Anda di halaman 1dari 6

Kesempatan bertemu Ramadhan merupakan karunia Allah yang sangat berharga.

Ia
adalah bulan bertabur fadhilah (keutamaan) dan kemuliaan. Ia juga merupakan
mahathah (terminal) chek point dan menambah iman, takwa, dan bekal amal untuk
akhirat. Oleh karena itu kedatanganya perlu disambut dengan persiapan yang serius.
Tulisan ini akan menguraikan tujuh hal pentin yang perlu dipehatikan sebagai persiapan
menyambut bulan Ramadhan. Tujuh tersebut adalah; (1) Do’a, (2) Bergembira Dengan
Kedatangan Ramadhan, (3) Berazam (tekad kuat) dan niat yang tulus, (4) Taubat, (5)
Persiapan dan Perencanaan Target, (6) Ilmu dan Pemahaman Tentang Fiqh Ramadhan,
dan (7)Membersihkan Hati dari Sifat Jahat dan Buruk Terhadap Sesama Muslim. Uraian
dari ketujuh poin tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Do’a

Do’a merupakan ibadah yang dengannya para hamba mengkomunikasikan hajat dan
harapan mereka kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dalam kaitannya dengan menyongsong
dan menyambut bulan Ramadhan, do’a yang dimaksud adalah memohon kepada Allah
dikaruniai umur panjang hingga berjumpa dengan bulan Ramadhan. Para salaf dahulu
memohon dipertemukan dengan bulan Ramadhan sejak enam bulan
sebelumnya. “Allahumma barik lana fi Rajaba wa sya’bana, wa ballighna Ramadhan; Ya
Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan sya’ban, serta sampaikanlah kami ke bulan
Ramadhan”, adalah salah satu do’a yang masyhur dari para salafus
Shaleh rahimahumullah.

Kita tidak menjamin apakah kita akan sampai ke bulan Ramadhan atau tidak. Kalaupun
kita masih sampai ke bulan Ramadhan, tidak ada jaminan bahwa kita dapat meraih
keutamaan Ramadhan. Oleh karena itu di sisa hari menjelang Ramadhan ini harapan
untuk diperjumpakan dengan Ramadhan harus selalu menyertai do’a-do’a kita.
Termasuk yang harus kita mohon adalah kekuatan, kemudahan, dan taufiq dari-Nya
untuk mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah, amal shaleh, dan ketaatan kepada
Allah. Sebab tidak sedikit orang yang menanti dan merindukan Ramadhan. Tapi ketika
Ramadhan datang, ia tidak memperoleh manfaat sama sekali dari Ramadhan. Ia tidak
dapat memanfaatkan Ramadhan dengan beribadah secara maksimal.

2. Bergembira Dengan Kedatangan Ramadhan

Diantara alamat (tanda-tanda) keimanan adalah bersukacita dan bergembira dengan


datangnya musim ketaatan. Sebab Ramadhan bagai tamu agung yang akan datang
dengan berbagai kebaikan dan keutamaan. Ia datang membawa rahmat, maghfirah
(ampunan), pembebasan dari neraka, satu malam yang lebih baik dari seribu bulan,
dan beragam keutamaan lainnya. Karena itu para pecinta dan perindu kebaikan pasti
senang dan bersukacita dengan kedatangannya.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu men-
tabsyir (menyampaikan kabar gembira) kepada para sahabat bila Ramadhan datang.
Beliau menggembirakan mereka agar termotivasi memanfaatkan momen Ramadhan
dan berusaha meraup keuatamaannya. Biasanya kabar gembira (busyro) yang
dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa penjelasan
keistimewaan dan keutamaan bulan Ramadhan. Sebagaimana dalam sebuah Hadits
Hasan yang dikeluarkan oleh Imam Nasai dalam Sunannya, Rasulullah menyampaikan
kabar gembira kepada sahabat dengan masuknya bulan Ramadhan. Beliau bersabda,
“Ramadhan telah mendatangi kalian. Bulan yang penuh berkah. Allah memfardhukan
kepada kalian berpuasa pada bulan ini. Pada bulan ini (pula) pintu langit dibuka, pintu-
pintu Jahim (neraka) ditutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan ini terdapat satu
malam yang lebih baik dari seribu bulan. Sesiapa yang tidak memperoleh kebaikannya,
maka terhalangi dari kebaikan”. (Terj. HR. Nasai).

