MUHTADI
Nama : Muhtadi
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar,
Yang menyatakan
Muhtadi
PRAKATA
Palu.
Berkat bantuan, dukungan dan doa serta kritik dan saran yang sifatnya
diselesaikan.
Prof. Dr. Aminuddin Ilmar, S.H, M.H, sebagai Ketua Komisi Penasehat dan
Prof. Dr. Muh. Yunus Wahid, S.H, M.Si, sebagai anggota Komisi Penasehat
atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari penyusunan
Syamsul Bachri, S.H, M.S., Prof. Dr. Marthen Arie, S.H,M.H. dan
Dr. Hamzah Halim S.H,M.H, selaku Dosen penguji yang telah memberikan
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Aswanto, S.H, M.Si, DFM, selaku dekan Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin.
2. Prof. Dr. Marthen Arie, S.H,M.H. selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu
8. Istriku Nur Zulhijah, SKM. dan Anak-anakku tercinta Qalby Aisy Afrah,
9. Kedua orang tua tercinta, serta kakak dan adik yang selalu menjadi
Muhtadi
ABSTRAK
The research used the legal social methodie the research with the legal
norm analisys and lobrary studi authority wich expained by invetigating and
examining the valid legal regulations at the moment to perceive the aplication
or implementation the medical action authority delegation to the nurses
through a filed research conducted by the direct observation interview, so that
the clarity about the object investigated could be obtained.
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………… ii
PRAKATA…………………………………………………………………… iv
ABSTRAK………………………………………………………………….. v
ABSTRACT………………………………………………………………… vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang,…………………………………………........... 1
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….... 8
D. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 9
1. Manfaat Teoritis…………………………………………….. 9
2. Manfaat Praktis……………………………………………... 9
Sumber Hukum…………………………………………… 16
3. Fungsi perundang-undangan……………………………. 19
1. Konsep Kebijakan………………………………………….. 22
2. Peraturan Kebijakan………………………………………. 22
1. Wewenang Pemerintah…………………………………. 28
1. Etika Keperawatan……………………………………….. 43
6. Proses Keperawatan………………………………………. 55
H. Kerangka Pikir…………………………………………………... 85
I. Definisi Operasional…………………………………………..
B. Pendekatan Penelitian………………………………………… 88
C. Lokasi Penelitian…………………………………………….. 88
Tertulis………………………………………………………. 100
3. Sosialisasi…………………………………………………… 114
4. Pengawasan…………………………………………………
A. Latar Belakang
besar.
tenaga kesehatan baik dari segi kuantitas dan kualitas sehingga fungsi
2008, rasio tenaga kesehatan masih belum mencapai target per 100.000
(target 9 per 100.000 penduduk), dokter umum sebesar 26,3 per 100.000
penduduk (target 30 per 100.000 penduduk), dokter gigi sebesar 7,7 per
157,75 per 100.000 penduduk sudah mendekati target 158 per 100.000
penduduk, dan bidan sebesar 43,75 per 100.000 penduduk jauh dari
Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi
mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai
dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas:
a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
c. menentukan pemeriksaan penunjang;
d. menegakkan diagnosis;
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;g. menulis
resep obat dan alat kesehatan;
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
i. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan
j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik
di daerah terpencil yang tidak ada apotek
1
Kementerian Kesehatan RI, 2010, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014,
Hlm 8
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
pelayanan kesehatan.
24 jam dengan pasien, mulai pasien masuk sampai pulang akan terus
obat (93.1%).
2
Triwibowo, 2010, Hukum Keperawatan Panduan Hukum dan Etika Bagi Perawat, Pustaka Book
Publisher, Jakarta, Hlm 60.
hukum kepada perawat maka dilakukan pelimpahan tindakan medik
perawat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
yaitu:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
umum ( berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal – hal yang
berikut :4
3
Ridwan, 2012, Hukum Administrasi Negara, edisi Revisi, Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
Hlm.129
4
Ibid, hal 130
b. Bersifat universal, ia diciptakan untuk menghadapi peristiwa-
kembali.
memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau
5
Abdul Razak, Peraturan Kebijakan (Beleidsregels), 2012, Penerbit Republik Institut, Rangkang
Education, Yogyakarta hal 50
Bagir Manan (1993;6)6 menjelaskan bahwa peraturan
undang dalam arti materil yaitu semua hukum tertulis dari pemerintah
6
Ibid, hlm 50
7
Ibid, hlm 50 - 51
Perkataan umum - abstrak dicirikan oleh unsur– unsur sebagai
berikut :8
yaitu :
8
Ibid hal 131-132
9
Achmad Ruslan, 2011, Teori dan panduan praktik Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
di Indonesia,Jogyakarta, hal. 37-40)
Oleh karena itu, pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Perundang -undangan
1) Perintah ( gebod)
2) Larangan ( verbod)
3) Pengizinan ( toestemming)
4) Pembebasan ( vrijstelling)
berikut :10
10
Ibid, hlm 40
dan / atau pidana dan / atau administratif serta yang bersifat
fakultatif
asasi manusia
subyeknya)
bersifat instrinsik
bersifat teritorilistik
dana penegakannya.
3. Fungsi Perundang-undangan
Fungsi peraturan perundang-undangan ada dua kelompok utama yaitu
a. Fungsi Internal
11
Bagir Manan Dalam Achmad Ruslan, 2011, Teori Dan Panduan Praktik Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan Di Indonesia, Penerbit Rangkang Education, Jogyakarta, Hal 57 - 61
12
Abdul Razak, Op Cit, hlm 56
perundang-undangan sebagai instrument disusun secara
memperbaharui yurisprudensi.
3) Fungsi integrasi
peraturan perundang-undangan.
b. Fungsi eksternal
yuriprudensi.
1. Konsep Kebijakan
13
Menurut Laica Marzukin , freis ermessen merupakan
13
Ridwan dan Sudrajat, 2012, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Nuansa,
Bandung. Hlm 152
14
Ibid Hlm 153.
menuntuut penyelesaian dengan segera. Misalnya dalam
masing.
ini harus dalam batas yang dimungkinkan oleh hukum yang berlaku.
hukum yang berlaku baik hukum tertulis maupun hukum yang tidak
15
Ibid, Hlm 153
a. Penggunaan freies Ermessen tidak boleh bertentangan dengan
umum.
hukum terdapat dua batas yaitu, batas bawah dan batas atas. Batas
16
Ibid, Hlm 154
17
S.F. Marbun, 1997, Peradilan Admistrasi Negara dan Upaya Administrasf Indonesia, Liberty,
Yogyakarta. Hlm. 166
2. Peraturan Kebijakan
(keputusan-keputusan)18.
undang atau hukum. Oleh karena itu, peraturan ini disebut pula
18
H.R. Ridwan, 2011, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta. Hlm. 174
19
Ibid, Hlm 177
a. Peraturan itu langsung ataupun tidak langsung, tidak didasarkan
tersebut.
berikut :
undangan
kebijakan.
20
Ibid, Hlm 178
c. Peraturan kebijakan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena
peraturan perundang-undangan.
masyarakat umum.
21
Ibid, Hlm 181.
C. Tinjauan Tentang Kewenangan
1. Wewenang Pemerintah
perlakuan terjadi karena setiap orang yang berada dalam situasi seperti
dahulu.
22
Ridwan dan Sudrajat, Op. Cit. Hlm 133
23
H.R. Ridwan, Op. Cit, Hlm. 94
Berdasarkan Bagir Manan24, hukum memiliki berbagai kelemahan
kesulitan yang dihadapi hukum tertulis yaitu 1). Hukum sebagai bagian
pemerintahan yaitu :
ditetapkan.
bersangkutan
luas.
24
Ridwan dan Sudrajat, Op. Cit, Hlm, 134.
25
Ibid, Hal 135
d. Legalitas, yaitu syarat yang menyatakan bahwa perbuatan atau
baiknya.
hukum publik.
26
Ibid, Hlm. 136.
Menurut Bagir Manan27, wewenang dalam bahasa hukum tidak
konsep itu dapat dikatakan sebagai hal yang paling penting dalam hukum
tata Negara dan hukum administrasi Negara. Selain itu hal tersebut
undangan diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi dan mandat.
27
H.R . Ridwan, Op Cit, Hlm 99
Atribusi terjadi pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu
mandate adalah :
pemerintahan)
28
H.R. Ridwan, Op. Cit, Hlm. 101.
