Anda di halaman 1dari 41

2020

Gambaran Umum Kegiatan Belajar Praktikum /


Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah II

A. Deskripsi Mata Kuliah :


Fokus mata ajar ini adalah pada pemenuhan kebutuhan klien
dewasa dengan gangguan sistem endokrin, imunologi,
pencernaan dan perkemihan. Pemberian asuhan keperawatan
pada kasus gangguan sistem endokrin, imunologi, pencernaan
dan perkemihan berdasarkan proses keperawatan dengan
mengaplikasikan ilmu biomedik seperti biologi, histologi,
biokimia,anatomi, fisiologi, patofisiologi, ilmu keperawatan
medikal bedah, ilmu penyakit dalam, farmakologi,nutrisi, bedah
dan rehabilitasi. Gangguan dari system tersebut meliputi
gangguan peradangan, kelainan degeneratif, keganasan dan
trauma, yang termasuk dalam 10 kasus terbesar baik lokal,
regional, nasional dan internasional. Lingkup bahasan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi asuhan terhadap klien.
Intervensi keperawatan meliputi terapi Modalitas Keperawatan
pada berbagai kondisi termasuk terapi komplementer. Proses
pembelajaran dilakukan melalui kuliah pakar, collaborative
learning (CL) dan Belajar Berdasarkan Masalah (BDM),dan
praktik laboratorium.

B. Capaian pembelajaran mata kuliah:


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran keperawatan medikal
bedah II, setelah diberi data/kasus/artikel mahasiswa mampu:
1. Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus
gangguan sistem endokrin, imunologi, pencernaan dan
perkemihan pada klien dewasa dengan memperhatikan aspek
legal dan etis.

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 1


2. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus
gangguan sistem endokrin, imunologi, pencernaan dan
perkemihan pada klien dewasa dengan memperhatikan aspek
legal dan etis.
3. Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada
sekelompok klien dengan gangguan sistem endokrin,
imunologi, pencernaan dan perkemihan pada klien dewasa
dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
4. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus
dengan gangguan sistem endokrin, imunologi, pencernaan
dan perkemihan pada klien dewasa sesuai dengan standar
yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga
menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif.

C. Ketrampilan yang dipelajari


1. Pengukuran Ante Brachial Index (ABI)
2. Pemeriksaan GDS
3. Injeksi sub kutan (dalam pemberian insulin)
4. Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) dan Bilas lambung
(gastric Lavage)
5. Wash-out / Enema
6. Colostomy care
7. Pemasangan kateter urin
8. Irigasi bladder
9. Bladder training

D. Pelaksanaan Praktikum
Sesuai jadwal

E. Metode Evaluasi
Ujian praktikum (Nilai Batas Lulus Praktikum Adalah : 75)

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 2


F. Tata Tertib
1. Kehadiran praktikum 100%
2. Berpakaian rapi dan sopan (tidak memakai sandal, kaos
oblong, baju ketat, anting-anting dan rambut gondrong
3. Mengenakan jas laboratorium
4. Mengganti apabila menghilangkan, merusak alat
laboratorium
5. Mahasiswa menyiapkan alat sehari sebelum pelaksanaan
perasat.

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 3


PENGUKURAN ANTE BRACHIAL INDEX (ABI)

A. Pengertian
Ankle-Brachial Index adalah rasio tekanan darah sistolik (TDS)
yang diukur di kaki (dorsalis pedis dan posterior tibial) dan di
lengan (brachial)

B. Indikasi
1. Menegakkan diagnosis arterial disease pada pasien dengan
suspect Lower Extremity Arterial Disease (LEAD)
2. Mengesampingkan LEAD pada pasien dengan luka pada
ekstremitas bawah
3. Klaudikasi intermiten
4. Usia lebih dari 65 tahun
5. Usia lebih dari 50 tahun dengan riwayat merokok atau
diabetes
6. Menentukan aliran darah arterial yang adekuat pada
ekstremitas bawah sebelum dilakukan terapi kompresi atau
debridement luka
7. Jika ABI < 0,8 kompresi tinggi berkelanjutan (misal 30-
40 mmHg pada kaki) tidak direkomendasikan
8. Pada kasus campuran antara penyakit vena/arterial (misal
ABI antara ˃ 0.5 s.d < 0.8), dianjurkan untuk menurunkan
level kompresi (23-30 mmHg). Jika ABI < 0,5 maka
kompresi harus dihindari dan pasien harus dirujuk ke dokter
bedah vaskuler untuk dilakukan evaluasi atau pemeriksaan
lanjutan.
9. Mengkaji potensi penyembuhan luka

