Anda di halaman 1dari 14

AKHIR PERSEKUTUAN BELANDA DENGAN

KERAJAAN BONE ABAD XIX


THE END ALLIANCES OF DUTCH AND BONE KINGDOM
IN THE XIX CENTURY
Sahajuddin
Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan
Jalan Sultan Alauddin/ Tala Salapang Km. 7 Makassar, 90221
Telepon (0411) 885119, 883748, Faksimile (0411) 865166
Pos-el: saj.sahajuddin@yahoo.com
Diterima: 20 Januari 2017; Direvisi: 15 Maret 2017; Disetujui: 31 Mei 2017

ABSTRACT
This study aims to reveal the government change movement from the Governor of Makassar (Gouverneur
van Makassar) into the Governor of Celebes and the conquered areas (Gouverneur van Celebes en
Onderhoorigheden). This study uses a historical method that explains the problem based on historical
perspective with several steps, such as heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The result
of the study indicates that the change of government was in long-termed with the end of the alliance between
the Dutch and the Bone Kingdom. The alliances began to be disturbed when the Dutch surrender of South
Sulawesi to the British. The Bone Kingdom did not want to cooperate with the Dutch anymore, as evidenced
by the rejection of Bone Kingdom to sign the Korte Verklaring 1824. The change status of governor was the
culmination of Bone’s disappointment by taking the fight. The change was also related to the Dutchplanning to
make the port of Sombaopu as a free port as conducted by the British in Singapore. To achieve the objectives,
the Dutch has to dominate the Bone Kingdom with a military expedition in 1859 as well as change the status
of Bone Kingdom, from the Allied Kingdominto the Loans Kingdom.
Keywords:Bone Kingdom, Governor of Celebes, allies, Royal Loans.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan peristiwa terjadinya perubahan pemerintahan dari Gubernur
Makassar (Gouverneur van Makassar) menjadi Gubernur Celebes dan daerah taklukannya(Gouverneur van
Celebes en Onderhoorigheden). Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang menjelaskan persoalan
berdasarkan perspektif sejarah dengan beberapa langkah, seperti heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan
historiografi.Hasil kajian menunjukkan bahwa perubahan pemerintahan itu berbuntut panjang dengan
berakhirnya persekutuan antara Belanda dengan Kerajaan Bone. Persekutuan itu mulai terusik ketika terjadi
penyerahan Sulawesi Selatan oleh Belanda kepada Inggris. Kerajaan Bone tidak ingin lagi bekerja sama dengan
Belanda, terbukti denganpenolakan Kerajaan Bone untuk menandatangani Korte Verklaring1824. Perubahan
status pemerintahan gubernur merupakan puncak kekecewaan Bone dengan melakukan perlawanan. Perubahan
itu terkait pula dengan adanya rencana Belanda menjadikan Pelabuhan Sombaopu menjadi pelabuhan bebas
sebagaimana yang dilakukan oleh Inggris di Singapura.Untuk mencapai tujuannya, Belanda harus menguasai
Kerajaan Bone dengan ekspedisi militer pada 1859 sekaligus mengubah status Kerajaan Bone, dari Kerajaan
Sekutu menjadi Kerajaan Pinjaman.
Kata Kunci: Kerajaan Bone, Gubernur Celebes, sekutu, Kerajaan Pinjaman.

PENDAHULUAN (Gubernur Makassar) menjadi Gouverneur van


Pemerintah Hindia Belanda pada Celebes en Onderhoorigheden (Gubernur Celebes
November 1846 di Batavia mengeluarkan dan Daerah Taklukannya) sebagai keputusan
kebijakan dengan mengumumkan perubahan yang final (Poelinggomang,dkk.:2004:240).
pemerintahan dari Gouverneur van Makassar Sebelum perubahan pemerintahan itu, wilayah
kekuasaan Hindia Belanda di Sulawesi Selatan

57
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 57—70
dibagi atas tiga kelompok. Pertama adalah serta berada di bawah kekuasaan Belanda, itu
wilayah kekuasaan langsung; kedua adalah berarti pula bahwa Kerajaan Bone tunduk pada
wilayah kekuasaan sekutu dan ketiga adalah Hindia Belanda.
wilayah kekuasaan pinjaman.1Sementara Perubahan itulah yang menjadi polemik
kekuasaan langsung Hindia Belanda terbatas yang berkepanjangan antara Kerajaan Bone
pada wilayah Makassar, khususnya sekitar dengan Pemerintah Hindia Belanda. Pihak
Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam Hindia Belanda melakukan perubahan tersebut
sekarang). Kekuasaan langsung ini sebagai karena ingin menjadikan Makassar, khususnya
bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa setelah Pelabuhan Sombaopu sebagai pelabuhan bebas,
Perang Makassar (1667-1669) yang dibagi tiga maka dianggap perlu untuk menentukan batas
dengan nama Gouvernement/Gouverneurvan wilayah kekuasaan Hindia Belanda yang masuk
Makassar (Pemerintahan/Gubernur Makassar), dalam wilayah pelabuhan bebas Makassar.
pertama, yaitu Makassar, kedua adalah Zuider Sementara posisi Kerajaan Bone pada waktu itu
Provincie (Propinsi Bagian Selatan) yang di mata Pemerintah Hindia Belanda tetap menjadi
meliputi Bantaeng, Bulukumba dan Selayar sekutu karena sesungguhnya Kerajaan Bone
dan ketiga adalah Noorder Provincie (Propinsi sangat dibutuhkan oleh Belanda (Pemerintah
Bagian Utara) yang meliputi Maros sampai Hindia Belanda) untuk tetap menjadi penentu
Sigeri (Poelinggomang,dkk.:2004: 132). penguasaan Sulawesi Selatan. Sebaliknya
Kalau kita memperhatikan perubahan Kerajaan Bone menganggap bahwa perubahan
pemerintahan tersebut sangat jelas bahwa itu sudah sangat jelas menempatkan Kerajaan
Kerajaan Bone sebelum adanya perubahan Bone di bawah kekuasaan Gubernur Celebes dan
pemerintahan merupakan kerajaan yang Daerah Taklukannya, mau tidak mau Kerajaan
independen dan tidak termasuk bagian dari Bone harus tunduk kepada Belanda. Hal itulah
pemerintahan Hindia Belanda tetapi sebagai yang tidak diinginkan dan menjadi kekhawatiran
sekutu tertua dan utama. Namun setelah Sulawesi Kerajaan Bone, sehingga keduanya selalu
Selatan berubah menjadi Gubernur Celebes berhadapan di medan perang sebagai musuh
dan Daerah Taklukannya, maka Kerajaan Bone sampai akhir tahun 1859.
menjadi bagian dari Pemerintahan Hindia Selama kurang lebih 13 tahun setelah
Belanda atau bagian dari Gubernur Celebes penetapan penentuan pemerintahan Gubernur
dan Daerah Taklukannya. Walaupun pada saat Celebes dan Daerah Taklukannya, suasana dan
diumumkan Kerajaan Bone tetap diposisikan kondisi politik pemerintahan di Sulawesi Selatan
sebagai kerajaan sekutu Belanda (Hindia selalu memanas atas perseteruan Kerajaan Bone
Belanda). Kerajaan Bone tidak mau menerima dengan Belanda. Selama itu pula hubungan
perubahan pemerintahan tersebut walaupun tetap mereka tidak menentu, bahkan status Kerajaan
dianggap sebagai kerajaan sekutu. Bone merasa Bone sebagai sekutu tertua dan utama Belanda
dibatasi ruang geraknya karena menjadi bagian, seakan tidak berarti lagi. Ketegangan antara
Kerajaan Bone dengan Belanda pasca perubahan
1
Kerajaan Pinjaman yang dimaksud di Sulawesi pemerintahan itu semakin memanas dan
Selatan pada masa VOC maupun pada masa Pemerintahan
Hindia Belanda adalah kekuasaan yang dimiliki oleh
mengarah pada perang fisik, walaupun Belanda
Hindia Belanda tetapi dipinjamkan kepada kerajaan selalu berusaha mendekati Kerajaan Bone untuk
tertentu. Misalnya Kerajaan Bone sebelum ekspedisi mau menjalin hubungan baik dengan Pemerintah
militer Belanda ke Kerajaan Bone 1859, dimana Kerajaan Hindia Belanda sebagai sekutu. Namun dalam
Bone masih berstatus sebagai kerajaan Sekutu VOC/ tubuh Kerajaan Bone pada masa itu sudah
Hindia Belanda tetapi setelah Kerajaan Bone ditaklukkan
pada ekspedisi tersebut, maka wilayah Kerajaan Bone tertanam sikap anti penjajah. Sikap Kerajaan
menjadi kekuasaan Hindia Belanda, tetapi dipinjamkan Bone itulah yang menjadi kekhawatiran besar
kepada penguasa (raja/arumpone) Kerajaan Bone dengan Pemerintah Hindia Belanda karena Bone mampu
persyaratan-persyaratan. mempengaruhi kerajaan-kerajaan lainnya yang

