 141,429 30,089 28,109
-5,8 45 60 45 1591,1 141,429 25,563 23,866
-6 40 50 45 1591,1 141,429 22,629 21,214
-6,2 37 50 45 1591,1 141,429 21,038 19,623
-6,4 43 60 45 1591,1 141,429 24,503 22,805
-6,6 53 70 45 1591,1 141,429 30,089 28,109
-6,8 55 70 45 1591,1 141,429 31,15 29,17
-7 50 65 45 1591,1 141,429 28,356 26,518
-7,2 58 75 45 1591,1 141,429 32,882 30,761

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
58

-7,4 60 75 45 1591,1 141,429 33,943 31,821


-7,6 53 70 45 1591,1 141,429 30,089 28,109
-7,8 54 70 45 1591,1 141,429 30,619 28,639
-8 80 100 45 1591,1 141,429 45,257 42,429
-8,2 73 90 45 1591,1 141,429 41,262 38,716
-8,4 80 100 45 1591,1 141,429 45,257 42,429
-8,6 85 105 45 1591,1 141,429 48,05 45,08
-8,8 87 110 45 1591,1 141,429 49,253 46,141
-9 90 110 45 1591,1 141,429 50,844 47,732
-9,2 90 110 45 1591,1 141,429 50,844 47,732
-9,4 110 130 45 1591,1 141,429 62,016 58,339
-9,6 120 145 45 1591,1 141,429 67,744 63,643
-9,8 120 150 45 1591,1 141,429 67,886 63,643
-10 125 150 45 1591,1 141,429 70,538 66,295
-10,2 125 125 45 1591,1 141,429 69,83 66,295
-10,4 130 130 45 1591,1 141,429 72,624 68,946
-10,6 135 135 45 1591,1 141,429 75,417 71,598
-10,8 125 125 45 1591,1 141,429 69,83 66,295
-11 135 135 45 1591,1 141,429 75,417 71,598
-11,2 130 130 45 1591,1 141,429 72,624 68,946
-11,4 135 135 45 1591,1 141,429 75,417 71,598
-11,6 130 130 45 1591,1 141,429 72,624 68,946
-11,8 145 145 45 1591,1 141,429 81,003 76,902

4.6.1.2. Kapasitas Daya Dukung Berdasarkan Data N-SPT


Dengan data Standard Penetration Test (SPT) yang tersedia pada lampiran
D, dicari nilai N1, N2, dan N rata-rata terlebih dahulu, dimasukkan kedalam gambar
4.9 untuk mencari nilai N.

Didapat nilai :
Kedalaman (h) = 10 m
N1 = 45
Kedalaman 4D dari ujung tiang : 10m – (4 x 0,45) = 8,2 m
N2 = 34
𝑁1+ 𝑁2 45 + 34
̅N̅̅2̅ = = = 39,5
2 2

𝑁1+ ̅̅̅̅
𝑁2 45 + 39,5
̅
𝑁 = = = 42,25
2 2

Panjang Penetrasi Ekivalen

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
59

Pada lapisan Pendukung (L) = 10 m – 9,1 m = 0,9 m


Harga Kalibrasi N

30 40 50
7

8
8,2

4D = 1,8 m
Kedalaman (m)

D = 0,45
L = 0,9
10

11
Gambar 4.7 Kalibrasi Harga N pada bentuk penampang pondasi lingkaran

Setelah mendapatkan nilai l, selanjutnya adalah mencari daya dukung


terpusat tiang (qd). Gambar grafik hubungan antara l/D dan qd/N atau grafik
intensitas daya dukung ultimit tanah pada ujung tiang diperlihatkan pada Gambar 4.
L/d = 0,9/0,45 = 2

30

20
qd / N

14
10

2 5 10
L/D
Gambar 4.8 Grafik hubungan N dan diameter

Berdasarkan nilai l/d yang pada gambar diatas selanjutnya nilai tersebut
dimasukkan ke dalam grafik l/D dan qd/N untuk mencari gaya intesitas daya dukung
ultimit pada tanah ujung tiang.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
60

Didapatkan qd/N = 14
Maka, qd = 14. N = 14 x 42,25 = 591,5 ton/m2
Kapasitas dukung = qd . A
= 591,5 x (0,25 . 3,14 x 0,452)
= 94,11 ton

Tabel 4.9 Gaya geser pada tiang


Tebal N li.fi
fi
Kedalaman Lapisan Deskripsi Tanah rata - (t/m2)
(li) rata (t/m)
timbunan,kuning
kekuningan sifat
0 – 2,75 2,75 4,75 4,75 13,06
sangat lunak dan
plastis
lempung, coklat
2,75-5,5 2,75 kekuningan sifat 9,25 9,25 25,43
lunak dan plastis
lempung,putih
5,5 – 7,25 1,75 13,75 12 21
sifat lunak
lempung, abu tua
7,25 – 10 2,75 42,25 12 33
sifat padat
∑li.fi 92,51

Gaya geser maksimum dinding bored pile:


U ∑ li.fi = 3,14 x 0,45 x 92,51 = 130,71 ton
Daya dukung ultimit:

Qu = qd A + U ∑ li.fi
= 94,11 ton + 130,71 ton = ton

Qizin = qu/n

= 183,48/3

= 74,94 ton / tiang

4.6.1.3. Kapasitas Daya Dukung Berdasarkan Metode Statis Analitis


1). Kapasitas daya dukungend bearing menggunakan rumus Terzaghi

𝑄𝑒 = 𝑐 𝑥 𝑁𝑐 + 𝑃𝑜 𝑥 𝑁𝑞 + 0.5 𝑥 𝛾 𝑥 𝐵 𝑥 𝑁𝛾

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
61

Tabel 4.10. Kapasitas daya dukung tiang 10 m berdasarkan Terzhagi


Cu
Kedalaman H (m) γ Po ɸ Nc Nq Ny Qe
(ton/m2)
0 -2,75 2.75 1.144283 1.52 1.5235 8.34 8.818 2.326 0.962 20.568
2,75-5,50 2.75 1.2824509 1.56 4.2798 8.513 8.915 2.37 0.99 22.346
7,25-10 2,75 2.5118371 1.61 6.422 15.34 13.21 4.5 2.6 64.168
Σ Qe 130.58

2). Kapasitas daya dukung friksi berdasarkan rumus Reese dan Wright:
Qs = f x li x p
f = α x Cu

Tabel 4.11. Kapasitas daya dukung tiang berdasarkan Reese dan Wright
Ii p
Kedalaman Cu (ton/m2) α f Qs (ton)
(m) (m)
0-2,75 2.75 1.144282972 0.55 1.41 0.629356 2,4401107
2,75-5,50 2.75 1.282450909 0.55 1.41 0.705348 2,7349868
5,50-2,75 1.75 1.508849166 0.55 1.41 0.829867 2.047698
7,25-10 2,75 2.511837123 0.55 1.41 1.38151 5,356805
Σ Qe 12,580209

Dari tabel perhitungan diatas dapat dihitung daya dukung tiang sebagai berikut:
Qu = Qe + Qs
= 130,58ton + 12,58 ton
= 143,16 ton
Dan daya dukung izin:
Qall = Qu / 2 = 71,58 ton

Dari hasil perhitungan daya dukung pondasi. Untuk kedalaman rencana 10 m,


berdasarkan metode empiris dengan data sondir didapat nilai daya dukung izin
sebesar 66,29 ton/tiang dan dengan data N-SPT didapat daya dukung izin sebesar
74,94 ton/tiang. Sedangkan berdasarkan metode statis analitis didapatkan nilai daya
dukung izin sebesar 71,58 ton/tiang. Sehingga nilai daya dukung izin yang
digunakan yang minimum adalah daya dukung berdasarkan sondir yaitu 66,29
ton/tiang.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
62

4.6.2. Kapasitas Dukung Tarik Tiang Tarik


Dengan data tanah yang tersedia, dengan menggunakan rumus Das Seeley
untuk mencari daya dukung tarik borepile :
Tug = Tun + W
Tun = L p α’ cu

Tabel 4.12. Perhitungan Tahanan Uplift


Kedalaman P L α' cu Tun
0-2,75 2.75 1.41 0.9 1.144283 3,9932
2,75-5,50 2.75 1,41 0.9 1.282451 4,4754
5,50-2,75 1.75 1.41 0.9 1.508849 3,3507
7,25-10 2,75 1.41 0.9 2.511837 8,7657
∑Tun 19,99

W = 2,4 ton/m3 x 3,14 x 0,2252x 10 m


= 3,815 ton

Tug = ∑Tun + W
= 19,99 ton + 3,815 ton = 23,805 ton
Qall = Q / 2
= 23,81 ton / 2
= 11,025 ton

Dari tabel 4.7 nilai gaya tarik maksimum diperoleh 9,3 ton.
Cek terhadap gaya tarik pondasi:
P < Qall
9,37 ton < 11,025ton (aman)

4.7. Perencanaan Jumlah Tiang


Untuk menghitung jumlah bored pile pada satu kaki tower dapat dicari
dengan melihat gaya vertikal pada tiap kaki tower dan daya dukung tiang tunggal.
Berdasarkan kombinasi pembebanan pada struktur tower, pembebanan untuk
pondasi dibedakan menjadi dua yaitu beban tetap dan beban darurat. Dari beberapa
kombinasi beban, baik untuk beban tetap ataupun beban darurat dipilih kombinasi
dengan nilai yang paling maximum. Berikut tabel reaksi gaya dalam pada kaki tower
diperlihatkan pada Tabel 4.17

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
63

Tabel 4.13. Reaksi Gaya Dalam Pada Kaki Tower


Beban Tetap Beban Darurat
Joint V Mx My V Mx My
(tonf- (tonf-
(tonf) (tonf-cm) (tonf-cm) (tonf) cm) cm)
383 46,11 4,326 -4,354 93,98 11,436 -3,36
395 46,36 -4,328 -4,384 64,89 18,26 21,08
405 46,83 4,413 4,356 73,81 7,941 7,997
413 47,04 -4,411 4,382 66,69 -5,837 7,035

Dari tabel reaksi gaya dalam pada kaki menaradapat dilihat beban vertikal maksimum pada
beban tetap sebesar 47,04 ton. Selanjutnya gaya vertikal pada masing-masing tower dibagi
dengan daya dukung izin tiang tunggal sebesar 66,3 ton/tiang. Sebelum menghitung jumlah
tiang, terlebih dahulu menghitung berat pile cap yang nantinya direncanakan sebagai salah
satu beban pada pondasi tiang.
tebal pile cap : 60 cm
Berat pile cap : 0,7 m x 0,7 m x 0,6 m x 2,4 ton/m3 = 0,706 ton
Volume tiang : 2,4 ton/m3 x 3,14 x 0,2252x 10 m= 3,815ton

𝑃 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚+𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑙𝑒 𝑐𝑎𝑝


Jumlah tiang =
𝑄𝑎𝑙𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔
47,04 𝑡𝑜𝑛 +0,706 𝑡𝑜𝑛
= = 0,72 tiang ≈ 1 tiang
66,3 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔

4.8. Kontrol Reaksi Tiang Tunggal Terhadap Beban Tetap


Selanjutnya mengontrol beban tetap terhadap tiang tunggal. Berikut
perhitungannya:
1) Joint 103
V1 ≤ Qizin
𝑊1 𝑀𝑦 .𝑋 𝑀𝑥 .𝑌
V1 = ± ±
𝑛 𝛴𝑋 2 𝛴𝑌 2
Dimana:
My = -4,354 ton
Mx = 4,326 ton
x=0
y=0
47,04 𝑡𝑜𝑛 + 0,706 𝑡𝑜𝑛
V1 = +0+0
1

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
64

V1 = 47,04 ton
V1 ≤ Qizin
47,8 ton ≤ 66,3 ton (aman)

4.9. Kontrol Reaksi Tiang Tunggal Terhadap Beban Darurat

1) Joint 105
V2 ≤ 1,5Qizin
𝑊2 𝑀𝑦 .𝑋 𝑀𝑥 .𝑌
V2 = ± ±
𝑛 𝛴𝑋 2 𝛴𝑌 2
Dimana:
My = -3,36ton
Mx = 11,436ton
x=0
y=0
93,98 𝑡𝑜𝑛 + 0,706 𝑡𝑜𝑛
V2 = +0+0
1
V2 = 94,68
V2 ≤ 1,5 Qizin
94,68 ton ≤ 99,45 ton (aman)

4.10. Pile Cap

Berikut keterangan pile cap:

Tinggi pile cap (h) : 60 cm

Tinggi selimut beton (hb) : 3 cm

Diameter bored pile : 45 cm

Luas permukaan pile cap : 0,6 m x 0,6 m = 0,36m2

Mutu beton pondasi (fc) : 225 Kg/cm2= 18,68Mpa

Mutu tulangan baja (fy) : 400 MPa

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
65

Dikarenakan pile cap hanya mengikat satu tiang dan berfungsi sebagai
penyambung antara pondasi dan kolom, penulangan pada pile cap diambil 1,5% dari
luas penampang pile cap. Berikut penjelasannya:

Luas penampang pile cap = 70 mm x 70 mm = 4900 mm2

Jumlah penulangan 1,5%

d’ = selimut beton + ½ d tulangan

d’ = 11 mm
1
ρ = (0,015) = 0,0075
2

d = h-d’ = 600-11 = 589 mm

As = ρbd = 0,0075 x 600 x 589 = 2650,5 mm2

Berdasarkan standar SNI 07-2052-2002, maka diameter rencana tulangan


untuk pile cap yang digunakan diameter 16 dan selanjutnya untuk mencari jumlah
tulangan yang dibutuhkan :

𝐴𝑠
n=
¼ 𝜋 𝑑2

2650,5 𝑚𝑚2
=
¼ 𝜋 162 𝑚𝑚

= 10,05≈ 10 batang

Pile cap diasumsikan sebagai kolom pendek, maka jumlah tulangan dibulatkan
menjadi keliapatan 10, yaitu 20 batang. Karena itu digunakan tulangan D16-150.
Berikut gambar penulangan pada pile cap.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
66

30 x 70
tie beam
960 cm

Kaki menara 960 cm


pile cap
B
A A

Gambar 4.9 Tampak atas pondasi

45 cm
60 cm

D16-150
10 m

borepile

potongan A

Gambar 4.10 Potongan A. samping Pile cap

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
67

potongan B

70 cm
D16-150

3 cm

Gambar 4.11 Potongan B. Tampak atas Pile cap

4.11. Pembahasan

Hasil analisa dengan menggunakan program SAP 2000 menunjukkan bahwa


pada menara transmisi dengan gaya angin sebesar 120 kg/m2 mampu ditahan oleh
menara tersebut sehingga beban angin yang digunakan secara analisa aman, pada
beban angin sendiri gaya angin terbesar didapatkan pada panel 6 yaitu sebesar
1066,2 kg.
Pada ratio baja sendiri ratio terbesar sebesar 0,98 pada profil L 10 x
10 x 8 oleh karena itu kondisi ratio pada menara transmisi bisa dikatakan aman.
Untuk profil baja sendiri difokuskan kepada mencari profil yang aman pada menara
tersebut sehingga sewaktu melakukan kontrol ratio ketika ada yang tidak aman maka
dilakukan pergantian. Berikut ini hasil analisa perhitungan faktor ratio keamanan
dengan menggunakan SAP 2000 :

Tabel 4.14. Ratio Batang Pada Menara


frame profil Ratio
22 L10x0.8 0,985187
1067 L20x1.8 0.97344
890 L5x0.4 0,965662
994 L6.5x0.6 0,924567
1361 L5x0.6 0,917953
605 L10x1 0,936792
1176 L12x1.3 0,905416
914 L15x1.2 0,897029
683 L9x0.6 0,896527

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
68

Pada analisa struktur atas difokuskan kepada batang tekan dan batang tarik
dimana batang tekan lebih difokuskan kepada tekuk.Untuk batang tekan pada
menara transmisi dikatakan aman oleh gaya-gaya yang bekerja di setiap batang pada
menara transmisi.Untuk desain baut sendiri didapatkan bahwa ada perbedaan antara
jumlah baut yang digunakan, diameter baut, dan jarak antar baut hal ini dikarenakan
PLN sendiri khusunya memiliki standar sendiri dalam mendesain baut.

Untuk analisa pondasi sendiri menggunakan pondasi bor pile dan direncanakan
di kota Palembang dengan kedalaman pondasi yang direncanakan sedalam 10 meter
dan diameter rencana 45 cm, sehingga daya dukung tekan izin yang didapatkan pada
Sondir sebesar 66,3 ton per tiang. Untuk gaya tarik pada pondasi sendiri aman yaitu
9,37 ton per tiang dari gaya izin yang diberikan sebesar 11,04 ton per tiang. Pada
perencanaan jumlah tiang didapatkan sebesar 0,72 tiang ≈ 1 tiang sehingga pada
perencanaan pondasi menggunakan satu tiang satu pile cap. Pada perencanan tulangan
didapatkan tulangan desain menggunakan D16-150.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dan saran yang didapat berdasarkan hasil analisa dan
pembahasan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :

5.1 Kesimpulan

1) Profil yang digunakan dalam menara transmisi untuk menahan beban tekan dan
tarik maksimal yang diterima yang seperti terjadi pada batang L50x50x5 dengan
gaya tekan 0,21 ton, L150x150x12 dengan gaya tarik 8,16 ton dikatakan aman
berdasarkan perhitungan manual dengan menggunakan metode LRFD (load
resistance factor design) dan adapun hasil dari output Sap 2000 pada tabel steel
design dalam kategori aman yang ditunjukkan dengan angka ratio kurang dari 1
atau keadaan profil batang tidak dalam kondisi berwarna merah.
2) Dari analisa program Sap 2000 didapat gaya tekan maksimum terjadi pada label
413 dengan gaya sebesar 47044,4 kgf dan gaya tarik maksimum terjadi pada
label 405 dengan gaya tarik 9375,12 kgf.
3) Perencanaan pondasi dilakukan dengan menggunakan borpile dengan diameter
450mm dan kedalaman 10 m. Kapasitas dukung tiang tekan dan tarik pondasi
tiang bor (borpile) masih dikontrol terhadap beban tekan dan tarik pada kolom
masih dalam tingkat aman, ditunjukkan dengan reaksi yang tidak melebihi daya
dukung izin pondasi dengan gaya tekan sebesar 47,8 ton dengan daya dukung
izin tekan sebesar 66,3 ton serta gaya tarik sebesar 9,36 ton dengan daya dukung
izin tarik sebesar 11,025 ton.

5.2 Saran
1) Dalam melakukan input data kedalam SAP 2000 hendaknya 2000 hendaknya
dilakukan dengan teliti sesuai dengan asumsi–asumsi yang telahd itetapkan
sebelumnya sehingga dapat dihasilkanan alisisa struktur yang sesuai.
2) Sebelum melakukan suatu perhitungan & perencanaan struktur alangkah lebih
tepat apabila memahami lebih dahulu peraturan yang berlaku khususnya SLPN
mengenait tata cara desain menara rangka baja.

69
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
70

3) Mungkin akan lebih baik jika perhitungan dengan bantuan program struktur
lebih dikhususkan untuk program menara, yaitu Ms.tower.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Scanned by CamScanner
a

Anda mungkin juga menyukai