29
Ibid, Hlm 102
b. Delegatie : overdracth van een bevoegheid van het ene bestuurgaan
pemerintahan lainnya).
namanya)
secara logis selalu didahului oleh atribusi, sedangkan pada mandat tidak
Dalam hal ini mandat tidak terjadi perubahan wewenang apapun, yang
secara yuridis wewenang dan tanggung jawab tetap berada pada organ
30
Ibid, Hlm 102.
kementerian. Pegawai memutuskan secara factual, menteri secara
yuridis.
31
Ibid,Hlm 104.
32
Ridwan J dan Sudrajat. Op. Cit, Hlm 139.
d. Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya delegasi
wewenang tersebut.
33
S.F. Marbun, Op. cit , Hlm. 161
Menurut krabbe (Ahmad Ali, 1998)34, kesadaran hukum sebenarnya
tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada.
terhadap hukum secara umum, Achmad Ali, yang juga beberapa dari
faktor berikut diakui oleh C.G. Howard & R.S. Mumners dalam Law: Its
dari orang-orang yang menjadi target aturan hukum secara umum itu.
Oleh karena itu, jika aturan hukum yang dimaksud berbentuk undang-
undang tersebut.
3. Sosialisasi yang optimal kepada seluruh target aturan hukum itu. Kita
34
Ahmad Ali, 1998, Menjelajai Kajian Empiris Terhadap Hukum, Yarsif Watampone, Hlm. 192.
35
Achmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence),
Cet. Ke-3, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hlm.375.
tidak boleh menyakini fiksi hukum yang menentukan bahwa semua
mengharuskan (mandatur).
9. Efektif atau tidak efektifnya suatu aturan hukum secara hukum, juga
10. Efektif atau tidaknya suatu aturan hukum secara umum, juga
Sebaliknya, jika yang ingin kita kaji adalah efektivitas aturan hukum
efektivitas dari setiap aturan hukum yang berbeda tersebut. Jika yang
Oleh karena itu, menurut Achmad Ali, pada umumnya, faktor yang
tersebut.
bahwa mencuri itu salah atau jahat belum tentu menyebabkan orang itu
mendesak.
36
Achmad Ali, 1998, Op.Cit, Hlm. 193.
1. Ketaatan yang bersifat compliance, yaitu jika seseorang taat
yaitu :37
yaitu:
37
Achmad Ruslan, 2011, Teori dan panduan praktik pembentukan peraturan perundang-undangan di
Indonesia, Rangkang Education, Jojakarta, Hlm 74-75
warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan pemahaman
yang berlaku.
tinggi.
tinggi. Apabila yang bersangkutan patuh atau taat pada hukum, maka
dilihat dari derajat kepatuhan hukum yang terwujud di dalam pola prilaku
manusia yang nyata. Kalau hukum ditaati, maka hal itu merupakan suatu
Dengan kata lain, peraturan itu efektif apabila para pemegang peran
pikir dan tingkah laku) dengan tujuan yang dikehendaki oleh undang-
dikehendaki.
39
Achmad Ali, Op Cit, Hlm 198
4. Pengukuran terhadap efek terhadap peraturan-peraturan yang
diperlukan
hidup
yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi
nilai, kaidah da pola perilaku. Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa
40
Soekanto, 2012, Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakkan hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
Hlm.7.
penegakkan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan
4. Faktor masyarakat
5. Faktor kebudayaan.
itu merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur
1. Etika Keperawatan
41
Ibid, Hlm 8.
seseorang melakukan hubungan dengan orang lain. Etik berasal dari dari
kata yunani yaitu ethos yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak,
Etika adalah usaha manusia dalam memakai akal budi dan daya
pikirnya untuk memecahkan masalah hidup atau untuk suatu upaya agar
43
menjadi baik. Menurut Indar etika sangat diperlukan dalam bidang
degenerative.
adalah44 :
a. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral.
ahlak.
c. Nilai yang benar dan yang salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
42
Triwibowo, 2010, Hukum Keperawatan (Panduan Hukum dan Etika bagi perawat), Pustaka Book
Publisher, Yogyakarta. Hlm 16.