58
Akhir Persekutuan Belanda ... Sahajuddin

ada di kawasan ini. Pertanyaan itu menjadi acuan


Kekhawatiran Belanda itu cukup analisis dalam paper singkat ini, dan untuk
beralasan karena Belanda ingin menguasai menjawabnya tentu didasarkan pada data-data
secara politik dan ekonomi Sulawesi Selatan, yang berhasil dihimpun, dibaca, dipahami.
termasuk ingin menjadikan Makassar sebagai Apa yang dipahami itu dijadikan sebagai alat
pelabuhan bebas. Tetapi jika Kerajaan Bone analisis dalam menginterpretasi kajian ini.
selalu menghalangi dan tidak mau diajak Adapun bahan bacaan yang dimaksud adalah
bekerja sama lagi, maka posisi Belanda di buku “Sejarah Sulawesi Selatan Jilid I” yang
wilayah ini terancam kedudukannya. Apa lagi ditulis oleh Edward L. Poelinggomang dkk.
setelah pengumuman perubahan pemerintahan (2004). Tulisan ini menyinggung perubahan
itu, Kerajaan Bone semakin gencar melakukan pemerintahan dari Gubernur Makassar menjadi
pengaruh di wilayah ini. Bahkan bukan hanya Gubernur Celebes dan daerah taklukannya tetapi
pengaruh untuk berkoalisi melawan Belanda tidak memberikan alasan yang jelas dan tegas
tetapi Kerajaan Bone juga aktif memperluas terkait dengan perubahan pemerintahan tersebut.
wilayahnya, termasuk mengklaim pantai timur Tulisan ini hanya menyebutkan adanya rencana
Sulawesi sampai kepada Teluk Tomini. Hal itu untuk menjadikan Makassar sebagai pelabuhan
menjadi ancaman nyata terhadap kedudukan bebas; demikian juga tidak menjelaskan tentang
Belanda di Indonesia Timur. Maka Pemerintah perubahan status Kerajaan Bone dari kerajaan
Hindia Belanda sebagai manifestasi Belanda sekutu menjadi kerajaan pinjaman. Buku kedua
mengambil tindakan tegas untuk menyerang yang juga menyinggung tentang perubahan
Kerajaan Bone, dan itu diwujudkan pada awal pemerintahan dan perubahan status Kerajaan
dan akhir 1859 (Mappangara,2004:96-105). Bone adalah buku Suriadi Mappangara,
Perubahan pemerintahan itu menjadi Kerajaan Bone Dalam Sejarah Politik Sulawesi
buntut berakhirnya persekutuan antara Belanda Selatan abad XIX (2004).Dalam buku ini juga
dengan Kerajaan Bone yang telah dijalin sejak menyinggung perubahan pemerintahan gubernur
1667 dan baru berakhir pada 1860. Walaupun tetapi penjelasannya masih sebatas alasan
dalam perjalanannya dan kenyataannya direncanakannya Makassar sebagai pelabuhan
sepanjang masa itu, sering terjadi intrik-intrik bebas. Buku ini memberikan penjelasan singkat
diantara keduanya, namun status Kerajaan Bone tentang status kerajaan pinjaman, namun tidak
sebagai kerajaan sekutu tetap dipertahankan oleh memberikan penjelasan khusus dan tidak
Belanda. Namun sejak ekspedisi militer Belanda memberikan alasan yang jelas tentang sebab
ke Kerajaan Bone pada 1859, status Kerajaan akibat perubahan status tersebut.
Bone berubah, dari kerajaan sekutu menjadi Selain dua buku yang disebutkan di atas,
kerajaan pinjaman dalam Pemerintah Hindia sesungguhnya masih ada buku-buku yang
Belanda. Hal ini menarik untuk dipertanyakan menyinggung sepintas lalu tentang perubahan
tentang sebab akibat dari berbagai ketegangan pemerintahan gubernur dan perubahan status
antara Kerajaan Bone dengan Pemerintah Hindia Kerajaan Bone. Buku-buku yang disebutkan
Belanda sepanjang abad XIX. Pertanyaannya di atas dan buku-buku atau tulisan lain yang
kemudian, kenapa Kerajaan Bone tidak mau terkait dengan kajian ini sangat membantu. Di
lagi memperlihatkan persekutuannya kepada samping sebagai inspirasi, juga sebagai bahan
Belanda sepanjang abad XIX; kemudian kedua, rujukan untuk menganalisis persoalan atau
bagaimana dan apa alasan dibalik kebijakan pertanyaan di atas. Penjelasan dan pendapat
Pemerintah Hindia Belanda merubah status dari beberapa tulisan itulah yang menjadi alasan
pemerintahan gubernur di Sulawesi Selatan paper ini ingin mengulas tema “Berakhirnya
dan merubah status Kerajaan Bone dari sekutu Persekutuan Antara Belanda dengan Kerajaan
menjadi kerajaan pinjaman. Bone pada abad XIX”. Alasan lain mengkaji

