Anda di halaman 1dari 46

Modul 1.

4 Budaya Positif
Angkatan 3
Agenda:
▪ Pembukaan
▪ Capaian Umum Modul 1.4
▪ Alur MERRDEKA
▪ Eksplorasi Konsep
▪ Refleksi
Capaian Umum Modul 1.4

● Memahami konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan


konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak pada murid.
● Melakukan evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia
secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep disiplin
positif untuk menciptakan murid dengan profil pelajar Pancasila.
● Memahami peran sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan
menerapkan konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid.
Capaian Khusus Modul 1.4
● Mendemonstrasikan pemahaman CGP mengenai konsep Budaya Positif yang di dalamnya terdapat konsep
perubahan paradigma stimulus respons dan teori kontrol, 3 teori motivasi perilaku manusia, motivasi internal dan
eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan, 5 kebutuhan dasar Manusia, 5 posisi kontrol guru dan
segitiga restitusi.

● Menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan
berpihak pada anak.

● Menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan seluruh
pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid.

● Bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan
sosial dan murid.
Budaya Positif atau Ekosistem Positif
“…kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup
tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama
kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam
padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia
dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi,
memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur
yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain
sebagainya.” (Ki Hadjar Dewantara, Lampiran 1. Dasar-Dasar
Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan,
Febr. 1937
Ringkasan Alur Belajar MERRDEKA
Mulai dari Diri
CGP mengaktifkan pengetahuan awal tentang konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
dihubungkan dengan konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah, melakukan refleksi tentang
konsep budaya positif, sekolah impian, dan strategi yang dilakukan guru untuk penanaman disiplin
di sekolah, dan menulis harapan-harapan setelah belajar modul ini.

Eksplorasi Konsep
1. Perubahan Paradigma -Stimulus Respon lawan Teori Kontrol
CGP dapat memahami miskonsepsi tentang kontrol dan selanjutnya mengadakan perubahan
paradigma stimulus-respon menjadi teori kontrol. CGP juga melakukan refleksi atas penerapan
praktik disiplin yang dijalankan di sekolahnya.

2. Arti Disiplin dan 3 Motivasi Perilaku Manusia


CGP dapat memahami konsep disiplin positif dihubungkan dengan teori motivasi perilaku manusia,
serta konsep motivasi internal dan eksternal.
Ringkasan Alur Belajar MERRDEKA
3. Keyakinan Kelas, Hukuman dan Penghargaan
CGP dapat memahami pentingnya memiliki keyakinan kelas sebagai fondasi dan arah
tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik
atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas, yang pada akhirnya akan
menciptakan budaya positif.

4. Kebutuhan Dasar Manusia


CGP memahami bahwa setiap tindakan murid dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
dasar mereka yang berbeda-beda dan agar menjadi individu yang selamat dan bahagia,
kebutuhan dasar harus terpenuhi secara positif. CGP memahami bahwa kebutuhan dasar
dapat dipenuhi dengan cara positif atau negatif oleh karena itu peran guru adalah
memberdayakan anak agar dapat memenuhi kebutuhannya secara positif.
Ringkasan Alur Belajar MERRDEKA
5. Posisi Kontrol
CGP dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini
dan dampaknya untuk murid-muridnya. CGP dapat mengetahui dan
menerapkan disiplin restitusi di posisi Monitor dan Manajer agar dapat
menciptakan lingkungan positif, aman, dan nyaman dan dapat
menghasilkan murid-murid yang lebih mandiri, merdeka, dan bertanggung
jawab.

5. Segitiga Restitusi
CGP memahami dan menerapkan restitusi melalui tahapan dalam segitiga
restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid
sebagai bagian dari budaya positif di sekolah agar menjadi murid merdeka.
Disiplin Positif Lingkungan Budaya
Positif Positif

“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin


yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self
discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita
dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab
jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline,
wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan
peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana
yang merdeka. 
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan,
Sikap Merdeka,  Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)
Perubahan Paradigma
Kegiatan Kepalan Tangan

Ada A dan B (Anda dan teman Anda).


Sobeklah secarik kertas kecil, tuliskan benda atau sesuatu yang sangat
berharga untuk Anda. Letakkan di salah satu tangan Anda dan
genggam benda/sesuatu tersebut dengan segala daya. Buatlah sebuah
kepalan.
Teman Anda (B) akan mencoba dengan sekuat tenaga, dengan
berbagai cara untuk meminta Anda memberikan benda tersebut. B bisa
membujuk, mengancam, menghardik, merayu, menyuap, apa saja agar
dapat membuka kepalan tangan Anda.

Apa yang terjadi?


Perubahan Paradigma Teori Kontrol (Ilusi Kontrol)
Ilusi guru mengontrol murid.
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau
murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya kita
sedang mengontrol perilaku murid tersebut, hal ini karena murid tersebut sedang
mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan
dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua
perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai.

Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas
gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka
mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk
mengidentifikasi bahwa mereka melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup
menggunakan suara halus untuk menyampaikan pesan negatif.
Perubahan Paradigma Teori Kontrol (Ilusi Kontrol)
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.
Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha
untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah
suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu,
kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak
bujukan kita, atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat
sang guru untuk berusaha.

Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.


Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk
membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat
diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja.
Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak
akan efektif untuk jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan
terbentuk.
Tugas
1. Setelah membaca tentang ilusi kontrol dan perubahan paradigma
stimulus respon ke teori kontrol, adakah bagian yang masih mengganjal
atau belum Anda pahami?
2. Apakah Anda meyakini bahwa tepat untuk meminta murid
menyesuaikan diri dengan keinginan Anda, dan bahwasanya adalah
tanggung jawab Anda untuk memaksa murid demi suatu kebaikan,
adakah cara lain?
Perubahan Paradigma Stimulus Respon-Teori Kontrol
Bisakah kita mengontrol seseorang?

Stimulus Respon Teori Kontrol


Kita mencoba mengubah orang agar Kita berusaha memahami pandangan orang
berpandangan sama dengan kita. lain tentang dunia.
Perilaku buruk dilihat sebagai suatu kesalahan Semua perilaku memiliki tujuan.

Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.

Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.

Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan konsensus menciptakan
pilihan-pilihan baru.
Model Berpikir Menang/Kalah Model Berpikir Menang-menang.
Arti Disiplin dan 3 Motivasi Perilaku
Apa makna kata Disiplin dan hukuman,
disiplin? Apa yang apakah artinya sama
terlintas di pikiran atau berbeda,
anda ketika mengapa?
mendengar kata
“disiplin”?
Apakah makna “disiplin”?
• Berasal dari bahasa Latin, “disciplina”, yang artinya belajar.
• Makna asal dari kata ini berkonotasi dengan disiplin diri dari
murid-murid Socrates dan Plato.
• Disiplin diri membuat orang menggali potensinya menuju
sebuah tujuan, apa yang dia hargai.
• Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah
menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain
untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung
menghubungkan kata disiplin dengan ketidaknyamanan,
bukan dengan apa yang kita hargai.
Hak Cipta @ 2005 Yayasan Pendidikan Luhur
DIIZINKAN UNTUK DIPERBANYAK OLEH PELATIH BERSERTIFIKAT
Teori Motivasi Perilaku Manusia

Tujuan
Disiplin
Positif
“Merdeka”
menurut Ki Hajar Dewantara
 
“...merdeka itu artinya; tidak
hanya terlepas dari perintah;
akan tetapi  juga cakap
buat memerintah diri
sendiri)”
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi,
Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima,
2013, Halaman 469)
Tugas-Menjawab Pertanyaan
1. Sekarang, mari pikirkan tentang diri Anda sendiri. Anda sekarang mengikuti Program Guru
Penggerak, mengapa Anda mengikuti program ini? Apakah bila Anda tidak mengikuti program
ini, akan ada hal yang menyakitkan yang akan terjadi pada Anda? Apakah ada hadiah atau
penghargaan setelah Anda mengikuti program ini? Atau apakah Anda mengikuti program ini
karena Anda ingin menjadi seorang guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini, misalnya menjadi
seorang guru pemelajar? Apa dampak ketiga motivasi tersebut pada diri Anda sebagai calon
guru penggerak? Yang mana motivasi yang paling akan berdampak jangka panjang dan
membuat Anda terus bersemangat secara internal? Mungkin pada awalnya motivasi Anda
mengikuti program ini karena ingin mendapat penghargaan. Namun seiring Anda mengikuti
program ini dan kemudian menikmatinya, mungkinkah motivasi Anda akan berubah menjadi
sebuah pemahaman untuk menjadi guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini? Bila itu terjadi, apa
dampaknya pada diri Anda?
Tugas-Menjawab Pertanyaan
Sebagai seorang guru, saat Anda hadir mengajar di kelas tepat waktu, motivasi apakah yang
mendasari tindakan Anda? Apakah Anda datang tepat waktu karena tidak ingin ditegur oleh atasan
Anda dan kemudian mendapat surat peringatan (menghindari ketidaknyamanan dan hukuman) atau
Anda ingin mendapatkan pujian dari atasan Anda dan mendapat penghargaan sebagai karyawan
atau guru berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau Anda ingin
menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi
murid-murid Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai guru akan dicontoh oleh murid-murid
Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri). Manakah motivasi yang paling kuat mendasari tindakan
Anda? Atau bahkan kombinasi dari dua motivasi, atau bahkan ketiga-tiganya? Bila di sekolah Anda
tidak ada peraturan yang mengharuskan guru datang tepat waktu dan tidak ada surat teguran bagi
guru yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji Anda, apakah Anda akan tetap
datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda? Jelaskan alasan Anda.
Tugas-Menjawab Pertanyaan
● Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat
ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah?
Jelaskan.
● Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin
positif pada murid-murid anda, bagaimana hasilnya pada perilaku
murid-murid Anda?
● Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda berusaha tanamkan pada murid-murid
Anda di kelas dan sekolah Anda?
Keyakinan Kelas, Hukuman, dan Penghargaan
Mengapa tidak peraturan saja, mengapa harus Keyakinan Kelas?

“Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila mengendarai kendaraan roda dua?”
“Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak 1.5 meter?”
atau
“Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat waktu pada saat mengikuti pelatihan?”

Bila kita mencari alasan-alasan kita memiliki peraturan-peraturan di atas, maka kita perlu meninjau nilai-nilai kebajikan apa yang
mendasarinya. Nilai-nilai inilah yang kelak menjadi Keyakinan Kelas yang disepakati bersama. Nilai-nilai kebajikan ini telah dibahas di
Modul 1.2 yang menjadi fondasi visi sekolah, yang akhirnya menjadi turunan peraturan-peraturan sekolah. Di setiap kelas pun, murid
diajak bercurah pendapat untuk membedah nilai-nilai kebajikan untuk menyepakati suatu keyakinan kelas.
Nilai-nilai kebajikan (virtues) ini biasanya meliputi nilai-nilai yang disepakati secara universal, lepas dari latar belakang sosial, suku
bangsa, bahasa, maupun agama. Contoh-contoh nilai-nilai kebajikan: keadilan, kejujuran, tanggung jawab, mandiri, integritas,
keamanan, kesehatan, kasih sayang, peduli, Rajin, Rendah Hati, Berprinsip, Kolaborasi, Rasa Hormat, Kebahagiaan, dll.

Sehingga...
Mengapa menggunakan helm? Nilai kebajikan atau keyakinan apa yang dituju? Keselamatan, keamanan.
Mengapa menerapkan 3 M? Nilai kebajikan atau keyakinan apa yang dituju? Kesehatan, keamanan.
Mengapa datang tepat waktu? Nilai kebajikan atau keyakinan apa yang dituju? Bertanggung jawab, Menghormati Orang Lain.

Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-keyakinan lebih menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti
serangkaian peraturan-peraturan, kemudian juga dengan murid-murid kita.
Keyakinan
Kelas
(nilai-nilai kebajikan)

tindakan atau
perilaku yang
dilakukan lingkungan
guru akan yang positif
menentukan
>>
Budaya
Positif
Contoh:
Contoh:
Kegiatan Pendalaman Keyakinan Kelas - Tabel T & Y
HORMAT

HORMAT Hormat
Kami meyakini bahwa sangat penting Terdengar
untuk menghormati semua orang dan
barang milik orang lain

BEKERJA Terlihat Berperilaku


Kami meyakini bahwa sangat penting Bekerja
untuk mengerjakan segala pekerjaan
atau mengikuti kegiatan yang telah
ditugaskan.

DITERIMA DAN DIMILIKI


Kami meyakini bahwa sangat penting BEKERJA Diterima dan dimiliki
untuk merasa diterima pada suatu
kelompok dan saling peduli satu Terdengar
dengan yang lain.

Berperilaku
Terlihat
Tugas Saya-Tugas Kamu (Tugas Guru-Tugas Murid)

Coba Anda lakukan kegiatan Tugas Saya-Tugas Kamu dengan murid-murid di sekolah
Anda, atau bisa juga dilakukan dengan anak-anak Anda di rumah (menjadi: Tugas Orang
Tua-Tugas Anak). Bercurah pendapat tentang tugas masing-masing warga kelas atau
rumah untuk membangun lingkungan positif yang aman dan nyaman, yang selanjutnya
menjadi suatu budaya positif.
Peraturan Keyakinan kelas
Selalu kembalikan buku ke tempatnya
Tanggung jawab

Dilarang Mengganggu Orang Lain


Menghormati Orang Lain

Hadir di sekolah 15 menit sebelum


pembelajaran dimulai Menghormati Orang Lain, Berkomitmen

Dilarang Melakukan Kekerasan


Keselamatan, Menghormati Orang Lain.
Dilarang Menggunakan Narkoba
Kesehatan
Bergantian atau menunggu giliran
Menghormati orang lain, Bersabar
Gunakan masker Kesehatan, Keselamatan
Jangan berlari di kelas atau koridor
Keselamatan, Keamanan
DIHUKUM OLEH PENGHARGAAN
Pengaruh Jangka Pendek dan
Jangka Panjang

Penghargaan menghukum

Penghargaan mengurangi
ketepatan

Penghargaan tidak efektif

Penghargaan merusak hubungan


Dihukum oleh Penghargaan
Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
● Penghargaan berlaku untuk mendapatkan seseorang melakukan sesuatu dalam jangka waktu
pendek.
● Jika kita menggunakan penghargaan lagi, dan lagi, maka orang tersebut akan bergantung pada
penghargaan yang diberikan, serta kehilangan motivasi dari dalam.
● Jika kita mendapatkan penghargaan untuk melakukan sesuatu yang baik, maka selain kita senantiasa
berharap mendapatkan penghargaan tersebut lagi, kita pun menjadi tidak menyadari tindakan baik
yang kita lakukan.

Penghargaan Merusak Hubungan


● Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak, maka yang lain akan merasa
iri, dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang diberikan penghargaan tersebut.
● Jika seorang guru sering memberikan penghargaan kepada murid-muridnya, besar kemungkinan
murid-muridnya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya. Mereka tidak akan bersikap jujur
kepada guru tersebut.
● Penghargaan menciptakan persaingan di dalam kelas, dan persaingan menciptakan kecemasan.
● Mereka yang percaya bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghargaan
akan berhenti mencoba.
Tugas
Bacalah kelima kotak yang berisi pernyataan atau penemuan
tentang ‘Dihukum oleh Penghargaan’. Pilihlah salah satu kotak
yang berisi pernyataan atau cerita yang paling menarik atau
menantang untuk Anda. Tuliskan tanggapan Anda terhadap
pernyataan yang Anda pilih tersebut, kemudian berilah minimal 2
tanggapan atas jawaban/tanggapan rekan Anda.
TINDAKAN GURU HUKUMAN ATAU
SANKSI/KONSEKUENSI
Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat
lagi”, karena terlambat ke sekolah.

Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di


sekolah.
Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan
masker ke sekola
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret.

Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada saat


belajar.
Meminta murid tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah karena
tidak mengenakan sepatu hitam.
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit
untuk pelajaran PJOK.
Kebutuhan Dasar Manusia
Tugas-Menjawab Pertanyaan
1. Coba pikirkan bagaimana selama ini Anda memenuhi kebutuhan dasar Anda. Isilah setiap
bagian lingkaran dengan nama orang, benda atau apapun yang dapat memenuhi setiap
kebutuhan dasar itu, dari cinta, penguasaan, kesenangan, atau kebebasan.
2. Bila Anda mendapat empat gelas yang masing-masing diberi label cinta, penguasaan,
kebebasan, dan kesenangan, mana gelas yang paling penuh dalam diri Anda? Mana yang
dianggap paling terpenuhi, setengah terpenuhi, atau seperempat kosong? Apa yang
menghalangi gelas yang paling sedikit untuk terisi lebih banyak?
3. Dinda, seorang anak kelas 3 SD, begitu tiba di rumah sepulang dari sekolah, menangis dan
mengadu pada ibunya bahwa dia benci pada Ibu Rani, gurunya. Menurut Anda, kebutuhan
apa yang berusaha dipenuhi oleh Dinda, jika jawabannya seperti ini?
● Ibu guru bilang, aku tidak boleh bersenandung sewaktu
mengerjakan tugas, katanya kelas harus tenang, tidak ada suara.
Padahal kan aku suka dan senang menyanyi.” 
Kebutuhan: ___________________________________________________
● Ibu guru tidak menyapaku hari ini, padahal aku pakai jepit
rambut baru”.
Kebutuhan: ___________________________________________________
● Aku bosen, masa belajarnya cuma gitu-gitu aja..dengerin Ibu
Guru aja.
Kebutuhan: ___________________________________________________
● Aku sebel, gambarku tidak rapi, malah Ibu guru nunjukin ke
teman-temanku di depan kelas”. 
Kebutuhan: ___________________________________________________
5 POSISI KONTROL
IDENTITAS GAGAL IDENTITAS BERHASIL/SUKSES IDENTITAS BERHASIL/SUKSES
MOTIVASI: (Kontrol dari Luar) (Kontrol dari Luar) (Kontrol Diri)

Menghindari Hukuman Mengharapkan Imbalan atau Menghargai Diri Sendiri


Ketergantungan pada Orang Lain

PENGHUKUM PEMBUAT ORANG TEMAN PEMANTAU MANAJER


MERASA BERSALAH
Guru Berbuat: Menghardik Berceramah dan Membuatkan alasan-alasan Menghitung dan mengukur Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Menunjuk-nunjuk mengatakan, untuk muridnya.
Menyakiti “Seharusnya…”
Menyindir “Ibu kecewa…”
Guru Berkata: “Kalau kamu tidak “Kamu seharusnya “Ayolah, lakukan demi “Apa peraturannya?” “Apa yang kita yakini?
melakukannya, awas ya! kamu sudah tahu. Ibu Ibu…” Apa yang bisa kau kerjakan untuk
Rasakan!” lelah sekali “Masa kamu tidak mau, memperbaiki masalah ini?”
mengatakannya. Ibu ingat tidak Ibu pernah
stress…” bantu…”
Hasil: Memberontak Menyembunyikan Ketergantungan Menyesuaikan diri, bila Menguatkan pribadi
Menyalahkan orang lain Menyangkal diawasi
Berbohong Berbohong

Kaitan dengan Murid meletakkan guru di Murid meletakkan Murid meletakkan guru di Murid meletakkan guru Murid meletakkan dirinya sebagai
Dunia luar Dunia Berkualitas guru di dalam Dunia sebagai orang yang peraturan dan hukum di individu yang positif dalam Dunia
Berkualitas Berkualitas sangat penting di Dunia dunia Berkualitas Berkualitas
Berkualitas
Murid Berkata: “Ah, biarkan saja. Nanti “Maafkan saya.” “Saya pikir Bapak/Ibu teman “Berapa banyak bintang “Bagaimana caranya saya bisa
juga marah-marah lagi.” saya. Ternyata begitu.” yang saya harus peroleh?” memperbaiki keadaan?”
“Berapa halaman yang
harus saya tulis?”

Dampak pada Mengulangi kesalahan Merasa rendah diri Lemah, tidak mandiri, Menitikberatkan pada Mengevaluasi diri, bagaimana cara
Murid: tergantung sanksi atau hadiah untuk memperbaiki diri?
dirinya.
Tugas
Pernyataan-pernyataan Siapa yang Mengatakan?
“Saya kecewa sekali dengan kamu…”

“Kamu tidak pernah benar


melakukannya….”
“Ayolah, lakukan demi saya ya….”

“Apakah kamu mau mendapatkan stiker


bintang hari ini?”
“Bagaimana kamu bisa menyelesaikan
masalah ini?”
“Kamu selalu yang paling terakhir…”
Tugas - Di manakah Saya?

1 2 3 4 5
Penghukum Pembuat Orang Merasa Teman Pemantau Manajer
Bersalah

Di rumah

1 2 3 4 5
Penghukum Pembuat Orang Merasa Teman Pemantau Manajer
Bersalah

(Di tempat kerja/sekolah)


Apa itu “Restitusi”?
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi
bagi murid untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa kembali pada
kelompok mereka, dengan karakter yang lebih
kuat (Gossen; 2004)
Ciri-ciri Restitusi
• Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari
kesalahan
• Memperbaiki hubungan
• Tawaran, bukan paksaan
• Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri
• Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan
• Restitusi diri adalah cara yang paling baik
• Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan
• Restitusi fokus pada solusi
• Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada
kelompoknya
Membaca skrip tentang kasus Mario dan Adi dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Mario dan Adi merupakan murid kelas 8 di SMP Tunas. Pada jam istirahat makan
siang, saat semua anak lain bermain di luar kelas, mereka diajak bicara oleh guru
wali kelas mereka, Bapak Joko, di ruang kelas.
• Dari 5 posisi kontrol, posisi mana yang dipraktikkan oleh guru? Jelaskan.
• Kebutuhan apa yang berusaha dipenuhi oleh Mario dan Adi?
• Apa yang dikatakan guru dalam tahap Menstabilkan Identitas, Validasi
Tindakan, dan Mencari Keyakinan?
• Sesuai prinsip restitusi, kira-kira apa yang akan dilakukan Mario dan Adi untuk
memperbaiki kesalahan mereka pada Ibu Dina?
Segitiga Restitusi
Ruang Kolaborasi
Kerja kelompok (2JP)

Pelajari kasus-kasus yang disediakan dan lakukan analisis mendalam terhadap kasus-kasus
yang disediakan dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di tiap kasus yang disajikan
berdasarkan konsep inti.

Forum diskusi Sinkronus bersama fasilitator(2JP)


Setiap kelompok akan menyajikan hasil analisis studi kasus yang telah didiskusikan dalam
kerja kelompok sebelumnya.
Setiap kelompok penyaji akan mendapatkan satu kelompok hadirin yang bertugas
memberikan tanggapan atau masukan konstruktif atas presentasi kelompok penyaji.
Tentunya setelahnya kelompok lain dipersilakan memberikan tanggapan mereka juga.
Refleksi Terbimbing
Refleksi mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif dengan
melakukan evaluasi diri ini dengan memberikan tanda ceklis pada daftar
yang diberikan.

Demonstrasi Kontekstual
CGP mampu mendemonstrasikan pemahaman mengenai segitiga restitusi
dengan melakukan praktik segitiga restitusi dengan murid di sekolahnya.
Elaborasi Pemahaman
Setelah berdiskusi bersama instruktur, CGP mendemonstrasikan pemahamannya
secara lebih mendalam mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya
Positif.

Koneksi Antarmateri
CGP memahami keterkaitan konsep budaya positif dengan materi pada modul 1.1, 1.2 dan 1.3
CGP dapat menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan
budaya positif di sekolah

Aksi Nyata
CGP dapat menyampaikan pembelajaran dari penerapan konsep inti dari modul budaya positif
serta pemahaman mereka mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif.
Refleksi

Anda mungkin juga menyukai