Petunjuk pengisian :
Isi pertanyaan dibawah ini dengan tanda cek (√) pada kolom yang sudah tersedia
SL : Selalu
SR : Sering
K : Kadang-kadang
JR : Jarang
TP : Tidak pernah
NO Pernyataan SL SR KK JR TP
1. Saya mengatur segala kegiatan anak saya
Petunjuk pengisian :
Isi pertanyaan dibawah ini dengan tanda cek (√) pada kolom yang sudah tersedia
kuesioner praskrining untuk anak umur 36 bulan
NO PEMERIKSAAN YA TIDAK
1. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas Motorik halus
tampa bantuan atau petunjuk?
2. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu Motorik halus
persatu di atas kubus yang lain tampa menjatuhkan
kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2,5-5 cm
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.786 16
Frequencies (Univariat)
Umur Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
"Usia Anak"
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Agama : Islam
Alamat Rumah : jl Hamka no 143 jorong Parak Juar Kec Lima kaum
No.Telepon/ Hp :081261042890
Riwayat Pendidikan
• 1984-1990 : SD no Salimpaung
Batusangkar
Alfanti (2012) Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Emosi
Anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 24 Malang
Fatimah (2012) Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak
di R.A Darussalam Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang
Nursalam, dkk.(2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan
bidan), Edisi 1. Jakarta: Salemba
Yuniarti, (2010).Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Motorik Halus Anak
Prasekolah Usia 4-6 Tahun, Yogyakarta.Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
BAB 3
3.1.Kerangka Konsep
akan diukur.
sebagai berikut:
perkembangan (S)
- Meragukan (M)
- Kemungkinan ada
peyimpangan (P)
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.Desain Penelitian
dan perkembangan anak usia pra sekolah (3-5 tahun) di Kelompok Bermain
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
dibatasi sebagai sejumlah kelompok atau individu yang paling sedikit mempunyai
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia
pra sekolah diKelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten Tanah Datar
Sumatera Barat dan anak usia pra sekolah. Dengan demikian jumlah Populasi pada
Sampel adalah bagian objek dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Teknik
4.4.Pertimbangan etik
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Universitas Sumatra Utara dan Kepala
tujuan penelitian kepada responden. jika responden bersedia, maka telebih dahulu
ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian, peneliti tidak akan memaksa
responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden.
lembar tersebut hanya diberi nomor dan kode tertentu. kerahasian informasi yang
kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu: kuesioner data demografi, kuesioner
pola asuh orang tua, dan kuesioner perkembangan anak pra sekolah.
1. Data demografi
Kuesioner ini bertujuan untuk melihat gambaran pola asuh yang digunakan
orang tua.Kuesioner ini diadopsi dari penelitian sebelumnya, Refi Yulita (2014)
dalam penelitiannya tentang hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan
selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK), jarang (JR), dan tidak pernah (TP).
Range
=
i
= 24
Berdasarkan panjang kelas yang didapat maka nilai tugas perkembangan anak pra
sekolah adalah:
a. Sesuai dengan tahap perkembangan (S) jika skor jawaban YA= 9-10
a. Uji Validitas
berkonsultasi dengan salah satu staf RS Sumatera Utara yang ahli di bidang
Keperawatan anak. Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner dan proposal
penelitian kepada penguji validitas. Ahli diminta untuk mengamati secara cermat
pernyataan yang telah dibuat. Setelah dikoreksi pernyataan yang tidak valid yaitu
dianggap valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga dengan membandingkannya
b. Uji Reliabilitas
suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalakan (Notoatmodjo, 2010). Hasil
reliabilitas instrumen skala likert untuk kuesioner pola asuh orang tua. Menurut
Uji reliabilitas dilakukan pada 30 anak usia pra sekolah (3-5tahun) di Paud
pengisian kuesioner.
Pengolahan Data
1. Editing
telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban
dan tulisan.
2. Coding
Coding adalah proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang
berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah
penelitian.Penilaian pola asuh orang tua untuk jawaban “Selalu” diberi kode5,
3. Processing
5. Komputerisasi
gambaran pola asuh orang tua dan perkembangananak pra sekolah. Proses
1. Analisa Univariat
meliputi usia ibu, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan usia anak,data
pola asuh orang tua dan data perkembangan anak pra sekolah. Hasil dari data
demografi,data pola asuh, dan data perkembangan anak pra sekolah akan disajikan
Bab ini menguraikan data hasil penelitian mengenai Pola Asuh Orang Tua
Melati Suka Ramai kabupaten Tanah Datar.Responden dalam dalam penelitian ini
adalah orang tua yang yang mempunyai anak di Kelompok Bermain Melati Suka
Responden (N=42)
Data Demografi f %
Umur ibu 1.