43
Indar, 2010, Etika dan Hukum Kesehatan, Lephas, Makassar. Hlm. 9
44
Triwibowo, Op. Cit Hlm. 18
Dalam pekerjaan profesi, etik profesi sangat diutamakan dalam
lain. Menurut Priharjo (1995) Etik profesi yaitu perilaku yang diharapkan
profesionalnya45.
45
Ibid (hal 16)
46
Triwibowo, Op. Cit, Hlm 20.
d. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan
professional
a. Hak Perawat
Hak adalah apa yang harus diperoleh dari pihak lain dan
47
Notoadmodjo, 2010, Etika dan hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, Hlm 25.
48
Lubis, M.S, 2009, Mengenal Hak Konsumen dan Pasien, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.
1) Merupakan kekuasaan, kewenangan yang diberikan oleh hukum
2) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau
keluarganya
b. Kewajiban Perawat
(1)50, berbunyi :
50
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 Tentang Tenaga kesehatan, pasal 22 (1)
Selain itu pada pasal 12 ayat (2), Perawat dalam menjalankan
kesehatan masyarakat.
51
Ta’adi, 2010, Hukum Kesehatan (Pengantar Menuju Perawat Profesioanl), Buku kedokteran
EGC,Jakarta,. Hlm. 17.
Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan
pendidikan keperawatan
lainnya.
penelitian kesehatan.
Dalam praktik keperawatan, fungsi perawat terdiri dari tiga fungsi
yaitu 52:
a. Fungsi Independen
ilmu dan kiat keperawatan, dalam hal ini tindakan perawat tidak
b. Fungsi interdependen
Pada fungsi ini tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan
tim perawatan atau tim kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat
janin.
52
Praptianingsih, 2008.Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di Rumah
Sakit, Rajawali Pers, Jakarta. Hlm 32.
c. Fungsi dependen
yang meliputi :
rata seorang perawat dengan kualifikasi yang sama, maka dia telah
6. Proses Keperawatan
secara individual.
pada proses keperawatan didalam praktik terdiri dari dari lima tahap
yaitu 54:
a. Assessment (Pengkajian)
53
Pratinigsih,2008, Kedudukan Hukum perawat Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit,
Jakarta, rajawali Pers, Hlm 52.
54
Ibid Hlm.39-44.
psikologis, kognisi, social dan spiritual dalam format yang telah
ditentukan
b. Diagnosis Keperawatan
c. Perencanaan
d. Implementasi
asuhan keperawatan
e. Evaluasi
3) Pencapaian tujuan
dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di
berdampak pada masa depan klien. Klien tidak akan punya keturunan
melaksanakan tugas.
yaitu56 :
dan masyarakat)
56
Ibid, Hlm 45.
57
www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/204312098/bab2.pdf, diakses 9 November 20012
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan perawatan yang
melaksanakan tugas-tugasnya.
hak dasar individual. Hak, dalam Blacks law dictionary, berarti suatu right
yang mengandung suatu arti, antara hak alami (natural right), hak politik
(polical right), serta hak pribadi (civil right). Hak untuk menentukan nasib
sendiri lebih dekat artinya dengan hak pribadi, yaitu hak atas keamanan
58
Ari yunanto dan helmi, 2010, hukum pidana malpraktik medic tinjauan dan perspektif medikolegal,
CV.Andi Offset, Yogyakarta, , Hal 18
tentang Kesehatan, pada Bab III pasal 4 sampai pasal 8 tentang hak dan
c. Hak untuk memilih tenaga kesehatan dan rumah sakit yang akan
merawat pasien
59
Bahder J. Nasution, 2005, Hukum Kesehatan (pertanggungjawaban Dokter), Rineka Cipta, Jakarta,
Hal 33
masih sepihak, komunikasi yang terjadi satu arah, pasien menuruti
alasannya
a. Hak atas informasi dan atau memberikan persetujuan, hal ini dikenal
Informed consent.
sesuatu yang oleh pasien secara sadar atau tidak sadari disampaikan
oleh pasien.