59
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 57—70
tema ini karena periode ini menjadi periode yang melalui metode sejarah kritis; (2) kritik sumber,
sangat penting untuk melihat Pemerintah Hindia artinya bahwa tidak semua sumber yang berkaitan
Belanda menjatuhkan hegemoni Kerajaan Bone dengan objek penelitian yang diperoleh itu akan
di kawasan Sulawesi. Analisis terkait dengan dipergunakan sebagai kebenaran analisis tetapi
persolan atau pertanyaan di atas tidak dapat diseleksi melalui kritik; (3) interpretasi, sering
dijawab seperti hitungan matematik tetapi lebih disebut penafsiran sejarawan terhadap sumber-
kepada penjelasan analisis kualitatif deskriptif. sumber yang diperoleh; (4)Historiografi, sering
Sehingga mau tidak mau harus dilihat awal diartikan sejarah penulisan sejarah secara luas.
munculnya ketegangan antara Belanda dengan Maksudnya sebagai suatu kesatuan dari proses
Kerajaan Bone yang memang terjadi pada awal rekonstruksi yang kita sebut historiografi
abad XIX, kemudian diakhiri pada saat Kerajaan (Kartodirdjo,1985:9).Melalui metode tersebut,
Bone ditaklukkan dan dijadikan sebagai Kerajaan diharapkan dapat memberikan penjelasan dan
pinjaman. Besar harapan, bahwa dari deskripsi pemahaman tentang perubahan pemerintahan
itu, kita dapat menarik benang merahnya tentang Gubernur Celebes dan Daerah Taklukannya.
perubahan status pemerintahan gubernur dan
status Kerajaan Pinjaman dari Pemerintah PEMBAHASAN
Hindia Belanda ke Kerajaan Bone. Persaingan Kekuasaan
Konstelasi politik di Sulawesi Selatan
METODE pada abad XIX berada pada kondisi yang
Kondisi politik Abad XIX muncul mengkhawatirkan akibat persaingan kekuasaan
karena dilatarbelakangi oleh kondisi abad- antara Belanda dengan Kerajaan Gowa.
abad sebelumnya. Kalau abad XVII memang Persaingan itu merupakan suatu keniscayaan
terlihat jelas posisi Kerajaan Bone di mata yang harus diterima oleh dua kekuatan ini, sebab
Kompeni (VOC) sangat kuat karena jasa-jasanya dalam Perang Makassar mereka bersepakat
menaklukkan Kerajaan Gowa. Demikian juga sebagai sekutu. Persekutuan itulah yang
pada XVIII, posisi itu masih kuat, tetapi memasuki mengharuskan mereka untuk saling membagi
abad XIX, boleh dikata posisi Kerajaan Bone di kekuasaan dan pengaruh di Sulawesi Selatan. Di
mata Pemerintah Hindia Belanda sudah berubah mana wilayah bekas kekuasaan Kerajaan Gowa
drastis. Tetapi perubahan itu tidak semata-mata sepenuhnya dikuasai oleh Belanda (Hindia
menyalahkan salah satu pihak tetapi merupakan Belanda), sementara wilayah di luar itu adalah
rentetan peristiwa yang mendahuluinya dan wilayah kekuasaan yang merdeka dan berdiri
terakumulasi pada situasi zaman. sendiri, tetapi Kerajaan Bone diberi izin untuk
Perubahan pemerintahan gubernur memberikan pengaruh pada wilayah di luar
dan status kerajaan pinjaman Kerajaan Bone bekas Kerajaan Gowa. Posisi itu terbawa sampai
merupakan kenyataan sejarah. Oleh karena memasuki abad XIX yang membuat Belanda tidak
itu, kajian ini mengacu pada penelitian studi banyak berbuat apa-apa, kecuali mengeluarkan
pustaka dengan metode sejarah kritis sesuai kebijakan-kebijakan yang dapat membuatnya
dengan langkah-langkah penelitian sejarah leluasa bertindak (Andaya,2013:136-144).
pada umumnya. Langkah pertama adalah Melihat keadaan dan kondisi perjalanan
penentuan topik penelitian sebagaimana di atas. panjang persekutuan Belanda dengan Kerajaan
Adapun langkah-langkah penelitian sejarah Bone itu, maka akan menjadi suatu kewajaran
(Cottschalk,1985:27) tersebut adalah (1) jika persaingan kekuasaan terjadi pada masa-
heuristik, yaitu mencari dan mengumpulkan data- masa berikutnya karena sama-sama merasa
data atau sumber-sumber yang berkaitan dengan berhak untuk menguasai kawasan Sulawesi
objek penelitian tentang perubahan pemerintahan Selatan. Kemudian akhirnya bertemu di medan
Gubernur Celebes dan Daerah Taklukannya

60
Akhir Persekutuan Belanda ... Sahajuddin

perang dan berakhir pulalah persekutuan di untuk mencapai tujuan itu, Kerajaan Bone
antara keduanya. kalah kekuatan militer dan kalah pengaruh
Berawal dan berakhirnya suatu hubungan di wilayah Sulawesi Selatan pada masa itu,
tentu saja bermacam-macam alasannya, demikian bahkan sudah beberapa kali melakukan kontak
juga berakhirnya hubungan persekutuan antara perang tetapi Kerajaan Gowa lebih banyak
Kerajaan Bone dengan kekuasaan Belanda. memenangkan peperangan. Untuk mewujudkan
Pada waktu kedua kelompok kekuasaan ini niat perjuangannya, Kerajaan Bone dan Soppeng
memulai persekutuannya memperlihatkan (Arung Palakka dan pasukannya) berusaha
hubungan yang bersimbiosis antara Kerajaan mencari bantuan yang dapat menandingi dan
Bone dengan pemerintah Belanda yang diwakili mengalahkan kekuatan Kerajaan Gowa.
oleh VOC. Pangkal simbiosisnya terletak pada Ternyata yang dipilih oleh Arung Palakka
persamaan kepentingan untuk melawan yang adalah kekuatan bangsa asing yaitu Belanda
dianggap musuhnya, yaitu Kerajaan Gowa, di yang dalam hal ini adalah VOC, sebab VOC
mana Kerajaan Bone ingin melepaskan diri dari memiliki kekuatan militer yang kuat dan
hegemoni Kerajaan Gowa. Sementara VOC telah canggih, serta memiliki pendanaan yang besar.
lama mengincar dan berusaha untuk menguasai Kemudian Kerajaan Bone meyakini akan
Kerajaan Gowa tetapi tidak pernah berhasil mampu mengalahkan Kerajaan Gowa jika
akibat kuatnya Kerajaan Gowa. Sehingga antara mendapat bantuan dari Belanda. Sementara
Kerajaan Bone dengan VOC sama-sama ingin kalau Kerajaan Bone meminta bantuan dari
menaklukkan kekuasaan Kerajaan Gowa. kerajaan lain di Sulawesi Selatan, sangat kecil
Nafsu hegemoni VOC pada abad XVII kemungkinannya akan mampu mengalahkan
untuk menaklukkan berbagai kerajaan Nusantara Kerajaan Gowa. Apalagi kerajaan-kerajaan lain
merupakan agenda yang tidak bisa ditawar-tawar di daerah ini pada umumnya sudah berada di
karena VOC dan Hindia Belanda nantinya sama- bawah pengaruh Kerajaan Gowa pada dekade
sama terdesak oleh waktu untuk memperoleh pertama sampai dekade kelima abad XVII.
monopoli perdagangan di Nusantara, termasuk Sehingga memang wajar jika Belanda yang
mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia. dapat dimintai bantuannya, atau dalam hubungan
Tetapi niat dan nafsu itu tidak mungkin ini sebagai bentuk kerja sama karena sama-sama
bisa dicapai kalau masih banyak kerajaan ingin menaklukkan Kerajaan Gowa.
berpengaruh yang belum ditaklukkan. Salah Persoalan adalah kepentingan dua
satu kerajaan yang dimaksud adalah Kerajaan kekuatan ini (VOC dan Kerajaan Bone) setelah
Gowa yang memegang hegemoni dan supremasi berhasil mengalahkan Kerajaan Gowa. Artinya
di wilayah timur Nusantara. Oleh karena itulah kepentingan apa VOC Belanda yang harus
penaklukkan Kerajaan Gowa mutlak diperlukan diperoleh setelah berhasil mengalahkan Kerajaan
untuk memutus mata rantai penguasaannya Gowa. Demikian juga kepentingan apa yang
dalam perdagangan maritim di wilayah timur. harus diperoleh Kerajaan Bone setelah berhasil
Sebab kerajaan ini yang menjadi penghalang mengalahkan Kerajaan Gowa. Lalu bagaimana
utama Belanda, apa lagi letak Kerajaan Gowa caranya agar kedua kepentingan kekuasaan
sangat strategis sebagai simpul pertemuan antara tidak tumpang-tindih, kepentingan itulah
wilayah timur dan barat Indonesia. yang melandasi Perjanjian Bungaya 1667 dan
Sementara Kerajaan Bone pada 1662 terbentuknya persekutuan antara Kerajaan Bone
berada di bawah pengaruh dan kekuasaan dengan Belanda pada masa VOC. Kerajaan Bone
Kerajaan Gowa dan dianggap bahwa penguasaan dijadikan kerajaan sekutu Belanda, termasuk
itu sebagai bentuk penjajahan. Dengan alasan kerajaan lain banyak dijadikan kerajaan sekutu
itulah Kerajaan Bone ingin melepaskan diri oleh Belanda pasca kekalahan Kerajaan Gowa.
dari kekuasaan Kerajaan Gowa. Namun Terutama kerajaan-kerajaan yang memiliki