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 4


C. Alat dan bahan
1. Doppler portable dengan probe 8-10 MHz, gunakan probe 5
MHz jika terdapat edema yang besar di daerah tungkai
bawah/kaki
2. Sphygmomanometer aneroid
3. Gel ultrasound
4. Alcohol pads untuk membersihkan Doppler.
5. Kassa, tissue atau pads untuk membersihkan gel dari kulit
pasien
6. Handuk atau selimut untuk menutup tungkai dan ekstremitas
7. Kertas dan pena untuk menuliskan hasil pengukuran,
kalkulator

D. Interpretasi
1. ABI ≤ 0,90 merupakan batas untuk menegakkan diagnosis
PAD ekstremitas bawah.
2. Selama follow up, penurunan ABI ˃ 0,15 beberapa kali dapat
secara efektif mendeteksi perkembangan PAD yang
signifikan.
Nilai ABI Status perfusi
> 1,3 Elevated/incompressible vessels
˃ 1,0 Normal
≤ 0,9 LEAD
≤ 0,6 - 0,8 Borderline
≤ 0,5 Severe ischemia

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 5


FORMAT PENGUKURAN (ABI)

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


Pre Interaksi
1. Cek catatan medik
2. Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3. Ucapkan salam
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
5. Menjaga privacy
6. Tanyakan keluhan utama dan beri
kesempatan klien untuk bertanya
7. Lepaskan kaos kaki, sepatu dan pakaian yang
ketat agar memungkinkan pemasangan
manset dan akses nadi dengan Dopple
8. Dekatkan alat
9. Cuci tangan dan Memakai hanscoen bersih.
Kerja
10. Anjurkan pasien berbaring terlentang
(supine), dengan posisi lengan dan kaki
sama tinggi dengan posisi jantung minimum
selama 5-10 menit sebelum pengukuran.
Tempatkan bantal dibawah kepala pasien
agar pasien merasa nyaman.
11. Sebelum pemasangan manset, pasang
pelindung misal plastic wrap pada
ekstremitas jika terdapat luka atau perubahan
pada intergitas kulit
12. Pasang selimut pada tungkai dan ekstremitas
untuk mencegah kedinginan

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 6


13. Pasang manset di lengan kanan atas dan
jangan sampai menutupi arteri kemudian
palpasi nadi brachialis
14. Tandai nadi brachialis hasil palpasi dengan
gel ultrasound
15. Tempatkan probe vascular Doppler
ultrasound diatas arteri brachialis dengan
sudut 45-60 derajat dan ubahlan posisi probe
hingga terdengar suara yang terjelas.
16. Pompa manset hingga 20 mmHg diatas
menghilangnya tekanan darah sistolik.
Kempiskan manset perlahan, perhatikan
suara pertama yang dideteksi oleh probe
hasilnya merupakan tekanan darah systolic
brachialis.
17. Pasang manset tensimeter di pergelangan
kaki dan pastikan ukurannya sesuai. Palpasi
nadi dorsalis pedis
18. Tandai nadi dorsalis pedis hasil palpasi
dengan gel ultrasuond
19. Tempatkan probe vascular Doppler
ultrasound diatas arteri dorsalis pedis dengan
sudut 45-60 derajat dan ubahlan posisi probe
hingga terdengar suara yang terjelas.
20. Pompa manset hingga 20 mmHg diatas
menghilangnya tekanan darah sistolik.
Kempiskan manset perlahan, perhatikan
suara pertama yang dideteksi oleh probe
hasilnya merupakan tekanan darah systolic
dorsalis pedis.
21. Bersihkan gel dari kulit pasien
22. Palpasi nadi posterior tibial dan tandai nadi
hasil palpasi dengan gel ultrasound

