Anda di halaman 1dari 77

KUESIONER POLA ASUH ORANG TUA

Petunjuk pengisian :
Isi pertanyaan dibawah ini dengan tanda cek (√) pada kolom yang sudah tersedia
SL : Selalu
SR : Sering
K : Kadang-kadang
JR : Jarang
TP : Tidak pernah

NO Pernyataan SL SR KK JR TP
1. Saya mengatur segala kegiatan anak saya

2. Saya memberikan perintah apapun yang


saya inginkan kepada anak saya
3. Saya membuat peraturan yang tidak boleh
dibantah oleh anak saya

4. Saya mengawasi setiap hal yang anak saya


lakukan
5. Saya akan menghukum anak saya,
apabila tidak mematuhi peraturan yang
saya berikan
6. Saya memberikan alasan kepada anak
saya, apabila saya melarangnya bermain
7. Saya mendukung setiap aktivitas positif
yang dilakukan anak saya seperti
menggambar, mewarnai
8. Apabila anak saya mengungkapkan
pendapat yang berbeda dengan saya, saya
akan menghargainya

9. Saya memperhatikan setiap


perkembangan anak saya, baik di sekolah
maupun di luar sekolah

Universitas Sumatera Utara


10. Saya akan mendengarkan alasan anak
saya ketika melakukan kesalahan.

11. Saya selalu menuruti segala keiginan anak


saya
12. Saya sangat memanjakan anak saya.
13 Saya tidak mewajibkan disiplin dalam
segala kegiatan anak saya.

14 Saya tidak pernah menghukum anak saya


walaupun dia salah
15. Saya membiarkan anak saya bermain
seharian tanpa menegurnya

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR KUESIONER
PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH

Petunjuk pengisian :
Isi pertanyaan dibawah ini dengan tanda cek (√) pada kolom yang sudah tersedia
kuesioner praskrining untuk anak umur 36 bulan
NO PEMERIKSAAN YA TIDAK
1. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas Motorik halus
tampa bantuan atau petunjuk?
2. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu Motorik halus
persatu di atas kubus yang lain tampa menjatuhkan
kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2,5-5 cm

3. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat bicara Bahasa


seperti “minta minum”, “mau tidur”? dan
bicara
4. Apakah anak dapat menyebut 2 nama binatang Bahasa
tampa bantuan? dan
bicara
5. Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut Motorik kasar
atau dada anda dari jarak 1,5 meter
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi Bahasa
isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat dan
memberikan perintah berikut ini: bicara
“letakkan kertas ini di lantai”
“letakkan kertas ini di kursi”
“berikan kertas ini ke ibu”
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi?
7. Buat garis lurus ke bawah sepanjang Motorik halus
sekurangkurangnya 2,5 cm.
Suruh anak menggambar garis lain
Jawad Ya bila dia menggambar lurus
Jawad Tidak bila dia menggambar kelok-kelok

Universitas Sumatera Utara


8 Letakkan selembar kertas seukuran buku dilantai. Motorik kasar
Apakah anak dapat melompati bagian lebar kertas
dengan mengangkat kedua kakinya secara
bersamaan tampa di dahului lari?
9. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri? Personal social
10 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh Motorik kasar
sedikitnya 3 meter?

Kuesioner praskrining untuk anak umur 42 bulan

No. PEMERIKSAAN YA TIDAK


1. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri Personal sosial
2. Dapatkah anak mengayuh sepedaroda tiga sejauh Motorik kasar
sedikitnya 3 meter?
3. Setelah makan, apakah anak mencuci dan Personal sosial
mengeringkan tanganya dengan baik sehingga
anda tidak perlu menggulanginya?
4. Suruh anak berdiri satu kaki tampa berpengangan Motorik halus
jika perlu tunjukkan caranya danberi anak
kesempatan melakukannya 3 kali dapatkah dia
menjaga keseimbangan dalam waktu 2 detik atau
lebih
5. Letakkan selembar kertas seukuran buku dilantai. Motorik kasar
Apakah anak dapat melompati bagian lebar kertas
dengan mengangkat kedua kakinya secara
bersamaan tampa di dahului lari?
6. Jangan membantu anak dan jangan menyebutkan Motorik halus
lingkaran suruh anak menggambarnya.
Jawab Ya bila dia menggambarnya ujung ke ujung
bertemu
Jawab Tidak bila dia menggambar ujungnya tidak
bertemu
7. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu Motorik halus
persatu di atas yang lain tampa menjatuhkan
kubus tersebut?
Kubus yang di gunakan ukuran 2,5-5 cm
8. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular Personal sosial

Universitas Sumatera Utara


nagaatau permainan lain dimana dia ikut aturan
main?
9. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, Personal sosial
kemeja, baju atau kaos kaki tampa di bantu (tidak
termasuk memasang kancing, gasper atau ikat
pinggang)

kuesioner praskrening untuk umur anak 48 bulan


NO PEMERIKSAAN YA TIDAK
1 Dapatkah anak mengayuh sepedaroda tiga sejauh Motorik kasar
sedikitnya 3 meter?
2. Setelah makan, apakah anak mencuci dan Personal sosial
mengeringkan tanganya dengan baik sehingga
anda tidak perlu menggulanginya?
3. Suruh anak berdiri satu kaki tampa berpengangan Motorik kasar
jika perlu tunjukkan caranya danberi anak
kesempatan melakukannya 3 kali dapatkah dia
menjaga keseimbangandalam waktu 6 detik atau
lebih
4. Letakkan selembar kertas seukuran buku dilantai. Motorik kasar
Apakah anak dapat melompati bagian lebar kertas
dengan mengangkat kedua kakinya secara
bersamaan tampa di dahului lari?
5. Jangan membantu anak dan jangan menyebutkan Motorik halus
lingkaran suruh anak menggambarnya.
Jawab Ya bila dia menggambarnya ujung ke ujung
bertemu
Jawab Tidak bila dia menggambar ujungnya tidak
bertemu
6. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu Motorik halus
persatu di atas yang lain tampa menjatuhkan
kubus tersebut?
Kubus yang di gunakan ukuran 2,5-5 cm
7. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular Personal sosial

Universitas Sumatera Utara


nagaatau permainan lain dimana dia ikut aturan
main?
8. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, Personal sosial
kemeja, baju atau kaos kaki tampa di bantu (tidak
termasuk memasang kancing, gasper atau ikat
pinggang)
9. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya Bahasa
tampa dibantu? Jawad Tidak jika ia hanya dan
menyabutkan sebagian namanya atau ucapannya bicara
sulit di mengerti.

Kuesioner pra skrining untuk anak umur 54 bulan.


1 Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu Motorik halus
persatu di atas yang lain tampa menjatuhkan
kubus tersebut?
Kubus yang di gunakan ukuran 2,5-5 cm
2 Apakah anak dapat bermain petak umpet, Personal sosial
ular nagaatau permainan lain dimana dia ikut
aturan main?
3 Dapatkah anak mengenakan celana panjang, Personal sosial
kemeja, baju atau kaos kaki tampa di bantu
(tidak termasuk memasang kancing, gasper
atau ikat pinggang)
4 Dapatkah anak menyebutkan nama Bahasa
lengkapnya tampa dibantu? Jawad Tidak jika dan
ia hanya menyabutkan sebagian namanya bicara
atau ucapannya sulit di mengerti.

Universitas Sumatera Utara


5 Isi titik-titik dengan jawaban anak jangan Bahasa
membatu kecuali mengulangi pertanyaan dan
“apakah yang kamu lakukan jika kamu bicara
kedinginan?”
“apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”
“apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”
jawab YA jika anak menjawab 3 pertanyaan
tadi benar bukan dengan gerakan atau isyarat
Jika kedinginan jawaban yang benar adalah
menggigil. “pakai mantel atau masuk ke
dalam rumah”
Jika lapar jawaban yang benar adalah makan”
Jika lelah jawaban yang benar adalah “
mengantuk, tidur, berbaring, atau
tidurtiduran, istirahat atau diam sejenak

6 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya Personal sosial


atau pakaian boneka?
7 Suruh anak berdiri satu kaki tampa Motorik kasar
berpengangan jika perlu tunjukkan caranya
danberi anak kesempatan melakukannya 3
kali dapatkah dia menjaga
keseimbangandalam waktu 6 detik atau lebih
8 Jangan mengoreksi atau membantu anak. Motorik halus
jangan menyebut kata lebih panjang
Pertanyaan sebutkan garis mana yang lebih
panjang jika anak menunjuk lebih dari 3
kalidan benar
9 Jangan membantu anak dan jangan Motorik
memberitahu suruh anak menggambar garis halus
silang. Beri tiga kali kesempatan.
Jawad Ya jika menggambar garis silangnya
tidak putus-putus.
Jawad Tidak jika menggambar garis
silangnya putus-putus.

Universitas Sumatera Utara


10 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan Bahasa dan
memberi isyarat dengan telunjuk atau mata bicara
pada saat memberikan perintah berikut ini:
“letakkan kertas ini di atas lantai”
“letakkan kertas ini di bawah kursi”
“berikan kertas ini di depan kamu
“letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawad Ya hanya jika anak mengerti “di
atas”, di bawah”, di depan” dan di
belakang”

Kuesioner pra skrining anak umur 60 bulan.