61
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 57—70
kekuasaan dan kekuatan, seperti Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan juga mengalami pergantian
setelah berhasil ditaklukkan dan dibujuk. raja-raja yang kebijakannya juga berbeda-
Pra Perang Makassar hanya Kerajaan beda pula, sehingga pola-pola yang mereka
Bone dijadikan sekutu, tetapi pasca perang lakukan pada pihak lain juga berbeda-beda,
semakin banyak kerajaan yang dijadikan dan bahkan berujung pada konflik-konflik yang
kerajaan sekutu Belanda. Kemudian Kerajaan berkepanjangan. Maka wajar kalau hubungan
Bone ditingkatkan statusnya menjadi kerajaan Hindia Belanda dengan Kerajaan Bone lama
sekutu tertua dan utama agar tidak merasa kelamaan mengalami pasang surut.
dipersamakan kedudukannya dengan kerajaan Di samping itu, kehadiran pemerintahan
lain. Keistimewaan (privilege) Kerajaan Bone Inggris di Sulawesi Selatan yang berlangsung
itu membuatnya percaya diri menjalin hubungan selama kurang lebih lima (1811-1816) menjadi
dan menanamkan pengaruhnya di wilayah persoalan pula. Sehingga hubungan persekutuan
ini. Privilege (atau hak istimewa) lain yang Kerajaan Bone dengan Belanda dianggap
diperoleh Kerajaan Bone dari VOC Belanda berakhir ketika kekuasaan Hindia Belanda
adalah menjadi ketua persekutuan kerajaan- diserahkan kepada pemerintahan Inggris. Hal ini
kerajaan lokal di Sulawesi Selatan. Sehingga tidak dapat diterima oleh Kerajaan Bone karena
setiap kerajaan lain yang ada di Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan pada umumnya dan Kerajaan
yang mau menghadap ke penguasa Belanda Bone pada khususnya di serahkan kepada Inggris
harus mendapat izin terlebih dahulu dari raja tanpa sepengetahuan Kerajaan Bone sebagai
Bone (Poelinggomang,dkk.,131-132). kerajaan sekutu tertua Belanda di Sulawesi
Hubungan Kerajaan Bone dengan Belanda Selatan. Kemudian pada 1816 Sulawesi Selatan
pada masa VOC masih berjalan dengan baik, diserahkan kembali kepada Belanda, tetapi
tetapi setelah masa pemerintahan Hindia Belanda banyak kerajaan yang tidak mau lagi tunduk
dengan para pejabat yang berganti-ganti, kepadanya, termasuk Kerajaan Bone. Sementara
hubungan itu mulai terusik. Jadi pemerintahan Kerajaan Bone tindak tanduknya yang dianggap
Kolonial Belanda di Sulawesi Selatan sepanjang merugikan kewibawaan Belanda. Sehingga hal
sejarahnya, mulai dari VOC sampai pemerintahan ini menjadi bahan pemikiran bagi Pemerintah
Hindia Belanda mengalami pasang-surut yang Hindia Belanda untuk menyelesaikannya.
berkepanjangan. Pasang-surutnya pemerintahan Seiring dengan hal tersebut, di Kerajaan Bone
tersebut terkait dengan kebijakan dan tindakannya juga muncul golongan yang sedikit berhaluan
di Sulawesi Selatan sampai kedatangan bangsa moderat yang menginginkan adanya hubungan
Inggris (1811-1816). Akhirnya lama kelamaan baik dengan Belanda. Namun pada sisi lain
hubungan Pemerintah Hindia Belanda dengan banyak pembesar Kerajaan Bone yang menolak
Kerajaan Bone mengalami perubahan ke arah untuk bekerja sama dengan Belanda.
konflik. Belanda tidak banyak berbuat apa-apa
terhadap Kerajaan Bone secara langsung karena Sikap Kerajaan Bone Atas Kehadiran Inggris
ada kesepakatan antara keduanya. Belanda harus Kerajaan Bone sebagai kerajaan sekutu
relah berbagi dengan Kerajaan Bone sebagai Pemerintah Hindia Belanda yang sudah berjalan
sekutunya dalam Perang Makassar (1666-1669) kurang lebih dua abad karena sudah terjalin sejak
untuk mengalahkan Kerajaan Gowa. Perang Makassar pada abad XVII sampai XIX
Peristiwa yang menjadi titik balik sudah mulai terusik. Keterusikan persekutuan
terjadinya perubahan hubungan Kerajaan Bone itu merupakan kenyataan yang tidak diharapkan
dengan Belanda terjadi pada saat pergantian oleh kedua belah pihak sebab Belanda masih
Gubernur Jenderal yang diikuti oleh kebijakan membutuhkan Kerajaan Bone untuk mempressur
yang berbeda-beda oleh para pejabatnya. dan mendekati kerajaan-kerajaan lain di
Demikian juga pada kerajaan-kerajaan lokal di kawasan ini. Namun sepertinya Belanda tidak

62
Akhir Persekutuan Belanda ... Sahajuddin

menyadari bahwa apa yang pernah disepakati kekuasaannya. Campur tangan mereka hanya
atas persekutuan itu harus selalu dihargai dan dalam hal pergantian raja-raja atau penguasa
dihormati, dan itulah yang dirasakan oleh agar senantiasa mengakui kekuasaan Belanda.
Kerajaan Bone karena merasa tidak dihargai dan Campur tangan dalam urusan inilah yang sering
dihormati ketika Sulawesi Selatan dan wilayah dilakukan oleh Hindia Belanda, tetapi hal ini
Hindia Belanda pada umumnya diserahkan pula yang merupakan salah satu penyebab
kepada Inggris. munculnya sikap perlawanan penguasa lokal
Penyerahan Sulawesi Selatan kepada (Poelinggomang,2004:37).
Inggris tanpa pemberitahuan kepada Kerajaan Sebelum Perang Makassar Kerajaan Gowa
Bone sebagai sekutunya di kawasan ini yang dianggap besar dan memiliki pengaruh
membuat Kerajaan Bone merasa tidak besar pula. Sementara pada masa pemerintahan
dihargai dan dihormati lagi sebagai sekutu. Hindia Belanda bukan lagi Kerajaan Gowa yang
Sehingga Kerajaan Bone mengambil sikap dianggap sangat berbahaya tetapi Kerajaan Bone
tidak bersahabat kepada Belanda dan berjalan yang dianggap mengancam eksistensi Belanda
sendiri juga tanpa harus berkonsultasi dengan di Sulawesi Selatan (Kadir,dkk.,1984:44-50).
pihak Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian Apa lagi setelah Bone menguasai beberapa
sikap dan pendirian Kerajaan Bone itu setelah wilayah dalam propinsi buatan Belanda, yaitu
berjalan beberapa tahun pada saat Inggris sudah di Oostder Provincie (Propinsi wilayah Timur)
berkuasa, Kerajaan Bone lebih memiliki wibawa dan Bantaeng sebagai pusat pemerintahannya.
ketimbang Pemerintahan Inggris di Sulawesi Penguasaan Propinsi wilayah utara dan timur
Selatan. Kerajaan Bone berhasil merebut dengan politik penjinakan melalui perkawinan
wilayah-wilayah yang ditinggalkan oleh Belanda dan kekerabatan yang banyak dilakukan oleh
dan tidak mau menyerahkan kepada kekuasaan Kerajaan Bone. Situasi ini berlangsung terus dan
Inggris.Terutama Zuider Provincie (Propinsi semakin hari semakin besar pengaruhnya yang
Bagian Selatan) yang meliputi Bantaeng, membuat Belanda sangat khawatir dan gusar.
Bulukumba dan Selayar. Wilayah ini tidak Hubungan Kerajaan Bone dengan Belanda
pernah berhasil dikuasai oleh Inggris secara utuh mengalami pasang surut, terkait dengan persoalan
selama masa kekuasaannya di Sulawesi Selatan. politik pemerintahan di Sulawesi Selatan.
Wilayah itu merupakan wilayah yang Sehingga setiap tindak tanduk Belanda terhadap
sangat penting dan vital bagi Pemerintah wilayah ini yang sifatnya memonopoli dalam
Hindia Belanda karena merupakan lumbung perdagangan dan politik dianggap menyalahi isi
padi sejak abad XVII(Kartodirdjo, 1988: Perjanjian Bungaya oleh Kerajaan Bone sebagai
96-103).Kemudian masa-masa berikutnya, sekutunya dalam Perang Makassar. Sebaliknya,
wilayah ini merupakan wilayah yang dianggap jika Kerajaan Bone banyak terlibat dalam
paling aman dari kekacauan (Ahimsa hubungan perdagangan dengan kerajaan lain di
Putra,1993:163-164) sehingga Belanda berusaha wilayah ini juga dianggap melanggar Perjanjian
mempertahankannya sebagai wilayah kekuasaan Bungaya oleh Belanda. Ketegangan dan saling
langsung Pemerintah Hindia Belanda. Namun curiga mencurigai antara Kerajaan Bone dengan
dalam perkembangannya, daerah-daerah yang Belanda terus berlangsung sepanjang abad XIX
dinyatakan sebagai daerah kekuasaan langsung (Poelinggomang,dkk.,2004:166-170).
hanya sekedar status, sementara pihak Belanda Ketika pemerintah Inggris mengembalikan
juga hanya ingin mendapatkan pengakuan daerah ini pada Belanda pada 1816, Kerajaan
keunggulan saja. Itulah sebabnya keterlibatan Bone telah menjadi satu kekuatan besar
Belanda dalam pelaksanaan kekuasaan tidak yang memiliki pengaruh yang sangat luas di
pernah terlaksana dengan baik di daerah- hampir semua kerajaan yang ada di daerah
daerah yang dinyatakan sebagai daerah ini. Sebaliknya Belanda, untuk memantapkan

