Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN MINI RISET

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) UNTUK ANALISIS


KERAWANAN LONGSOR DI KECAMATAN SIBOLANGIT

Dosen Pengampu:

Drs.Ali Nurman, M.Si,

Muhammad Farouq Ghazali Matondang S.Pd, M.Sc

Oleh Kelompok 4:

Claudia Athaya Diva Samosir (3203131002)


Heny Tasya Tampubolon (3203331025)
Syaputra Hidayat (3201131016)
Sella Oktavia Sitinjak (3203131045)
Vera Wati Sihombing (3203131029)
Winda Purba (3203131047)

Kelas: Pendidikan Geografi E 2020

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mini riset
ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan,bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Sig
Lanjutan yaitu bapak Drs.Ali Nurman, M.Si dan Bapak Mhd. Farouq Ghazali Matondang,
S.Pd, M.Sc yang telah membimbing kami membuat tugas ini.

Kami menyadari bahwa dari segi penulisan banyak sekali kekurangan dari penulisan
mini riset ini dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun susunan
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan untuk langkah-langkah selanjutnya

Medan, Mei 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
ABSTRAK.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................5
A.Latar Belakang................................................................................................................5
B.Rumusaan Masalah.........................................................................................................6
C.Tujuaan...........................................................................................................................6

BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................................7


A.Pengertian Tanah Longsor..............................................................................................7
B.Jenis Tanah Longsor.......................................................................................................8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................................11


A.Lokasi Penelitian...........................................................................................................11
B.Metodologi Penelitian....................................................................................................11
C.Populasi dan Sampel......................................................................................................11
D.Variabel Penelitian.........................................................................................................11
E.Teknik Analisis Data......................................................................................................11

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................13
A.Deskripsi Daerah Penelitian..........................................................................................13
B.Hasil dan Pembahasan...................................................................................................13

BAB V PENUTUP............................................................................................................21
A.Kesimpulan....................................................................................................................21
B.Saran .............................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................23
ABSTRAK
Longsor lahan (landslide) adalah gerakan material pembentuk lereng ke arah bawah
(downward) atau ke arah luar (outward) lereng. Material pembentuk lereng tersebut dapat
berupa masa batuan induk, lapisan tanah, timbunan buatan manusia atau kombinasi
berbagai jenis material tersebut (Eckel, 1958 dalam Lilik Kurniawan 2008). “Menurut
Suripin (2002) tanah longsor merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau gerakan
masa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar. Indonesia berada pada
pertemuan tiga lempeng besar di dunia”. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanah longsor
merupakan proses perpindahan massa tanah atau batuan dari tempat yang tinggi ke tempat
yang lebih rendah disebabkan oleh gravitasi/gaya berat. Daerah Kecamatan Sibolangit
memiliki topografi kasar dengan relief perbukitan bergelombang dan memiliki kemiringan
lereng yang sangat tinggi, sehingga potensi terjadinya longsor sangat besar. Maka tujuan
dari penulisan laporan mini riset ini adalah untuk mengetahui tingkat kerawanan dan
sebaran daerah rawan longsor di Kecamatan Sibolangit.

Pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor dapat dilakukan dengan pemanfaatan
SIG. Dengan menggunakan Sistem informasi Geografis dapat dimuat berbagai informasi
geospasial yang berkaitan dengan berbagai faktor penyebab tanah longsor. Pemetaan
daerah rawan bencana tanah longsor ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
aplikasi atau software pemetaan pada SIG, seperti dengan menggunakan ArcGIS.

Kata Kunci: Longsor, Kerawanan, Sistem Informasi Geografis.