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 7


23. Tempatkan probe vascular Doppler
ultrasound diatas arteri posterior tibial
dengan sudut 45-60 derajat dan ubahlan
posisi probe hingga terdengar suara yang
terjelas
24. Pompa manset hingga 20 mmHg diatas
menghilangnya tekanan darah sistolik.
Kempiskan manset perlahan, perhatikan
suara pertama yang dideteksi oleh probe
hasilnya merupakan tekanan darah systolic
posterior tibial
25. Bersihkan gel dari kulit pasien
26. Lakukan pengukuran selanjutnya di posterior
tibial kiri, dorsalis pedis kiri, dan lengan kiri
27. Ulangi pengukuran pada diakhir urutan dan
kedua hasil pengukuran pada lengan kanan
harus dirata-rata terkecuali bila perbedaan
antara kedua pengukuran pada lengan kanan
melebihi 10 mmHg. Dalam kasus ini, hanya
pengukuran lengan kanan kedua yang
digunakan.
Evaluasi
28. Evaluasi tindakan
29. Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
30. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
31. Dokumentasikan tindakan
Jumlah:

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 8


E. Cara penghitungan ABI
Tekanan tertinggi pada kaki kanan
ABI Kanan =
Tekanan tertinggi pada kedua lengan

Tekanan tertinggi pada kaki kiri


ABI Kiri =
Tekanan tertinggi pada kedua lengan

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 9


PEMERIKSAAN GDS

Glukosa darah adalah gula utama yang dihasilkan oleh tubuh dari
makanan yang dikonsumsi. Glukosa dibawa keseluruh tubuh melalui
pembuluh darah untuk menghasilkan energi ke semua sel di dalam
tubuh (American Diabetes Association, 2010). Untuk mengetahui
kadar glukosa darah, terdapat berbagai jenis tes yang dapat
menentukannya. Antara lain adalah tes gula darah puasa, tes gula
darah dua jam selepas makan (postprandial), tes gula darah
sesewaktu dan tes toleransi glukosa. Setiap tes ini mempunyai fungsi
dan tujuan tersendiri. Tes gula darah puasa dilakukan dengan
mengambil sampel darah sekurang-kurangnya delapan jam setelah
makan, yaitu dalam keadaan perut kosong kecuali meminum air
putih. Untuk tes gula darah dua jam selepas makan, darah diambil
selepas dua jam mengkonsumsi makanan seperti sarapan atau makan
tengah hari. Darah diambil kapan saja untuk melakukan tes gula
darah sesewaktu di mana tidak melihat waktu makan. Pemeriksaan
gula darah digunakan untuk mengetahui kadar gula darah seseorang.
Macam- macam pemeriksaan gula darah: Kriteria diagnostik WHO
untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu ≤ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa ≤ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 10


3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian
sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial
(pp) ≤ 200 mg/dl.

Bahan dan Peralatan


1. Glukometer
2. Kapas Alkohol
3. Hand scone
4. Stik GDA
5. Lanset
6. Bengkok

FORMAT PEMERIKSAAN GDS

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


Pre Interaksi
1. Cek catatan medik
2. Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3. Ucapkan salam
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
5. Menjaga privacy
6. Tanyakan keluhan utama dan beri
kesempatan klien untuk bertanya
7. Dekatkan alat

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 11


8. Cuci tangan dan Memakai hanscoen bersih.
Kerja
9. Pasang stik GDA pada alat glukometer
10. Menentukan area penyuntikan
11. Desinfeksi area penyuntikan
12. Menusukkan lanset di jari tangan pasien
13. Menghidupkan alat glukometer yang sudah
terpasang stik GDA
14. Meletakkan stik GDA dijari tangan pasien.
15. Menutup bekas tusukkan lanset
menggunakan kapas alkohol
16. Alat glukometer akan berbunyi dan hasil
sudah bisa dibaca.
17. Merapikan alat-alat
18. Melepas sarung tangan
19. Cuci tangan
Evaluasi
20. Evaluasi tindakan
21. Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
22. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
23. Dokumentasikan tindakan
Jumlah:

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 12


INJEKSI SUB KUTAN (DALAM PEMBERIAN INSULIN)

Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas dan yang


mengatur tingkat glukosa gula sederhana yang memberikan energi
dalam darah. Tubuh manusia memerlukan jumlah mantap glukosa
sepanjang hari, dan glukosa yang berasal dari makanan yang orang
makan. Pada penderita diabetes mellitus, hormon insulin tidak dapat
diproduksi secara normal seperti pada umumnya sehingga
diperlukan injeksi insulin untuk mempertahankan kadar glukosa
darah normal.