60
Ta’adi, Op. Cit Hlm 28.
e. Hak atas pendapat kedua (second opinion). Kadang pasien pasien
itu sendiri dengan maksu dan itikad baik dari pasien untuk beralih dan
f. Hak atas rekam medis. Bahwa rekam medis adalah milik sarana
sebagai berikut61 :
standar profesi
61
Ari yunanto dan helmi, Op. Cit, Hlm 21.
e. Hak untuk dirujuk kalau diperlukan
perawatan
mencakup :
orang;
b. Accessibility (Aksesibilitas), memiliki empat dimensi yaitu : non
secara kultural;
2. Pelayanan Kesehatan
ekonomis.
Pelayanan kesehatan bagi masyarakat bertujuan untuk
ataupun masyarakat.
62
Azrul Aswar, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta, Hlm,
42
ini berupa; pendidikan (promotif), pencegahan (preventif), dan
pemulihan (rehabilitasi).63
dibedakan atas dua (2) macam, menururut Hodgetts dan Cascio (1993)
a. Pelayanan Kedokteran
63
Wiku Adisasmito, 2012, Sistem Kesehatan, Rajawali Pers, Jakarta, Hlm. 74
64
Azrul Azwar, Op. cit. Hlm. 43
Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang
4) Pemberantasan vector
65
Ibid, Hlm. 78
66
Soekidjo Notoatmodjo, 2007,Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, Rineka Cipta, Jakarta. Hlm. 17.
9) Pengawasan obat dan makanan
a. Promosi (promotif),
sebagainya.
b. Pencegahan (Preventif),
lain sebagainya.
penyakitnya menular
d. Pemulihan (Rehabilitative).
atas :
1) Rehabilitasi fisik
2) Rehabilitasi mental
masyarakat.
4) Rehabilitasi aesthetis
adalah semua orang yang bekerja aktif dibidang kesehatan, baik untuk
kesehatan.68
68
Wiku Adisasmito, 2012, Op. Cit, Hlm. 124
menurut PP No. 32 Tahun 1996 adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta yang untuk jenis tertentu memerlukan
diharapkan.
69
Ibid Hlm. 125
b. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah
70
Ari Yunanto dan Helmi, 2010, Op. Cit. Hlm 7
71
Ibid, Hlm 39
dilakukan oleh manusia lain, yang umumnya memerlukan pertolongan
c. Harus ada indikasi medis yang merupakan titik tolak dari segala
72
J. Suwandi, 2007, Dokter, Pasien dan Hukum, Balai Penerbit UI, Jakarta, hlm 42
e. Segala tindakannya harus selalu ditujukan kepada kesejahteraan
pasiennya.
a. Hak Dokter
manusia seperti :
b. Kewajiban Dokter
pemeliharaan kesehatan
73
Ari Yunanto dan Helmi, Op. Cit, Hlm 25.
2) Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
3) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
4) Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya; dan
5) Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan
ilmu kedokteran atau kedokteran gigi
maupun kualitatatif.
khususnya perawat.74
74
Indar, Op. Cit, Hlm 144.
kolaboratif kemitraan. Makna kemitraan antara petugas di rumah sakit
masing
bekerjasama.
sanksi-sanksi hukum.
75
Ibid, Hlm. 147
76
Ridwan HR, 2006, Hukum administrasi Negara, Rineka Cipta, Jakarta.
Undan-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 jo Pasal 15
bahwa dokter secara secara yuridis dan moral tetap bertanggung jawab,
karena apa yang dilakukan oleh perawat itu adalah instruksi dokter.
H. Kerangka Pikir
masyarakat.
Pelaksanaan
Pelimpahan
kewenangan
(X1)
Mandat Tertulis
Is Pelimpahan
Kewenangan
Standar Prosedur
Operasional
Pelimpahan Terlaksananya
Kewenangan Tindakan Pelimpahan
kewenangan
Medik Kepada Perawat tindakan medis
(Y)
Faktor-faktor
berpengaruh
(X3)
Substansi Hukum
Nakes
Sosialisasi
Pengawasan
I. Defenisi Operasional
berdasarkan kewenangan.
Kedokteran
yang dimiliki oleh dokter, Ka. PKM, dan perawat tentang peraturan
Tindakan medik
7. Sosialisasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Dinas
yang berlaku..
10. Perawat adalah Seseorang yang yang telah lulus pendidikan perawat
keperawatan.
diteliti dapat dijawab secara tuntas. Data yang dimaksud agar dapat
berikut:
C. Lokasi Penelitian
Palu
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pihak yang terkait dalam
79
Djaman, 2009, Metodologi penelitian kualitatif, Bandung, Penerbit Alfabeta, hal.18
80
Ibid, hal.47
1. Kepala Puskesmas di wilayah Kota Palu yaitu sebanyak 12 Kepala
Puskesmas
Perawat
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu
1. Data Primer
2. Data Sekunder
diteliti, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
data merupakan fase terpenting dalam proses penelitian. Dari data yang
1. Studi Kepustakaan
2. Studi lapangan
81
Burhan Ashshofa,2010 Metode Penelitian Hukum,Rineka Cipta,Jakarta.
Dengan memperoleh informasi langsung dari obyeknya diharapkan
akan memperoleh pertanyaan suatu tingkat ketelitian yang relatif
tinggi.
Keterangan yang didapatkan tidak semata-mata dari hal-hal yang
bersumber dari pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan, akan
tetapi dari pengamatan dilapangan
masing-masing variabel.
terintegrasi antara yang satu dengan yang lainnya. Maka dapat dilakukan
undang itu berhak dan berkewajiban untuk berbuat seperti apa yang
yang berlaku, maka pada asasnya dapat dilihat atau diharapkan apa
No Pelimpahan Jumlah %
kewenangan
1 Tertulis 10 41, 6
Jumlah 24 100
besar dilakukan secara tidak tertulis, cara yang dilakukan adalah melalui
tidak ada ditempat, hal tersebut tentunya tidak sesuai atau bertentangan
untuk bertindak.
wewenang adalah ;
Undang ini
Pasal 33
bersangkutan.
kesehatan
3. Permenkes No. 2052 Tahun 2011 tentang izin dan Praktik Kedokteran
Pasal 31
penjelasan yang tegas dan tertulis tentang wewenang apa saja yang
Jumlah 8 100
jelas jenis tindakan medik apa saja yang dilimpahkan adalah sebesar 8
pengobatan pasien;
Nomor 2052 Tahun 2011, pada pasal 23 (1) berbunyi : Dokter atau
besar belum terlaksana sesuai dengan ketentuan hukum, hal ini dapat
hukum tadi, dan hukum semakin efektif apabila peran yang dijalankan
oleh para subjek hukum semakin mendekati apa yang telah ditentukan
oleh hukum. Disamping itu masih banyak faktor penentu lain yang
dan lebih jelasnya akan dibahas dalam bagian lain dalam pembahasan
kewenangan
itu.
setiap waktu dapat bertindak dan tidak tergantung dari instruksi yang
kemuadian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku atau sikap tindak
1. Substansi Hukum
Penyebab tidak efektifnya pelaksanaan hukum di pengaruhi
pelaksananya.
publik.
pada masyarakat.
sehubungan dengan hal itu ada beberapa hal yang perlu diperjelas
kepada perawat tidak ada petunjuk teknis prosedur atau tata cara
profesi
penyelenggaraan pemerintahan.
sebagai berikut :
1 Mengetahui 1 2 4 8,3
Jumlah 12 24 48 100
pelaksanaan dilapangan.
optimal
sangat kurang, hal ini disebakan masih rendahnya peranan dari Dinas
Kepada Perawat.
4. Pengawasan
dibawah ini.
1 Pernah Melakukan 5 42
2 Belum Melakukan 7 58
Jumlah 12 100
Pusk
1 Dilaksanakan 0 0 0 0 0
2 Tidak
12 12 24 48 100
dilaksanakan
Jumlah 48 100
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Agar pelaksanaan pelimpahan kewenangan tindakan medis kepada
pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan kota Palu kepada tenaga
Achmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicial Prudence), Cet. Ke-3, Jakarta, Kencana Prenada Media Group
Ari yunanto dan helmi, 2010, hukum pidana malpraktik medic tinjauan dan
perspektif medikolegal, CV.Andi Offset, Yogyakarta.
J. Suwandi, 2007, Dokter, Pasien dan Hukum, Balai Penerbit UI, Jakarta.
www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/204312098/bab2.pdf, diakses 9
November 20012
Peraturan Perundang-Undangan