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,
dimanapun dan kapanpun, sehingga dapat menimbulkan kerugian material dan imaterial
bagi kehidupan masyarakat. Tanah longsor dikategorikan sebagai salah satu penyebab
bencana alam, di samping gempa bumi, banjir, dan angin topan, dan lain-lain. Bahaya
bencana tanah longsor berpengaruh besar terhadap kelangsungan kehidupan manusia dan
senantiasa mengancam keselamatan manusia. Di Indonesia, terjadinya tanah longsor telah
mengakibatkan kerugian yang besar, misalnya kehilangan jiwa manusia, kerusakan rumah,
jalan, fasilitas umum dan terganggunya ekosistem alam. Tanah longsor didefinisikan
sebagai tanah batuan atau tanah di atas lereng permukaan yang bergerak ke arah bawah
lereng bumi disebabkan oleh gravitasi/gaya berat. Longsoran umumnya terjadi jika tanah
sudah tidak mampu menahan berat lapisan tanah di atasnya karena ada penambahan beban
pada permukaan lereng dan berkurangnya daya ikat antara butiran tanah relief. Pengertian
tanah longsor sebagai respon dari pada yang merupakan faktor utama dalam proses
geomorfologi akan terjadi di mana saja di atas permukaan bumi, terutama permukaan relief
pegunungan yang berlereng terjal, maupun permukaan lereng bawah laut. Secara umum
longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam
adalah faktor yang berasal dari alam misalnya curah hujan yang tinggi, kondisi lereng yang
terjal, kondisi batuan yang kurang padat, gempa bumi dan lain-lain. Sedangkan faktor
manusia adalah faktor yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penggundulan hutan,
adanya pemukiman di lahan berkemiringan lereng yang terjal serta pemanfaatan lahan
yang tidak sesuai yang akan mempertingkat risiko pada daerah rawan longsor.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak tanah longsor
adalah dengan mengenali karakteristik daerah rawan terjadinya longsor dengan cara
pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor. Pemetaan daerah rawan bencana tanah
longsor dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Pemetaan daerah rawan
bencana tanah longsor ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai aplikasi atau
software pemetaan pada SIG, seperti dengan menggunakan ArcGIS dengan berbagai tipe
nya. Dengan pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor di Kecamatan Sibolangit,
maka dampak dari bencana dapat diminimalisir dan dapat dilakukan tindakan yang bersifat
preventif terhadap daerah dengan kategori tingkat kerawanan tinggi
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan, sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kerawanan dan sebaran daerah bencana longsor di Kecamatan


Sibolangit?

2. Mengapa bisa terjadi longsor di Kecamatan Sibolangit?


3. Daerah persebaran terjadinya tanah longsor di Kecamatan Sibolangit?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Mengetahui tingkat kerawanan dan sebaran daerah rawan longsor di Kecamatan


Sibolangit.
2. Mengetahui penyebab terjadinya bencana longsor tersebut.
3. Mengetahui daerah persebaran dari bencana longosor di Kecamatan Sibolangit

D. Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

1. Memberikan gambaran tentang tingkat kerawan longsor pada masyarakat di


Kecamatan Sibolangit, sehingga sebagai salah satu upaya mitigasi bencana tanah
longsor di daerah tersebut

2. Sebagai referensi mahasiswa yang akan membahas laporan mini riset dengan topik
yang sama.
BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Tanah Longsor

Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah suatu produk
dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah
dan batuan ke tempat yang lebih rendah. Gaya yang menahan massa tanah di sepanjang
lereng tersebut dipengaruhi oleh sifat fisik tanah dan sudut dalam tahanan geser tanah yang
bekerja disepanjang lereng. Perubahan gaya-gaya tersebut ditimbulkan oleh pengaruh
perubahan alam maupun tindakan manusia. Perubahan kondisi alam dapat diakibatkan oleh
gempa bumi, erosi, kelembaban lereng karena penyerapan air hujan dan perubahan aliran
permukaan. Pengaruh manusia terhadap perubahan gaya-gaya antara lain adalah
penambahan beban pada lereng dan tepi lereng, penggalian tanah di tepi lereng dan
penajaman sudut lereng. Tekanan jumlah penduduk yang banyak mengokupasi tanah-tanah
berlereng sangat berpengaruh terhadap peningkatan resiko longsor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanah antara lain: tingkat


kelerengan, karakteristik tanah, keadaan geologi, keadaan vegetasi, curah hujan/hidrologi
dan aktivitas manusia di wilayah tersebut (Sutikno dalam Lestari, 2008) Menurut
Hardiyatmo (2006:1) tanah longsor (landslide) merupakan salah satu bencana alam yang
sering melanda daerah perbukitan di daerah tropis basah. Kerusakan yang ditimbulkan oleh
gerakan massa tersebut tidak hanya kerusakan secara langsung seperti rusaknya fasilitas
umum, lahan pertanian, ataupun adanya korban manusia, akan tetapi juga kerusakan secara
tidak langsung yang melumpuhkan kegiatan pembangunan dan aktivitas ekonomi di daerah
bencana dan sekitarnya. Bencana alam gerakan massa tersebut cendrung semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia. Gerakan massa, umumnya
disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan kadangkadang getaran atau gempa juga
menyokong kejadian tersebut.