1 Isi titik-titik dengan jawaban anak jangan Bahasa dan
membatu kecuali mengulangi pertanyaan bicara
“apakah yang kamu lakukan jika
kamu kedinginan?”
“apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”
“apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?” jawab
YA jika anak menjawab 3 pertanyaan tadi benar
bukan dengan gerakan atau isyarat
Jika kedinginan jawaban yang benar adalah
menggigil. “pakai mantel atau masuk ke dalam
rumah”
Jika lapar jawaban yang benar adalah makan”
Jika lelah jawaban yang benar adalah “
mengantuk, tidur, berbaring, atau tidur-tiduran,
istirahat atau diam sejenak
2 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau Personal
pakaian boneka? sosial
3 Suruh anak berdiri satu kaki tampa berpengangan Motorik kasar
jika perlu tunjukkan caranya danberi anak
kesempatan melakukannya 3 kali dapatkah dia
menjaga keseimbangan dalam waktu 4 detik atau
lebih
4 Jangan mengoreksi atau membantu anak. jangan Motorik halus
menyebut kata lebih panjang
Pertanyaan sebutkan garis mana yang lebih
panjang jika anak menunjuk lebih dari 3 kali dan
benar
5 Jangan membantu anak dan jangan memberitahu Motorik
suruh anak menggambar garis silang. Beri tiga halus
kali kesempatan.
Jawad Ya jika menggambar garis silangnya

Universitas Sumatera Utara


tidak putus-putus.
Jawad Tidak jika menggambar garis silangnya
putus-putus.
6 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan Bahasa dan
memberi isyarat dengan telunjuk atau mata pada bicara
saat memberikan perintah berikut ini:
“letakkan kertas ini di atas lantai”
“letakkan kertas ini di bawah kursi”
“berikan kertas ini di depan kamu
“letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawad Ya hanya jika anak mengerti “di atas”, di
bawah”, di depan” dan di belakang”
7 Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak Personal
rewel (tanpa menangis atau menggelayut pada social
anda)pada saat anda meninggalkannya?
8 Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan Bahasa dan
katakana pada anak bicara
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak anak menunjukkan warna itu?
9 Suruh anak melompat dengan satu kaki Motorik
beberapa kali tanpa berpegangan (lompat kasar
dengan dua kaki tidak ikut di nilai). Apakah ia
dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
10 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri Personal
tampa bantuan? social

Universitas Sumatera Utara


\

Universitas Sumatera Utara


UJI RELIABILITAS UNTUK 30 ORANG

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.786 16

Frequencies (Univariat)

Umur Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 31-40 tahun 26 61.9 61.9 61.9

21-30 tahun 16 38.1 38.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PT 5 11.9 11.9 11.9

SLTA 27 64.3 64.3 76.2

SLTP 10 23.8 23.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 19 45.2 45.2 45.2

PNS 5 11.9 11.9 57.1

Swasta 8 19.0 19.0 76.2

Wiraswasta 10 23.8 23.8 100.0

Universitas Sumatera Utara


Total 42 100.0 100.0

"Usia Anak"
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

10 23,8 23,8 23,8


Valid 3 Tahun
5 11,9 11,9 35,7
3,5 tahun
8 19,0 19,0 54,7
4 tahun
6 14.9 14.9 69,6
4,5 Tahun
13 32,3 32,3 100.0
5 Tahun

Total 42 100.0 100.0

Pola Asuh Orangtua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 34 81.0 81.0 81.0


Demokratis
4 9.5 9.5 90.5
Otoriter
4 9.5 9.5 100.0
Permisif.

Total 42 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Universitas Sumatera Utara


Nama : Nofriyati

Tempat, Tanggal Lahir : Salimpaung, 12 Februari 1977

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : jl Hamka no 143 jorong Parak Juar Kec Lima kaum

No.Telepon/ Hp :081261042890

Orangtua (Ayah) :Burhan

Orangtua (ibu) : Chailis

Riwayat Pendidikan

• 1984-1990 : SD no Salimpaung

• 1991-1994 : MTs. NegeriLawang Mandahiling

• 1994-1996 : SMA Negeri 1 Sungai Tarab

• 2007-2000 : D-III Keperawatan Akper PBH

Batusangkar

• 2014-2016 : Program Sarjana Ilmu Keperawatan USU

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, (2005). Psikollgi Perkembangan. Edisi revisi.PT.Thineka Cipta Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Aisyah, (2010).Pengaruh pola asuh orang tua terhadap Tingkat agresivitas
anak.Jurnal MEDTEK,Volume 2, Nomor 1, April,2010

Alfanti (2012) Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Emosi
Anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 24 Malang

Aziz, (2005).Pengantar ilmu keperawatan anak 1.,. Jakarta: Salemba Medika

Anwar, M. (2000).Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkatkan Kualitas


Tumbang Anak.Yogyakarta: pustaka pelejar

Azwar, S. (2007).Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2010).Penyuusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Desmita (2005) Psikologi Perkembangan: Bandung, PT. Remaja Rosdakarya

Dewi, (2012).Hakikat Anak Usia Dini. : Salemba Medika

Edward, D. C. (2006).Ketika Anak Sulit Diatur : Panduan Orang Tua Untuk


Mengubah Masalah Perilaku Anak.Bandung : PT. Mizan Utama

Ema & Mukhtar,W.(2000). Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Ayyrrouz,


Yogyakarta.

Fatimah (2012) Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak
di R.A Darussalam Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang

Fitria, (2013).Resume Perkembangan Psikologi Pada Masa Prasekolah. Jakarta:


Salemba Medika.

Gunarsa, S. (2000).Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.BPK Jakarta:


Gunung Mulia

Harianti,(2003).Pendidikan Prasekolah. Siapa, Mengapa, dan BagaimanaPusat


Kurikulum Balitbangdiknas (Makalah ini disampaikan dalam soft opening
Taman Bocah Pre SchooYogyakarta, 11 Oktober

Haryanto, (2011).Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika


Aditama.
Izzaty, R. E,(2005), permasalahan Anak Usia Taman Kanak-kanak).Jakarta:
Depdiknas

Universitas Sumatera Utara


Masnipal, (2013).Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesiona,(Jakarta:
Elex Media Komputindo,

Mansur, (2005).Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2005.

Mubarak, WI dan Chayatin, N. (2007).Buku Ajar Keperawatan Dasar


Manusia,Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC Buku
Kedokteran

Nursalam, dkk.(2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan
bidan), Edisi 1. Jakarta: Salemba

Papalia,(2009). Human Development. Perkembangan Manusia, Penerbut


Salemba Humanika. Jakarta.

Rahman,(2009).Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini, Lentera


Pendidikan, Vol. 12 no. 1 Juni 2009: 46-57

Samino, (2013).Kompleksitas Dunia Anak Usia Dini Dalam Pendidikan


Kompleksitas Dunia Anak Usia Dini,Dalam Pendidikan
ProgramPascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Suryani, (2010)Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Perkembangan Sosial


Anak Usia 1 - 3 Tahun Di Desa Buntalan Iclaer.MOTORIK Jurnal Ilmu
Kesehatan (Journal of Health Science)
Suyanto,S. (2005). Dasar- dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta:
Hikayat Publishing.

Sugiyono,(2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D, Bandung.


Alfabeta.

Sugiyono, (2012).Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Alfabeta.

Supartini, (2004).Buku Ajar, Konsep dasar Keperawatan


Anak.PenerbitEGC.Jakarta

Suparyanto, (2010).Konsep Pola Asuh Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Ulumuddin, (2014).Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perkembangan


Motorik Anak Usia 3-5 Tahun,Di Paud Aisyiyah Nur’aini Ngampilan
YogyakartaFakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Universitas Sumatera Utara


Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun (2003).Tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Yanti,( 2011).Hubungan Stimulasi Terhadap Perkembangan Motorikhalus Anak


Prasekolah Usia (3-5 Tahun), Di Paud Almubaraqah Ampang Kecamatan
Kuranji Tahun 2011

Yullyana, R. (2013).Hubungan Antara Presepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua


Dengan Kecergasan Interpersonal Remaja, Universitas Pendidikan
Indonesia repository.upi.edu

Yuniarti, (2010).Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Motorik Halus Anak
Prasekolah Usia 4-6 Tahun, Yogyakarta.Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Nursalam (2013).Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :Pendekatan Praktis.


Jakarta : Salemba Medika.

BAB 3

Universitas Sumatera Utara


KERANGKA KONSEPTUAL

3.1.Kerangka Konsep

Kerangka konsep menurut Notoatmojo (2010), kerangka konsep penelitian

adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang

akan diukur.

Dari kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagian kerangka konsep

sebagai berikut:

Pola Asuh Orangtua

- Pola Asuh Demokratis

- Pola asuh Otoriter

- Pola asuh Permisif

Anak Usia Pra Sekolah


Perkembangan Anak

- Sesuai dengan tingkat

perkembangan (S)

- Meragukan (M)

- Kemungkinan ada

peyimpangan (P)

Gambar 3.1.: Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


3.2 Definisi Operasional

Berdasarkan perumusan masalah, kerangka berpikir dan hipotesis yang diajukan,

maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Tabel 3.2. Definisi Variabel dan Definisi Operasional


Variabel Defenisi Alat ukur hasil Skala
operasional Ukur Ukur
interaksi antara Kuesioner 15-34= Nominal
Pola Asuh orang tua yaitu Sebanyak 15 Otoriter
Orangtua ayah dan ibu pertanyaan 35-54=
dengan anak usia Dengan pilihan Demokratis
3-5 jawaban: SL= 55-75=
tahundikelompok Selalu Permisif.
bermain SR=Sering
melati suka KK=Kdangkadang
ramai JR=Jarang
kabupatan Tanah TP=Tidak pernah.
Datar.

Perkembangan Bertambahnya KPSP Perkembanga Ordinal


Anak kemampuan -10 pertanyaan n anak sesuai
motorik untuk Anak dengan tahap
halus, usia36 bulan perkembanga
motorik - 9 n jika jumlah
kasar, pertanyaan untuk jawaban YA=
anak usia 42 9 atau 10
bahasa, dan
bulan Perkembanga
personal
- 9 n anak
sosial pada
pertanyaan untuk meragukan
anak usia 3- anak usia 48 jika jumlah
5 tahun di bulan jawaban
kelompok - 10 YA=7 atau 8
bermain melati pertanyaan untuk perkembanga
suka ramai Anak usia 54 nanak
kabupaten Tanah bulan kemungkinan
Datar. - 10 ada
pertanyaan untuk penyimpanga
Anak usia n jika jumlah
60 bulan jawaban YA=
<6.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Dengan demikian

metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaranpola asuh orangtua

dan perkembangan anak usia pra sekolah (3-5 tahun) di Kelompok Bermain

Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.

4.2.Populasi dan Sampel


4.2.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2012) Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dankemudian ditarik

kesimpulannya.Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Populasi

dibatasi sebagai sejumlah kelompok atau individu yang paling sedikit mempunyai

satu sifat yang sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia

pra sekolah diKelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah Datar

Sumatera Barat dan anak usia pra sekolah. Dengan demikian jumlah Populasi pada

penelitian ini adalah sebanyak 42 orang.

Universitas Sumatera Utara


4.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian objek dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel adalah

sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Teknik

pengambilan sampel yaitu total sampling.Dengan demikian jumlah sampel pada

penelitian ini adalah sebanyak 42 orang.

4.3.Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian

Adapun penelitian ini dilaksanakan diKelompok Bermain Melati Suka Ramai

Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.

4.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015

4.4.Pertimbangan etik

Penelitian inidi lakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Universitas Sumatra Utara dan Kepala

yayasan Kelompok Bermain MelatiSuka Ramai Kabupaten Tanah Datar Sumatera

Barat. selanjutnya, peneliti memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian kepada responden. jika responden bersedia, maka telebih dahulu

hurus menanda tangani lembar persetujuan (infomed consent). Bila responden

tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka responden dapat

memberikan persetujuan, secara verbal (lisan). Responden berhak menolak

ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian, peneliti tidak akan memaksa

dan tetap menghormati haknya sebagai responden.

Universitas Sumatera Utara


Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencatumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden.

lembar tersebut hanya diberi nomor dan kode tertentu. kerahasian informasi yang

diberikan oleh responden dijamin.

4.5.Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas Reliabilitas

Data responden diperoleh dengan menggunakan alat penggumpulan data berupa

kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu: kuesioner data demografi, kuesioner

pola asuh orang tua, dan kuesioner perkembangan anak pra sekolah.

1. Data demografi

Data demografi responden meliputi:usia,pendidikan orang tua pekerjaan

orang tua, dan usia anak.

2. Kuesioner Pola Asuh Orang tua

Kuesioner ini bertujuan untuk melihat gambaran pola asuh yang digunakan

orang tua.Kuesioner ini diadopsi dari penelitian sebelumnya, Refi Yulita (2014)

dalam penelitiannya tentang hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan

anak.Kuesioner disusun dalam bentuk tertutup dengan menggunakan skala Likert

yaitu jawaban responden telah termuat dalamlimaoptionyang di gunakan adalah

selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK), jarang (JR), dan tidak pernah (TP).

Penilaian pola asuh orang tua untuk jawaban :.

1) SL= Selalu diberi nilai 5

2) SR=Sering diberi nilai 4

3) KK=Kdang-kadang diberi nilai 3

4) JR=Jarang diberi nilai 2

5) TP=Tidak pernah diberi nilai1

Universitas Sumatera Utara


3. Kuesioner Perkembangan.

Berdasarkan rumus statistik tersebut, maka didapat panjang kelas untuk

perkembangananak pra sekolah adalah :

Range
=
i

= 24

Berdasarkan panjang kelas yang didapat maka nilai tugas perkembangan anak pra

sekolah adalah:

a. Sesuai dengan tahap perkembangan (S) jika skor jawaban YA= 9-10

b. Meragukan(M) jika skor jawaban YA= 7-8

c. Kemungkinan ada Penyimpangan (P) jika skor jawaban YA ≤ 6.

4.6.Uji Validitas dan Reabilitas

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2013). Uji validitas

instrumentbertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk mengukur

apa yang diukur (Notoatmojo, 2010).Kuesioner perkembangan tidak di uji

validitaskarena kuesioner sudah baku.Sedangkan kuesionerpola asuh orang tua di

validasi dengan menggunakan validitas isi (content validity index)yang di lakukan

Universitas Sumatera Utara


oleh dosen ahli dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti telah

berkonsultasi dengan salah satu staf RS Sumatera Utara yang ahli di bidang

Keperawatan anak. Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner dan proposal

penelitian kepada penguji validitas. Ahli diminta untuk mengamati secara cermat

semua pernyataan yang hendak divalidasi. Kemudian mengoreksi semua

pernyataan yang telah dibuat. Setelah dikoreksi pernyataan yang tidak valid yaitu

nomor1,4,6,8,10,11,14,15 langsungdiganti peneliti berdasarkan saran dari penguji

validitas.Pernyataan yang tidak valid langsung diganti oleh peneliti berdasarkan

saran dari penguji validitas (Sukardi, 2009 dalam Dewi, 2012).

Menurut pendapatSudaryanto (2003) dalam penentuan validitas ada 3 hal

pentingyang harus dipenuhi yaitu kriteria pengukuran harus relevan,

isipengukuran harus relevan, dan cara pengukuran harus relevan.Item Instrumen

dianggap valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga dengan membandingkannya

dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukan sejauh mana

suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalakan (Notoatmodjo, 2010). Hasil

pengukuran yang relatif sama menunjukan bahwa ada toleransi terhadap

perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran

tersebut.Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil

pengukuran tidak dapatdipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel.Data

tersebut diolah dengan menggunakan program komputerisasi, yaitu Cronbach

Alfa.Alasan digunakannya Cronbach Alfa sebab dapat digunakan untuk menguji

reliabilitas instrumen skala likert untuk kuesioner pola asuh orang tua. Menurut

Universitas Sumatera Utara


Djemari (2003, dalam Riwidikdo, 2008) kuesioner atau angket dikatakan reliabel

jika memiliki nilai alfha minimal 0,7.

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 anak usia pra sekolah (3-5tahun) di Paud

Padang Jaya Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.Hasil uji reliabilitas

instrument menghasilkan nilai “r” sebesar 0,786.

4.7. Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Mengajukan permohonan izin melakukan survey awal untuk melihat

karakteristik anak (populasi) yang akan dijadikan sampel penelitian.

2. Melakukan perhitungan untuk menentukan jumlah anak yang akan

dijadikan sampel dengan menggunakan metode Metode total Sampling,

dimana sampel diambil secara keseluruhan populasi.

3. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi

pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara).

4. Mengirimkan permohonan izin pengambilan data yang diperoleh dari

fakultas ke tempat penelitian(Kelompok Bermain Melati Suka Ramai

kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat).

5. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kelompok Bermain Melati Suka

Ramai Kabupaten Tanah datar Sumatera Barat, peneliti

melaksanakan pengumpulan data penelitian.

6. Menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, mamfaat, dan proses

pengisian kuesioner.

Universitas Sumatera Utara


7. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed

consent (surat persetujuan).

8. Peneliti melakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner

terhadap responden dan responden diberi kesempatan untuk bertanya pada

peneliti bila ada pertanyaan yang tidak

dipahami.Selanjutnya, data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.

4.8. Analisa data

Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan secara komputerisasi, dengan

langkahlangkah sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuesioner yang

telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban

dan tulisan.

2. Coding

Coding adalah proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang

berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah

memberikan kode untuk jawaban yang diberikan responden

penelitian.Penilaian pola asuh orang tua untuk jawaban “Selalu” diberi kode5,

“Sering” di beri kode 4, “kadang-kadang” di beri kode 3, “Jarang” di beri

kode 2, dan ”Tidak pernah” di beri kode 1.Sedangkanpenilaian perkembangan

anak pra sekolah di lakukan secara manual.

3. Processing

Processing yaitu memasukkan data ke dalam komputer untuk diproses.

Universitas Sumatera Utara


4. Cleaning
Cleaning yaitu melakukan pembersihan dan pengecekan kembali data yang

telah dimasukkan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui apakah ada

kesalahan ketika memasukkan data.

5. Komputerisasi

Komputerisasi digunakan untuk mengolah data dengan komputer

4.8.2. Teknik Analisa Data

Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan

gambaran pola asuh orang tua dan perkembangananak pra sekolah. Proses

pengolahan data dilakukan dengan :

1. Analisa Univariat

Statistika univariat digunakan untuk menyajikan data – data demografi

meliputi usia ibu, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan usia anak,data

pola asuh orang tua dan data perkembangan anak pra sekolah. Hasil dari data

demografi,data pola asuh, dan data perkembangan anak pra sekolah akan disajikan

dalam tabel distribusi frekuensi dan persentasenya.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan data hasil penelitian mengenai Pola Asuh Orang Tua

Dan Perkembangan Anak usiamPra Sekolah (3-5 Tahun) di Kelompok Bermain

Melati Suka Ramai kabupaten Tanah Datar.Responden dalam dalam penelitian ini

adalah orang tua yang yang mempunyai anak di Kelompok Bermain Melati Suka

Ramai kabupaten Tanah Datar berjumlah 42 orang.Analisis hasil penelitian ini

berupa univariat untuk melihat distribusi data demografi responden (karakteristik

responden), pola asuh orang tua danperkembangan anak pra sekolah.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (ibu) berusia 2130

tahun 26 orang (61,9%), anak usia 5 tahun sebanyak 13 orang

(32,3%),berpendidikan SMA sebanyak 27 orang (64,3%),memiliki pekerjaan

sebagai ibu rumah tangga sebanyak 19 orang (45,2%)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik

Responden (N=42)
Data Demografi f %
Umur ibu 1.
21-30 tahun 26 61,9
2. 31-40 tahun 16 38.1
Umur anak
1. 3 tuhun 10 23,8
2. 3,5 tahun 5 11,9
3. 4 tahun 8 19,0
4. 4,5 tahun 6 14,9
5. 5 tahun 13 32,3
Pendidikan Orang tua
1. SLTA 27 64,3
2. SLTP 10 23,8
3. SD 5 11,9

Pekerjaan Orang tua


1. Pegawai negeri 5 11,9
2. Pegawai Swasta 8 19,0
3. Wiraswasta 10 23,8
4. ibu rumah tangga 19 45,2

5.1.2 Tipe Pola Asuh Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki pola

asuh Demokratis yaitu sebanyak 34responden (81,0%). Sedangkan orang tua

responden yang menggunakan pola asuh otoriter sebanyak 4 responden (9,5%)

dan pola asuh permisif sebanyak 4 responden (9,5%) (lihat tabel 5.2).

Universitas Sumatera Utara


Tabel.5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden tentang Pola Asuh
Orang Tua di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah
Datar
Pola Asuh f %
Pola asuh Demokratis 34 81,0
Pola asuh Oteriter 4 9,5
Pola asuh Permisif 4 9,5

5.1.3 Perkembangan Anak Pra Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dari 42 responden yaitu sebanyak

37 responden (88,0%) perkembangan anak sesuai dengan perkembangan.

Sedangkan sebanyak 5 responden (11,97%) perkembangan anak meragukan dan

tidak ada perkembangan anak yang menyimpang (lihat tabel 5.3).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase perkembangan anak pra sekolah
Perkembangan anak F Persentase (%)

Sesuai dengan perkembangan (S) 37 88,0


Meragukan (M) 5 11,9
Kemungkinan ada penyimpangan (P) 0 0

Universitas Sumatera Utara


5.3.Pembahasan

5.3.1. Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkansebagian besar orang tua

menggunakan pola asuh Demokratis yaitu 34 orang (81.0%) Orang tua dengan pola

asuh Demokratisbaik untuk diterapkan oleh orang tua dalam mendidik anak, karena

orang tua bertindak secara realistis dan selalu memberikan tanggungjawab pada

anak secara penuh sehingga anak bisa tumbuh secara kreatif dan cerdas. Pola asuh

yang diterapkan orangtua memiliki peranan yang penting dalam mendidik,

membimbing, mendisiplinkan danmelindungi anak untuk mencapai kedewasaan

sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dan akan menjadikan anak

menjadi lebih, sopan dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh.Alfanti, (2012) di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 24

Malang pola asuh orang tua menggunakan pola asuh Demokratif yaitu

(93,4%).Dan hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Ulumudin,

(2014) di Paud Aisyiyah Nuraini Ngapalin Muhamadiyah Yogyakarta pola asuh

orang tua mayoritas adalah pola asuh pemisif yaitu (95,5%). Hal serupa diungkap

oleh (Hurlock, 1999) peranan orang tua atau keluarga sangat besar pengaruhnya

terhadap perkembangan anak. Peranan orang tua terkait dengan cara pengasuhan

memberi kesempatan belajar untuk mampu mandiri, memperoleh rasa aman,

kesempatan berkembang sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa Umur Ibu terdiri

dari 26 ibu (61.9%) adalah 21-30 tahun. Kemudian 16 orang ibu (38.1%)

memiliki umur 31-40 tahun.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Hurlock (dalam Suryani, 2010) bahwa usia 20-40 tahun

merupakan usiadewasa awal atau masa reproduksi dimana peran pada masa ini

antara lainperan sebagai pasangan hidup dan sebagai orang tua yang

selalumempersembahkan waktu untuk mendidik dan merawat anak. Selain

haltersebut peran orang tua pada usia ini adalah menstimuli tumbuh kembanganak

dan memfokuskan dalam pola pengasuhan terhadap anak. Dari jabaran

tersebutjelas bahwa usia orang tua mempengaruhi pola pengasuhan pada anak

initerbukti dari hasil prosentase umur orang tua dengan nilai tertinggi pada usia

21-30 tahun sebesar 69%. Usia orang tua mempengaruhi peranan

dalammenentukan pola asuh, setiap tahap perkembangan mempunyai peran

masing-masing, semakin tua usia orang tua maka berbeda pula peran dari

usiasebelumnya.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa Pendidikanterdiri

dari 27 ibu (64.3%) adalah SMA. Kemudian 10 orang ibu (23.8%) memiliki

pendidikan SMP dan 5 orang (11.9%) memiliki pendidikan SD. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa mayoritas pendidikan ibu adalah SMA.

Pendidikan orang tuamerupakan salah satu faktor yang penting dalam pola

asuhperkembangan anak karena dengan pendidikan orang tua yang baik

makaorang tua dapat menerima segala informasi dari luar. Terutama tentang

carapengasuhan anak yang baik, bagaimana cara menjaga kesehatan,mendidik,

dan mengasuh anak.Hasil yang sama ditunjukkan dalam penelitian (Suryani,

2010) bahwaterdapat keterkaitan antara pendidikan ibu dalam menentukan

polapengasuhan. Dalam pelaksanaan penelitian terlihatjelasperbedaan antara

orangtua berpendidikan tinggi dengan orang tua berpendidikan rendah.Orang

tuayang berpendidikan tinggi merekahanya memerlukan sedikit penjelasan

Universitas Sumatera Utara


danbisa menjawab kuesioner sendiri dengan cepat tanpa banyak bertanya.Orang

tua yang berpendidikan rendah dalam penelitianmembutuhkan penjelasan secara

perlahan-lahan dan jelas, dalam mengisikuesioner juga membutuhkan waktu yang

lama. Tentu tingkat pendidikanorang tua ini akan berpengaruh langsung dalam

penerapan pola asuhkepada anak-anak mereka.

Pada penelitian ini orangtua yang mempunyai pola asuh otoriter sebanyak 4

orang (9,5%). Pola asuh otoriter adalah pola yang membatasi dan menghukum,

dimana orangtua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka. Orangtua yang

berpola asuh otoriter menekankan adanya kepatuhan seorang anak terhadap peraturan

yang mereka buat tanpa banyak basa-basi, tanpa penjelasan kepada anaknya mengenai

sebab dan tujuan diberlakukannya peraturan tersebut, cenderung menghukum anaknya

yang melanggar peraturan atau menyalahi norma yang berlaku

Pola asuh seperti ini bisa disebabkan oleh pengaruh dari usiaorang tua yang mengasuh

anaknya. Menurut Hurlock (2010) pasangan dengan usia yang lebih tua cenderung

lebih keras dan bersikap otoriter dalam memberikan pengasuhan kepada anak-

anaknya. Orang tua lebih dominan dalam mengambil keputusan, karena orangtua

merasa sangat berpengalaman dalam memberikan pengasuhan dan pendidikan kepada

anak mereka.

Hasil penelitian menunjukkanpola asuh permisif yaitu sebanyak 4 orang (9,5%).

Orangtua dengan pola asuh permisif cenderung selalu menuruti keinginan anaknya.

Sikap ini mungkin disebabkan karena orangtua terlalu sayang terhadap anak, proteksi

yang berlebihan dan terlalu memanjakan anak sehingga apapun yang dilakukan anak

akan diterima oleh orangtua.

Universitas Sumatera Utara


5.3.2. Perkembangan anak pra sekolah

Hasil penelitian menggambarkan bahwa dari 42 responden yaitu sebanyak

37 responden (88,0%) perkembangan sesuai dengan perkembangan anak.

Sedangkan sebanyak 5 responden (11,9%) perkembangan anak meragukan, dan

tidak ada terdapat perkembangan anak yang meyimpang. Data tersebut

menggambarkan bahwa mayoritas Anakdi Kelompok Bermain Melati Suka

Ramaiperkembangan anak pra sekolah sesuai dengan perkembangan anak .Setiap

individu berbeda dalam proses tumbuh kembangnya karena dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu : pengaruh budaya lingkungan, status sosial dan ekonomi

keluarga, nutrisi, olahraga, latihan fisik, posisi anak dalam keluarga dapat

mempengaruhi sikap orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak di lingkungan

keluarga.

Menurut Hurlock (dalam Suryani, 2010) bahwa usia 20-40 tahun

merupakan usiadewasa awal atau masa reproduksi dimana peran pada masa ini

antara lainperan sebagai pasangan hidup dan sebagai orang tua yang

selalumempersembahkan waktu untuk mendidik dan merawat anak. Selain

haltersebut peran orang tua pada usia ini adalah menstimuli tumbuh kembanganak

dan memfokuskan dalam pola pengasuhan dan perkembangan anak. Dari jabaran

tersebutjelas bahwa usia orang tua mempengaruhi pola pengasuhan pada anak

initerbukti dari hasil prosentase umur orang tua dengan nilai tertinggi pada usia

21-30 tahun sebesar 69%. Usia orang tua mempengaruhi peranan

dalammenentukan setiap tahap perkembangan anak dan mempunyai peran

masing-masing, semakin tua usia orang tua maka berbeda pula peran dari

usiasebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa Pekerjaan Ibu

terdiri dari 19 ibu (45.2%) adalah ibu rumah tangga. Kemudian 10 orang ibu

(23.8%) memiliki pendidikan wiraswasta, 8 orang (19.0 %) memiliki pekerjaan

Swasta dan 5 orang (11,9%) adalah PNS. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa mayoritas pekerjaan Ibu adalah IRT (Ibu Rumah Tangga).

Pekerjaan orang tua mempengaruhi terhadap perkembangan anak, ibu yang

bekerja sebagai ibu rumah tangga akan lebih mengontrol perkembangan anak

ketimbang orang tua yang bekerja di luar rumah. Peneliti berasumsi bahwa ibu

rumah tangga lebih baik dalam mengontrol perkembangan anak di bandingkan

orang tua yang bekerja di luar rumah karana merupakan modal dasar mencapai

hasil pertumbuhan dan perkembangan anak. Ekonomi dan status sosial sudah

mapan maka orang tua cenderung lebihmemperhatikan perkembangan

anaknya.Orang tua lebih berfokus padapengembangan kreativitas anak dibanding

masalah ekonomi keluarga.(Mubarak dan Chayatin, 2007).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah

(2012)di R.A Darussalam Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang Dimana hasil

penelitian menyebutkan sebagian besar perkembangan anak normal yaitu 32

responden (72,7%). Hasil penelitian di atas juga relevan dengan hasil penelitian

Yuniarti, (2010) di paud qolbi al mutakim yogyakarta mengenai Perkembangan

Anak sesuai dengan perkembangan.

BAB 6

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bermain Melati Suka

Ramai Kabupaten Tanah Datar.menggambarkan bahwa pola asuh orang tua

terbanyak yang digunakan yaitu pola asuh demokratis sebanyak 34 responden,

pola asuh otoriter sebanyak 4 responden dan pola asuh permisif sebanyak 4

responden. Perkembangan anak pra sekolah menggambarkan Sebanyak 37

responden perkembangan anak pra sekolah sesuai dengan perkembangan,

sebanyak 5 responden perkembangan anak usia pra sekolah meragukan dan tidak

ada perkembangan anak menyimpang.

6.2. Saran

Saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi beberapa pihak:

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan anak perlu

diadakan penekanan materi tentang perkembangan anak prasekolah dan pola asuh

yang baik yang dapat diterapkan dalam mengasuh sehingga perawat dapat

memberi informasi kepada orang tua.

2. Pelayanan Keperawatan

Dalam pelayanan keperawatan anak maupun orang tua perlu diadakan

penyuluhan tentang pentingnya memberikan pola asuh yang tepat sehingga

mendukung perkembangan khususnya perkembangan anak pra sekolah. Informasi

yang diberikan akan menambahkan pengetahuan orang tua dalam mengadapi anak

pra sekolah dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan

anak pra sekolah.

Universitas Sumatera Utara


3. Penelitian Berikutnya

Untuk penelitian berikutnya disarankan untuk meneliti hubungan pola asuh

orang tua dengan tumbuh kembang anak.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


2.1.Anak Usia Prasekolah

2.1.1. Pengertian

UNESCO dengan persetujuan negara-negara anggotanya membuat

International Standard Classification of Education (ISCED) dengan 7 klasifikasi

penjenjangan mulai dari prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi. Jenjang

Prasekolah (Level 0) disebut juga sebagai pendidikan usia dini. Pendidikan

prasekolah adalah pendidikan bagi anak usia 3-5 tahun. Beberapa negara memulai

lebih awal (2 tahun) dan beberapa negara lain mengakhiri lebih lambat (6 tahun).

Dinyatakan pula bahwa untuk beberapa negara pendidikan usia dini termasuk baik

pendidikan prasekolah maupun pendidikan dasar (Harianti, 2003).

Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun saat dimana sebagian

besar sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan

stres dan perubahan yang moderat. Selama periode ini sebagian besar anak sudah

menjalani toilet training (Wong, 2008).Anak usia prasekolah adalah anak berusia

3-6 tahun yang merupakan sosok individu, makhluk sosial kultural yang sedang

mengalami suatu proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan

selanjutnya dengan memiliki sejumlah potensi dan karakteristik tertentu

(Snowman, 2003).

Menurut Hurlock (2001), mengatakan bahwa usia prasekolah adalah usia

3-5 tahun dan merupakan kurun yang disebut sebagai masa keemasan (the golden

age). Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan

karakteristik sebagai berikut, berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris,

rasa ingin tahu, imajinasi, belajar menimbang rasa, munculnya kontrol internal

Universitas Sumatera Utara


(tubuh), belajar dari lingkungannya, berkembangnya cara berfikir, berkembangnya

kemampuan berbahasa, dan munculnya perilaku (Wong, 2008).

Dengan demikian anak usia prasekolah adalah usia 3-5 tahunanak

mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai

berikut,yang berada pada tahap perkembangan awal masa kanak-kanak, yang

memiliki karakteristik berpikir daya imajinasi yang kaya dan munculnya perilaku.

2.1.2. Karakteristik ciri-ciri Anak Prasekolah

Menurut Hurlock (2001) ciri-ciri anak prasekolah meliputi fisik, motorik,

intelektual dan sosial. Ciri fisik anak prasekolah yaitu :

a. Otot-otot lebih kuat dan pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras.

b. Anak prasekolah mempergunakan gerak kasar seperti berlari, berjalan,

memanjat, dan melompat sebagai bagian dari permainan mereka.

c. Kemudian secara motorik anak mampu memanipulasi obyek kecil,

menggunakan balok-balok dengan berbagai ukuran dan bentuk.

d. Selain itu juga anak mempunyai rasa ingin tahu, rasa emosi, iri, dan

cemburu. Hal ini timbul karena anak tidak memiliki hal-hal yang dimiliki

oleh teman sebayanya.

e. Sedangkan secara sosial anak mampu menjalani kontak sosial dengan

orang-orang yang ada diluar rumah, sehingga anak mempunyai minat yang

lebih untuk bermain pada temannya, orang-orang dewasa, dan saudara

kandung di dalam keluarganya.

Universitas Sumatera Utara


2.1.3. Aspek-Aspek Perkembangan Pada Usia Anak Pra Sekolah

Perkembangan adalah perubahanpsikologis sebagai hasil dari proses

pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor

lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju

kedewasaan. Perawatan dan pendidikan merupakan rangsangan dari lingkungan

yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju kedewasaan.Sumber

rangsangan tersebut terhadap wawasan.Sumber rangsanan tersebut terdapat di

lingkungan hidup dimana orangtua merupakan faktor pertama-tama yang

bertanggung jawab dalam mengatur,mengkoordinasi rangsangan-rangsangan

tersebut (Yanti, 2011).

Menurut Santrock (Rahman, 2009) adapun karakteristik perkembangan

anak usia dini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Perkembangan Fisik-Motorik

Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama. Ada yang

mengalami pertumbuhan secara cepat, ada pula yang lambat. Pada masa

kanakkanak pertambahan tinggi dan pertambahan berat badan relatif seimbang.

Perkembangan motorik anak terdiri dari dua, ada yang kasar dan ada yang halus.

a. Perkembangan motorik kasar

Perkembangan motorik kasar seorang anak pada usia 3 tahun adalah

1. melakukan gerakan sederhana seperti berjingkrak,

2. melompat, berlari ke sana ke mari dan ini menunjukkan kebanggaan dan

prestasi.

3. Sedangkan usia 4 tahun, si anak tetap melakukan gerakan yang sama,

tetapi sudah berani mengambil resiko seperti jika si anak dapat naik

Universitas Sumatera Utara


tangga dengan satu kaki lalu dapat turun dengan cara yang sama dan

memperhatikan waktu pada setiap langkah.

4. Lalu, pada usia 5 tahun si anak lebih percaya diri dengan mencoba untuk

berlomba dengan teman sebayanya atau orang tuanya.

5. Sebagian ahli menilai bahwa usia 3 tahun adalah usia bagi anak dengan

tingkat aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia. Sebab tingkat

aktivitas yang tinggi dan perkembangan otot besar mereka (lengan dan

kaki) maka anak-anak pra sekolah perlu olah raga seharí-hari.

Anak-anak pra sekolah mengalami kemajuan yang luar biasa dalam kemampuan

motorik kasar, seperti berlari dan melompat yang melibatkan penggunaan otot

besar (Papalia,2009).

b. Perkembangan motorik halus.

Adapun perkembangan keterampilan motorik halus dapat dilihat pada usia

3 tahun yakni

1. kemampuan anak-anak masih terkait dengan kemampuan untuk

menempatkan dan memegang benda-benda.

2. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin

meningkat dan menjadi lebih tepat seperti bermain balok, kadang sulit

menyusun balok sampai tinggi sebab khawatir tidak akan sempurna

susunannya.

3. Sedangkan pada usia 5 tahun, mereka sudah memiliki koordinasi mata

yang bagus dengan memadukan tangan, lengan, dan anggota tubuh lainnya

untuk bergerak.

4. Hal ini tidak terlepas dari ciri anak yang selalu bergerak dan selalu ingin

bermain sebab dunia mereka adalah dunia bermain dan merupakan proses

Universitas Sumatera Utara


belajar.

5. Mulai sejak si anak membuka mata di waktu pagi sampai menutup mata

kembali di waktu malam, semua kegiatannya dilalui dengan bergerak, baik

bolak-balik, berjingkrak, berlari maupun melompat.

Dalam kaitan ini, anak bukanlah miniatur orang dewasa karena mereka

melakukan aktivitas berdasarkan kematangan dan kemampuan yang sesuai

usianya. kemampuan motorik halus seperti mengancingkan baju, menggambar

(Papalia,2009).

2. Perkembangan Sosio Emosional

Para psikolog mengemukakan bahwa terdapat tiga tipe temperamen anak,

yaitu:

a. Pertama, anak yang mudah diatur, mudah beradaptasi dengan pengalaman

baru, senang bermain dengan mainan baru, tidur dan makan secara teratur dan

dapat meyesuaikan diri dengan perubahan di sekitarnya.

b. Anak yang sulit diatur seperti sering menolak rutinitas sehari-hari, sering

menangis, butuh waktu lama untuk menghabiskan makanan dan gelisah saat

tidur.

c. Anak yang membutuhkan waktu pemanasan yang lama, umumnya terlihat

agak malas dan pasif,jarang berpartisipasi secara aktif dan seringkali

menunggu semua hal diserahkan kepadanya

Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak pra sekolah ini

dapat diuraikan sebagai berikut (Fitria, 2013);

a. Perkembangan fisik

Universitas Sumatera Utara


Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan

berikutnya.Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat

badan dan tinggi, maupun tenaganya, memungkinkan anak untuk lebih

mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa

bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti :

1) Pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung

lebih lama dan menetap.

2) Proporsi tubuh juga berubah secara dramatis seperti pada usia 3 tahun,

rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg,

sedangkan pada usia 5 tahun tingginya dapat mencapai 100-110 cm.

3) Tulang kakinya tumbuh dengan cepat dan tulang-tulang semakin besar

dan kuat.

4) Pertumbuhan gigi semakin komplit.

Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti

protein, vitamin, dan mineral dsb.

b. Perkembangan Intelektual

Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode

preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi

mental secara logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya

representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu

untuk mempresentasikan sesuatu yang lain :

1) Menggunakan simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk

melambangkan sesuatu atau peristiwa.

2) Melalui kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi

tentang berbagai hal.

Universitas Sumatera Utara


3) Dapat menggunakan kata-kata, benda untuk mengungkapkan lainnya atau

suatu peristiwa.

c. Perkembangan Emosional

Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya

(dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh

dari pengalaman bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain.

Bersamaan dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya

tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan anak dengan keras, atau

kurang menyayanginya maka dalam diri anak akan berkembang sikap-sikap keras

kepala, menentang, atau menyerah dengan terpaksa.Beberapa emosi umum yang

berkembang pada masa anak yaitu :

1) Takut (perasaan terancam),

2) Cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan kecewa),

3) Cemburu (merasa tersisihkan),

4) Kegembiraan (kebutuhan terpenuhi),

5) Kasih sayang (menyenangi lingkungan),

6) Phobi (takut yang abnormal), ingin tahu (ingin mengenal).

d. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa anak prasekolah, dapat diklasifikasikan kedalam

dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya). Masa Ketiga (2,0-2,6

tahun) bercirikan:

a. Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.


b. Anak sudah mampu memahami memahami tetang perbandingan.

c. Anak banyak menanyakan tempat dan nama; apa, dimana, darimana, dsb.

d. Anak sudah mulai menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran

Universitas Sumatera Utara


2.1.4.Teori-teori Perkembangan Anak Pra Sekolah

Teori-teori perkembangan anak pra sekolah dapat dibagi menjadi :

a. Perkembangan kognitif (Piaget)

1) Tahap pra operasional (umur 2-7 tahun) dengan perkembangan

kemampuan sebagai berikut anak belum mampu mengoperasionalkan apa

yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak

masih bersifat egosentrik, seperti dalam penelitian Piaget anak selalu

menunjukkan egosentrik seperti anak akan memilih sesuatu atau ukuran

yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini sifat pikiran bersifat transduktif

menganggap semuanya sama, seperti seorang pria dikeluarga adalah ayah

maka semua pria adalah ayah, pikiran yang kedua adalah pikiran animisme

selalu memperhatikan adanya benda mati, seperti apabila anak terbentur

benda mati maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut (Alimul,

2005).

2) Tahun kedua berada pada fase pereptual, anak cenderung egosentrik dalam

berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami perbaikan

konsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif

yang berbeda.

3) Tahun ketiga anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik,

menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan

persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial lebih tinggi, mereka

patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena

memahami hal benar atau salah.

Universitas Sumatera Utara


4) Pada akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif

orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya, anak sangat

ingin tahu tentang factual dunia (Zae, 2000).

b. Perkembangan psikosexual anak (Freud)

1) Tahap oedipal/phalik terjadi pada umur 3-5 tahun dengan perkembangan

sebagai berikut kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotic

yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya,

suka pada lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dari pada

ayahnya demikian sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya

(Alimul, 2005).

2) Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak mulai mengenal perbedaan

jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi

figur atau perilaku orang tua sehingga mempunyai kecenderungan untuk

meniru tingkah laku orang dewasa di sekitarnya (Nursalam dkk, 2005).

c. Perkembangan psikososial anak (Erikson)

1) Tahap inisiatif, rasa bersalah terjadi pada umur 4-6 tahun (prasekolah)

dengan perkembangan sebagai berikut anak akan memulai inisiatif dalam

belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan

aktivitasnya, dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka

akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak (Hidayat, Aziz Alimul,

2005).
2) Menurut Erikson pada usia (3-5 tahun) anak berada pada fase inisiatif

bertentangan dengan rasa bersalah. Pada masa ini, anak berkembang rasa

ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya, sehingga anak banyak

bertanya mengenai segala sesuatu disekelilingnya yang tidak diketahuinya.

Universitas Sumatera Utara


Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, maka hal tersebut akan

membuat anak merasa bersalah. Anak belum mampu membedakan hal

yang abstrak dengan konkret, sehingga orang tua sering menganggap

bahwa anak berdusta, padahal anak tidak bermaksud demikian (Nursalam

dkk, 2005).

2.2.Pola Asuh Orangtua

2.2.1.Pengertian

Menurut Gunarsa (2000) Pola asuh orang tua merupakan “perlakuan orang

tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara

orang tua memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan atau cara yang digunakan

orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang diterapkan”. Menurut kamus

bahasa indonesia (2005), pola asuh adalah suatu bentuk (standar), sistim dalam

menjaga, merawat, mendidik, dan membimbing anak.

Pola asuh orang tua yang baik dengan selalu mengekspresikan kasih

sayang (memeluk, mencium, dan memberikan pujian), melatih emosi dan

melakukan pengontrolan pada anak akan berakibat anak merasa diperhatikan dan

akan lebih percaya diri, sehingga hal ini akan membentuk pribadi yang baik, hal

ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak sejak dini yang baik

meliputi perkembangan personal sosial, motorik halus, dan motorik kasar. Anak

yang merasa diperhatikan dan yang di sayangi oleh orang tuanya tidak ada rasa

takut untuk bergaul dengan orang lain, anak lebih berekspresif, kreatif, tidak takut

untuk mencoba hal-hal yang baru sehingga perkembangan anak terutama

anakanak di bawah umur 5 tahun akan maksimal. Hal ini sesuai dengan penelitian

Universitas Sumatera Utara


(Borawitz,1986). Dalam bukunya (soejiningsih,2002) menyebutkan alat DDST

(Denver Developmental Scrining Test) dapat mengidentifikasi 85-100% bayi dan

anak-anak pra sekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan dan pada

follaw up selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami

kegagalan disekolah 5-6 tahun kemudian.

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu

bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan

anak,termasuk cara penerapan aturan,mengajarkan nilai atau norma,memberikan

perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga

dijadikan panutan bagi anaknya (Suparyanto,2010).

Dari beberapa pengertian dan penelitian yang dikemukakan di atas oleh

para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian pola asuh orang tua mengandung

pengertian suatu hubungan interaksi antara orang tua yaitu ayah dan ibu dengan

anaknya yang melibatkan aspek sikap, nilai, dan kepercayaan orang tua sebagai

bentuk dari upaya pengasuhan, pemeliharaan, menunjukan kekuasaannya terhadap

anak dan salah satu tanggung jawab orang tua dalam mengantarkan anaknya

menuju kedewasaan.

2.2.2.Bentuk Pola Asuh Orangtua

Menurut Baumrind(Suparyanto,2010), terdapat 3 macam pola asuh orang

tua :

1) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan

anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola

asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau

Universitas Sumatera Utara


pemikiran-pemikiran.Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap

kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan

anak.Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih

dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

Pola asuh demokratis di tandai dengan adanya sikap terbuka antara orang

tua dengan anaknya,membuat keputusan atau aturan-aturan yang disetujui

bersama, anak diberi kebebasan mengemukakan pendapat, perasaan dan

keinginannya serta belajar untuk dapat menangapi pendapat orang lain

(Petranto,2006). Orang tua bersikap sebagai pemberi pendapat dan pertimbangan

terhadap aktivitas anak dan dengan pola asuh ini, anak akan mampu

mengembangkan kontrol terhadap perilakunya sendiri dengan hal-hal yang dapat

diterima oleh masyarakat(Hurlock,2006).

(Baumrind dikutip dari Yuniyati,2003) menyatakan pola asuh demokratis

bercirikan adanya hak dan kewajiban orang tua dan anak yang saling melengkapi.

anak dilatih untuk bertanggung jawab terhadap anak dimana orang tua yang

berdisiplin mampu menunjukan tanggung jawabnya dalam bentuk berani

menanggung resiko atas konsekwensi dari keputusan yang telah di ambil.

2) Pola asuh Otoriter

Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,

biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.Orang tua tipe ini cenderung

memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang

dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak.

Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya

Universitas Sumatera Utara


bersifat satu arah.Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya

untuk mengerti mengenai anaknya.

Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, tegas, diktator, kurang

ada kasih sayang serta simpatik, dan memaksa anak untuk selalu mengikuti

perintah orang tua tampa perlu menjelaskan kepada anak guna dan alasan dibalik

aturan tersebut (Astuti,2002). Sedangkan menurut (Santrock,2003) pengasuhan

otoriter adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak

anak untuk mengikuti petunjuk orang tua dan menghormatinya.

Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, dimana anak

merasa tidak bahagia, ketakutan dan kemampuan komunikasi anak juga buruk

(Astuti,2002). Selain itu menurut (Baumrind,1999) pola asuh ini meningkatkan

ketergantungan anak, menghambat perkembangan kepercayaan diri pada anak

karena tidak belajar mengatasi masalah dan tantangannnya sendiri atau segala

sesuatu disediakan orang tua serta anak merasa rendah diri dimata saudara dan

teman-temannya.

3) Pola asuh Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.Memberikan

kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang

cukup darinya.Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak

apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan

oleh mereka.Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga

seringkali disukai oleh anak.

(Hurlock,1976 dalam Tarmuji,2004) menyatakan bahwa pola asuh

Universitas Sumatera Utara


permisif memiliki ciri-ciri adanya kontrol yang kurang. orang tua bersikap longgar

dan bebas, bimbingan terhadap anak kurang. Sementara itu Bowomen, Elder dan

Elder (dalam Tarmuji,2004) mengatakan ciri pola asuh ini adalah keputusan lebih

banyak dibuat oleh anak dari pada orang tua. Anak diberi kebebasan untuk

mengatur dirinya dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Pola asuh

mengakibatkan anak kurung dalam belajar sehingga sulit mengetahhui mana yang

baik mana yang buruk, akibatnya anak-anak akan terseret dalam hal-hal yang

negatif(Clara, 2004). Menurut (Hasan,2002)hasil gaya pengasuhan yang permisif

adalah anak-anak yang belajar menaruh hormat kepada orang lain dan mengalami

kesulitan dalam mengendalikan perilaku mereka.

2.2.3.Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Adapun faktor yang mempengaruhi pola asuh anak adalah: (Edwards,

2006).

a. Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak

akanmempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan.Ada beberapa

cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran

pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati

segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya

menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga

dan kepercayaan anak. Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman

sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan peran asuh, selain

itu orang tua akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan

perkembangan yang normal (Supartini, 2004).

Universitas Sumatera Utara


b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak

mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang

diberikan orang tua terhadap anaknya.

c. Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat

dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam

mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik

anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima

dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat

dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan

pola asuh terhadap anaknya (Anwar,2000)

BAB 1

PENDAHULUAN

Universitas Sumatera Utara


1. Latar belakang

Dalam hal kesehatan, anak-anak usia dini banyak mengalami gangguan.

Menurut WHO, 5-25 % dari anak-anakusia prasekolah menderita disfungsi otak

minor, termasuk gangguan perkembangan motorik halus. Motorik halus adalah

gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu,

yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, misalnya:

kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok,

menggunting, menulis, dan sebagainya. Gangguan pada perkembangan motorik

halus biasanya menyebabkan anak–anak mengalami kesulitan belajar.

Perkembangan motorik halus anak ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor

internal yang meliputi: genetik, motivasi untuk berlatih, kesehatan, gizi, dan

kesempatan berlatih, dan faktor eksternal yang meliputi: pengetahuan orang tua,

pendidikan orang tua, sikaporang tua, keluarga, sosial ekonomi, sosial budaya,

lingkungan, petugas kesehatan, dan pola asuh (Yanti, 2011).

Dalam kaitannya dengan perkembangan fisik motorik

anak,padakenyataannya masih mengalami kesulitan. Realita di lapangan masih

banyak ada beberapa anak yang tidak mau bermain dengan permainan yang

berkaitan dengan perkembangan fisik motorik halus anak.Hal ini disebabkan

karena kurang menyukai permainan tersebut dan beberapa anak menganggap

permainan itu sulit untuk di mainkan. Gejala tersebut ditandai adanya ciri-ciri

sebagai berikut: anak kurang tertarik pada permainan tersebut karena anak

menganggap permainan tersebut terlalu sulit, anak kurang percaya diri untuk

bermain karena anak merasa memiliki kekurangan pada dirinya, anak memilih

diam dalam beberapa permainan yang menyangkut motorik karena anak merasa

cepat lelah, anak tidak mau bermain yang bersifat kelompok karena anak merasa

Universitas Sumatera Utara


tidak mampu mengimbangi temannya, karena perkembangan fisik motorik halus

yang berbeda. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan perkembangan

fisik motorik halus anak. Dari mulai permainan yang mudah seperti menggambar

dan mewarnai bentuk dengan crayon,pensil warna sepidol,mencoret, menempel

potongan kertas, dan melipat berbagai bentuk dengan beragam kertas.

Dalam kaitannya dengam kehidupan sehari-hari, orang tua secara sadar

atau tidak memberikan contoh yang kurang baik terhadap anaknya, misalnya

meminta tolong dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak

tentang sesuatu hal, memberi nasihat tidak pada tempatnya dan tidak pada waktu

yang tepat, berbicara kasar pada anak,terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mau

mengakui kesalahan yang telah dilakukan. Beberapa contoh sikap dan perilaku

diatas berdampak negatif terhadap perkembangan jiwa anak, sehingga efek negatif

yang terjadi adalah anak memiliki sikap keras hati, manja, keras kepala, pemalas,

pemalu dam lain- lain. Semua perilaku diatas dipengaruhi oleh pola pendidikan

orang tua. Pola asuh orang tua akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak.Tipe

kepemimpinan orang tua berdampak pada pola asuh yang terhadap anaknya,

(Suparyanto, 2009).

Dalam hal pola asuh keluarga, anak-anak pra sekolah juga banyak

mengalami gangguan. Fakta masihbanyaknya anak-anakyang berkeliaran di jalan

atau diterlantarkan di jalanan baik di kota-kota besar maupun di kampung

terpencil sekalipun karena tidak merasa nyaman tinggal di rumahnya. Kurang

lebih 50% dari anak di dunia yang perkembangan dan perilaku kesehatannya tidak

sesuai dengan yang diharapkan karena pola asuh yang diterapkan (Sofyan,

2006).Saat ini di Indonesia terdapat 250.000 sekolah negeri dan swasta. Jumlah

anak usia sekolah mencapai 30% dari total penduduk Indonesia. Data WHO tahun

Universitas Sumatera Utara


2011, menunjukkan sekitar 100.000 anak Indonesia yang meninggal karena diare.

Sementara data Depkes menunjukkan di antara 1000 penduduk terdapat 300

orang yang terjangkit diare.Begitu banyak anak-anak yang sakit karena pola

makan yang tidak teratur, kurang memperhatikan kebersihan diri (personal

hygiene), dan asupan gizinya tidak teratur (Depkes RI, 2012).

Banyak faktor yang bisa mempengaruhi pertumbuhan anak. Menurut Ali

Khomsan, (2004) pertumbuhan fisik seorang anak dipengaruhi oleh dua faktor

dominan yaitu lingkungan dan genetis. Kemampuan genetis dapat muncul secara

optimal jika didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif, yang dimaksud

dengan faktor lingkungan di sini adalah intake gizi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Soetjiningsih (2001) bahwa faktor

genetik merupakan modal dasar mencapai hasil pertumbuhan.Faktor internal

seperti biologis, termasuk genetic dan faktor eksternal seperti status gizi. Faktor

internal (genetic) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan, jenis kelamin,

obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi

dengan lingkungan yang tidak baik maka akan menghasilkan gangguan

pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan

oleh faktor genetik ini.Di negara sedang berkembang, gangguan pertumbuhan

selain disebabkan oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak

memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal.

Permasalahan yang dialami oleh anak usia dini yang sering dijumpai

adalah permasalahan pada perkembangannya, dan apabila permasalahan tersebut

tidak segera diatasi akan sangat berdampak buruk bagi perkembangannya kelak.

Berbagai faktor yang menyebabkan permasalahan perkembangan anak tidak

hanya menghambat perkembangan emosi dan sosialnya, akan tetapi juga

Universitas Sumatera Utara


menghambat perkembangan fisik, intelektual, kognitif dan bahasa (Izzaty, Rita

Eka : 2005, dalam Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-kanak)

Permasalahan pada anak merupakan gangguan perkembangan yang terjadi

pada anak karena berbagai faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak seperti faktor genetik

atau keturunan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar

seperti keluarga, faktor sosial-ekonomi dan faktor lingkungan.Ekonomi dan status

sosial sudah mapan maka orang tua cenderung lebihmemperhatikan

perkembangan anaknya.Orang tua lebih berfokus padapengembangan kreativitas

anak dibanding masalah ekonomi keluarga.(Mubarak dan Chayatin,

2007).Menurut Pikunas dalam (Yusuf, 2004) tentang keterkaitan antara

statussosial dan ekonomi dengan cara orang tua dalam mengasuh anak

adalahkeluarga dengan status ekonomi kelas rendah cenderung lebih keras

dalampengasuhan dan sering anaknya. Sedangkan untuk kelas ekonomi menengah

atau sedang lebihcenderung memberikan pengawasan dan perhatiannya sebagai

orang tua, danmenerapkan kontrol lebih halus. Kelas ekonomi atas cenderung

lebihmemanfaatkan waktu luang dengan kegiatan-kegiatan yang lebih memiliki

latarbelakang dan reputasi yang tinggi misalnya: rekreasi, les atau

pendidikantambahan.Dan data di atas terdapat pengaruh antara pekerjaan dan

statusekonomi orang tua dengan pola asuh. Hal tersebut terjadi karena keluarga

dengan status sosial ekonomi rendah, biasanya lebih mengalami tekanan dalamhal

ekonomi sehingga akan mempengaruhi fungsi keluarga. Orang tuasering

mengalami depresi yang mengakibatkan sifat yang otoriter terhadapanak.

Perkembangan merupakan suatu perubahan dan perubahan itu tidak

bersifat kuantitatif melainkan kualitatif.Perkembangan tidak ditekankan pada segi

Universitas Sumatera Utara


material, melainkan pada segi fungsional.Dengan demikian perkembangan dapat

diartikan sebagai perubahan kualittaif daripada fungsi-fungsi (Ahmadi, 2005).

Whaley dan Wong (Supartini, 2004) mengemukakan pertumbuhan sebagai

suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitikberatkan

pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke

tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui maturasi dan

pembelajaran.Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung

seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta

sosialisasi dan kemandirian.

Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak antara lain, menimbulkan

perubahan, berkolerasi dengan pertumbuhan, memiliki tahap yang berurutan dan

mempunyai pola yang tetap. Perkembangan tersebut meliputi perkembangan fisik,

intelektual, bahasa, sosial-emosional.Seorang anak pada usia dini dari hari ke hari

akan mengalami perkembangan,perkembangan tersebut berlangsung secara cepat

dan sangat berpengaruh terhadap perkembangannya selanjutnya.Namun tentunya

tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang benar-benar cepat

berkembang ada pula yang membutuhkan waktu agak lama.Tidak semua anak usia

dini mengalami perkembangan secara normal, banyak kendala atau permasalahan

di dalam perkembangannya yang di sebabkan oleh beberapa faktor.

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu

bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan

anaktermasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma,memberikan

perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga

dijadikan panutan bagi anaknya (Suparyanto,2010).

Universitas Sumatera Utara


Pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak pra

sekolah. Hasil penelitian Yuniarti (2010) pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di

yokyakarta menunjukkan: pola asuh orang tua sebagian besar adalah demokratis,

tingkat perkembangan motorik halus anak sebagian besar adalah normal, dan

terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan motorik halus.

Ulimudin (2014) pada anak usia 3-5 tahun menunjukkan ada hubungan antara pola

asuh orang tua dengan perkembangan motorik anak. Katagori pola asuh permisif

sebanyak 95,5%, pola asuh demokratis 2,3%, dan pola asuh otoriter

2,3%. Alfanti(2012) meneliti mengenai hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan

Perkembangan Emosi Anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 24 Malangdimana

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan pola asuh orang tua

dengan perkembangan emosi anak sebesar 21,6% dan sisanya 78,4% berhubungan

dengan faktor lain diluar pola asuh orang tua atau variabel lain diluar

penelitian.Fatimah (2012) menyebutkan setengahnya pola asuh orang tua baik

yaitu 50%, normal 72,7%, dan hasil data yang dapat ada hubungan pola asuh

orang tua dengan perkembangan anak pra sekolah.

Dalam hal pola asuh orangtua mengenai perkembangan anak, dimana anak

berangsur-angsur menjadi dirinya sendiri,pengasuhan terhadap anak dapat menjadi

hal yang menantang.Orangtua berhadapan dengan seseorang yang memiliki

keinginan dan pikiran sendiri, tetapi masih harus belajar banyak mengenai

perilaku yang sesuai dalam masyarakat.Lebih dari itu setiap anak berbeda dan

karakteristik individual ini mempengaruhi tipe pola asuh yang diterima anak

(Papalia,2009).

Menurut Hurlock (1999) bentuk pola asuh dibagi menjadi 3 macam yaitu

otoriter, demokratis, dan permisif. Pola asuh otoriter cendrung menetapkan standar

Universitas Sumatera Utara


yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman, pola

asuh demokratis bercirikan pola asuh yang memperioritaskan kepentingan anak,

akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka, pola asuh permisif orang tua

memberikan pengawasan yang sangat longgar pada anak.

Dari survey awal yang peneliti lakukan di dapatkan dari 42 anak yang ada

di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah Datar Sumatera

Barat 5 diantaranya mengalami kesulitan belajar dan berlatih seperti halnya

kemampuan memindahkan benda dari tangan, menoret-coret, mengunting,

menyusun balok, menulis dan sebagainya.

Fenomena banyaknya masalah dalam perkembangan anak terutama anak

usia 3-5 tahun membuat penulis ingin mengetahui lebih jauh lagi mengenai pola

asuh ibu dengan judul penelitian : “Pola Asuh Orangtua Dan Perkembangan Anak

Usia Pra Sekolah (3-5 Tahun) Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten

Tanah Datar Sumatera Barat”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka masalah penelitian

adalah Bagaimana Pola Asuh Orangtua dan Perkembangan AnakUsia Pra

Sekolah(3-5 Tahun ) di Kelompok BermainMelati Suka Ramai Kabupaten Tanah

Datar Sumatera Barat ?

1.3.Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan dari penelitian ini adalah bagaimanaPola Asuh Orang

Tua dan PerkembanganAnakUsia Pra Sekolah (3-5 tahun) di Kelompok Bermain

Melati Suka Ramai kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat?

1.4.Tujuan penelitian

Universitas Sumatera Utara


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Mengetahui pola asuh orang tua dan perkembangan anakusia pra sekolah

(3-5 tahun) diKelompok Bermain Melati Suka Ramai kab Tanah Datar Sumatera

Barat.

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pola asuh orang tua pada anakusia pra sekolah

(35tahun)di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kab Tanah Datar

Sumatera Barat.
2. Mengidentifikasi perkembangan anakusia pra sekolah (3-5 tahun) di

Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kab Tanah Datar Sumatera

Barat.

1.5.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

a. Pendidikan keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi perkembangan Ilmu Keperawatan di

Universitas Sumatera Utara

b. Pelayanan Keperawatan

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang Ilmu

Keperawatan di Universitas Sumatera Utara

c. Bagi Penelitian selanjutnya

Sebagai referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan

melaksanakan penelitian dalam bidang yang sama

Universitas Sumatera Utara


Judul :Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (3-
5Tahun) di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai
kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.

NamaMahasiswa : Nofriyati
NIM : 141121001
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2016

Abstrak

Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak pra sekolah.Terdapattigakategoripolaasuh orang
tuaterhadapanaknyayaituotoriter, demokratisdanpermisif.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui jenis pola asuh orang tua dan perkembangan anak usia pra
sekolah di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai kabupaten Tanah Datar. Desain
Penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriptif.Teknik pengambilan
sampel adalah total sampling, Sehingga seluruh populasi di jadikan sampel yaitu
42 orang. Hasil penelitian di peroleh sebagian besar orang tua memiliki pola asuh
demokratis yaitu 34 ibu (81,0%), dan perkembangan anak sesuai dengan
perkembangan yaitu 37 anak (88%). Peneliti menyarankan agar orang tua dapat
menerapkan pola asuh demokratis dalam mengasuh anaknya karena pola asuh
demokratis orang tua bertindak secara realities dan selalu memberi tanggung
jawab pada anak secara penuh sehingga anak bisa tumbuh secara kreatif dan
cerdas.

Universitas Sumatera Utara


Kata Kunci :PolaAsuh, Orang Tua, Perkembangan, Anak

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA
SEKOLAH (3-5 TAHUN) DI KELOMPOK BERMAIN MELATI
SUKA RAMAI KABUPATEN TANAH DATAR
SUMATERA BARAT

Skripsi

Oleh

Nofriyati
141121001

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat,

bimbingan, dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Pra

Sekolah (3-5 Tahun) Di KelompokBermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah

Datar Sumatera Barat. Skripsi ini tidak akan terlaksana penulisannya tanpa ada

dukungan, doa, kasih sayang, semangat dan motivasi setiap saat oleh kedua orang

tua tercinta Ayahanda Burhan dan ibu Chailis yang telah merawat, mendidik,

menyayangi, serta suami tercinta Debi Yuzar yang telah memperhatikan dan

memberikan dukungan penuh baik secara material dan non material. Penulis juga

telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak

selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan bimbingan, yaitu kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp,.MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, SKp,.MNS selaku pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp,. MNS selaku pembantu Dekan III

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


5. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns,. M.Kep,. selaku Dosen Pembimbing

yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


6. Ibu Siti Zahra Nasution, S.K.p, M N S, selaku penguji I

7. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S. Kp,. M. Pd,.selaku penguji II

8. Ibu Ermaiza selaku kepala yayasan kelompok bermain Melati Suka Ramai

Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat yang sudah memberi izin untuk

melakukan penelitian

9. Buat anak-anak tercinta Salwa Hamidah, Zakira Juliasano, dan Karina

Ramadani yang telah memberi penyemangat, motivasi dan inspirasi penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

skripsi ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir

kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua

pihak yang membacanya.

Medan, Februari 2015


Penulis,

Nofriyati
NIM: 141121001

DAFTAR ISI

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN JUDUL ................................................................................... . .… . i
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ........
ii PRAKATA ................................................................................................... ……
iii DAFTAR
ISI ......................................................................................................... v DAFTAR
LAMPIRAN ....................................................................................... vii
DAFTAR SKEMA .............................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 8
1.3. Pertanyaan Penelitian……………………………………………….8
1.4. Tujuan ............................................................................................... 8
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Anak usia pra sekolah ........................................................................ 10
2.1.1 Pengertian ............................................................................... 10
2.1.2 Karektesistik Ciri-ciri anak Pra sekolah………………………11
2.1.3 Aspek-aspekperkembanganpadaanakusiasekolah…………….12
2.1.4 Tioriperkembangananakprasekolah…………………………..17
2.2 Pola asuh .............................................................................................. 19
2.2.1 Pengertian pola asuh ................................................................. 19
2.2.2 Bentuk pola asuh .......................................................................
20
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi pola asuh.......................................23

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN


3.1.Kerangka Konsep ................................................................................
25
3.2.Defenisi Operasional ...........................................................................
26

BAB 4 METODELOGI PENELITIA


4.1 Desain Penelitian ............................................................................... 27
4.2 Populasi dan Sampel .......................................................................... 28
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 28

Universitas Sumatera Utara


4.4 Pertimbangan Etik .............................................................................. 28
4.5 Instrumen Penelitian ........................................................................... 29
4.6 Uji Validitas ....................................................................................... 30
4.7 Pengumpulan data .............................................................................. 32
4.8 Analisa data ........................................................................................ 33
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 35
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden ........................................ 35
5.1.2 Tipe Pola Asuh Orang Tua ..................................................... 36
5.1.3 Perkembangan Anak Pra Sekolah ......................................... 37
5.2 Pembahasan ........................................................................................ 37
5.2.1 Pola Asuh Orang Tua ............................................................. 38
5.2.2 Perkembangan Anak pra sekolah ........................................... 41
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan......................................................................................... 43
6.2 Saran .... ..............................................................................................
43
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Menjadi
Responden 2. Instrumen Penelitian 3. Hasil Uji Reliabilitas 4. Hasil Analisa
Data 5. Surat Izin Penelitian 6. Riwayat Hidu 7. Lembar Konsul

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 3.1 Kerangka konseptual penelitian pola asuh orang


tua 25 dan perkembangan anak pra sekolah (3-5 tahun) di Kelompok
Bermain melati suka ramai Kabupaten tanah Datar Sumatera Barat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Defenisi operasional 26

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.2 Defenisi operasional 25
Tabel 5.1 35

Universitas Sumatera Utara


Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan
Tabel 5.2 Karakteristik Responden 36
Distribusi Frekuensi dan Persentase Pola Asuh
Tabel 5.3 OrangTua di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai 37
Distribusi Frekuensi dan Persentase perkembangan
Anak Pra Sekolah di Kelompok Bermain

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai