Amodul Budaya Positif
Amodul Budaya Positif
4 Budaya Positif
Angkatan 3
Agenda:
▪ Pembukaan
▪ Capaian Umum Modul 1.4
▪ Alur MERRDEKA
▪ Eksplorasi Konsep
▪ Refleksi
Capaian Umum Modul 1.4
● Menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan
berpihak pada anak.
● Menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan seluruh
pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid.
● Bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan
sosial dan murid.
Budaya Positif atau Ekosistem Positif
“…kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup
tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama
kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam
padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia
dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi,
memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur
yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain
sebagainya.” (Ki Hadjar Dewantara, Lampiran 1. Dasar-Dasar
Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan,
Febr. 1937
Ringkasan Alur Belajar MERRDEKA
Mulai dari Diri
CGP mengaktifkan pengetahuan awal tentang konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
dihubungkan dengan konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah, melakukan refleksi tentang
konsep budaya positif, sekolah impian, dan strategi yang dilakukan guru untuk penanaman disiplin
di sekolah, dan menulis harapan-harapan setelah belajar modul ini.
Eksplorasi Konsep
1. Perubahan Paradigma -Stimulus Respon lawan Teori Kontrol
CGP dapat memahami miskonsepsi tentang kontrol dan selanjutnya mengadakan perubahan
paradigma stimulus-respon menjadi teori kontrol. CGP juga melakukan refleksi atas penerapan
praktik disiplin yang dijalankan di sekolahnya.
5. Segitiga Restitusi
CGP memahami dan menerapkan restitusi melalui tahapan dalam segitiga
restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid
sebagai bagian dari budaya positif di sekolah agar menjadi murid merdeka.
Disiplin Positif Lingkungan Budaya
Positif Positif
Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas
gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka
mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk
mengidentifikasi bahwa mereka melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup
menggunakan suara halus untuk menyampaikan pesan negatif.
Perubahan Paradigma Teori Kontrol (Ilusi Kontrol)
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.
Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha
untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah
suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu,
kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak
bujukan kita, atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat
sang guru untuk berusaha.
Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.
Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.
Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan konsensus menciptakan
pilihan-pilihan baru.
Model Berpikir Menang/Kalah Model Berpikir Menang-menang.
Arti Disiplin dan 3 Motivasi Perilaku
Apa makna kata Disiplin dan hukuman,
disiplin? Apa yang apakah artinya sama
terlintas di pikiran atau berbeda,
anda ketika mengapa?
mendengar kata
“disiplin”?
Apakah makna “disiplin”?
• Berasal dari bahasa Latin, “disciplina”, yang artinya belajar.
• Makna asal dari kata ini berkonotasi dengan disiplin diri dari
murid-murid Socrates dan Plato.
• Disiplin diri membuat orang menggali potensinya menuju
sebuah tujuan, apa yang dia hargai.
• Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah
menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain
untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung
menghubungkan kata disiplin dengan ketidaknyamanan,
bukan dengan apa yang kita hargai.
Hak Cipta @ 2005 Yayasan Pendidikan Luhur
DIIZINKAN UNTUK DIPERBANYAK OLEH PELATIH BERSERTIFIKAT
Teori Motivasi Perilaku Manusia
Tujuan
Disiplin
Positif
“Merdeka”
menurut Ki Hajar Dewantara
“...merdeka itu artinya; tidak
hanya terlepas dari perintah;
akan tetapi juga cakap
buat memerintah diri
sendiri)”
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi,
Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima,
2013, Halaman 469)
Tugas-Menjawab Pertanyaan
1. Sekarang, mari pikirkan tentang diri Anda sendiri. Anda sekarang mengikuti Program Guru
Penggerak, mengapa Anda mengikuti program ini? Apakah bila Anda tidak mengikuti program
ini, akan ada hal yang menyakitkan yang akan terjadi pada Anda? Apakah ada hadiah atau
penghargaan setelah Anda mengikuti program ini? Atau apakah Anda mengikuti program ini
karena Anda ingin menjadi seorang guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini, misalnya menjadi
seorang guru pemelajar? Apa dampak ketiga motivasi tersebut pada diri Anda sebagai calon
guru penggerak? Yang mana motivasi yang paling akan berdampak jangka panjang dan
membuat Anda terus bersemangat secara internal? Mungkin pada awalnya motivasi Anda
mengikuti program ini karena ingin mendapat penghargaan. Namun seiring Anda mengikuti
program ini dan kemudian menikmatinya, mungkinkah motivasi Anda akan berubah menjadi
sebuah pemahaman untuk menjadi guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini? Bila itu terjadi, apa
dampaknya pada diri Anda?
Tugas-Menjawab Pertanyaan
Sebagai seorang guru, saat Anda hadir mengajar di kelas tepat waktu, motivasi apakah yang
mendasari tindakan Anda? Apakah Anda datang tepat waktu karena tidak ingin ditegur oleh atasan
Anda dan kemudian mendapat surat peringatan (menghindari ketidaknyamanan dan hukuman) atau
Anda ingin mendapatkan pujian dari atasan Anda dan mendapat penghargaan sebagai karyawan
atau guru berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau Anda ingin
menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi
murid-murid Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai guru akan dicontoh oleh murid-murid
Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri). Manakah motivasi yang paling kuat mendasari tindakan
Anda? Atau bahkan kombinasi dari dua motivasi, atau bahkan ketiga-tiganya? Bila di sekolah Anda
tidak ada peraturan yang mengharuskan guru datang tepat waktu dan tidak ada surat teguran bagi
guru yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji Anda, apakah Anda akan tetap
datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda? Jelaskan alasan Anda.
Tugas-Menjawab Pertanyaan
● Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat
ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah?
Jelaskan.
● Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin
positif pada murid-murid anda, bagaimana hasilnya pada perilaku
murid-murid Anda?
● Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda berusaha tanamkan pada murid-murid
Anda di kelas dan sekolah Anda?
Keyakinan Kelas, Hukuman, dan Penghargaan
Mengapa tidak peraturan saja, mengapa harus Keyakinan Kelas?
“Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila mengendarai kendaraan roda dua?”
“Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak 1.5 meter?”
atau
“Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat waktu pada saat mengikuti pelatihan?”
Bila kita mencari alasan-alasan kita memiliki peraturan-peraturan di atas, maka kita perlu meninjau nilai-nilai kebajikan apa yang
mendasarinya. Nilai-nilai inilah yang kelak menjadi Keyakinan Kelas yang disepakati bersama. Nilai-nilai kebajikan ini telah dibahas di
Modul 1.2 yang menjadi fondasi visi sekolah, yang akhirnya menjadi turunan peraturan-peraturan sekolah. Di setiap kelas pun, murid
diajak bercurah pendapat untuk membedah nilai-nilai kebajikan untuk menyepakati suatu keyakinan kelas.
Nilai-nilai kebajikan (virtues) ini biasanya meliputi nilai-nilai yang disepakati secara universal, lepas dari latar belakang sosial, suku
bangsa, bahasa, maupun agama. Contoh-contoh nilai-nilai kebajikan: keadilan, kejujuran, tanggung jawab, mandiri, integritas,
keamanan, kesehatan, kasih sayang, peduli, Rajin, Rendah Hati, Berprinsip, Kolaborasi, Rasa Hormat, Kebahagiaan, dll.
Sehingga...
Mengapa menggunakan helm? Nilai kebajikan atau keyakinan apa yang dituju? Keselamatan, keamanan.
Mengapa menerapkan 3 M? Nilai kebajikan atau keyakinan apa yang dituju? Kesehatan, keamanan.
Mengapa datang tepat waktu? Nilai kebajikan atau keyakinan apa yang dituju? Bertanggung jawab, Menghormati Orang Lain.
Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-keyakinan lebih menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti
serangkaian peraturan-peraturan, kemudian juga dengan murid-murid kita.
Keyakinan
Kelas
(nilai-nilai kebajikan)
tindakan atau
perilaku yang
dilakukan lingkungan
guru akan yang positif
menentukan
>>
Budaya
Positif
Contoh:
Contoh:
Kegiatan Pendalaman Keyakinan Kelas - Tabel T & Y
HORMAT
HORMAT Hormat
Kami meyakini bahwa sangat penting Terdengar
untuk menghormati semua orang dan
barang milik orang lain
Berperilaku
Terlihat
Tugas Saya-Tugas Kamu (Tugas Guru-Tugas Murid)
Coba Anda lakukan kegiatan Tugas Saya-Tugas Kamu dengan murid-murid di sekolah
Anda, atau bisa juga dilakukan dengan anak-anak Anda di rumah (menjadi: Tugas Orang
Tua-Tugas Anak). Bercurah pendapat tentang tugas masing-masing warga kelas atau
rumah untuk membangun lingkungan positif yang aman dan nyaman, yang selanjutnya
menjadi suatu budaya positif.
Peraturan Keyakinan kelas
Selalu kembalikan buku ke tempatnya
Tanggung jawab
Penghargaan menghukum
Penghargaan mengurangi
ketepatan
Kaitan dengan Murid meletakkan guru di Murid meletakkan Murid meletakkan guru di Murid meletakkan guru Murid meletakkan dirinya sebagai
Dunia luar Dunia Berkualitas guru di dalam Dunia sebagai orang yang peraturan dan hukum di individu yang positif dalam Dunia
Berkualitas Berkualitas sangat penting di Dunia dunia Berkualitas Berkualitas
Berkualitas
Murid Berkata: “Ah, biarkan saja. Nanti “Maafkan saya.” “Saya pikir Bapak/Ibu teman “Berapa banyak bintang “Bagaimana caranya saya bisa
juga marah-marah lagi.” saya. Ternyata begitu.” yang saya harus peroleh?” memperbaiki keadaan?”
“Berapa halaman yang
harus saya tulis?”
Dampak pada Mengulangi kesalahan Merasa rendah diri Lemah, tidak mandiri, Menitikberatkan pada Mengevaluasi diri, bagaimana cara
Murid: tergantung sanksi atau hadiah untuk memperbaiki diri?
dirinya.
Tugas
Pernyataan-pernyataan Siapa yang Mengatakan?
“Saya kecewa sekali dengan kamu…”
1 2 3 4 5
Penghukum Pembuat Orang Merasa Teman Pemantau Manajer
Bersalah
Di rumah
1 2 3 4 5
Penghukum Pembuat Orang Merasa Teman Pemantau Manajer
Bersalah
Pelajari kasus-kasus yang disediakan dan lakukan analisis mendalam terhadap kasus-kasus
yang disediakan dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di tiap kasus yang disajikan
berdasarkan konsep inti.
Demonstrasi Kontekstual
CGP mampu mendemonstrasikan pemahaman mengenai segitiga restitusi
dengan melakukan praktik segitiga restitusi dengan murid di sekolahnya.
Elaborasi Pemahaman
Setelah berdiskusi bersama instruktur, CGP mendemonstrasikan pemahamannya
secara lebih mendalam mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya
Positif.
Koneksi Antarmateri
CGP memahami keterkaitan konsep budaya positif dengan materi pada modul 1.1, 1.2 dan 1.3
CGP dapat menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan
budaya positif di sekolah
Aksi Nyata
CGP dapat menyampaikan pembelajaran dari penerapan konsep inti dari modul budaya positif
serta pemahaman mereka mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif.
Refleksi