Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Islam Indonesia

Volume 5, Nomor 1, Oktober 2020

Peran Pesantren dalam Pendidikan Karakter di Era Globalisasi

Mita Silfiyasari Ashif Az Zhafi


Institut Agama Islam Negeri Kudus Institut Agama Islam Negeri Kudus
ORCID iD: 0000-0002-9980-2831 ORCID iD: 0000-0002-2000-9227

Article history Corresponding author


Received 26 April 2020 mitasilfiya181@gmail.com
Revised 14 Mei 2020
Accepted 6 Juli 2020 DOI 10.35316/jpii.v5i1.218

Abstract: This article describes the role of an Islamic boarding school in character education
in the era of globalization. This article used a literature research approach. In this research,
Islamic boarding school had been able to have a role in the students’ character building
supported by the main figure who is a Kiai. It can not be separated from the role of a
teacher/Kiai in producing students who have noble character. The role of Islamic boarding
school in character education is Islamic boarding school as guardian and preserver of
religious values; Islamic boarding school as the innovator of religious understanding; and as
inspirer, motivator, and dynamist of development implementation at the local and regional
levels.
Keywords : islamic boarding school (pesantren); character education; globalization.

Abstrak: Artikel ini menjabarkan tentang peranan pesantren dalam pendidikan karakter di
era globalisasi. Artikel ini menggunakan jenis penelitian literatur, dalam penelitian ini
pesantren mampu berperan dalam pembentukan karakter seorang santri dengan didukung
oleh elemen utama pesantren yakni, seorang kiai. Karena semua itu tidaklah terlepas dari
peranan seorang guru/kiai dalam menghasilkan anak didik yang berkarakter atau berakhlak
yang mulia. Peranan pesantren dalam pendidikan karakter yakni pesantren harus
memerankan diri sebagai pengawal dan pelestari nilai-nilai agama; pesantren sebagai
lembaga pendidikan, tentu juga dituntut untuk memerankan diri sebagai pembaru
pemahaman keagamaan; dan sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan pendidikan
sosial-kemasyarakatan, pesantren juga dapat mengemban peranan, tugas, misi, dan
fungsinya sebagai inspiratory, motivator, dan dinamistor pelaksanaan pembangunan pada
tingkat lokal dan regional di daerahnya masing-masing.
Kata Kunci : pesantren; pendidikan karakter; globalisasi
<<<<<<<<<<.<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<...

Pendahuluan karakter sekarang ini telah menjadi


perbincangan di ranah pendidikan,
Era globalisasi merupakan masa dikarenakan atas terjadinya rusaknya moral
dimana terjadinya tantangan yang dapat dalam kualitas pendidikan yang terjadi di
merubah kondisi di berbagai aspek yang Indonesia, karena dalam pendidikan
dapat menjadi ajang benturan nilai-nilai sebenarnya membutuhkan fondasi berupa
sosial budaya (Zainuddin, 2011). Kondisi pendidikan karakter. Oleh sebab itu,

