Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


SISTEM ENDOKRIN,PERKEMIHAN,DAN PENCERNAAN

OLEH:
NAMA KELOMPOK 13:
ANJALI NELCI ISMAU (201111081)
IRENI OLVIANA BAISILA (201111055)
RIO HERMAWAN SODAKAIN (201111058)
KELAS B / SEMESTER 4

Fakultas Kesehatan
Program Studi Keperawatan
Universitas Citra Bangsa
2022/2023
SISTEM PENCERNAAN

Link jurnal https://akper-sandikarsa.e-journal.id/


JIKSH/article/view/211/177
Judul jurnal Penerapan asuhan keperawatan dengan
gangguan sistem pencernaan gastritis
Tujuan penelitian Tujuannya untuk menerapkan asuhan
keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan dengan
prioritas masalah pemenuhan
kebutuhandasar nyeri
Subjek penelitian Pasien penderita gastritis
Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan studi
kasus didesain secara deskriptif, dimana
dalam studi kasus ini akan menjelaskan
tentang kasus yang dialami oleh pasien
dengan Gastritis. Fokus pada masalah nyeri;
merupakan pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang
actual atau potensial atau digambarkan
dalam hal kerusakan sedemikian rupa.
Instrument studi kasus yang digunakan
dalam studi kasus telah diujii validitas dan
reliabilitasnya. Dalam melakukan
pengumpulan data, studi kasus harus cermat,
intensif dan komprehensif sehingga
didapatkan data yang akurat.
Hasil penelitian Hasil penelitian dari hasil studi kasus bahwa
penderita gastritis akan menjadi lebih buruk
jika dirinya mengalami stres. Selain stress,
masuknya udara lewat mulut ketika
mengkonsumsi makanan juga bisa
menyebabkan perut semakin kembung dan
frekuensi sendawa meningkat. Kesimpulan
didapatkan keluhan utama pasien
mengatakan uluhati seperti ditusuk-tusuk
dan dirasakan pada waktu makan atau
terlambat makan dengan sifat keluhan hilang
timbul. Data obyektifnya berupa keadaan
umum pasien lemah, pasien nampak
meringis. Diagnosa keperawatan yang utama
ditegakkan adalah nyeri berhubungan
dengan iritasi mukosa lambung, Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake tidak adekuat
dan resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual muntah. Dalam
perencanaan penulis melibatkan keluarga
dalam menentukan prioritas masalah
memilih tindakan yang tepat dalam proses
keperawatan gastritis. Intervensi yang
dilaksanakan disesuaikan dengan intervensi
yang terdapat dalam teori. Tahap
pelaksanaan didasarkan pada perencanaan
yang telah disusun penulis bersama klien dan
keluarga. Dalam mengevaluasi proses
keperawatan pada klien dengan gastritis
selalu mengacu pada tujuan pemenuhan
kebutuhan klien. Hasil evaluasi yang
dilakukan selama tiga hari menunjukkan
semua masalah dapat teratasi. Penanganan
dalam mengatasi gastritis dalam penelitian
ini disampaikan Kepada masyarakat yang
sering mangalami atau mempunyai anggota
keluarga yang memiliki gejala penyakit
gastritis atau nyeri lambung agar segera
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
terdekat agar dapat dilakukan penanganan
secara dini. Untuk pihak lahan praktek,
supaya membuat model pelayanan
keperawatan profesional yang dapat
dijadikan model dalam proses belajar
mahasiswa perawat guna menjamin kualitas
asuhan yang diberikan pada klien
Penanganan 1.Antasida.
alumunium hidroksida dan magnesium
hidrogsida
2.Penghambat histamine 2(H2 blocker).
Ranitidin,cimetidine,dan famotidine.
3.penghambat pompa proton(PPI)
Omeprazole,lansoprazole,enzomeprasole,dan
pantoprazole.
4.Antibiotik.
Amoxicillin,charithromycin,tetracycline,dan
metronidazole.

SISTEM ENDOKRIN

Link jurnal http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/view/455


Judul Tingkat Pengetahuan Generasi Millennial terhadap Faktor
Resiko Diabetes Melitus Tipe 2
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
tingkat pengetahuan pemanis makanan dan makanan
berlemak pada generasi millennial
Subjek penelitian Generasi millennial
Metode penelitian Metode penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan
metode deskriptif yang
berbentuk studi kasus. Teknik pengambilan data yang
digunakan adalah: Komunikasi.
Observasi, pemeriksaan Fisik. studi dokumentasi. studi
literature.
Hasil penelitian Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa Dewasa ini,
maraknya tren makanan cepat saji dengan makanan yang
banyak mengandung pemanis dan lemak menyebabkan
perubahan pola makanan dan diet yang tidak seimbang
pada generasi millennial. Konsumsi pemanis makanan dan
makanan berlemak secara berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya obesitas dan resistensi insulin yang berimplikasi
pada terjadinya diabetes melitus tipe 2.
Pengetahuan yang memadai terkaithal ini seharusnya
dimiliki oleh generasi millennial agar mereka dapat
meminimalkan resiko serta dampak dari penyakit tersebut.
Akan tetapi belum ada penelitian tentang pengetahuan
generasi millenial (sebagai perwakilan usia 18-39 tahun)
mengenai konsumsi pemanis makanan dan makanan
berlemak. tingkat pengetahuan generasi
millennial dalam penelitan ini mengenai faktorresiko
diabetes mellitus tipe 2 terkait pemanismakanan dan
makanan berlemak, sebagianbesar memiliki pengetahuan
cukup (70,6%)sementara tingkat pengetahuan baik
dankurang memiliki angka yang sama yaitu 14,7%.
Untuk pengananan diabetes melitus dalam penelitian ini
adalah dengan cara Para generasi millennial diharapkan
menggunakan kemajuan teknologi dan kemudahan
memperoleh informasi saat ini dengan banyak membaca
dan mendapatkan pengetahuan terkait faktor-faktor yang
menyebabkan terjadi penyakit tidak menular
seperti diabetes mellitus tipe 2. Generasi ini
dapat menggunakan internet sebagai bahan
rujukan dan sumber literasi yang mudah dan
efisien. Sebagai bagian dari tenaga kesehatan, profesi
perawat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuannya dalam melakukan pendidikan kesehatan
bagi pasien yang sakit maupun kepada kelompok populasi
sehat yang beresiko terkena penyakit, terutama penyakit
tidak menular seperti diabetes mellitus tipe 2.
Penanganan Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi
farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk parenteral
(Rudianto et al, 2011).
Metformin, untuk mengurangi produksi gula pada hati.
Glinide, seperti nateglinide, dan sulfonilurea, seperti
glibenclamide, untuk merangsang kerja pankreas agar
memproduksi insulin lebih banyak
Thiazolidinediones, seperti pioglitazone, untuk merangsang
sel sel tubuh agar lebih sensitif terhadap insulin
DPP-4 inhibitor, seperti sitagliptin, untuk meningkatkan
produksi insulin dan mengurangi produksi gula oleh hati
GLP-1 receptor agonist, seperti exenatide, untuk
memperlambat pencernaan makanan, terutama yang
mengandung gula, sekaligus menurunkan kadar gula dalam
darah.
SGLT2 inhibitor, seperti dapagliflozin, untuk mendorong
ginjal membuang lebih banyak gula.

SISTEM PERKEMIHAN
Link jurnal https://scholar.google.co.id/scholar?
q=jurnal+trend+dan+issue+sistem+perkemihan&hl=id&as_
sdt=0&as_vis=1&oi=scholart#d=gs_qabs&t=16614671548
57&u=%23p%3DR_1tPLtOq7wJ
Judul Asuhan keperawatan pada Ny.H dengan gangguan sistem
perkemihan akibat gagal ginjal kronik diruang mawar
RSUD gunung jati cirebon
Tujuan penelitian Penulisan ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
pemahaman secara langsung pada klien dengan gagal ginjal
kronik melalui pendekatan proses keperawatan secara
komprehensif
Metode penelitian Metode penulisan ini menggunakan metode deskriptif yang
berbentuk studi kasus. Teknik pengambilan data yang
digunakan adalah: Komunikasi.
Observasi, pemeriksaan Fisik. studi dokumentasi. studi
literature.
Hasil penelitian 1. Hasil dari pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. H
adalah klien mengeluh pusing, tidak nafsu makan dan
mengeluh lemas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva klien anemis, terdapat edema pada ekstremitas
inferior dan klien terlihat lemas. Klien juga terpasang infus
dengan kecepatan 10 ptm,mendapatkan transfuse darah
sebanyak 4 labu, dan mendapatkan terapi furosemide.
2. Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada Ny. H
dengan gangguan system perkemihan akibat gagal ginjal
kronik ditemukan diagnosa keperawatan yaitu gangguan
perfusi jaringan, gangguan keseimbangan nutrisi, kelebihan
volume cairan dan intoleransi aktivitas.
3. Ada beberapa intervensi yang dilakukan, diantaranya
pada gangguan perfusi jaringan intervensi utamanya adalah
anjurkan tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi,
rasionalnya meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi dan kolaborasi pemberian
transfusi darah; pada gangguan keseimbangan nutrisi
intervensi utamanya adalah anjurkan makan sedikit tapi
sering dan berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
diit pada gagal ginjal kronik; pada kelebihan volume cairan
intervensi utamanya adalah batasi asupan Nursa’adah
Ariyanti, Maesaroh 46 cairan dan kolaborasi pemberian
diuretik; pada intoleransi aktivitas intervensi utamanya
adalah anjurkan untuk aktivitas bertahap.
4. Implementasi yang dilakukan pada Ny.H dilakukan
sesuai dengan intervensi yang telah disusun. Selama
melaksanakan tindakan keperawatan Ny.H beserta
keluarganya sangat kooperatif dan keluarga klien dapat
membantu dalam melakukan asuhan keperawatan pada
Ny.H dengan gagal ginjal kronik. Evaluasi yang dilakukan
oleh penulis terdiri dari dua jenis, yaitu evalusi formatif
dan evaluasi sumatif. Diagnosa yang berhasil diatasi
sebelum klien pulang adalah gangguan perfusi jaringan dan
kelebihan volume cairan sedangkan ada dua diagnosa yang
belum teratasi adalah gangguan keseimbangan nutrisi dan
intoleransi aktivitas, untuk mengatasi diagnosa yang belum
teratasi klien dianjurkan untuk melakukan asuhan
keperawatan secara mandiri yang dilakukan dirumah,
seperti pada gangguan keseimbangan nutrisi dengan cara
makan sedikit tapi sering sedangkan pada intolerasi
aktivitas anjurkan klien untuk beraktivitas
bertahap dirumah.

Penanganan Obat hipertensi


Tekanan darah tinggi dapat menurunkan fungsi ginjal lebih
parah dan mengubah komposisi elektrolit dalam tubuh.
Obat yang dapat diberikan untuk mencegah ini adalah ACE
inhibitor atau ARB, seperti captopril, candesartan, dan
irbesartan.
Suplemen untuk anemia Dokter dapat memberikan suntikan
hormon eritropoietin dan terkadang ditambah suplemen besi
untuk mengatasi anemia pada penderita GGK. Suplemen
kalsium dan vitamin D
Kedua suplemen ini diberikan untuk mengatasi kekurangan
kalsium dan vitamin D akibat kerusakan ginjal. Salah satu
manfaatnya adalah untuk mencegah pengeroposan tulang
(osteoporosis) yang bisa meningkatkan risiko patah tulang.
Pada penderita gangguan ginjal, tubuh mungkin akan
mengalami kesulitan untuk mengaktifkan vitamin D dari
makanan atau suplemen. Oleh karena itu, vitamin D yang
diberikan bisa dalam bentuk calcitriol, yaitu bentuk vitamin
D yang sudah aktif.
Obat diuretik
Obat ini dapat mengurangi penumpukan cairan pada bagian
tubuh. Contoh obat ini adalah furosemide.
Obat kortikosteroid
Obat ini diberikan pada penderita GGK akibat
glomerulonefritis atau penyakit lain yang menyebabkan
peradangan pada ginjal.

Anda mungkin juga menyukai