Sebagai hamba yang sadar dengan berbagai kelemahan, kekurangan, dan kelalian
dalam ibadah selama ini, kita patut bersuka cita dengan kedatangan Ramadhan. Karena
ia merupakan momen meningkatkwa kwalitas diri dan iman. Kesempatan meraup
pahala dan ampunan sebanyak-banyaknya. Semoga dengan perasaan gembira dan
sukacita atas kedatangan Ramadhan, akan lahir semangat, tekad dan azam serta
kesungguhan mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah. Semoga muncul motivasi
meraih kemuliaan Ramadhan sebagai dijelaskan Nabi dalam berbagai haditsnya, seperti
pada hadits di atas.

3. Azam (Tekad Kuat) dan Niat Tulus

Sebagai dikatakan di atas, perasaan senang akan kedatangan Ramadhan dapat


melahirkan tekad yang kuat (azam) serta niyat yang tulus dan jujur untuk
memanfaatkan Ramadhan. Selanjutnya tekad yang kuat (azam) dan niat yang tulus
tersebut akan membuat seseorang produktif dalam mengisi Ramadhan dengan
berbagai ibadah dan amal shaleh.

Selain itu, azam dan niat yang jujur untuk memanfaatkan Ramadhan dengan ibadah
dapat menjadi sebab datangnya taufik dan kemudahan dari Allah. Artinya ketika Allah
mengetahui bahwa di dalam hati hamba-Nya terhunjam tekad yang kuat dan niat
sungguh-sungguh untuk meraih keutamaan Ramadhan, maka Allah akan memberikan
kemudahan kep ada hamba tersebut. Allah akan memberikan kemudahan dalam
melakukan ketaatan dan berbagai ibadah pada bulan Ramadhan. Berkenaan dengan
soal niat dan azam yang sungguh-sungguh ini, Allah Ta’ala berfirman, ‘’Walau
shadaqullaha lakana khairan lahum”.

Barangkali kisah berikut dapat dijadikan landasan bahwa kesungguhan dan kejujuran
niat seseorang sangat berperan sebagai sebab datangnya taufiq dari Allah. Diriwayakan
bahwa seorang Arab Badui datang menemui Nabi dengan maksud berbaiat kepadanya.
Saat itu sedang dalam persiapan menuju ke medan jihad. Di hadapan Rasulullah, orang
Arab Badui ini menyampaikan bahwa, “Wahai Rasulullah, akau berbaiat kepadamu
untuk ikut berperang bersamamu. Meskipun saya ditusuk anak panah dari sini (sambil
menunjuk leher depannya) sampai di sini (sembari menunjuk leher belekangnya)”.
Perang dimulai dan orang Badui tersebut turut berperang bersama kaum Muslimin
dibawa komando Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika perang telah usai,
ternyata orang Badui tersebut ditemukan telah meninggal. Lalu diangkat dan bibawa ke
hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Nabi menyingkap pakaian yang
menutupi tubuhnya, dilehernya tertancap satu anak panah. Posisi anak panah tersebut
menembus lehernya dari depan ke belakang. Persis sama seperti ketika ia berjanji di
hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selanjutnya Nabi mengafani jenazah orang
Arab Badui ini dengan pakaiaannya. Bahkan Nabi mendolakan beliau dengan tambahan
do’a khusus yang artinya; “Ya Allah, ini adalah hamba-Mu. Ia keluar berjihad di jalan-
Mu (sabilillah), lalu ia mati syahid di jalan-Mu. Saksikanlah ya Allah, aku adalah saksi
atasnya pada hari kiamat kelak.

Oleh karena itu-kembali ke soal menyambut Ramadhan-, kesunggugan dan keseriusan


dalam niat sangat berpengaruh. Karena itu mari tanamkan dalam hati niat yang serius,
bahwa kita akan memanfaatkan bulan Ramadhan dengan memperbanyak ibadah.
Moga-moga dengan niat dan tekad yang sungguh-sungguh tersebut, Allah berkenaan
memberikan taufiq dan kemudahan dalam mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai
ibadah.