21-30 tahun 26 61,9
2. 31-40 tahun 16 38.1
Umur anak
1. 3 tuhun 10 23,8
2. 3,5 tahun 5 11,9
3. 4 tahun 8 19,0
4. 4,5 tahun 6 14,9
5. 5 tahun 13 32,3
Pendidikan Orang tua
1. SLTA 27 64,3
2. SLTP 10 23,8
3. SD 5 11,9
dan pola asuh permisif sebanyak 4 responden (9,5%) (lihat tabel 5.2).
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase perkembangan anak pra sekolah
Perkembangan anak F Persentase (%)
menggunakan pola asuh Demokratis yaitu 34 orang (81.0%) Orang tua dengan pola
asuh Demokratisbaik untuk diterapkan oleh orang tua dalam mendidik anak, karena
orang tua bertindak secara realistis dan selalu memberikan tanggungjawab pada
anak secara penuh sehingga anak bisa tumbuh secara kreatif dan cerdas. Pola asuh
sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dan akan menjadikan anak
menjadi lebih, sopan dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini sejalan dengan
Malang pola asuh orang tua menggunakan pola asuh Demokratif yaitu
(93,4%).Dan hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Ulumudin,
orang tua mayoritas adalah pola asuh pemisif yaitu (95,5%). Hal serupa diungkap
oleh (Hurlock, 1999) peranan orang tua atau keluarga sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan anak. Peranan orang tua terkait dengan cara pengasuhan
dari 26 ibu (61.9%) adalah 21-30 tahun. Kemudian 16 orang ibu (38.1%)
merupakan usiadewasa awal atau masa reproduksi dimana peran pada masa ini
antara lainperan sebagai pasangan hidup dan sebagai orang tua yang
haltersebut peran orang tua pada usia ini adalah menstimuli tumbuh kembanganak
tersebutjelas bahwa usia orang tua mempengaruhi pola pengasuhan pada anak
initerbukti dari hasil prosentase umur orang tua dengan nilai tertinggi pada usia
masing-masing, semakin tua usia orang tua maka berbeda pula peran dari
usiasebelumnya.
dari 27 ibu (64.3%) adalah SMA. Kemudian 10 orang ibu (23.8%) memiliki
pendidikan SMP dan 5 orang (11.9%) memiliki pendidikan SD. Dengan demikian
Pendidikan orang tuamerupakan salah satu faktor yang penting dalam pola
makaorang tua dapat menerima segala informasi dari luar. Terutama tentang
lama. Tentu tingkat pendidikanorang tua ini akan berpengaruh langsung dalam
Pada penelitian ini orangtua yang mempunyai pola asuh otoriter sebanyak 4
orang (9,5%). Pola asuh otoriter adalah pola yang membatasi dan menghukum,
dimana orangtua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka. Orangtua yang
berpola asuh otoriter menekankan adanya kepatuhan seorang anak terhadap peraturan
yang mereka buat tanpa banyak basa-basi, tanpa penjelasan kepada anaknya mengenai
Pola asuh seperti ini bisa disebabkan oleh pengaruh dari usiaorang tua yang mengasuh
anaknya. Menurut Hurlock (2010) pasangan dengan usia yang lebih tua cenderung
lebih keras dan bersikap otoriter dalam memberikan pengasuhan kepada anak-
anaknya. Orang tua lebih dominan dalam mengambil keputusan, karena orangtua
anak mereka.
Orangtua dengan pola asuh permisif cenderung selalu menuruti keinginan anaknya.