63
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 57—70
usahanya dalam rangka mengembalikan posisi Perselisihan yang terjadi antara Belanda
kekuasaan politiknya di wilayah ini, Belanda dan Kerajaan Bone mengakibatkan terjadinya
memperbaharui Perjanjian Bungaya. Jadi perang di abad XIX khususnya ekspedisi
Belanda merujuk pada Perjanjian Bungaya militer Belanda pada 1859-1860 yang merubah
yang ditandatangani pada 1667 sebagai dasar status hubungan Kerajaan Bone. Perang ini
pembenaran kehadiran mereka kembali, namun lebih tepat disebut ekspedisi militer Belanda ke
hal itu ditolak keras oleh Kerajaan Bone bersama Kerajaan Bone karena Belanda merasa dihianati
beberapa kerajaan lokal lainnya di wilayah ini. oleh Kerajaan Bone sehingga melakukan
Ikatan perkawinan yang dilakukan oleh penyerangan militer dan menaklukkan Kerajaan
Kerajaan Bone pada kerajaan-kerajaan lokal di Bone. Tetapi karena Kerajaan Bone memiliki
Sulawesi Selatan telah menjadikan Kerajaan pengaruh besar di wilayah Sulawesi Selatan,
Bone menjadi satu-satunya kerajaan yang maka Belanda mencoba melakukan pendekatan
memiliki pengaruh yang sangat besar pada persuasif terhadap Bone. Tetapi dalam tubuh
masa itu. Perselisihan antara dua kekuatan ini Kerajaan Bone telah tumbuh pandangan negatif
semakin besar sesuai dengan perkembangan terhadap Belanda sehingga yang ada bukannya
waktu dan kepentingan masing-masing. Belanda rasa simpati, tetapi rasa anti dan kebencian
juga sangat gencar mempengaruhi beberapa pada Belanda. Itulah sebabnya ketegangan
kerajaan dan juga dianggap berhasil. Ketika semakin memanas antara Kerajaan Bone dengan
Belanda berhasil menanamkan pengaruhnya Belanda karena sama-sama merasa berhak atas
atas beberapa kerajaan lewat Perjanjian Bungaya penguasaan wilayah ini.
yang diperbaharui pada 1824, secara otomatis Demikian juga pada waktu pemerintahan
pengaruh Kerajaan Bone sedikit demi sedikit Hindia Belanda kembali ke Sulawesi Selatan
mulai berkurang secara politik. Terutama pada untuk mengambil alih kekuasaan dari Inggris
kerajaan-kerajaan yang ikut menandatangani mendapat tanggapan negatif, terutama Kerajaan
perjanjian tersebut. Tetapi usaha Belanda itu tidak Bone. Selain Kerajaan Bone, kerajaan-kerajaan
sepenuhnya berhasil karena secara perkawinan lain di daerah ini yang juga mengambil
dan kekerabatan di antara mereka masih sangat sikap negatif adalah Kerajaan Gowa, Suppa,
terasa (Kerajaan Bone dengan kerajaan lain). Agangnionjo, Bantaeng dan konfederasi
Sehingga dalam perkembangannya, perselisihan Turatea, yaitu Bangkala, Binamu dan Laikang
antara dua kekuatan ini mewarnai perjalanan (Poelinggomang,2005).
sejarah daerah ini selama abad XIX. Pertengahan abad XIX sampai akhir abad
Kerajaan Bone juga giat membangun ini ketegangan semakin parah antara Kerajaan
dan mengembangkan perdagangan di tempat- Bone dengan Belanda. Situasi dan kondisi ini
tempat lain, seperti di pelabuhan Bantaeng dan lebih diperparah lagi dengan adanya kejadian
pelabuhan Bacukiki Pare-pare yang diincar- pengibaran bendera nasional Belanda yang
incar juga oleh Belanda. Dengan kekuasaan dilakukan oleh para nelayan secara terbalik
yang didapatkan dari VOC, maka posisi di Teluk Bone. Atas peristiwa itu Belanda
Kerajaan Bone merasa setara dengan VOC menuduh Bone yang melakukannya. Namun
untuk menata wilayah Sulawesi Selatan. Posisi tidak diketahui pasti apa kejadian ini adalah
itu diperoleh karena sama-sama memiliki andil konspirasi politik Belanda sebagai alasan untuk
mengalahkan Kerajaan Gowa. Sehingga hak dapat melakukan ekspedisi, atau memang terjadi
antara Kerajaan Bone dengan Belanda di daerah karena sikap dan ulah yang dilakukan oleh
ini dianggap berimbang, walaupun secara politik pihak Kerajaan Bone. Kejadian inilah yang
dalam Perjanjian Bungaya, Belanda-lah sebagai membuat Belanda sangat marah dan mengambil
pemegang otoritas dalam beberapa hal. sikap dengan mengeluarkan kebijakan untuk
melakukan ekspedisi militer ke Bone pada 1859-

64
Akhir Persekutuan Belanda ... Sahajuddin

1860 (Mappangara,2004:138-142). Ekspedisi penaklukkan Kerajaan Gowa, sehingga keduanya