127
Silfiyasari & Zhafi – Peran Pesantren dalam Pendidikan Karakter di Era Globalisasi

pendidikan selama ini dianggap masyarakat karena itu, pesantren merupakan lembaga
kurang berhasil, masyarakat banyak yang pendidikan yang sudah sejak lama mampu
beranggapan bahwa seseorang yang memberikan solusi konkret pendidikan yang
memiliki gelar atau lulusan terbaik dari identik dengan pesantren yakni, dengan
lembaga pendidikan hanya menghasilkan adanya pendidikan karakter. Pesantren telah
lulusan yang mahir dalam mengerjakan soal berhasil meminimalisir kondisi rusaknya
ujian dan cerdas, akan tetapi dalam hal moral atau karakter, bahkan cara yang
prilaku atau moralnya lemah (Syahri, 2019). dilakukan pesantren dalam menguranginya
Berdasarkan penelitian dilakukan banyak ditiru oleh lembaga pendidikan
oleh Kurniawan yang mengutip dari lainnya (Wiranata, 2019). Pesantren
penjelasannya mengatakan bahwa orang- merupakan unit dari lembaga pendidikan
orang beranggapan dengan adanya kondisi Islam yang pertama kali dan pendirinya
tersebut, ialah berasal dari apa yang telah ialah anggota dari Walisongo yakni Syekh
diperoleh dalam ranah pendidikan. Padahal Maulana Malik Ibrahim (Syekh Maghribi).
kondisi tersebut terjadi akibat dari kegiatan Pada mulanya pesantren tidak hanya
pembelajaran yang lebih menekankan pada menekankan pada misi pendidikannya saja,
pengajaran moral dan budi pekerti yang tetapi juga dakwah. Sebagaimana yang
hanya sebatas dalam teks dan kurang dipaparkan A. Mukti, bahwasanya pada
memperhatikan siswanya dalam dasarnya pesantren itu merupakan lembaga
menghadapi keadaan di kehidupan sosial pendidikan dan bukanlah lembaga dakwah
yang kontradiktif. Maka, dalam kondisi saat (Sadhi & Andhin, 2015; Subhan, 2012).
inilah pendidikan seharusnya dapat Dalam era Globalisasi sekarang ini
memberikan kontribusi (Kurniawan, 2016). pesantren berperan sangatlah penting dalam
Penelitian yang dilakukan oleh Althof membentuk karakter seseorang, terdapat
and Berkowitz menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Amir, ia
pendidikan karakter itu merupakan suatu menyatakan bahwa pendidikan karakter di
hal yang sulit untuk diartikan, karena Indonesia diharapkan dapat memberikan
mencakup berbagai tujuan hasil yang luas, solusi terbaik untuk kemajuan pendidikan
strategi pedagogis serta orientasi filosofis yang lebih diwarnai dengan nilai-nilai
(Althof & Berkowitz, 2006). Oleh karena itu, agama (Amir, 2013). Sebuah karakter yang
dalam era Globalisasi sekarang ini sangatlah baik dapat terbentuk apabila seseorang
memerlukan pendidikan karakter, karena melakukan atau menjalani suatu kegiatan-
tujuan dari pendidikan karakter ialah kegiatan yang positif yang ada dalam
supaya dapat memperluas kecerdasan lingkungannya, yakni kegiatan pembelajaran
spiritual, bahwa kecerdasan spiritual sendiri yang dapat meningkatkan kecerdasan
dapat dipahami sebagai kecerdasan yang spiritual seseorang. Belajar yang dapat
paling mendasar dibandingkan dengan menimbulkan perubahan adalah ketika
jenis-jenis kecerdasan lainnya seperti seseorang dalam belajar selalu diulang-
kecerdasan intelektual, emosional, dan ulang dan istiqamah, maka akan
kecerdasan sosial (Yaumi, 2014). menghasilkan pemahaman dan menemukan
Menyadari hal tersebut, lembaga wawasan baru. Seperti halnya belajar kitab,
pendidikan sebagai suatu sistem sosial belajar al-Qur’an, sholat jama’ah, dan
seyogyanya lebih dapat melihat pendidikan kegiatan-kegiatan positif lainnya, kegiatan-
sebagai cara untuk menanamkan nilai-nilai kegiatan tersebut dalam pesantren tidak
luhur yang berada di masyarakat. Dalam hanya dikerjakan sekali tetapi berkali-kali
menanamkan nilai-nilai ini maka dapat selama masih belajar di pesantren.
membentuk karakter siswa (Zafi, 2017). Oleh