Sikap ini mungkin disebabkan karena orangtua terlalu sayang terhadap anak, proteksi
yang berlebihan dan terlalu memanjakan anak sehingga apapun yang dilakukan anak
beberapa faktor yaitu : pengaruh budaya lingkungan, status sosial dan ekonomi
keluarga, nutrisi, olahraga, latihan fisik, posisi anak dalam keluarga dapat
mempengaruhi sikap orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak di lingkungan
keluarga.
merupakan usiadewasa awal atau masa reproduksi dimana peran pada masa ini
antara lainperan sebagai pasangan hidup dan sebagai orang tua yang
haltersebut peran orang tua pada usia ini adalah menstimuli tumbuh kembanganak
dan memfokuskan dalam pola pengasuhan dan perkembangan anak. Dari jabaran
tersebutjelas bahwa usia orang tua mempengaruhi pola pengasuhan pada anak
initerbukti dari hasil prosentase umur orang tua dengan nilai tertinggi pada usia
masing-masing, semakin tua usia orang tua maka berbeda pula peran dari
usiasebelumnya.
terdiri dari 19 ibu (45.2%) adalah ibu rumah tangga. Kemudian 10 orang ibu
Swasta dan 5 orang (11,9%) adalah PNS. Dengan demikian dapat disimpulkan
bekerja sebagai ibu rumah tangga akan lebih mengontrol perkembangan anak
ketimbang orang tua yang bekerja di luar rumah. Peneliti berasumsi bahwa ibu
orang tua yang bekerja di luar rumah karana merupakan modal dasar mencapai
hasil pertumbuhan dan perkembangan anak. Ekonomi dan status sosial sudah
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah
(2012)di R.A Darussalam Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang Dimana hasil
responden (72,7%). Hasil penelitian di atas juga relevan dengan hasil penelitian
BAB 6
6.1.Kesimpulan
pola asuh otoriter sebanyak 4 responden dan pola asuh permisif sebanyak 4
sebanyak 5 responden perkembangan anak usia pra sekolah meragukan dan tidak
6.2. Saran
diadakan penekanan materi tentang perkembangan anak prasekolah dan pola asuh
yang baik yang dapat diterapkan dalam mengasuh sehingga perawat dapat
2. Pelayanan Keperawatan
yang diberikan akan menambahkan pengetahuan orang tua dalam mengadapi anak
pra sekolah dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
prasekolah adalah pendidikan bagi anak usia 3-5 tahun. Beberapa negara memulai
lebih awal (2 tahun) dan beberapa negara lain mengakhiri lebih lambat (6 tahun).
Dinyatakan pula bahwa untuk beberapa negara pendidikan usia dini termasuk baik
Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun saat dimana sebagian
besar sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan
stres dan perubahan yang moderat. Selama periode ini sebagian besar anak sudah
menjalani toilet training (Wong, 2008).Anak usia prasekolah adalah anak berusia
3-6 tahun yang merupakan sosok individu, makhluk sosial kultural yang sedang
(Snowman, 2003).
3-5 tahun dan merupakan kurun yang disebut sebagai masa keemasan (the golden
age). Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan
rasa ingin tahu, imajinasi, belajar menimbang rasa, munculnya kontrol internal
mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai
memiliki karakteristik berpikir daya imajinasi yang kaya dan munculnya perilaku.
a. Otot-otot lebih kuat dan pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras.
d. Selain itu juga anak mempunyai rasa ingin tahu, rasa emosi, iri, dan
cemburu. Hal ini timbul karena anak tidak memiliki hal-hal yang dimiliki
orang-orang yang ada diluar rumah, sehingga anak mempunyai minat yang
pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor
1. Perkembangan Fisik-Motorik
Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama. Ada yang
mengalami pertumbuhan secara cepat, ada pula yang lambat. Pada masa
Perkembangan motorik anak terdiri dari dua, ada yang kasar dan ada yang halus.
prestasi.
tetapi sudah berani mengambil resiko seperti jika si anak dapat naik
4. Lalu, pada usia 5 tahun si anak lebih percaya diri dengan mencoba untuk
5. Sebagian ahli menilai bahwa usia 3 tahun adalah usia bagi anak dengan
tingkat aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia. Sebab tingkat
aktivitas yang tinggi dan perkembangan otot besar mereka (lengan dan
Anak-anak pra sekolah mengalami kemajuan yang luar biasa dalam kemampuan
motorik kasar, seperti berlari dan melompat yang melibatkan penggunaan otot
besar (Papalia,2009).
3 tahun yakni
meningkat dan menjadi lebih tepat seperti bermain balok, kadang sulit
susunannya.
yang bagus dengan memadukan tangan, lengan, dan anggota tubuh lainnya
untuk bergerak.
4. Hal ini tidak terlepas dari ciri anak yang selalu bergerak dan selalu ingin
bermain sebab dunia mereka adalah dunia bermain dan merupakan proses
5. Mulai sejak si anak membuka mata di waktu pagi sampai menutup mata
Dalam kaitan ini, anak bukanlah miniatur orang dewasa karena mereka
(Papalia,2009).
yaitu:
baru, senang bermain dengan mainan baru, tidur dan makan secara teratur dan
b. Anak yang sulit diatur seperti sering menolak rutinitas sehari-hari, sering
menangis, butuh waktu lama untuk menghabiskan makanan dan gelisah saat
tidur.
Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak pra sekolah ini
a. Perkembangan fisik
bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti :
1) Pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung
2) Proporsi tubuh juga berubah secara dramatis seperti pada usia 3 tahun,
dan kuat.
Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti
b. Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode
suatu peristiwa.
c. Perkembangan Emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya
(dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh
dari pengalaman bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain.
Bersamaan dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya
tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan anak dengan keras, atau
kurang menyayanginya maka dalam diri anak akan berkembang sikap-sikap keras
d. Perkembangan Bahasa
dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya). Masa Ketiga (2,0-2,6
tahun) bercirikan:
c. Anak banyak menanyakan tempat dan nama; apa, dimana, darimana, dsb.
yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini sifat pikiran bersifat transduktif
maka semua pria adalah ayah, pikiran yang kedua adalah pikiran animisme
benda mati maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut (Alimul,
2005).
2) Tahun kedua berada pada fase pereptual, anak cenderung egosentrik dalam
konsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif
yang berbeda.
3) Tahun ketiga anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik,
suka pada lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dari pada
(Alimul, 2005).
1) Tahap inisiatif, rasa bersalah terjadi pada umur 4-6 tahun (prasekolah)
aktivitasnya, dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka
akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak (Hidayat, Aziz Alimul,
2005).
2) Menurut Erikson pada usia (3-5 tahun) anak berada pada fase inisiatif
bertentangan dengan rasa bersalah. Pada masa ini, anak berkembang rasa
dkk, 2005).
2.2.1.Pengertian
Menurut Gunarsa (2000) Pola asuh orang tua merupakan “perlakuan orang
tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara
orang tua memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan atau cara yang digunakan
orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang diterapkan”. Menurut kamus
bahasa indonesia (2005), pola asuh adalah suatu bentuk (standar), sistim dalam
Pola asuh orang tua yang baik dengan selalu mengekspresikan kasih
melakukan pengontrolan pada anak akan berakibat anak merasa diperhatikan dan
akan lebih percaya diri, sehingga hal ini akan membentuk pribadi yang baik, hal
ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak sejak dini yang baik
meliputi perkembangan personal sosial, motorik halus, dan motorik kasar. Anak
yang merasa diperhatikan dan yang di sayangi oleh orang tuanya tidak ada rasa
takut untuk bergaul dengan orang lain, anak lebih berekspresif, kreatif, tidak takut
anakanak di bawah umur 5 tahun akan maksimal. Hal ini sesuai dengan penelitian
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu
bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan
perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga
para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian pola asuh orang tua mengandung
pengertian suatu hubungan interaksi antara orang tua yaitu ayah dan ibu dengan
anaknya yang melibatkan aspek sikap, nilai, dan kepercayaan orang tua sebagai
anak dan salah satu tanggung jawab orang tua dalam mengantarkan anaknya
menuju kedewasaan.
tua :
anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola
asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau
anak.Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih
dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Pola asuh demokratis di tandai dengan adanya sikap terbuka antara orang
terhadap aktivitas anak dan dengan pola asuh ini, anak akan mampu
bercirikan adanya hak dan kewajiban orang tua dan anak yang saling melengkapi.
anak dilatih untuk bertanggung jawab terhadap anak dimana orang tua yang
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang
dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak.
Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya
Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, tegas, diktator, kurang
ada kasih sayang serta simpatik, dan memaksa anak untuk selalu mengikuti
perintah orang tua tampa perlu menjelaskan kepada anak guna dan alasan dibalik
otoriter adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak
Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, dimana anak
merasa tidak bahagia, ketakutan dan kemampuan komunikasi anak juga buruk
karena tidak belajar mengatasi masalah dan tantangannnya sendiri atau segala
sesuatu disediakan orang tua serta anak merasa rendah diri dimata saudara dan
teman-temannya.
apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan
oleh mereka.Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga
dan bebas, bimbingan terhadap anak kurang. Sementara itu Bowomen, Elder dan
Elder (dalam Tarmuji,2004) mengatakan ciri pola asuh ini adalah keputusan lebih
banyak dibuat oleh anak dari pada orang tua. Anak diberi kebebasan untuk
mengatur dirinya dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya. Pola asuh
mengakibatkan anak kurung dalam belajar sehingga sulit mengetahhui mana yang
baik mana yang buruk, akibatnya anak-anak akan terseret dalam hal-hal yang
adalah anak-anak yang belajar menaruh hormat kepada orang lain dan mengalami
2006).
cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran
pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati
sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan peran asuh, selain
itu orang tua akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan
mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang
c. Budaya
Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat
anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima
dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat
dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan
BAB 1
PENDAHULUAN
gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu,
Perkembangan motorik halus anak ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal yang meliputi: genetik, motivasi untuk berlatih, kesehatan, gizi, dan
kesempatan berlatih, dan faktor eksternal yang meliputi: pengetahuan orang tua,
pendidikan orang tua, sikaporang tua, keluarga, sosial ekonomi, sosial budaya,
banyak ada beberapa anak yang tidak mau bermain dengan permainan yang
permainan itu sulit untuk di mainkan. Gejala tersebut ditandai adanya ciri-ciri
sebagai berikut: anak kurang tertarik pada permainan tersebut karena anak
menganggap permainan tersebut terlalu sulit, anak kurang percaya diri untuk
bermain karena anak merasa memiliki kekurangan pada dirinya, anak memilih
diam dalam beberapa permainan yang menyangkut motorik karena anak merasa
cepat lelah, anak tidak mau bermain yang bersifat kelompok karena anak merasa
fisik motorik halus anak. Dari mulai permainan yang mudah seperti menggambar
atau tidak memberikan contoh yang kurang baik terhadap anaknya, misalnya
meminta tolong dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak
tentang sesuatu hal, memberi nasihat tidak pada tempatnya dan tidak pada waktu
yang tepat, berbicara kasar pada anak,terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mau
mengakui kesalahan yang telah dilakukan. Beberapa contoh sikap dan perilaku
diatas berdampak negatif terhadap perkembangan jiwa anak, sehingga efek negatif
yang terjadi adalah anak memiliki sikap keras hati, manja, keras kepala, pemalas,
pemalu dam lain- lain. Semua perilaku diatas dipengaruhi oleh pola pendidikan
orang tua. Pola asuh orang tua akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak.Tipe
kepemimpinan orang tua berdampak pada pola asuh yang terhadap anaknya,
(Suparyanto, 2009).
Dalam hal pola asuh keluarga, anak-anak pra sekolah juga banyak
lebih 50% dari anak di dunia yang perkembangan dan perilaku kesehatannya tidak
sesuai dengan yang diharapkan karena pola asuh yang diterapkan (Sofyan,
2006).Saat ini di Indonesia terdapat 250.000 sekolah negeri dan swasta. Jumlah
anak usia sekolah mencapai 30% dari total penduduk Indonesia. Data WHO tahun
orang yang terjangkit diare.Begitu banyak anak-anak yang sakit karena pola
Khomsan, (2004) pertumbuhan fisik seorang anak dipengaruhi oleh dua faktor
dominan yaitu lingkungan dan genetis. Kemampuan genetis dapat muncul secara
optimal jika didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif, yang dimaksud
seperti biologis, termasuk genetic dan faktor eksternal seperti status gizi. Faktor
internal (genetic) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan, jenis kelamin,
obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi
selain disebabkan oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak
Permasalahan yang dialami oleh anak usia dini yang sering dijumpai
tidak segera diatasi akan sangat berdampak buruk bagi perkembangannya kelak.
pada anak karena berbagai faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak seperti faktor genetik
atau keturunan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
statussosial dan ekonomi dengan cara orang tua dalam mengasuh anak
orang tua, danmenerapkan kontrol lebih halus. Kelas ekonomi atas cenderung
statusekonomi orang tua dengan pola asuh. Hal tersebut terjadi karena keluarga
dengan status sosial ekonomi rendah, biasanya lebih mengalami tekanan dalamhal
pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke
seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
intelektual, bahasa, sosial-emosional.Seorang anak pada usia dini dari hari ke hari
tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang benar-benar cepat
berkembang ada pula yang membutuhkan waktu agak lama.Tidak semua anak usia
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu
bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan
perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga
sekolah. Hasil penelitian Yuniarti (2010) pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di
yokyakarta menunjukkan: pola asuh orang tua sebagian besar adalah demokratis,
tingkat perkembangan motorik halus anak sebagian besar adalah normal, dan
terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan motorik halus.
Ulimudin (2014) pada anak usia 3-5 tahun menunjukkan ada hubungan antara pola
asuh orang tua dengan perkembangan motorik anak. Katagori pola asuh permisif
sebanyak 95,5%, pola asuh demokratis 2,3%, dan pola asuh otoriter
2,3%. Alfanti(2012) meneliti mengenai hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan pola asuh orang tua
dengan perkembangan emosi anak sebesar 21,6% dan sisanya 78,4% berhubungan
dengan faktor lain diluar pola asuh orang tua atau variabel lain diluar
yaitu 50%, normal 72,7%, dan hasil data yang dapat ada hubungan pola asuh
Dalam hal pola asuh orangtua mengenai perkembangan anak, dimana anak
keinginan dan pikiran sendiri, tetapi masih harus belajar banyak mengenai
perilaku yang sesuai dalam masyarakat.Lebih dari itu setiap anak berbeda dan
karakteristik individual ini mempengaruhi tipe pola asuh yang diterima anak
(Papalia,2009).
Menurut Hurlock (1999) bentuk pola asuh dibagi menjadi 3 macam yaitu
otoriter, demokratis, dan permisif. Pola asuh otoriter cendrung menetapkan standar
akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka, pola asuh permisif orang tua
Dari survey awal yang peneliti lakukan di dapatkan dari 42 anak yang ada
usia 3-5 tahun membuat penulis ingin mengetahui lebih jauh lagi mengenai pola
asuh ibu dengan judul penelitian : “Pola Asuh Orangtua Dan Perkembangan Anak
Usia Pra Sekolah (3-5 Tahun) Kelompok Bermain Melati Suka Ramai Kabupaten
1.3.Pertanyaan Penelitian
1.4.Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pola asuh orang tua dan perkembangan anakusia pra sekolah
(3-5 tahun) diKelompok Bermain Melati Suka Ramai kab Tanah Datar Sumatera
Barat.
2. Tujuan Khusus
Sumatera Barat.
2. Mengidentifikasi perkembangan anakusia pra sekolah (3-5 tahun) di
Barat.
1.5.Manfaat Penelitian
a. Pendidikan keperawatan
b. Pelayanan Keperawatan
NamaMahasiswa : Nofriyati
NIM : 141121001
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2016
Abstrak
Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak pra sekolah.Terdapattigakategoripolaasuh orang
tuaterhadapanaknyayaituotoriter, demokratisdanpermisif.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui jenis pola asuh orang tua dan perkembangan anak usia pra
sekolah di Kelompok Bermain Melati Suka Ramai kabupaten Tanah Datar. Desain
Penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriptif.Teknik pengambilan
sampel adalah total sampling, Sehingga seluruh populasi di jadikan sampel yaitu
42 orang. Hasil penelitian di peroleh sebagian besar orang tua memiliki pola asuh
demokratis yaitu 34 ibu (81,0%), dan perkembangan anak sesuai dengan
perkembangan yaitu 37 anak (88%). Peneliti menyarankan agar orang tua dapat
menerapkan pola asuh demokratis dalam mengasuh anaknya karena pola asuh
demokratis orang tua bertindak secara realities dan selalu memberi tanggung
jawab pada anak secara penuh sehingga anak bisa tumbuh secara kreatif dan
cerdas.
Skripsi
Oleh
Nofriyati
141121001
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat,
berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Pra
Datar Sumatera Barat. Skripsi ini tidak akan terlaksana penulisannya tanpa ada
dukungan, doa, kasih sayang, semangat dan motivasi setiap saat oleh kedua orang
tua tercinta Ayahanda Burhan dan ibu Chailis yang telah merawat, mendidik,
menyayangi, serta suami tercinta Debi Yuzar yang telah memperhatikan dan
memberikan dukungan penuh baik secara material dan non material. Penulis juga
telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak
selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp,. MNS selaku pembantu Dekan III
yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat
8. Ibu Ermaiza selaku kepala yayasan kelompok bermain Melati Suka Ramai
Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat yang sudah memberi izin untuk
melakukan penelitian
skripsi ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua
Nofriyati
NIM: 141121001
DAFTAR ISI
DAFTAR SKEMA
Halaman
Tabel 1 Defenisi operasional 26
Halaman
Tabel 3.2 Defenisi operasional 25
Tabel 5.1 35