4. Taubat

Taubat dari dosa dan maksiat perlu dilakukan dalam meyambut dan menyongsong
Ramadhan karena pada bulan Ramadhan nanti, kita akan melakukan berbagai ibadah
dan ketaatan kepada Allah. Sementara, dosa dan maksiat dapat menghalangi
seseorang dari ketaatan. Sebab, dosa dan maksiat dapat mengotori dan menutupi hati.
Pemilik hati yang tertutupi oleh karat dosa dan maksiat biasanya berat melakukan
ibadah dan amal shaleh.

Dahulu, para salaf sangat peka dalam soal ini. Diantara mereka ada yang
mengatakan, “Saya terhalangi melakukan shalat malam karena satu dosa yang
kulakukan”. Imam Hasan al-Bashri rahimahullah pernah ditanya oleh seorang pemuda
yang merasa berat bangun malam, padahal ia sudah berusaha. “La ta’shiyhi fin Nahari,
yuqidzuka fil Lail; Jangan kau durhakai (Allah) pada siang hari, Dia akan
membangunkanmu pada malam hari”, saran Hasan al-Bashri. Berkenaan dengan
kecintaan terhadap al-Qur’an, Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Lau
thahurat qulubuna maa syabi’at min kalami Rabbina; Andai hati kita bersih, maka ia
takkan pernah kenyang meni’mati perkataan Rabb kita (Al-Qur’an)”.

Oleh karena itu mari berusaha bersihkan hati dari noda dosa dan maksiat dengan
memperbanyak taubat dan istighfar. Mari teladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang bertaubat dan beristighfar lebih 70 kali dalam sehari. Taubat yang
sebenar-benarnya taubat (nasuha), yakni dengan meninggalkan dan menyesali dosa
pada masa lalu serta ber azam untuk tidak lagi mengulangi dosa tersebut. Karena itu
mari perbaharui selalu taubat dan istighfar kita. Semoga Allah karuniakan taufiq dan
kemudahan melakukan ibadah di bulan Ramadhan.

5. Persiapan dan Perencanaan Target

Persolan yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan dalam menyambut dan
menyongsong Ramadhan adalah persiapan dan perencanaan target. Ini sifatnya teknis
tapi penting. Karena gagal menyiapkan dan merencanakan sama dengan menyiapkan
dan merencanakan untuk gagal. Agenda ibadah dan amal shaleh pada bulan Ramadhan
semisal puasa, shalat tarwih, tilawah al-Qur’an, sedekah, dan ibadah-ibadah lainnya
perlu disiapkan dan direncanakan dengan matang. Persiapan dan perencanaan yang
baik insya Allah akan sangat membantu memaksimalkan ibadah dan amal shaleh pada
bulan Ramadhan yang mulia.
Diantara ibadah yang perlu disiapkan dan direncanakan misalnya target bacaan al-
Qur’an. Ini penting, guna memaksimalkan kwalitas dan kwantitas bacaan al-Qur’an kita
di bulan yang mulia. Mengingat tilawah al-Qur’an merupakan salah satu amalan utama
yang menyertai ibadah shiyam. Ramadhan disebut pula sebagai syahrul Qur’an. Karena
Ramadhan merupakan bulan diturunkannya al-Qur’an.

Oleh karena itu para salaf dahulu menjadikan Ramadhan sebagai bulan memperbanyak
bacaan al-Qur’an. Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu mengkhatamkan al-Qur’an
setiap tiga malam sekali dalam shalat Tarwih. Artinya beliau membaca sekira 10 juz
dalam setiap shalat Tarwihnya. Ada yang mengkhatamkan setiap sepuluh malam atau 3
juz sehari. Imam Syafi’i rahimahullah mengkatamkan 60 kali diluar shalat pada bulan
Ramadhan. Artinya beliau khatam dua kali dalam sehari di luar shalat. Sementara
Imam al-Aswad mengkhatamkan setiap dua hari sekali. Dan masih banyak kisah-kisah
menakjubkan dari para salaf dalam soal antusias mereka yang tinggi dalam
mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan.