Tiap bagian tubuh yang ditutupi kulit yang longgar dapat dipakai
sebagai tempat injeksi insulin termasuk abdomen, paha, lengan atas,
pinggang dan kuadran atas luar dari bokong. Secara umum insulin
akan lebih cepat diabsorpsi dari bagian atas tubuh seperti bagian
deltoid dan abdomen dibanding dari paha dan bokong.

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 13


Alat yang dibutuhkan:
a. Sarung tangan bersih
b. Bak instrumen
c. Pen insulin
d. Kapas desinfektan
e. Perlak
f. Bengkok

FORMAT PENYUNTIKAN INSULIN

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


Pre Interaksi
1. Cek catatan medik
2. Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 14


Orientasi
3. Ucapkan salam
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
5. Menjaga privacy
6. Tanyakan keluhan utama dan beri
kesempatan klien untuk bertanya
7. Dekatkan alat
8. Cuci tangan
Kerja
9. Menyiapkan jumlah insulin yang akan
diberikan sesuai dengan dosis yang
diresepkan dalam unit
10. Menentukan area penyuntikan
11. Desinfeksi area penyuntikan
12. Menyuntikkan insulin secara subcutan
13. Merapikan alat-alat
14. Melepas sarung tangan
15. Cuci tangan
Evaluasi
16. Evaluasi tindakan
17. Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
18. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
19. Dokumentasikan tindakan
Jumlah:

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 15


PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)

Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang


dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan
untuk memberi nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak
mampu untuk mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-obatan
secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari
lambung dengan cara diaspirasi/ dialirkan.

Tujuan dan Manfaat Tindakan


Nasogastic Tube digunakan untuk:
1. Memungkinkan evakuasi isi lambung (cairan, udara, darah,
racun) dan atau kumbah lambung.
2. Untuk memasukkan cairan (memenuhi kebutuhan cairan atau
nutrisi) dan obat-obatan oral.
3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa
substansi isi lambung.
4. Persiapan sebelum operasi dengan general anasthesia.
5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang
melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah
dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery
(pemulihan dari general anasthesia).

Indikasi
1. Pasien tidak sadar.
2. Pasien dengan masalah saluran cerna bagian atas (misal: stenosis
esofagus, tumor pada mulut, tumor pada faring atau tumor pada
esofagus).
3. Pasien dengan kesulitan menelan.
4. Pasien paska bedah pada mulut, faring atau esofagus.
5. Pasien yang mengalami hematemesis.
6. Pasien yang mengalami IFO (Intoksikasi Fosfat Organik).

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 16


Perhatian :
1. Riwayat masalah sinus atau nasal (infeksi, sumbatan, polip dll)
2. Refleks Vagal
3. Perdarahan karena prosedur yang agresif
4. Selang NGT masuk ke trakea

Persiapan alat:
1. NGT (Feeding Tube) sesuai ukuran:
- Dewasa : 16-18 Fr
- Anak-anak : 9-10 Fr
- Bayi : 6 Fr
2. 1 buah handuk kecil.
3. 1 buah perlak.
4. Jelly/lubricant.
5. Sarung tangan bersih.
6. Spuit 10 cc.
7. Plester atau hipafix.
8. Benang wol (bila ada).
9. Gunting.
10. Tongue Spatel.
11. Penlight atau senter.
12. Stetoskop.
13. Bengkok.

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 17


FORMAT PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


Pre Interaksi
1. Cek catatan medik
2. Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3. Ucapkan salam
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
5. Menjaga privacy
6. Tanyakan keluhan utama dan beri
kesempatan klien untuk bertanya
7. Dekatkan alat
8. Cuci tangan dan menggunakan sarung tangan
Kerja
9. Berdiri di samping klien, di sisi yang sama
dengan lubang hidung yang akan diinsersi
dan dekatkan alat-alat.
10. Atur klien dalam posisi Fowler (kecuali ada
kontraindikasi) dengan meletakkan bantal di
belakang kepala dan bahu.
11. Pasang perlak di atas bantal dan handuk di
atas dada.
12. Letakkan bengkok di atas dada.
13. Tentukan panjang selang yang akan
dimasukkan dan beri tanda dengan plester.
Terdapat 2 metode:
a. Diukur dari ujung hidung ke daun
telinga lalu ke procesus xyphoideus.
b. Diukur dari ubun-ubun besar ke ujung
hidung lalu ke procesus xyphoideus
MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 18
14. Beri jelly pada selang yang akan dipasang.
15. - Instruksikan klien agar kepala dalam
posisi ekstensi lalu masukkan selang
dengan hati-hati melalui lubang hidung
(klien mungkin merasa ingin muntah).
- Bila terasa ada tahanan masukkan selang
sambil diputar (jangan dipaksakan).
16. Bila sudah terasa melewati batas
kerongkongan, minta klien untuk membuka
mulut dan lihat dengan bantuan tongue spatel
dan senter apakah selang melingkar di dalam
kerongkongan atau mulut.
- Bila iya, tarik kembali selang, anjurkan
klien istirahat kemudian olesi selang
dengan jelly dan pasang pada lubang
hidung yang lain dengan cara yang sama.
- Bila tidak, fleksikan kepala klien dan
masukkan selang sampai melewati
nasofaring. Saat dimasukkan, anjurkan
klien untuk menelan (bila pasien sadar).
17. Masukkan terus selang sampai panjang yang
telah ditentukan. (Perhatikan bila klien
batuk-batuk dan sianosis )
18. Setelah selang terpasang sesuai panjang yang
telah ditentukan, anjurkan klien untuk rileks,
kemudian lakukan tes untuk mengetahui
apakah posisi selang NGT sudah benar,
dengan cara sebagai berikut :
- Masukkan udara 10-15 cc dengan spuit
ke dalam lambung (lakukan double
check).

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 19


- Aspirasi cairan lambung dengan spuit
(bila perlu lakukan pemeriksaan pH
cairan lambung).
- Letakkan ujung NGT kedalam bengkok
berisi air, jika ada gelembung udara
berarti selang masuk kesaluran
pernapasan.
19. Fiksasi selang dengan plester yang telah
disediakan atau dengan benang.
20. Merapikan klien dan tempat tidur klien.
21. Membersihkan dan mengembalikan alat-alat
pada tempat semula
22. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan.
Evaluasi
23. Evaluasi tindakan
24. Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
25. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
26. Dokumentasikan tindakan
Jumlah:

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 20


WASH-OUT / ENEMA

A. Pengertian
Prosedur enema adalah suatu tindakan memasukkan cairan ke
dalam rectum dan colon untuk memberikan rangsangan
peristaltic dengan tujuan membersihkan sisa -sisa pencernaan,
dan persiapan sebelum melakukan tindakan diagnostik atau
pembedahan. Ada dua jenis pemberian enema berdasarkan bahan
yang digunakan, yaitu penggunaan Gliserin dan Larutan NaCl
0,9%.

B. Indikasi
1. Konstipasi
2. Persiapan operasi
3. Tindakan diagnostik : pemeriksaan radiologi (barium enema)

C. Kontraindikasi
1. Hemoroid
2. Neoplasma colon atau rectum

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 21


D. Alat dan Bahan
1. Handscoen
2. Pispot
3. Cairan gliserin atau cairan NaCl 0.9% dengan volume
maksimum yang dianjurkan sbb: bayi 150-250cc, Toddler:
250-350cc, anak usia sekola 300-500cc, remaja 500-750cc,
dewasa 750- 1000cc.
4. Selimut
5. Perlak dan kain pengalas
6. Spoit 20 cc/ untuk penggunaan cairan NaCl digunakan
irigator lengkap dengan selang kanul rekti dengan ukuran:
bayi atau anak 10-18Fr, dewasa 22-30 Fr.
7. Mangkok kecil
8. Wadah enema (irigator)
9. Bengkok / Nierbekken
10. Botol berisi air
11. Vaselin atau Jely
12. Tissue atau washlap

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 22


FORMAT PEMASANGAN WASH-OUT / ENEMA

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


Pre Interaksi
1. Cek catatan medik
2. Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3. Ucapkan salam
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
5. Menjaga privacy
6. Tanyakan keluhan utama dan beri
kesempatan klien untuk bertanya
7. Dekatkan alat
8. Cuci tangan dan menggunakan sarung tangan
Kerja
9. Meletakkan pispot/ bengkok pada sisi
bokong atau tempat yang mudah dijangkau
10. Menuangkan NaCl 0.9% yang hangat ke
dlam irigator, klem dibuka sehingga air
keluar kemudian klem ditutup kembali.
11. Tangan kiri membuka anus, tangan kanan
memasukkan kanul yang sudah diolesi
vaselin
12. Menginstruksikan pasien untuk rileks dengan
menghembuskan napas perlahan melalui
mulut pada saat memasukkan kanul/selang
13. Memasukkan ujung kanul sepanjang 7,5-10
cm untuk orang dewasa, 5-7,5 cm untuk
anak, 2.5-3.5 cm untuk bayi
14. Pada ketinggian pinggul pasien, klem dibuka
dan pertahankan sekitar 5-10 menit. Untuk
MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 23
pasien dengan kolostomi, klem dimasukkan
ke dalam lubang kolostomi.
15. Naikkan tinggi wadah enema perlahan
samapai ketinggian yang tepat di atas
pinggul: 30-45 cm untuk enema tinggi, 7,5
cm untuk enema rendah. Rendahkan wadah
atau klem selang jika pasien mengeluh
merasakan kram atau cairan keluar dari
sekitar selang rectum
16. Menarik kanul rekti secara perlahan, pasien
tetapdiminta miring dan menahan selama 10-
15 menit, atau pada anak rapatkan otot
gluteus beberapa menit
17. Membantu pasien defekasi pada pispot
18. Observasi dan nilai karakteristik feses:
konsistensi, warna, bau
19. Merapikan klien dan tempat tidur klien.
20. Membersihkan dan mengembalikan alat-alat
pada tempat semula
21. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan.
Evaluasi
22. Evaluasi tindakan
23. Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
24. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
25. Dokumentasikan tindakan
Jumlah:

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 24


COLOSTOMY CARE
(MENGGANTI KANTONG KOLOSTOMI)

A. Pengertian
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma, dan
menggantikantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

B. Tujuan
• Menjaga kebersihan pasien
• Mencegah terjadinya infeksi
• Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
• Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

C. Persiapan pasien
• Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan, dll
• Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
• Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien
(menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat tempat
tidur (k/P), mempersilahkan keluarga untuk menunggu di
luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi
pasien

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 25


D. Persiapan Alat
1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain
berlubang, dan kain persegi empat.
2. Kapas sublimate/kapas basah,
3. Kapas kering atau tissue.
4. 1 pasang sarung tangan bersih.
5. Kantong untuk balutan kotor.
6. Baju ruangan / celemek.
7. Zink salep
8. Perlak dan alasnya.
9. Plester dan gunting.
10. Bengkok.

FORMAT COLOSTOMY CARE


(MENGGANTI KANTONG KOLOSTOMI)

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


Pre Interaksi
1. Cek catatan medik
2. Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3. Ucapkan salam
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 26


5. Menjaga privacy
6. Tanyakan keluhan utama dan beri kesempatan
klien untuk bertanya
7. Dekatkan alat
8. Cuci tangan dan Gunakan sarung tangan
Kerja
9. Letakkan perlak dan alasnya
di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma
10. Meletakkan bengkok di atas perlak dan
didekatkan ke tubuh pasien
11. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi,
dll)
12. Memakai sarung tangan steril
13. Membuka kantong kolostomi secara hati -
hati dengan menggunakan pinset dan tangan kiri
menekan kulit pasien
14. Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok
15. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
16. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colo
stomy dengan kapas sublimat / kapas hangat (air
hangat)/ NaCl
17. Mengeringkan kulit sekitar colostomy
dengan sangat hati – hati menggunakan kassa
steril
18. Memberikan Zink salep jika terdapat iritasi pada
kulit sekitar stoma
19. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma
colostomy
20. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi
Vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan
pasien
21. Memasukkan stoma melalui lubang kantong
kolostomi
MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 27
22. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan te
pat tanpa udara didalamnya
23. Merapikan klien dan lingkungannya
24. Melepas sarung tangan
25. Cuci tangan
Evaluasi
26. Evaluasi tindakan
27. Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
28. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
29. Dokumentasikan tindakan
Jumlah:

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 28


PEMASANGAN KATETER URIN

A. Pengertian
Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter
melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan
air seni atau urine.

B. Tujuan pemasangan:
1. Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih.
2. Untuk pengumpulan spesimen urine.
3. Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam
kandung kemih.
4. Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama
pembedahan .

C. Alat yang dibutuhkan:


a. Sarung tangan steril
b. Urin bag dan selang kateter
c. 1 set balutan steril (2 pinset anatomis, 2 pinset cirurgis, 2
kom)
d. Kassa steril
e. Korentang
f. NaCl 0,9%

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 29


g. Betadine
h. Jelly
i. Spuit 10 cc
j. Perlak
k. Bengkok

FORMAT KATETERISASI URINE

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


Pre Interaksi
1. Cek catatan medik
2. Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3. Ucapkan salam
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
5. Menjaga privacy
6. Tanyakan keluhan utama dan beri
kesempatan klien untuk bertanya
7. Dekatkan alat
8. Cuci tangan
Kerja
9. Menyambungkan urin bag dengan kateter
10. Cek balon kateter
11. Memberikan perlak dibawah bokong
12. Memakai sarung tangan steril
13. Melakukan penis/vulva hygiene

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 30


14. Menutup area genital dengan duk bolong
15. Masukkan jelly selanjutnya memasukkan
kateter dengan teknik steril sampai urin
keluar ditambah 2-3 cm
16. Mengisi balon kateter menggunakan spuit
17. Tarik kateter untuk mengecek kepatetan
balon kateter
18. Fiksasi kateter menggunakan plester
19. Membereskan alat
20. Melepas sarung tangan
21. Cuci tangan
Evaluasi
22. Evaluasi tindakan
23. Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
24. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
25. Dokumentasikan tindakan
Jumlah:

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 31


IRIGASI BLADDER

A. PENGERTIAN
Irigasi kandung kemih melalui kateter adalah pencucian kateter
urine untuk mempertahankan kepatenan kateter urine menetap
dengan larutan steril. Karena darah, pus, atau sedimen dapat
terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung
kemih serta menyebabkan urine tetap berada di tempatnya. Ada
dua metode untuk irigasi kateter, yaitu :
1. Irigasi kandung kemih secara tertutup.
Sistem ini memungkinkan seringnya irigasi kontinyu tanpa
gangguan pada sistem kateter steril. Sistem ini paling sering
digunakan pada kalien yang menjalani bedah genitourinaria
dan yang kateternya berisiko mengalami penyumbatan oleh
fragmen lendir dan bekuan darah.
2. Dengan membuka sistem drainase tertutup untuk
menginstilasi irigasi kandung kemih.
Teknik ini menimbulkan resiko lebih besar untuk terjadinya
infeksi. Namun, demikian kateter ini diperlukan saat kateter
kateter tersumbat dan kateter tidak ingin diganti (misalnya :
setelah pembedahan prostat).

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 32


B. TUJUAN
Tujuan dilakukannya irigasi kandung kemih adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine
2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya
penyumbatan kateter urine, misalnya oleh darah dan pus.
3. Untuk membersihkan kandung kemih
4. Untuk mengobati infeksi local

C. RESPON KLIEN YANG MEMBUTUHKAN TINDAKAN


SEGERA
Tindakan irigasi kandung kemih perlu mendapat perhatian,
bilamana respon pasien :
1. Pasien mengeluh nyeri atau spasme kandung kemih karena
irigan terlalu dingin.
2. Ada darah atau bekuan darah dalam selang irigasi.
Tindakan :
1. Lambatkan atau hentikan irigasi kandung kemih
2. Memerlukan peningkatan kecepatan aliran (tujuan intervensi
ini adalah mempertahankan patensi kateter, sel darah
mempunyai potensi menyumbat kateter).

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 33


D. PELAKSANAAN
Persiapan alat :
a. Set irigasi steril dengan spuit (ujung sesuai untuk kebutuhan
irigasi kateter)
b. Sarung tangan bersih
c. Normal saline steril untuk cairan irigasi (atau cairan sesuai
dengan order)
d. Kapas alkohol/swab
e. Absorben pad
f. Penutup steril untuk selang/tube
g. Obat anti nyeri atau anti spasme
h. Plester
i. Kom

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 34


FORMAT
IRIGASI KANDUNG KEMIH TERBUKA

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


Pre Interaksi
1. Cek catatan medik
2. Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3. Ucapkan salam
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
5. Menjaga privacy
6. Tanyakan keluhan utama dan beri
kesempatan klien untuk bertanya
7. Dekatkan alat
8. Cuci tangan
Kerja
9. Buka selimut pasien untuk dapat
mengekspose kateter
10. Palpasi kandung kemih pasien untuk
mengetahui adanya distensi
11. Buka wadah cairan irigasi steril di meja/troli,
pertahankan sterilitas bagian dalam dari
Wadah
12. Kenakan sarung tangan bersih
13. Letakkan absorben pad di bawah sambungan
selang dan kateter
14. Masukkan cairan irigasi yang sebelumnya
telah dibuka
15. Buka tutup spuit dan letakkan di wadah
cairan irigasi. Jangan mengkontaminasi
ujung
MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 35
Spuit
16. Letakkan kom wadah di atas absorben pad
untuk menciptakan area kerja
17. Lepaskan kateter dari selang urin bag,
letakkan penutup steril pada ujung selang
urin
Bag
18. Amankan selang urin bag di samping tempat
tidur
19. Letakkan ujung kateter ke kom
20. Masukkan spuit ke kateter dan coba aspirasi
adanya benda yang menyumbat
21. Masukkan cairan irigasi ke spuit
22. Masukkan 30-50mL cairan irigasi ke dalam
kateter secara perlahan lahan dan tekanan
Lembut
- Cabut spuit dan biarkan cairan mengalir
ke luar
- Rendahkan posisi kom agar cairan dapat
keluar dengan bantuan gravitasi atau
sedot kembali cairan yang telah
dimasukkan
- Lanjutkan irigasi kandung kemih pasien
dengan 30-50mL cairan irigasi hingga
cairan keluar jernih
23. Cabut penutup dari selang urin bag
24. Usap ujung kateter dengan kapas
alkohol/swab, dan hubungkan kateter dengan
selang urin bag
25. Pastikan jalur paten dari kateter hingga urin
bag. Hindari selang menggantung di
bawah posisi urin bag

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 36


26. Fiksasi kateter pada paha dalam untuk
perempuan dan abdomen pada laki-laki
27. Pasang kembali pengaman sisi tempat tidur
pasien
28. Rapikan alat dan lepaskan sarung tangan
Evaluasi
29. Evaluasi tindakan
30. Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
31. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
32. Dokumentasikan tindakan
Jumlah:

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 37


BLADDER TRAINING

A. PENGERTIAN
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan
fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan
normal atau ke fungsi optimal (Potter & Perry, 2013).

B. TUJUAN
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung
kemih dan mengembalikan pola normal perkemihan dengan
menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.
Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang
normal dengan berbagai teknik distraksi atau tekhnik relaksasi
sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per
hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan
dapat menahan sensasi berkemih.
Tujuan yang dapat di capai dalam sumber yang lain adalah :
1. Klien dapat mengontrol berkemih
2. Klien dapat mengontrol buang air besar

C. Indikasi dan kontraindikasi


1. Indikasi
- Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama.
- Klien yang akan di lakukan pelepasan dower kateter.

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 38


- Klien yang mengalami inkontinensia urin.
- Klien post operasi.
- Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan.
- Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran
urin.
2. Kontraindikasi
Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal.
3. Alat yang dibutuhkan:
- Jam
- Klem
- Air minum

FORMAT BLADDER TRAINING

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


Pre Interaksi
1. Cek catatan medik
2. Cuci tangan dan siapkan alat dan bahan
Orientasi
3. Ucapkan salam
4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
5. Menjaga privacy
6. Tanyakan keluhan utama dan beri
kesempatan klien untuk bertanya

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 39


7. Dekatkan alat
8. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
Kerja
9. Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak
200 cc (1 gelas sedang), setiap kali habis
diberi minum kateter di klem dan 1 jam
kemudian klem kateter dibuka agar kandung
kemih kosong atau sampai klien ada
rangsangan untuk berkemih.
10. Prosedur tersebut diulang terus sampai pukul
20.00
11. Setelah pukul 20.00 klem kateter dibuka dan
klien boleh minum tanpa ketentuan sampai
pukul 07.00 keesokan harinya
12. Prosedur tersebut diulang untuk hari
berikutnya sampai program tersebut berhasil
Evaluasi
13. Evaluasi tindakan
14. Kontrak waktu untuk pertemuan selajutnya
15. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
16. Dokumentasikan tindakan
Jumlah:

MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II 40

Anda mungkin juga menyukai