Longsor terjadi akibat adanya keruntuhan geser di sepanjang bidang longsor yang
merupakan batas bergeraknya massa tanah atau batuan. Keruntuhan, umumnya dianggap
terjadi saat tegangan geser rata-rata di sepanjang bidang longsor sama dengan kuat geser
tanah atau batuan yang dapat ditentukan dari uji laboratorium atau uji lapangan. Akan
tetapi, saat terjadi keruntuhan bertahap, longsoran tanah terjadi pada tegangan geser yang
kurang dari kuat geser puncaknya (biasanya diperoleh dari uji triaxial atau geser langsung).
Keruntuhan bertahap, umumnya diikuti dengan distribusi tegangan tidak seragam di
sepanjang bidang longsor, pada tanah atau batuan berlapis ketika longsornya memotong
material yang berbeda sifat tegangan regangannya. Keruntuhan lokal dapat juga terjadi,
jika tegangan geser maksimum pada suatu titik di dalam tanah atau batuan melampui kuat
geser puncaknya.

Jadi, dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tanah longsor/longsoran
(landslide) adalah pergerakan suatu material penyusun lereng berupa massa batuan, tanah,
atau bahan rombakan material (yang merupakan percampuran tanah dan batuan) menuruni
lereng, yang terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya
penahan. Proses tersebut melalui tiga tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atau
pergerakan, dan pengendapan.

B. Jenis Tanah Longsor

Ada beberapa jenis jenis longsor yang perlu diketahui diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Longsoran Translasi Tanah longsor jenis ini merupakan kondisi dimana bergeraknya
material tanah pada kondisi tanah yang bertopografi rata atau menggelombang landai. Jadi,
pada daerah tanah yang landai bisa terjadi tanah longsor terutama jika berbagai penyebab
tanah longsor sudah mulai kelihatan.

2. Longsoran Rotasi Tanah longsor ini merupakan pergerakan material tanah yang terjadi
di dalam bidang yang berbentuk cekung sehingga seringkali terjadi perputaran atau rotasi
di dalam bidang cekung tersebut. Pada bidang cekung yang terkena longsoran dapat
menjadi hal yang sangat berbahaya apalagi jika ada pemukiman di atasnya karena akan
tertimbun dan mengakibatkan korban jiwa.

3. Pergerakan Blok Pergerakan blok ini merupakan pergerakan batuan yang ada di dalam
tanah pada bidang yang datar atau landai. Kondisi ini juga seringkali dinamakan degan
longsoran blok batu dengan jumlah batu yang biasanya tidak sedikit. Ini akan sangat
berbahaya bagi manusia jika terkena longsoran ini karena sebagian besar materialnya
adalah batuan.

4. Runtuhan Batu Runtuhan batu ini merupakan kondisi dimana terjadi runtuhan batu
secara langsung dan terjun bebas dari atas ke bawah. Hal ini biasanya terjadi pada bukit
yang terjal dengan lereng yang cukup curam dan sering ditemukan di tebing pantai.

5. Rayapan Tanah Tanah longsor ini terjadi karena adanya rayapan atau pergerakan tanah
yang sangat lambat dan halus. Longsor ini biasanya terjadi pada tanah yang memiliki
butiran kecil halus dan namun memiliki struktur yang cukup kasar. Biasanya jenis tanah
longsor ini hampir tidak bisa dikenali dan kalau longsor sudah terjadi dalam waktu yang
cukup lama baru bisa dikenali dengan miringnya tiang-tiang listrik, rumah dan lainnya
yang berada di atasnya.