militer itu berakibat pada perubahan status merasa berimbang untuk menata kekuasaan di
Kerajaan Bone dari kerajaan Sekutu ke kerajaan Sulawesi Selatan.
pinjaman. Persekutuan itu berjalan dengan baik
tanpa banyak hambatan, dan nanti terusik pada
Buntut Dari Konflik Berkepanjangan saat Belanda menyerahkan Sulawesi Selatan
Sebenarnya pergantian pemerintahan kepada Inggris pada 1812. Hal itu terjadi karena
dari Gouverneur van Makassar (Gubernur penyerahan itu tanpa memberitahukan sekutunya
Makassar) menjadi Gouverneur van Celebes di kawasan ini, yaitu Kerajaan Bone. Kerajaan
en Onderhoorigheden (Gubernur Celebes Bone menganggap hal itu sebagai tindakan yang
dan Daerah Taklukannya) bukan satu-satunya salah dan tidak menghormati persekutuan yang
alasan berakhirnya persekutuan Belanda dengan telah lama terjalin tetapi Belanda menganggap
Kerajaan Bone. Tetapi peristiwa itu sebagai tindakannya itu tidak salah. Penyerahan Hindia
moment atau buntut dari konflik yang sudah Belanda oleh Belanda kepada Inggris merupakan
berkepanjangan karena sudah berlangsung tindakan yang terpaksa karena koalisi Belanda
setengah abad, yaitu sejak kedatangan Inggris kalah perang terhadap koalisi Inggris, sehingga
sampai peristiwa pengibaran bendara nasional wilayah koloni Belanda mau tidak mau akan
Belanda secara terbalik di perairan Kerajaan diserahkan kepada Inggris. Namun setelah
Bone sebagai bentuk penghinaan. Persekutuan beberapa tahun Hindia Belanda berada di tangan
yang sudah berjalan lama itu seakan-akan sudah kekuasaan Inggris, pemerintah Hindia Belanda
tidak penting dan tidak berbekas lagi. Kedua belah yang diwakili oleh ratu Belanda yang tertawan di
pihak sudah melupakan betapa susah dan beratnya Inggris memohon agar kiranya Hindia Belanda
perjuangan untuk menaklukkan Kerajaan Gowa. diserahkan kembali kepadanya. Permohonan itu
Belanda dan Kerajaan Bone beserta sekutunya disetujui dengan syarat sebagian wilayah Hindia
dalam perang tersebut mendapat perlawanan Belanda dijadikan wilayah perdagangan bebas.
sengit tetapi tetap mati-matian untuk merebut Pada saat Sulawesi Selatan diserahkan
benteng-benteng pertahanan Makassar Kerajaan kembali oleh Inggris kepada Belanda, banyak
Gowa (Kartodidjo,1988:103). kerajaan yang ada di wilayah ini tidak setuju,
Usaha Belanda bersama sekutunya termasuk Kerajaan Bone. Munculnya Kerajaan
tersebut memperoleh kemenangan dan berusaha Bone beserta beberapa kerajaan lainnya yang
mengatur daerah yang dikuasainya. Memang menentang kehadiran kembali Belanda pasca
tidak dapat dipungkiri bahwa pasca Perang penyerahan Indonesia dari Inggris kepada
Makassar, telah banyak merubah tatanan Belanda pada 1816 menjadi persoalan tersendiri
kehidupan dan pemerintahan di Sulawesi Selatan. di wilayah ini. Kerajaan Bone sangat percaya
Kemenangan VOC dan Kerajaan Bone beserta diri karena merasa memiliki pengaruh dan
sekutunya dalam Perang Makassar (1666-1669) juga kekuatan atas kerajaan-kerajaan yang
yang dibuktikan dengan Perjanjian Bungaya ada di daerah ini. Percaya diri dapat terbangun
telah merubah peta politik di Sulawesi Selatan. atas jalinan kekerabatannya dengan beberapa
Berdasarkan Perjanjian Bungaya tersebut, kerajaan di wilayah ini. Bone juga memiliki
daerah-daerah yang diduduki oleh pasukan VOC kekuatan militer yang sangat kuat dibanding
pada waktu Perang Makassar dinyatakan berada dengan kerajaan-kerajaan lokal lainnya di
di bawah kekuasaannya. Sehingga Kerajaan kawasan Sulawesi dan siap memberikan bantuan
Gowa kehilangan sebagian besar kekuasaannya jika diminta. Seiring dengan itu, kerajaan-
(Poelinggomang,dkk.,2004;2:37). Kemudian kerajaan lokal selama masa pemerintah Inggris
antara VOC dan Kerajaan Bone menjadi sekutu banyak membenahi pasukan militernya sehingga
yang paling berhak dan bertanggungjawab atas kerajaan-kerajaan lokal ini pula semakin
menguat di Sulawesi Selatan.

65
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 57—70
Hubungan antara Kerajaan Bone dengan waktu, usaha-usaha untuk mencari solusi juga
Belanda di pertengahan abad XIX betul- terus dilakukan. Namun usaha-usaha itu sulit
betul dapat dikatakan sangat panas karena tercapai karena kepentingan Belanda yang
harus diselesaikan melalui perang fisik. diutamakan sementara kepentingan Kerajaan
Kerajaan Bone juga sangat gencar dan serius Bone tetap diakomodir pada batas-batas
membangun kekuasaannya, atau setidaknya tertentu asal mau mengakui kekuasaan Belanda.
memperbaiki hubungannya dengan beberapa Akibatnya ada yang pro dan kontra dalam
kerajaan-kerajaan lainnya di wilayah ini. Secara Kerajaan Bone terhadap kekuasaan Belanda,
tradisional, hubungan ini telah terjalin sejak itulah sebabnya pada tahun 1837 Raja Bone I
masa lampau dan telah diperbaharui pula pada Mappaseleng Arung Panyili yang berkuasa sekitar
1824 (Mappangara,2004:105-113). Dimana pada 1835-1845(Poelinggomang,dkk.,2004:365)
tahun itu pula Belanda melakukan pembaharuan bersedia untuk menandatangani korte verklaring.
Perjanjian Bungaya yang dikenal dengan Korte Kemudian pada masa pemerintahan
Verklaring (pernyataan pendek) kepada kerajaan- La Parenrengi Arung Pugi (1845-1857),
kerajaan lokal di Sulawesi Selatan. hubungan Belanda dengan Kerajaan Bone amat
Terlepas dari itu, secara internal Kerajaan mengkhawatirkan jika dibandingkan tahun-
Bone tidak bisa juga dipungkiri adanya sikap pro tahun sebelumnya. Arung Pugi adalah raja
dan kontra terhadap kehadiran kembali Belanda Bone yang berpendirian tegas dan memiliki
di Sulawesi Selatan. Tetapi eksistensi, kekuasaan kepribadian yang teguh. Meskipun pada awal
dan pengaruh Kerajaan Bone tidak bisa juga pemerintahannya hubungan itu berjalan dengan
diragukan pada masa itu. Serangan Belanda yang baik. Hal ini dikarenakan Arung Pugi adalah
dilancarkan pada 1824-1825 yang mengalahkan termasuk salah seorang bangsawan Bone yang
Kerajaan Bone tidak menghasilkan putusan tidak senang akan kehadiran Belanda. Dalam
politik yang tuntas tentang Kerajaan Bone. beberapa kesempatan, Arung Pugi menunjukkan
Oleh karena itu, hubungan antara keduanya pendiriannya, misalnya ia dengan tegas menolak
di abad XIX dapat diibaratkan bagaikan telur kehadiran Pemerintah Belanda sebagai penengah
di ujung tanduk. Bone dan Belanda masing- untuk menyelesaikan perang suksesi yang terjadi
masing merasa kuat. Kerajaan Bone sendiri di Kerajaan Soppeng, yang mana raja Bone
masih merasa berotonom penuh, sehingga ini mempengaruhi Kerajaan Soppeng supaya
Kerajaan Bone merasa berhak memperluas Pemerintah Hindia Belanda tidak ikut campur
wilayah dan pengaruhnya. Sementara Belanda dalam suksesi itu. Sikap Kerajaan Bone tersebut
menganggap bahwa setelah penandatanganan membuat Pemerintah Hindia Belanda semakin
pembaharuan Perjanjian Bungaya 1824, wilayah khawatir.
Makassar dan daerah taklukannya adalah Kekhawatiran itu semakin meningkat
wilayah kekuasaan penuh Hindia Belanda ketika Kerajaan Bone menjalin hubungan
(Poelinggomang,dkk.,2004:220-228). Perang dengan Inggris. Sementara Inggris memiliki
besar yang terjadi pada 1825 walaupun dalam kepentingan di wilayah ini sehingga dalam
perang tersebut, Belanda yang memenangkan banyak kesempatan berusaha untuk menjalin
perang tetapi belum menghasilkan keputusan hubungan baik dengan orang-orang Bugis. Salah
politik yang final. Sebab raja Kerajaan Bone satu keuntungan Pemerintah Inggris terkait
berhasil melarikan diri dan sebaliknya pasukan hubungan itu adalah pengembangan Singapura,
militer Belanda belum menyelesaikan tugasnya karena dengan jalinan tersebut para pedagang
dan harus ditarik ke Makassar dan dikirim ke Bugis-Makassar banyak berdatangan ke sana.
Pulau Jawa karena terjadi Perang Diponegoro. Dalam perkembangannya akan menjadikan
Kenyataan itu mengakibatkan terjadinya Singapura semakin maju. Hubungan Inggris
“perang dingin” sejak 1825, dan dalam perjalanan dengan Kerajaan Bone tersebut memberikan

66
Akhir Persekutuan Belanda ... Sahajuddin

isyarat kepada Belanda bahwa dalam banyak hal en Onderhoorigheden (Gubernur Celebes dan
Kerajaan Bone diliputi rasa ketidakpuasan atas Daerah Taklukannya) sebagai bentuk penguasaan
perlakuan Belanda selama ini, yang secara paksa seluruh wilayah Sulawesi Selatan.
telah menguasai secara politik dan ekonomi Pengumuman itu menimbulkan lagi
wilayah Sulawesi Selatan melalui sejumlah perselisihan antara pemerintah Hindia Belanda
perjanjian. dengan Kerajaan Bone sehubungan dengan
Dibukanya Singapura sebagai pelabuhan pernyataan pemerintah Hindia Belanda
bebas, sehingga dalam waktu singkat mengalami menyangkut perubahan gelar yang diperuntukkan
kemajuan yang sangat besar dan menjadi bagi Gubernur Makassar menjadi Gubernur
arena berkumpul bagi para pedagang terutama Celebes. Perubahan ini berkaitan erat dengan
dari Sulawesi Selatan (Bugis-Makassar) dan dicanangkannya Pelabuhan Sombaopu menjadi
Cina. Sementara di Pelabuhan Sombaopu pelabuhan bebas di tahun 1846. Konsekuensi
terlalu banyak aturan dan tingginya bea dari pernyataan ini adalah terbukanya daerah
import dan eksport sehingga dihindari oleh ini oleh pihak luar. Oleh karena itu, menjelang
para pedagang dan mendatangi Singapura pelaksanaan kebijaksanaan pelabuhan bebas,
(Poelinggomang,2002:60-61). Sementara penguasa Belanda mengumumkan perubahan
Pelabuhan Sombaopu semakin terjepit dan gelar itu.
berada diambang kehancuran yang membuat Perubahan gelar ini di mata Kerajaan
Pemerintah Hindia Belanda semakin merosok Bone merupakan suatu hal yang yang tidak
dalam percaturan perdagangan dan keuntungan. bisa diterima. Perubahan itu dapat dianggap
Hal itulah yang membuat Belanda berusaha sebagai tanda bahwa Kerajaan Bone yang ada
mencari cara untuk mengembalikan posisi sekarang ini menjadi bawahan pemerintah
perdagangan Makassar. Pada satu sisi Hindia Hindia Belanda. Oleh sebab itu Kerajaan Bone
Belanda mengalami kemunduran dan pada mengambil tindakan tegas dengan menyatakan
sisi lain Inggris mengalami kemajuan pesat di kontrak perjanjian yang telah ditandatangani
Singapura akibat andil pedagang dari Sulawesi sebelumnya berakhir pada 1846. Ketidakpuasan
Selatan. Kerajaan Bone terhadap pernyataan sepihak yang
Keadaan itulah yang membuat Belanda dilakukan oleh pemerintah Belanda, diwujudkan
merasa iri atas kemajuan Inggris tetapi sekaligus juga dengan melarang pedagang-pedagang
menjadi motivasi Belanda untuk berbuat Bone untuk melakukan transaksi perdagangan
yang sama. Makanya Pelabuhan Sombaopu di Pelabuhan Makassar. Larangan ini tidak saja
direncanakan untuk dijadikan kembali sebagai diperuntukkan khusus untuk Kerajaan Bone saja,
pelabuhan bebas. Tetapi untuk mewujudkan itu, tetapi juga pedagang-pedagang dari Kerajaan
Belanda mencari alasan yang tepat, dan alasan Wajo dan Luwu. Selain itu Kerajaan Bone juga
yang dimaksud adalah janji ratu Belanda ketika mencoba untuk mengundang kerajaan-kerajaan
ditawan di Inggris untuk membuka sebagian yang memiliki hubungan kekerabatan dengan
wilayah Hindia Belanda dalam perdagangan Kerajaan Bone untuk bersatu melawan Belanda
bebas. Tetapi alasan itu belum cukup untuk kalau Belanda betul-betul melakukan perubahan
mewujudkan Makassar sebagai pelabuhan pemerintahan.
perdagangan karena masih banyak kerajaan di Sementara pihak Belanda terus menerus
wilayah ini yang berhasil ditaklukkan, terutama melakukan penekanan agar kerajaan-kerajaan
Kerajaan Bone. Itulah sebabnya Hindia Belanda yang ada di wilayah ini mau menerima
mengeluarkan kebijakan pada November perubahan politik tersebut. Namun desakan
1846 di Batavia mengubah pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda
dari Gouverneur van Makassar (Gubernur tidak mengubah sedikit pun pendirian Kerajaan
Makassar) menjadi Gouverneur van Celebes Bone. Lewat surat-suratnya tertanggal 16

67
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 57—70
September 1852, 16 Agustus 1853 dan 5 April dilakukan terjadi perlawanan dari Kerajaan
1854, Kerajaan Bone secara tegas mengatakan Bone sehingga pertempuran-pertempuan terjadi
bahwa Bone yang berhak atas daerah pantai dengan hebat dan dahsyat yang menyebabkan
timur Sulawesi dan pulau-pulau yang terletak korban dari kedua belah pihak banyak yang
di sekitarnya dan bukan Belanda. Hal inilah berjatuhan. Termasuk pembesar Belanda
yang tidak dapat diterima oleh Belanda karena yang gugur seperti Mayor Kroesen (mayor ini
wilayah itu sudah menjadi kekuasaan Belanda dikuburkan di Palakka), sedangkan pembesar
berdasarkan Perjanjian Bungaya. Secara de facto dari pihak Bone gugur Pamadeng Rukka, putra
wilayah itu memang telah dikuasai oleh Kerajaan mahkota Kerajaan Bone.
Bone, namun secara de yure berdasarkan Pertempuran itu menelan banyak korban
perjanjian yang dibuat oleh Belanda, baik dalam jiwa dan jika tidak dihentikan maka korban
Perjanjian Bungaya maupun korte verklaring akan bertambah terus. Untuk menjaga jangan
wilayah itu berada di bawah kekuasaan Belanda sampai banyak rakyat yang gugur dan menderita
(Poelinggomang,dkk.,2004: 246). kerugian harta benda, Besse Kajuara mengambil
Demikian juga setelah kematian Raja keputusan untuk segera meninggalkan daerah
Bone Arung Pugi pada tanggal 14 Februari Bone. Setelah Besse Kajuara meninggalkan
1857, Dewan Ade Pitu Kerajaan Bone sepakat Kerajaan Bone bersama pengawal dan pasukan-
melantik istrinya, Besse Kajuara (janda Arung pasukannya, Pemerintah Hindia Belanda
Pugi) untuk menggantikannya. Penggantian itu berhasil menguasai daerah itu. Penguasaan dan
memberi harapan pada Belanda agar hubungan kemenangan Hindia Belanda pada abad XIX
yang kurang harmonis pada masa kekuasaan pada umumnya. Terbentuknya Sebuah Elite
Arung Pugi dapat diperbaiki. Namun, harapan Birokrasi merupakan ciri otoriterisme Belanda
Belanda itu tampaknya tinggal harapan pada abad XIX (Sutherland,1983:158).
karena Besse Kajuara dianggap lebih keras Kemenangan itu diperoleh oleh pasukan
dari pemerintahan suaminya. Konflik antara ekspedisi militer Belanda, di samping karena
keduanya tidak meredah, bahkan menunjukkan pasukan Kerajaan Bone disuruh meninggalkan
intensitas yang tinggi. Besse Kajuara malah medan pertempuran untuk menghindari korban
memperlihatkan sikap pada Pemerintah Hindia yang lebih banyak. Kemenangan itu pula
Belanda dengan menolak segala bujukan dan didukung oleh peralatan militer yang canggih
perintahnya. Pada masa pemerintahannya pula dan modern. Di samping itu juga karena taktik
di Kerajaan Bone kapal-kapal yang melayari dan tipu muslihat yang digunakan oleh Belanda
daerah Kerajaan Bone banyak mengibarkan untuk memikat para bangsawan kerajaan secara
bendera kebangsaan Belanda dalam keadaan perorangan maupun memikat beberapa daerah
terbalik (Poelinggomang,dkk.,2004:245-254). kerajaan agar turut memperkuat pasukannya
Kenyataan itu mengakibatkan Pemerintah dalam menghadapi Kerajaan Bone. Salah satu
Hindia Belanda merasa dipermalukan dan dihina tokoh bangsawan Kerajaan Bone yang berhasil
oleh Kerajaan Bone. diajak adalah Ahmad Singkerru Rukka Arung
Terjadinya peristiwa pengibaran bendera Palakka.
itu dianggap atas instruksi dari raja Kerajaan Atas bantuan dari Ahmad Singkerru
Bone Besse Kajuara. Untuk itulah Pemerintah Rukka Arung Palakka, pelarian Besse Kajuara
Hindia Belanda memutuskan melakukan agresi dapat dilacak dan terus menerus dilakukan
militer ke Kerajaan Bone dan direncanakan pada negoisasi dan perundingan. Setelah berulang
awal tahun 1859. Akhirnya agresi militer Belanda kali diadakan perundingan, barulah pada 20
tersebut betul-betul terlaksana pada awal dan Januari 1860 benda-benda Arajang yang telah
akhir 1859, kemudian penyelesaiannya masuk dibawa oleh Baginda Besse Kajuara diserahkan
pada awal tahun 1860. Pada saat ekspedisi militer oleh dua orang anggota Dewan Arung PituE