Nah, jika kita ingin memaksimalkan bacaan al-Qur’an pada bulan Ramadhan nanti,
hendaknya ada persiapan dan perencanaan target. Misalnya, bila kita menargetkan 10
kali khatam selama Ramadhan, berarti khatam setiap 3 hari atau 10 juz dalam sehari.
Bila ingin mengkhatamkan 5 kali selama Ramadhan, berarti setiap enam hari sekali
khatam, atau lima juz dalam sehari. Setiap ba’da shalat fardhu membaca 1 juz.
Demikian seterusnya. Yang pasti hendakhnya ada target dan perencanaan yang baik.
dan masing-masing orang hendaknya menetapkan target sesuai kemampuannya, dan
mengatur jadwal sedetail dan serapi mungkin.

Amalan lain yang perlu disiapkan dan direncanakan adalah target sedekah. Sebab
sedekah merupakan salah satu amalan utama pada bulan Ramadhan selain puasa,
tilawah al-Qur’an, dan amalan-amalan lainnya. Bahkan sedekah pada bulan Ramadhan
merupakan seutama-utama sedekah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, “Seafdhal-afdhal sedekah adalah pada bulan Ramadhan” (Terj. HR.
Tirmidzi).

Oleh karena itu dalam hadits kita temukan bahwa kedermawanan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam meningkat pada bulan Ramadhan. Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia
paling dermawan. Dan beliau makin dermawan pada bulan Ramadhan saat didatangi
Jibril untuk mudarasah al-Qur’an” (terj. HR. Bukhari).

Ada beberapa bentuk sedekah pada bulan Ramadhan, diantaranya memberi makan dan
memberi suguhan buka puasa (tafthir ash-Shaim). Memberi makan dan suguhan buka
puasa memiliki keutamaan yang sangat besar, sebagaimana dijelaskan dalam hadits-
hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya hadits yang dikeluarkan oleh
Imam Tirmidzi dalam Sunannya, “Siapa saja yang memberi makan saudaranya sesama
mu’min yang lapar, niscaya Allah akan memberinya buah-buahan surga. . . . (terj. HR.
Tirmidzi)

Sedangkan keutamaan memberi suguhan buka puasa diterangkan dalam beberapa


hadits shahih, diantaranya yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dari Salman al-
Farisi radhiyallahu ‘anhu, “Barangsiapa menyediakan suguhan (makanan/minuman)
berbuka bagi orang yang berpuasa, niscaya hal itu akan menjadi penghapus dosa-
dosanya dan menjadi pembebas dirinya dari neraka. Ia juga akan memperoleh pahala
seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa
sedikitpun”.

Oleh sebab itu seorang Muslim hendaknya merencanakan dan memprogramkan


sedekah pada bulan Ramadhan yang mulia ini. Perlu ada persiapan dan perencanaan
target, agar dapat bersedekah secara rutin –meski sedikit- pada bulan Ramadhan.
Karena amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling dawam (kontiniu) meski
sedikit. Agar mendapat do’a Malaikat setiap hari. Misalnya target sedekah Rp
1000/hari, sekardus air mineral/pekan, sekilo (kg) kurma/tiga hari, dan seterusnya.

6. Ilmu Tentang Fiqh Ramadhan

Islam sangat mementingkan ilmu sebelum berkata dan beramal. Banyak ayat al-Qur’an
dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya surah Muhammad ayat
19:

[arabic-font]ُ‫[ َفاعْ لَ ْم َأ َّن ُه الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللا‬/arabic-font]

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) yang patut
diibadahi kecuali Allah” …. (QS. Muhammad: 19).

Ayat tersebut memerintahkan untuk berilmu terlebih dahulu sebelum beramal. Oleh
karena itu Imam Bukhari dalam kitab shahihnya menulis satu bab khusus tentang
pentingnya ilmu sebelum beramal. Beliau beri judul Bab al-‘Ilmu Qabla al-Qauli wa
al-‘Amal (Bab Tentang Pentingnya Ilmu Sebelum Berkata dan Berbuat). Sebelum
mencantumkan hadits-hadits Rasulullah yang berkaitan dengan judul Bab, beliau
menempatkan terlebih dahulu surah Muhammad ayat 19 di atas.

Ilmu dipentingkan sebelum beramal, karena syarat diterimannya amal setelah ikhlas
adalah mutaba’ah. Yakni amal tersebut harus benar dan bersesuaian dengan syari’at
dan sunnah. Oleh karena itu guna menyambut Ramadhan dengan ilmu, perlu kiranya
menyegarkan kembali pelajaran tentang fiqh ibadah pada bulan Ramadhan. Semisal
fiqh puasa, shalat tarwih, zakat, sedekah, dan iabadah-ibadah lainnya.

7. Membersihkan Hati Dari Berbagai Sifat Dendam dan Hasad Kepada


Sesama Muslim

Dendam dan dengki (hasad) merupakan sifat tercela. Sementara terbebas dari sifat
tercela tersebut merupakan ciri orang beriman dan bertakwa. Terbebas dari sifat
pendendam merupakan tanda penghuni surga, sebagai dijelaskan oleh Allah dalam
surah al-A’raf ayat 43 dan al-Hijr ayat 47:

[arabic-font]
‫ ِري‬-ْ‫ُورهِم مِّنْ غِ ٍّل َتج‬
ِ ‫د‬-‫ص‬ُ ‫] َو َن َزعْ َنا مَا فِي‬٧:٤٢[ َ‫ ُه ْم فِيهَا َخالِ ُدون‬ ۖ ‫ت اَل ُن َكلِّفُ َن ْفسًا ِإاَّل وُ سْ عَ هَا ُأو ٰ َلِئكَ َأصْ حَ ابُ ْالجَ َّن ِة‬
ِ ‫َوالَّذِينَ آ َم ُنوا َوعَ مِلُوا الصَّالِحَ ا‬
]٧:٤٣[ .…  ۖ ‫مِن َتحْ ت ِِه ُم اَأْل ْنهَا ُر‬

[/arabic-font]

“dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak
memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya,
mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. Dan Kami cabut
segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka
sungai-sungai ….”. (QS Al-A’raf:43)

[arabic-font]

]١٥:٤٧[ َ‫ مِّنْ غِ ٍّل ِإ ْخ َوا ًنا عَ لَ ٰى ُسر ٍُر ُّم َت َق ِابلِين‬-‫ُور ِهم‬
ِ ‫صد‬ُ ‫] َو َن َزعْ َنا مَا فِي‬١٥:٤٦[ َ‫] ْاد ُخلُوهَا ِبسَ اَل ٍم آ ِمنِين‬١٥:٤٥[ ‫ُون‬ ٍ ‫ِإنَّ ْال ُم َّتقِينَ فِي جَ َّنا‬
ٍ ‫ت َو ُعي‬

[/arabic-font]

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman)


dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka):
“Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman” Dan Kami lenyapkan segala rasa
dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk
berhadap-hadapan di atas dipan-dipan”. (QS Al-Hijr: 45-47)

Demikian pula dengan sifat hasad (iri hati dan dengki). Ia merupakan sifat buruk yang
sangat berbahaya. Ia dapat menghapuskan amalan kebaikan bagai api yang melahap
kayu bakar.

Seorang Muslim hendaknya membersihkan dirinya dari sifat buruk ini sebelum
memasuki bulan Ramadhan. Agar ia memasuki bulan mulia tersebut dengan hati yang
bersih dan dada yang lapang. Agar dapat melaksanakan amaliah Ramadhan dengan
hati tenang. Jangan sampai berbagai kebaikan yang dilakukan berupa shiyam, qiyam,
sedekah, tilawah, dan ibadah lainnya menjadi sia-sia karena sifat dengki (hasad).
Sebab hasad dapat melahap kebaikan seperti api yang menghanguskan kayu bakar.
Demikian tujuh hal yang perlu diperhatikan seorang Muslim dalam menyambut
Ramadhan. Semoga dengan melakukan ketujuh hal tersebut Allah mengaruniakan
taufiq dan kemudahan dalam mengisi Ramadhan. Sehingga kita dapat meraup
keutamaan Ramadhan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Moga-moga kita keluar
sebagai alumni Ramadhan yang memperoleh gelar taqwa. Waffaqanallahu wa iyyakum
lil ‘Ilmin Nafi’ wal ‘amalis Shalih. (A. Huzaimah el Munawiy).

Anda mungkin juga menyukai