6. Aliran Bahan Rombakan Tanah longsor ini terjadi karena adanya pergerakan tanah dan
materialnya yang disebabkan oleh dorongan air yang sangat kuat. Kecepatan dari aliran air
sendiri akan sangat tergantung pada kemiringan lereng, volume air, tekanan air, kecepatan
air serta jenis material tanahnya itu sendiri apakah mudah terangkut oleh air atau tidak.
Gerakan dari tanah longsor ini lumayan cepat dan bisa mencapai seluruh lembah dengan
jarak ratusan meter jauhnya. Bahkan jarak yang bisa ditempuhnya bisa dalam jumlah yang
sangat banyak dan jaraknya ribuan meter. Jika ini terjadi bisa merusak berbagai hal yang
dilewatinya termasuk juga jika ada pemukiman di lewatinya pasti akan ikut terhanyut.
Jenis tanah longsor ini biasanya terjadi pada lereng gunung berapi dan menyebabkan
banyaknya korban jiwa.

Menurut Naryanto dalam Pasektiono (2016) jenis tanah longsor berdasarkan kecepatan
gerakannya dapat dibagi menjadi lima jenis yaitu:

a. Aliran, longsoran bergerak serentak/mendadak dengan kecepatan tinggi.

b. Longsoran, material longsoran bergerak lamban dengan bekas longsoran berbentuk tapal
kuda.

c. Runtuhan, umumnya material longsoran baik berupa batu maupun tanah bergerak cepat
sampai sangat cepat pada suatu tebing.

d. Majemuk, longsoran yang berkembang dari runtuhan atau longsoran dan berkembang
lebih lanjut menjadi aliran.

e. Amblesan (penurunan tanah), terjadi pada penambangan bawah tanah, penyedotan air
bawah yang berlebihan, proses pengikisan tanah serta pada daerah yang dilakukan proses
pemadatan tanah.

Penurunan tanah (subsidence) dapat terjadi akibat adanya konsolidasi, yaitu


penurunan permukaan tanah sehubungan dengan proses pemadatan atau perubahan volume
suatu lapisan tanah. Proses ini dapat berlangsung lebih cepat bila terjadi pembebanan yang
melebihi faktor daya dukung tanahnya ataupun pengambilan air tanah yang berlebihan dan
berlangsung relatif cepat. Pengambilan air tanah yang berlebihan dapat mengakibatkan
penurunan muka air tanah (pada sistem akifer air tanah dalam) dan turunnya tekanan
hidrolik, sedangkan tekanan antar batu bertambah. Akibat beban di atasnya menurun.
Penurunan tanah pada umumnya terjadi pada daerah dataran yang dibangun oleh
batuan/tanah yang bersifat lunak (Sangadji dalam Pasektiono, 2016).
BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di daerah Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli
Serdang.

B. Metodelogi Penelitian
Metodologi penelitian adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan analisis teoretis
mengenai suatu cara atau metode. Dalam penulisan Mini Riset ini, kami menggunakan
metode kualitatif yang diuraikan secara deskriptif. Melalu Library Research (Penelitian
Kepustakaan) Yaitu suatu cara penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan
informasi melalui bahan-bahan pustaka yang dapat memperjelas tulisan, seperti buku,
jurnal, majalah, diktat, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

C. Populasi dan Sampel


Adapun menurut Arikunto (2010, hlm 173) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Sedangkan sampel dalam penelitian ini yaitu daerah-daerah yang teridentifikasi
terjadi longsor. Menurut Sumaatmadja (1988, hlm 122) populasi adalah keseluruhan
gejala(fisik,sosial,ekonomi,budaya,politik), individu (manusia baik perorangan maupun
kelompok), kasus (masalah peristiwa tertentu) yang ada pada ruang tertentu. Berdasarkan
pengertian tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah populasi wilayah kabupaten Karo.

D. Variabel Penelitian
Suharsimi Arikunto (1988: 99) – Variabel Penelitian adalah objek penelitian atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Jadi variabel dalam penelitian ini yaitu
analisis wilayah yang terjadi longsor.

E.Teknik Analisis Data


Untuk memperoleh hasil yang benar dan tepat dalam menganalisa data, kami
menggunakan teknik analisis isi. Analisis isi ( Content Analysis) adalah penelitian yang
bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak di media
cetak dan massa. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisa semua bentuk tulisan
seperti buku, majalah, diktat, dan dokumentasi yang lainnya.