68
Akhir Persekutuan Belanda ... Sahajuddin

kepada pimpinan tentara Belanda di Bone. berlangsung lama, pada saat Sulawesi Selatan
Dengan kembalinya benda-benda Arajang itu, diserahkan oleh Belanda kepada Inggris tanpa
barulah pemerintah Belanda dapat mengadakan memberitahukan Kerajaan Bone. Sehingga mau
pemilihan Arung Pone (raja Kerajaan Bone) tidak mau, Belanda melakukan ekspedisi militer
yang baru sebagai pengganti dari Besse Kajuara. ke Kerajaan Bone untuk menaklukkannya.
Kerajaan Bone, sejak pasca Perjanjian Bungaya Penaklukan itu pula yang merubah status
1667 sampai kekalahan Besse Kajuara pada Kerajaan Bone dari kerajaan sekutu ke kerajaan
1860, status hubungan Kerajaan Bone dengan pinjaman. Perubahan itu merupakan pukulan
Belanda mengalami perubahan dari status berat bagi Kerajaan Bone karena sejak Perang
sebagai kerajaan sekutu tertua dan utama Belanda Makassar (1669-1669) sampai 1859 masih
menjadi kerajaan pinjaman dari Pemerintah berstatus kerajaan sekutu terkuat Belanda.
Hindia Belanda. Di samping perubahan itu, juga mendapat
pengawasan dari Belanda. Khusus yang berkaitan
PENUTUP dengan penentuan kebijakan kerajaan, termasuk
Perubahan pemerintahan Gubernur pengangkatan dan penobatan seorang raja.
Makassar menjadi Gubernur Celebes dan Perubahan status Kerajaan Bone dari
Daerah Taklukannya merupakan kebijakan kerajaan sekutu ke kerajaan pinjaman karena
yang mutlak diambil oleh pemerintah Hindia dua hal pokok, pertama terkait dengan tujuan
Belanda. Kebijakan itu diambil sebagai bentuk utama dari Belanda untuk memonopoli sistem
dan mengesahkan wilayah Sulawesi Selatan politik pemerintahan di tanah jajahan dan
berada di bawah kekuasaan Belanda, khususnya monopoli ekonomi perdagangan. Kedua terkait
di Sulawesi Selatan. Penguasaan secara utuh dengan tindakan-tindakan Kerajaan Bone untuk
Sulawesi Selatan pada masa itu dianggap menyaingi Belanda menguasai Sulawesi Selatan,
penting dan mendesak bagi Belanda karena: baik secara politik maupun ekonomi sehingga
Pertama, Belanda harus mematuhi kontrak Belanda melakukan ekspedisi militer secara
London 1824 yang mengharuskan sebagian besar-besaran pada 1859-1860 untuk menguasai
Hindia Belanda dibuka sebagai pelabuhan bebas Kerajaan Bone secara penuh. Itulah sebabnya
dalam perdagangan; Kedua, kekuasan Belanda setelah Kerajaan Bone berhasil dikalahkan,
di Sulawesi Selatan (Pelabuhan Makassar) statusnya dirubuh menjadi kerajaan pinjaman.
mengalami kemorosotan, sementara kekuasaan
Inggris di Singapura mengalami kemajuan DAFTAR PUSTAKA
yang sangat pesat yang membuat Belanda Andaya, Leonard Y. 2013. Warisan Arung
(Hindia Belanda) ingin menyaingi Singapura Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan
dengan membuka pelabuhan Makassar sebagai Abad ke-17. (cetakan ketiga) Makassar:
pelabuhan bebas. Untuk mencapai tujuan Ininnawa.
tersebut, terlebih dahulu harus menguasai Ahimsa Putra, Heddy Shri. 1993. The politics
Sulawesi Selatan, maka diubahlah status of Agrarian Change and Clientelism in
pemerintahan gubernur di Sulawesi Selatan Indonesia: Bantaeng, South Sulawesi,
untuk menunjukkan penguasaan itu. 1883 to 1990, Amerika, (Columbia
Namun perubahan status gubernur itu University)
berbuntut panjang karena perubahan itu tidak Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah, yang
diterima oleh beberapa kerajaan yang ada di diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto.
Sulawesi Selatan, khususnya Kerajaan Bone. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Sebab Kerajaan Bone merasa berhak dan merasa Kadir, Harun dkk. 1984. Sejarah Perjuangan
seimbang dengan Belanda untuk menguasai Kemerdekaan Republik Indonesia di
Sulawesi Selatan. Rasa benci Bone itu sudah Sulawesi Selatan (1945-1950). Makassar:

69
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 57—70
diterbitkan atas kerjasama Bappeda ________, dkk. 2004. Sejarah Sulawesi Selatan
Tingkat I Provinsi Sulawesi Selatan Jilid I. Makassar: Badan Penelitian Dan
dengan Universitas Hasanuddin. Pengembangan Daerah (Balitbangda)
Kartodirdjo, Sartono. 1985. Pemikiran dan propinsi Sulawesi Selatan.
Perkembangan Historigrafi Indonesia: _________’ 2005. “Sejarah Tanete: Dari
Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia. Agangnionjo Hingga Kabupaten Barru”,
________, 1988. Pengantar Sejarah Indonesia Pemerintah Kabupaten Barru, Dinas
Baru: 1500-1900 Dari Emporium Sampai Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Imperium jilid I. Jakarta: Gramedia. Barru.
Mappangara, Suriadi. 2004. Kerajaan Bone Pemerintah Propensi Daerah Tingkat I Sulawesi
Dalam Sejarah Politik Sulawesi Selatan Selatan. 1991. Sejarah Perkembangan
Abad XIX. Makassar: Dinas Kebudayaan Pemerintahan Departemen Dalam Negeri
dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan. di Propensi Daerah Tingkat I Sulawesi
Poelinggomang, Edward L. 2002. Makassar Selatan.
Abad XIX: Studi Tentang Kebijakan Sutherland, Heather. 1983. Terbentuknya Sebuah
Perdagangan Maritim. Jakarta: Gramedia. Elite Birokrasi. Jakarta: Sinar Harapan.
________, 2004. Perubahan Politik dan
Hubungan Kekuasaan Makassar 1906-
1942. Yogyakarta: Ombak.

70

Anda mungkin juga menyukai