128
Jurnal Pendidikan Islam Indonesia
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2020

Peran pesantren dalam membentuk pelosok negeri yang telah banyak


karakter seseorang santri yakni dengan memberikan sumbangsih dalam
dibutuhkan integrasi pembelajaran antara pembentukan masyarakat Indonesia yang
teori dan praktek, serta penghayatan yang lebih religius(Alwi, 2016). Bakhtiar beserta
dapat diimplementasikan dalam kegiatan rekan-rekannya telah mengklasifikasi
sehari-hari. Karena, dengan berada atau pesantren menjadi dua macam, yaitu:
bertempat di ranah pesantren, yang Pertama adalah pesantren salafi, yaitu
notabenenya sebagai lembaga pendidikan pesantren yang dalam pembelajarannya
Islam yang telah mampu menunjukkan menggunakan bahan ajar dari kitab-kitab
ketahanannya yang cukup kokoh dalam Islam klasik. Pesantren dengan model
menanamkan nilai-nilai karakter sehingga demikian tidak mengajarkan tentang ilmu
mampu melewati berbagai zaman dengan pengetahuan umum. Kedua, adalah
berbagai masalah yang dihadapi (Syahri, pesantren khalafi, pesantren model ini dalam
2019). pembelajarannya dengan menggunakan
kitab Islam klasik dan juga memasukkan
atau mengajarkan ilmu pengetahuan umum
Metode Penelitian dalam pesantren seperti sekolah pada
umumnya. Klasifikasi menurut Wardi
Penelitian ini. meneliti atau Bakhtiar ini diberikan karena untuk
membahas tentang peranan pesantren dalam menghindari penggunaan istilah pesantren
pendidikan karakter di era globalisasi. modern dan pesantren tradisional
Penelitian ini menggunakan metode sebagaimana yang sering disebutkan oleh
penelitian literatur atau studi literasi yang banyak orang (Tafsir, 2011).
didukung dengan adanya permasalahan Dalam penelitian yang dilakukan oleh
terhadap maraknya permasalahan terhadap Alwi, pesantren memiliki lima elemen
rendahnya moral yang terjadi di Negara ini penting, yakni adanya kiai, santri, masjid,
di era globalisasi. Dalam penelitian literatur, pondok, dan adanya pengajaran kitab salaf,
data yang diperoleh melalui buku, jurnal, dimana elemen-elemen tersebut saling
dan internet yang sesuai dengan berhubungan satu sama lain (Alwi, 2016).
permasalahan yang diteliti. Bagian Pendapat dari Horikoshi bahwa kiai atau
selanjutnya, dalam tulisan ini terdapat dua ulama dalam pesantren merupakan elemen
poin pembahasan yang akan diuraikan terpenting. Gelar kiai yang telah diberikan
yaitu; pertama, akan menjelaskan tentang oleh masyarakat Muslim karena masyarakat
pesantren dan pendidikan karakter. Kedua, menganggap bahwa bentuk kealiman
akan menjelaskan tentang peran pesantren seorang kiai dapat dilihat dalam
dalam pendidikan karakter di era memberikan pelayanannya kepada
globalisasi. Dan pada bagian selanjutnya, masyarakat. Maka dari itu, dapat berakar
akan menggambarkan secara ringkas pada a) Kredibilitas moral, yakni dibina dan
tentang kedua poin pembahasan tersebut. didukung dengan perilaku yang saleh, dan
pemberian pelayanan pada masyarakat.
Akan tetapi terdapat ada satu unsur lagi
Pesantren dan Pendidikan Karakter yang harus diperhatikan, yakni adanya
kemampuan supra-rasional yang dimiliki
Pesantren disebut sebagai lembaga oleh sebagian kiai. Unsur tersebut
pendidikan yang besar jumlahnya dan pengaruhnya amat besar untuk
persebarannya yang luas dari berbagai mengukuhkan sang kiai sebagai seorang

129
Silfiyasari & Zhafi – Peran Pesantren dalam Pendidikan Karakter di Era Globalisasi

yang berwibawa. b) Kemampuan dalam terhadap adanya fenomena yang muncul


mempertahankan pranata sosial. Dengan dalam dirinya ataupun ketika berhubungan
demikian, kekuatan seorang kiai juga dengan orang lain, dalam berbagai situasi
ditentukan oleh kemampuan dalam dan kondisi serta dapat mengetahui cara
menjaga pranata itu, bahkan sebagian dari untuk mengendalikannya (Sukatin, 2018).
kekuatan pertama (kredibilitas) tadi, dapat Menurut al-Ghazali ada dua faktor
hilang jika pranata tersebut tidak yang dapat menentukan perubahan karakter
dilestarikan. Misalnya dalam tradisi yang seolah mengedepankan integrasi dua
mencium tangan sang kiai, tradisi karomah paham yaitu nativisme dan empirisme. Ini
pada kiai, barokah, dan lainnya, apabila artinya al-Ghazali lebih cenderung kepada
tradisi tidak dijaga oleh kiai, maka kekuatan konvergensi antara faktor pembawaan dan
atau kewibawaan kiai akan berkurang pengaruh lingkungan. Karena pembawaan
(Tafsir, 2005). itu tidak bisa diubah, maka perubahan
Ryan dan Bohlin menyatakan, bahwa perilaku itu lebih didasarkan pada persoalan
karakter memiliki tiga unsur pokok, yakni mujahadah dan riyadah (faktor empiris). Dari
dapat mengetahui kebaikan, mencintai penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa
kebaikan, dan melakukan kebaikan. Dari dalam pembentukan suatu karakter atau
paparan tersebut, dalam dunia pendidikan, akhlak itu melalui proses di dua wilayah,
karakter dirangkum dalam sederet sifat-sifat lahir dan batin. Membentuk akhlak harus
baik(Sukatin, 2018). Maka di sini, karakter membentuk perilaku luar yang telah
merupakan nilai yang lahir atau diciptakan meresap sedemikian rupa dalam jiwa.
dalam diri seseorang yang dikenal sebagai Karenanya membentuk akhlak atau karakter
sifat. Karakter bukanlah sifat bawaan, akan hanya bisa dilakukan dengan pembiasaan,
tetapi karakter sendiri itu dibentuk hingga melembaga dalam jiwa. Jika perilaku
berdasarkan pengalaman dan pembiasaan. itu baik, maka kebaikan itu harus meresap
Dalam membangun sebuah karakter yang dan melembaga dalam jiwa, barulah ia
baik pastinya memerlukan sebuah usaha benar–benar disebut berkarakter yang baik.
penanaman nilai dalam diri seseorang, Maka ukuran akhlak baik adalah baik
sehingga karakter menjadi sifat yang lahiriah dan batiniyahnya (Shodiq, 2018).
menetap dalam jiwa. Integrasi antara pesantren dan
Nilai-nilai yang diharapkan dapat pendidikan karakter memiliki keterkaitan
melekat pada pribadi seorang Muslim ialah dengan keyakinan agama dan bersama-sama
nilai-nilai yang tercantum dalam Al-Qur’an- menjalani hidup dalam masyarakat yang
Hadits, serta nilai-nilai yang terkandung berbhinneka seperti di Indonesia. Menurut
dalam pribadi Rasulullah SAW. karena Lewis and Ponzio, dalam mengembangkan
dalam kepribadian Nabi inilah dapat pendidikan karakter haruslah memberikan
dijadikan sebagai pacuan utama dalam pertimbangan yang cermat guna diberikan
proses internalisasi pada character building. pada kontribusi dan interaksi sekolah dan
Akhlak Rasulullahlah yang harus dijadikan masyarakat atau lingkungannya (Lewis &
acuan sebagai platform karakter kenabian Ponzio, 2016). Karena, diranah lingkungan
dalam pembinaan akhlak mulia (Shodiq, tersebut terdapat nilai keagamaan dan nilai
2018). Dengan demikian, pendidikan demokrasi yang harus dipertimbangkan.
karakter ialah upaya guna membentuk Jika dipahami secara lebih utuh dan integral,
perilaku seseorang menjadi standar yang nilai-nilai ini dapat memberikan sumbangsih
lebih baik. Dengan mengetahui adanya yang efektif. Karena, pendidikan di
karakter, seseorang dapat memprediksi pesantren merupakan dukungan dasar yang
suatu perubahan yang terjadi pada dirinya

130
Jurnal Pendidikan Islam Indonesia
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2020

tak tergantikan bagi keutuhan pendidikan yang relatif besar acapkali dihadiahkan
karakter (Majid, 2017). pesantren untuk membangun masyarakat
desa (Qomar, 2007).
Berdasarkan pengertian tersebut,
Peran Pesantren dalam Pendidikan pendidikan dapat dirumuskan sebagai
Karakter di Era Globalisasi usaha yang terencana dan bersungguh-
sungguh dari seorang guru untuk
mentransformasikan ilmu pengetahuannya
Mencari ilmu (thalab al-‘ilmi)
serta nilai-nilai dan budaya masyarakat
merupakan bagian keseluruhan dari usaha
kepada muridnya (Syukur, 2020). Adapun
seseorang dalam menambah wawasan
pendidikan Islam disini adalah sebagai
keilmuan melalui ajaran keagamaan. Dalam
pewaris budaya yakni, sebagai alat transmisi
ajaran Islam telah disebutkan tentang
(Syukur, 2020). Pendapat Al-Ghazali dalam
kewajiban menuntut ilmu bagi setiap
pandangan Majdi menyatakan bahwa
muslim (Subhan, 2012). Sebagaimana
pendidikan dalam pandangan Islam adalah
tercantum dalam hadis berikut ini;
suatu kegiatan yang sistematis yang
َ ‫علَىٍ ُك ِّلٍٍ ُم ْس ِلم‬
ٍ‫ٍٍو ُم ْس ِل َمة‬ َ ‫ٍٍال ِع ْل ِمٍٍفَ ِر ْي‬
َ ٍٍ‫ضة‬ ْ ‫ب‬ ُ َ‫طل‬
َ melahirkan sebuah perubahan progresif
pada tingkah laku manusia, atau sebuah
”Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-
usaha untuk menghilangkan akhlak yang
laki maupun muslim perempuan”. (Al-
buruk untuk dirubah menjadi akhlak yang
Zarnuji, n.d.)
baik. Pendapat al-Ghazali ini lebih
Maka jelas kiranya dari hadis tersebut menitikberatkan proses pembentukan
dapat diketahui bahwa, menuntut ilmu itu karakter atau akhlak yang mulia.
diwajibkan bagi anak-anak, remaja, baik Pendapatnya ini salah satunya didasarkan
dewasa laki-laki ataupun perempuan. Oleh pada suatu konsepsi bahwa Rasulullah Saw.
karena itu, dalam mencari ilmu di era diutus ke dunia adalah untuk memperbaiki
globalisasi seperti ini dimana umat Islam dan menyempurnakan akhlak manusia
berada dalam pusaran arus globalisasi yang (Syukur, 2020).
dari waktu ke waktu terus mendesakkan Dari penjelasan di atas, terdapat
kompleksitas tantangan modernitas dan empat pelajaran yang dapat dipetik dari
permasalahan yang semakin berat dan Hadits Pendidikan tentang tujuan
rumit(Ismail, 2017). Maka dalam mencari pendidikan Islam, yaitu: a) Dapat
atau menuntut ilmu lebih utamanya memilih membentuk seorang mukmin yang
lembaga pendidikan yang dapat membentuk berkualitas baik jasmani maupun rohani, b)
karakter atau akhlak yang baik, diantaranya Dapat membentuk seorang mukmin
Pesantren. Karena pesantren adalah hasil berkualitas, yakni seorang yang mampu
produk dari sejarah yang telah berbanding bermujahadah atau mengendalikan hawa
dengan zamannya masing-masing yang nafsu untuk taat dan berbuat manfaat baik
memiliki karakteristik berlainan baik untuk dirinya maupun orang lain, c) Dapat
menyangkut sosio-politik, sosio-kultural, membentuk mukmin berkualitas imannya
sosio-ekonomi maupun sosio religius. dengan menggabungkan usaha lahir dan
Diantara pesantren dan masyarakat sekitar, batin serta berusaha keras dalam menolong
khususnya masyarakat desa, telah terjalin atau memohon pertolongan kepada Allah, d)
interaksi yang harmonis, bahkan Dapat membentuk mukmin berkualitas,
keterlibatan mereka cukup besar dalam yaitu ketika tertimpa suatu musibah dapat
mendirikan pesantren. Sebaliknya kontribusi berusaha antara mengobati dan berserah diri

131
Silfiyasari & Zhafi – Peran Pesantren dalam Pendidikan Karakter di Era Globalisasi

kepada takdir Tuhan tanpa penyesalan pesantren sangatlah jauh mengedepankan


(Amiruddin & Zafi, 2020). akhlak atau karakter bagi santrinya.
Berdasarkan hasil analisis Menurut Sulaiman, pesantren terbukti
menunjukkan bahwa pendidikan di mampu ataupun bisa mempertahankan
Pesantren memiliki peranan yang sangat eksistensinya bahkan berkembang seiring
penting dalam pembentukan Karakter di Era dengan perkembangan masyarakat yang
Globalisasi. Dalam kaitan ini, karena semakin global. Pesantren telah mampu
sesungguhnya sebuah ilmu tidaklah akan mengembangkan pendidikan karakter
berhasil tanpa adanya akhlak. Akan tetapi, melalui tiga peran sekaligus, yaitu sebagai
akhlak sendiri tidak akan bisa muncul lembaga pendidikan informal, nonformal,
jikalau kita tidak menuntut ilmu. Maka dan formal (Nashihin, 2017).
sangatlah perlu mencari ilmu atau menuntut Berdasarkan pengertian pendidikan
ilmu yang mengajarkan atau karakter dan juga pendidikan pesantren di
memprioritaskan akhlaknya, yakni atas, dapat diketahui bahwa peran pesantren
pesantren. Pesantren merupakan lembaga dalam pendidikan karakter ialah bentuk dari
pendidikan yang telah banyak memberikan upaya menanamkan nilai-nilai karakter
saham dalam pembentukan manusia di melalui budaya-budaya yang terdapat dalam
Indonesia yang religius. Pesantren sudah pesantren. Antara lain seperti nilai-nilai
banyak melahirkan pemimpin bangsa pada karakter menurut standar yang dikeluarkan
masa lalu, kini, dan sepertinya juga pada oleh Kemendiknas; seperti religius, jujur,
masa yang akan mendatang. Semua itu toleransi, disiplin, dan masih banyak lagi
tidaklah terlepas dari peranan seorang (Nashihin, 2017). Dengan demikian,
guru/kiai dalam menghasilkan santri yang pesantren disini memegang peranan yang
berkarakter atau berakhlak yang mulia. sangatlah penting dalam pembentukan
Pendidikan karakter merupakan hasil karakter seseorang.
dari usaha menanamkan nilai-nilai perilaku Dalam kondisi tatanan lokal,
manusia yang berhubungan dengan Tuhan pesantren secara konsisten tetap berpegang
YME, diri sendiri, sesama manusia, pada ajaran ‚almuhafadhatu alal qadimissalih
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud wal ahdu biljadidil aslahi‛ maksudnya, dalam
dalam pikiran, sikap, perasaan, perlataan memelihara sesuatu sejak lama pilihlah yang
dan perbuatan yang berdasarkan pada bernilai baik dan ketika mengambil sesuatu
norma-norma agama, hukum, tata karma, yang baru justru harus bernilai yang lebih
budaya, dan adat istiadat. Dari penjabaran baik. Dalam konteks keagamaan, pesantren
tentang pendidikan karakter tersebut yang dapat dipandang sebagai salah satu pusat
senada dengan pandangan pendidikan penting yang sangat strategis untuk
Islam, dimana inti dari hakikat nilai-nilai menyosialisasikan dan mengembangkan
Islam sendiri ialah nilai yang yang dapat nilai-nilai keagamaan yang diharapkan
membawa kemaslahatan dan kesejahteraan mampu memainkan peranan aktifnya
bagi seluruh makhluk (sesuai konsep sebagai pembina nilai-nilai spiritual
rahmatan lil ‘alamin), demokratis, egalitarian, (Zainuddin, 2011).
dan humanis (Nashihin, 2017). Pesantren dalam rangka menjalankan
Dalam memahami peranan pesantren visi dan misi ini, dituntut untuk selalu
pada pendidikan karakter, perlu diingat mampu mengembangkan peranan dan
kembali bahwasanya dari sisi kearifan lokal, fungsinya sebagai berikut. Pertama,
pendidikan di pesantren dapat dijadikan pesantren harus memerankan diri sebagai
sebagai rujukan mengenai pengembangan pengawal dan pelestari nilai-nilai agama.
pendidikan karakter, karena pendidikan di Dalam memerankan fungsi tersebut,

132
Jurnal Pendidikan Islam Indonesia
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2020

pesantren diharapkan mampu mengajarkan pesantren perlu memiliki keberanian untuk


dan menyebarluaskan nilai-nilai agama yang melakukan pembaruan atau minimal
secara sosial dinilai baik, diterima dan menyesuaikan secara tepat pemahaman
berlaku dalam kehidupan keagamaan tadi sehingga terjadi proses link
masyarakat(Zainuddin, 2011). Nilai-nilai & match dengan kebutuhan masyarakat
religius tersebut diantaranya adalah: 1) untuk memahami masalah keagamaan itu.
Kekuatan spiritual, yakni berupa islam, Untuk tujuan ini pesantren perlu
iman, islam, ihsan, dan takwa untuk memberikan mata pelajaran ilmu mantik
mencapai ahsani taqwim. 2) Kepribadian (logika) dan bahasa asing (bahasa Inggris,
manusia, yakni aqlu as-salim, qalbun salim, misalnya) perlu diberikan secara intensif.
qalbun, dan nafsu mutmainnah. 3) serta, sikap Melalui pemberian mata pelajaran tersebut,
dan perilaku etis (implementasi dari para santri diharapkan akan memiliki
kekuatan spiritual dan kepribadian manusia, keterampilan berpikir kritis yang bermanfaat
berupa; istiqamah (integrasi), ikhlas, jihad, untuk mencermati setiap fenomena
dan amal saleh) (Khozin, 2013). keagamaan yang terjadi dan sekaligus untuk
Bentuk-bentuk dalam pelestarian mengubah dan meluruskan hal-hal
nilai-nilai religius ini, di antaranya adalah kontroversial (yang dinilai tidak sejalan
dengan memelihara, menjaga, dan dengan pandangan dan nilai-nilai agama)
mempertahankan nilai-nilai atau norma- menjadi dekat dan bahkan sejalan dengan
norma agama yang bersifat baku agar tetap ajaran dan nilai-nilai agama (Zainuddin,
dapat bertahan di tengah terpaan gelombang 2011).
modernitas dan tantangan perkembangan Ketiga, sebagai lembaga pendidikan
zaman yang global(Zainuddin, 2011). Nilai- keagamaan dan pendidikan sosial-
nilai religius tersebut dalam perspektif kemasyarakatan, pesantren telah
individu akan melahirkan seseorang yang mengemban peranan, tugas, misi, dan
berkarakter, yaitu orang yang bertakwa, fungsinya sebagai inspiratory, motivator,
berintegritas (nafsu mutmainnah), dan dan dinamistor pelaksanaan pembangunan
beramal saleh. Aktualisasi orang yang pada tingkat lokal dan regional. Di sini
berkualitas ini dalam hidup dan bekerja pesantren dapat berperan aktif sebagai
akan melahirkan sebuah akhlak yang luhur ‚agent of social change‛ atau ‚agent of
karena memiliki personality (integritas, development‛ di daerahnya masing-masing
komitmen dan dedikasi), capacity (Zainuddin, 2011). Maka dari itu, sebagai
(kecakapan), dan competency yang bagus agent of change seseorang haruslah memiliki
pula (profesional) (Khozin, 2013). karakter atau akhlak yang baik, akhlak yang
Kedua, pesantren sebagai lembaga dimaksud dalam hal ini ialah akhlak yang
pendidikan, tentu juga dituntut untuk mulia (akhlakul karimah), karena akhlak
memerankan diri sebagai pembaru mulia itu mempunyai sikap dan perilaku
pemahaman keagamaan. Di sinilah, peran yang baik, terpuji dan banyak memberi
pesantren dituntut secara terus-menerus manfaat (Syafe’I, 2014).
untuk mengikuti dan mencermati Berdasarkan penjelasan yang telah
perkembangan perubahan zaman. Melalui diuraian di atas, upaya dalam menangkal
proses seleksi yang dilakukan secara tepat pengaruh negatif di era globalisasi, peranan
dan akurat, pesantren perlu mengikuti dan pesantren sendiri dapat lebih
mengkritisi perkembangan pemahaman mengembangkan sistem pendidikan dan
keagamaan yang tumbuh dan berkembang praktek pembelajarannya yang dapat
dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya, memperkuat moralitas serta karakter bagi

133
Silfiyasari & Zhafi – Peran Pesantren dalam Pendidikan Karakter di Era Globalisasi

terbentuknya sosok kepribadian santri yang Khas, Perkembangan, dan Sistem


mumpuni, tangguh, dan kuat dalam Pendidikannya. Lentera Pendidikan :
berhadapan dengan kompleksitas tantangan Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 16(2),
modernitas dalam ajang kerasnya nilai-nilai 205–219.
sosial budaya di era global sekarang ini https://doi.org/10.24252/lp.2013v16n2a8
(Zainuddin, 2011). Amir, S. (2013). Pancasila as Integration
Philosophy of Education and National
Kesimpulan Character. International Journal of
Scientific and Technology Research, 2(1),
Era globalisasi yang cukup 54–57. www.ijstr.org
menimbulkan kecemasan terhadap ancaman Amiruddin, M., & Az Zafi, A. (2020).
lunturnya nilai-nilai religi, pendidikan Membumikan Hadits-hadits Pendidikan.
karakter disini sangatlah penting karena Khozin. (2013). Khazanah Pendidikan Agama
dapat memberikan pengaruh yang besar Islam (I). PT Remaja Rosdakarya.
terhadap karakter anak bangsa, dan juga Kurniawan, A. (2016). Pendidikan Karakter
kondisi globalisasi yang selalu di Pondok Pesantren dalam Menjawab
menghadirkan perubahan-perubahan secara Krisis Sosial. Edueksos : Jurnal Pendidikan
cepat yang sulit diikuti oleh masyarakat Sosial & Ekonomi, 4(2), 1–19.
awam yang belum dimengerti. Oleh sebab http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/in
itu, pesantren disini telah mampu memberi dex.php/edueksos/article/view/660
peranannya sebagai lembaga pendidikan Lewis, M., & Ponzio, V. (2016). Character
Islam yang lebih mengedepankan akhlakul Education As the Primary Purpose of
karimah. Sehingga masalah-masalah yang Schooling for the Future. Jurnal Ilmiah
terjadi di era globalisasi tidak menjadi beban Peuradeun, 4(2), 137.
lagi dalam memperbaiki kekurangan- https://doi.org/10.26811/peuradeun.v4i2
kekurangan yang terjadi selama ini. .92
Pesantren memiliki peran dan prospek yang Nashihin, H. (2017). Pendidikan Karakter
sangatlah cerah. Karena, mengingat Berbasis Budaya Pasantren (I). CV Pilar
pendidikan karakter dalam pendidikan Nusantara.
nasional yang akan selalu menjadi pilar Qomar, M. (2007). Pesantren dari trasformasi
utama dalam pendidikan nasional. Sehingga Metodologi Menuju Demokratisasi
pesantren dapat mengambil peran sebagai Institusi. Erlangga.
lembaga Pendidikan Agama Islam yang Sadhi, & Andhin, L. (2015). Buku Mata
lebih mengedepankan Akhlakul Karimah. Pelajaran Ke-NU-an, Ahlussunah Wal
Jamaah (I). CV. Sinar Abadi.
Shodiq, A. (2018). Prophetic Character
Daftar Pustaka Building: Tema Pokok Pendidikan Ahlak
Menurut Al-Gazali (I). KENCANA.
Al-Zarnuji, I. (n.d.). Ta’limul Muta’allim. www.prenadamedia.com
Althof, W., & Berkowitz, M. W. (2006). Moral Subhan, A. (2012). Lembaga Pendidikan Islam
Education and Character Education: Indonesia: Abad Ke-20 (I). Kencana
Their Relationship and Roles in Prenada Media Group.
Citizenship Education. Journal of Moral https://books.google.com/books?hl=en&
Education, 35(4), 495–518. lr=&id=KhZNDwAAQBAJ&oi=fnd&pg
https://doi.org/10.1080/030572406010122 =PR5&dq=dana+kebajikan+di+indonesi
04 a+dan+timur+tengah&ots=8K_I54O-
Alwi, B. M. (2016). Pondok Pesantren: Ciri Hf&sig=w_BSJd8Lsha2_E9UQkvEtz_H

134
Jurnal Pendidikan Islam Indonesia
Volume 5, Nomor 1, Oktober 2020

TKA
Sukatin. (2018). Pendidikan Karakter dalam
Prespektif Islam. In jurnal Nur El - Islam
(ke-4, Vol. 5, Issue 2). PT REMAJA
ROSDAKARYA.
Syafe’I, I. (2014). Pendidikan Agama Islam
Berbasis Karakter di Perguruan Tinggi:
Disertasi Buku Panduan Praktikum
Pengalaman Ibadah (ke-3). Rajawali
Press.
Syahri, A. (2019). Pendidikan Karakter Berbasis
Sistem Islamic Boarding School ( Analisis
Perspektif Multidisipliner) (I). CV.
Literasi Nusantara Abadi.
Syukur, Taufik Abdillah. (2020). Ilmu
Pendidikan Islam. Prenada Media Group.
https://doi.org/10.31219/osf.io/cnga2
Tafsir, A. (2011). Pendidikan Dalam Prespektif
Islam (ke-6). PT REMAJA
ROSDAKARYA.
Wiranata, R. R. S. (2019). Tantangan, Prospek
dan Peran Pesantren dalam Pendidikan
Karakter di Era Revolusi Industri 4.0.
Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam,
Vol. 8(No. 1), 61–92.
Yaumi, M. (2014). Pendidikan Karakter:
Landasan, Pilar, dan Implementasi (I).
Kharisma Putra Utama.
Zafi, A. A. (2017). Transformasi Budaya
Melalui Lembaga Pendidikan.
SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah Ilmu
Sosial Dan Humaniora, 3(2), 1–16.
https://doi.org/10.30738/sosio.v3i2.937
Zainuddin, M. (2011). Paradigma
Pendidikan Islam Holistik. In Ulumuna
(I, Vol. 15, Issue 1). PT Remaja
Rosdakarya.
https://doi.org/10.20414/ujis.v15i1.210

135

Anda mungkin juga menyukai