Penilitian ini juga menggunakan analisis data yang ada dilakukan dengan cara
tumpang susun peta menggunakan sistem informasi geografi yang akan menghasilkan peta
tematik tentang identifikasi lokasi yang berpotensi terjadinya lahan, serta memilih peta
yang penting untuk mengetahui serta mendapatkan hasil yang dianalisis dengan
menggunkan reduksi. Teknik analisis data yang lainnya yaitu dengan menggunakan
aplikasi ArcMap.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Secara astronomis wilayah administrasi Kecamatan Sibolangit terletak pada 3º 24’


LU - 3º 37’ LU dan 98º56’ BT - 98oº60’ BT. Dengan ketinggian 350 m - 700 m di atas
permukaan air laut.

Secara georafis Kecamatan Sibolangit terletak di Kabupaten Deli Serdang,


Propinsi Sumatera Utara. Secara Administratif batas-batas Kecamatan Sibolangit adalah
sebagai berikut:

Utara : Kecamatan Pancur Batu. Selatan: Kabupaten Karo.

Barat : Kecamatan Kutalimbaru.

Timur : Kecamatan Namorambe, Kecamatan Biru-biru dan Kecamatan STM.

Berdasarkan data Kecamatan Sibolangit dalam Angka 2018, jumlah desa di


Kecamatan Sibolangit adalah sebanyak 30 desa dengan jumlah dusun sebanyak 87 dusun.
Sedangkan luas wilayah Kecamatan Sibolangit adalah 173,32 km2 .

4.2 Hasil dan Pembahasan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Longsor Kecamatan Sibolangit

1. Curah Hujan

Berdasarkan data dari peta RTRW Sumatera Utara terkait peta curah hujan. Dimana
curah hujan di lokasi penelitian termasuk tinggi yaitu antara 1501- 2500 mm/tahun.
Sebagai salah satu parameter untuk menentukan wilayah rawan longsor, faktor-faktor
curah hujan seperti besarnya curah hujan, intensitas hujan dan distribusi curah hujan akan
menentukan seberapa besar peluang terjadinya longsoran dan di mana longsor itu akan
terjadi.

Berdasarkan klasifikasi kelas curah hujan Puslittanak, lokasi penelitian memiliki dua
kelas curah hujan yaitu 1501-2000 mm/tahun dan 2001-2500 mm/ tahun.

Curah hujan dengan intensitas 2001-2500 mm/tahun merupakan intensitas curah hujan
yang memiliki luasan terbesar yaitu meliputi 28 desa (Tabel 7). Disamping itu terdapat 2
desa memiliki sebagian daerahnya dengan tingkat curah hujan berkisar antara 1501-2000
(kering). Adapun menurut tabel terdapat desa yang memiliki skor 5 yaitu desa Negeri
Gunung dan Desa Bukum, karena memiliki daerah yang terdiri atas dua parameter curah
hujan yaitu 1501-2000 mm/ tahun dan 2001-2500 mm/tahun. Terdapat 26 desa yang
memiliki skor 3 dengan curah hujan berkisar 2001-2500 mm/tahun. Curah hujan di
kecamatan Sibolangit dapat dilihat pada gambar 3.

2. Jenis Batuan

Secara geologi lokasi penelitian merupakan wilayah dengan struktur batuan yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi Gunung Sibayak, dan Barus. Sifat-sifat teknis batuan berbeda-
beda tergantung pada asal-usulnya. Secara umum sifat-sifat teknis batuan dipengaruhi
oleh : struktur dan tekstur, kandungan mineral, kekar/bentuk gabungan lapisan bidang
dasar, kondisi cuaca, dan sedimentasi/rekatan.

Berdasarkan pengklasifikasian Puslittanak batuan pembentuk yang terdapat di lokasi


penelitian terdiri dari 2 jenis batuan yaitu batuan Vulkanik, dan batuan Aluvial. Batuan
Vulkanik terdiri atas formasi batuan gunung api barus (Qvbr), mikrodiorit menden (Qtim),
satuan binjai (Qvbj), satuan mentar (QTvm), satuan sibayak (Qvba) dan satuan singkut
(Qvbs). Batuan Aluvial yang terdapat di lokasi penelitian adalah satuan aluvium muda
(Qh).

3. Jenis Tanah

Jenis Tanah di lokasi penelitian berdasarkan Peta Tanah lokasi penelitian terdiri dari
tanah Podsolik, Andosol, Latosol, Regosol, Aluvial (Pada tabel dibawah ini). Mengacu
pada klasifikasi Puslittanak berdasarkan kepekaan terhadap erosi, maka jenis tanah di
lokasi penelitian terbagi menjadi kelas Sangat Peka Erosi/Permeabilitas sangat Lambat
(Regosol), Peka Erosi/Permeabilitas Lambat (Podsolik, dan Andosol), Agak Peka Erosi/
Permeabilitas Cepat (Latosol), dan Tidak Peka Erosi/ Permeabilitas Sangat Cepat (Aluvial
dan Glei).

Peta jenis tanah di lokasi penelitian adalah sebagai berikut :


4. Kemiringan Lereng

Kemiringan Lahan di lokasi penelitian bervariasi mulai dari datar sampai curam.
Berdasarkan hasil klasifikasi menurut Puslittanak yang terdiri atas >45%, 30-45%, 15-
30%, 8-15%, 40%, 15-40% dan 2-15%. Daerah lokasi penelitian merupakan daerah yang
memiliki topografi kasar, dengan bentuk lahan perbukitan yang memiliki ketinggian 300-
700 m dpl. Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa sebanyak sembilan
belas desa yang memiliki kemiringan lereng 15-40%, enam desa memiliki kemiringan
lereng antara 2-40%,dua desa memiliki kemiringan 2-15%, dan satu desa memiliki
kemiringan lereng 40% dan >40%. Secara keseluruhan daerah penelitian memiliki
kemiringan 15-40% yang merupakan daerah perbukitan.

5. Penutupan Lahan

Penutupan lahan di suatu wilayah berkaitan erat dengan kondisi ekonomi dan tipe
masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil digitasi peta penggunaan
lahan deli serdang diperoleh lima tipe penutupan lahan (Gambar ke-2 dibawah ini).
Dimana penutupan lahan pada peta ini memiliki kontribusi yang berbeda-beda tergantung
pada sifat dan kondisi penutupan lahan tersebut seperti bentuknya berupa permukiman,
perkebunan, tegalan, hutan lebat, dan persawahan. Penutupan serta lokasi penutupan lahan
itu berada adalah hal-hal yang berpengaruh dalam penentuan kerawanan wilayah (Gambar
ke-1 dibawah ini).
Manfaat Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Menganalisis Kerawanan Longsor di
Kecamatan Sibolangit
Pendugaan kawasan bencana Rawan Tanah Longsor dilakukan dengan menggunakan
model pendugaan yang bersumber pada penelitian Puslittanak tahun 2004. Berdasarkan
model tersebut parameter yang digunakan untuk menduga kawasan rawan longsor meliputi
parameter Jenis Tanah, Penutupan Lahan, Jenis Batuan, Curah Hujan, serta Kemiringan
Lahan. Semua parameter tersebut diklasifikasikan berdasarkan skor kemudian diberi bobot
sesuai kontribusinya masing-masing dan kemudian data tersebut diolah. Berdasarkan hasil
analisis 5 parameter kerawanan longsor dengan menggunakan model Pendugaan
Kerawanan Longsor Puslittanak tahun 2004, diperoleh 4 kriteria kerawanan longsor yaitu
Rendah, Sedang, Tinggi dan Sangat Tinggi. Pada model Pendugaan Kerawanan Tanah
Longsor yang bersumber dari Puslittanak tahun 2004 faktor curah hujan mendapat bobot
30 %, faktor jenis batuan, kemiringan lahan dan tipe penutupan lahan dengan bobot 20 %,
sedangkan faktor jenis tanah memiliki bobot 10 %.
Berdasarkan penjelasan tersebut, model yang digunakan untuk menganalisa kerawanan
tanah longsor di lokasi penelitian adalah sebagai berikut :
SKOR TOTAL = 0,3FCH+0,2FBD+0,2FKL+0,2FPL+0,1FJT
Keterangan :
 FCH = Faktor Curah Hujan
 FBD = Faktor Jenis Batuan
 FKL = Faktor Kemiringan Lereng F
 PL = Faktor Penutupan Lahan
 FJT = Faktor Jenis Tanah
 0,3;0,2;0,1 = Bobot nilai

Berdasarkan hasil analisis skor total hasil parameter yang ada di lokasi penelitian
diperoleh klasifikasi kelas kerawanan dengan interval skor masing-masing kelas seperti
tercantum pada Tabel dibawah ini.
Interval Skor (%) Kelas Kerawanan

3,1-4,5 Rendah
4,6-6 Sedang
6,1-7,5 Tinggi
7,5-8,9 Sangat Tinggi

Tabel Interval Skor Kelas Tingkat Kerawanan Bencana Longsor


Kecamatan Sibolangit

Berdasarkan tabel-tabel yang ada dibawah ini, dan peta kerawanan bencana longsor
(Peta yang ada dibawah) di Kecamatan Sibolangit dapat diketahui bahwa tingkat
kerawanan longsor rendah melingkup 10 desa, tingkat kerawanan longsor sedang meliputi
14 desa, tingkat kerawanan longsor tinggi meliputi 3 desa dan tingkat kerawanan sangat
tinggi meliputi 1 desa.

Skor Tingkat Skor Tingkat


Desa Desa
(%) Kerawanan (%) Kerawanan

Bandar Baru 5,1 Sedang Tanjung Beringin 4,1 Rendah


Sikeben 5,2 Sedang Tambunen 4,1 Rendah
Martelu 5,7 Sedang Puang Aja 5,5 Sedang
Bukum 8,8 Sangat Tinggi Betimus Mbaru 4,1 Rendah
Negeri Gunung 6,5 Tinggi Rumah Kinangkung 5,1 Sedang
Cinta Rakyat 4,1 Sedang Sala Bulan 4,7 Sedang
Ketangkuhen 6 Tinggi Bengkurung 4,5 Rendah
Suka Maju 5,9 Sedang Kuala 4,3 Rendah
Bulu Awar 5,1 Sedang Batu Mbelin 3,9 Rendah
Batu Layang 3,7 Rendah Sibolangit 5,5 Sedang
Rumah Pipil 5,3 Sedang Sembahe 4,9 Rendah
Suka Makmur 5,2 Sedang Bingkawan 3,7 Rendah
Durin Serungun 5 Sedang Sayum Sabah 3,1 Rendah
Ujung Deleng 6,8 Tinggi Lan Benteludan 5,1 Sedang

Tabel Tingkat Kerawanan Longsor Kecamatan Sibolangit


Tabel Desa Tingkat Kerawanan Rendah

Desa Skor Tingkat Kerawanan

Batu Layang 3,7 Rendah


Tanjung Beringin 4,1 Rendah
Tambunen 4,1 Rendah
Betimus Mbaru 4,1 Rendah
Bengkurung 4,5 Rendah
Kuala 4,3 Rendah
Batu Mbelin 3,9 Rendah
Sembahe 4,9 Rendah
Bingkawan 3,7 Rendah
Sayum Sabah 3,1 Rendah

Tabel Desa Tingkat Kerawanan Sedang


Desa Skor Tingkat Kerawanan

Bandar Baru 5,1 Sedang


Sikeben 5,2 Sedang
Martelu 5,7 Sedang
Cinta Rakyat 4,1 Sedang
Suka Maju 5,9 Sedang
Bulu Awar 5,1 Sedang
Rumah Pipil 5,3 Sedang
Suka Makmur 5,2 Sedang
Durin Serungun 5 Sedang
Puang Aja 5,5 Sedang
Rumah Kinangkung 5,1 Sedang
Sala Bulan 4,7 Sedang
Sibolangit 5,5 Sedang
Lan Benteludan 5,1 Sedang

Tabel Desa Tingkat Kerawanan Tinggi

Desa Skor Tingkat Kerawanan


Ketangkuhen 6 Tinggi
Ujung Deleng 6,8 Tinggi
Negeri Gunung 6,5 Tinggi

Tabel Tingkat Kerawanan Sangat Tinggi

Desa Skor Tingkat Kerawanan


Bukum 8,8 Sangat Tinggi
Peta Tingkat Kerawanan Bencana Tanah Longsor Kecamatan Sibolangit

Pemanfaatan SIG dalam pemetaan tingkat kerawanan bencana longsor di Kecamatan


Sibolangit terkait dalam hal membuat peta dan mengolah data keruangan, meliputi data
curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, kemiringan lereng, dan jenis tutupan lahan. Dimana
pada lokasi penelitian faktor yang paling dominan terhadap terjadinya longsor, yaitu curah
hujan yang tinggi, batuan penyusun dan jenis tanah yang labil. Dengan pemanfaatan SIG
dalam pemetaan ancaman bahaya longsor juga dapat digunakan dalam menentukan luas
wilayah yang memiliki kerawanan rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Tabel dibawah
ini menyajikan luas wilayah dengan tingkat kerawanan longsor di Kecamatan Sibolangit.
Tabel Luas Wilayah Menurut Potensi Tingkat Kerawanan Longsor

Tingkat Kerawanan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Desa

Rendah 49,66 10 Desa


Sedang 83,68 14 Desa
Tinggi 21,82 3 Desa
Sangat Tinggi 10,01 1 Desa
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan penelitian “Pemanfaatan sistem informasi geografis
(SIG) untuk analisis kerawanan longsor di kecamatan Sibolga” dapat disimpulkan
bahwa Curah hujan dengan intensitas 2001-2500 mm/tahun merupakan intensitas
curah hujan yang memiliki luasan terbesar yaitu meliputi 28 desa . Adapun menurut
tabel terdapat desa yang memiliki skor 5 yaitu desa Negeri Gunung dan Desa
Bukum, karena memiliki daerah yang terdiri atas dua parameter curah hujan yaitu
1501-2000 mm/ tahun dan 2001-2500 mm/tahun. Terdapat 26 desa yang memiliki
skor 3 dengan curah hujan berkisar 2001-2500 mm/tahun. Secara geologi lokasi
penelitian merupakan wilayah dengan struktur batuan yang sangat dipengaruhi oleh
kondisi Gunung Sibayak, dan Barus. Berdasarkan pengklasifikasian Puslittanak
batuan pembentuk yang terdapat di lokasi penelitian terdiri dari 2 jenis batuan yaitu
batuan Vulkanik, dan batuan Aluvial. Batuan Aluvial yang terdapat di lokasi
penelitian adalah satuan aluvium muda .
B. Saran
1. Diharapkan Penelitian ini mampu menambah sumber informasi yang
bermanfaat terhadap para wistawan yang ingin mengunjungi kawasan
sibolangit
2. Diharapkan sebagai bahan masukkan terhadap pemerintah atau pihak terkait
dalam kebijakan kerawanan longsor tersebut harap diperhatikan wilayah
kerawanan longsor tersebut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ,peneliti menganjurkan persiapan yang lebih
matang pada langkah penelitian untuk melihat setiap komponennya ,agar
tujuaan penelitian tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Data Online Pusat Database-BMKG, 2019, https://dataonline.bmkg.go.id/. Diakses Maret


2019.

Damanik, M. R. S., & Restu, R. (2012). Pemetaan Tingkat Risiko Banjir dan Longsor
Sumatera Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis. JURNAL GEOGRAFI,
4(1),29-42.

Effendi, A.D., 2008, Identifikasi Kejadian Longsor dan Penentuan Faktor-faktor Utama
Penyebabnya di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Hardiyatmo, H.C., 2006, Penangan Tanah Longsor & Erosi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Kecamatan Sibolangit dalam Angka, 2018, https://deliserdangkab.bps.go.id/. Diakses


Februari 2019.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.21, 2007, Pedoman Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi dan Gempa Bumi, Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat jendral Penataan Ruang.

Latifah, S., Samsuri & Rahmawaty, 2018, Pengantar Analisis Spasial dengan ArcGIS.
Medan: USU Press.

Lestari, F.F., 2008, Penerapan Sistem Informasi Geografis dalam Pemetaan Daerah
Rawan Longsor di Kabupaten Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Malik, Y., 2010, Penentuan Tipologi Kawasan Rawan Gempa Bumi Untuk Mitigasi
Bencana Di Kecamatan Pangalengan Kabupten Bandung. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Prasektiono, W.W., 2016, Aplikasi SIG untuk Identifikasi Daerah Rawan Longsor di
Kecamatan Tembalangkota Semarang. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai