1060 1994 1 SM - En.id
1060 1994 1 SM - En.id
com
Suharto
Abstrak
Dimasalalu,istilahdifabelinicenderungbertentangandengankonsep
rehabilitasi berbasis komunitas (CBR), yangmana,
dalamperkembangan pada awalnya, berfokus pada
rehabilitasi medis. Rehabilitasi dapat sebagai sebuah
pendekatan untuk menyembuhkan penyakit atau kelainan
fisik dan non fisik atau memaksimalkan kemampuan orang
yang penyakit itu, di mana ketidakmampuan untuk
melakukan upaya penyembuhan ini akan menyebabkan
sesorang dipisahkan dalam dua kategori: normal dan tidak
normal. konsentrasi, saat ini, CBR telah bertransformasi
menjadi pendekatan rehabilitasi dan banyak harapan
berharap hal itu sebuah strategi untuk mencapai
perkembangan difabilitas inklusif. Selanjutnya, konsep ini
telah membuktikan kesamaan misi antara CBR dan
terminologi difabilitas itu sendiri.
39
INKLUSI, Vol.1, No.1 Januari - Juni 2014
A. Pendahuluan
Tulisan ini menggunakan istilah difabilitas (kemampuan yang
berbeda) untuk mengubah istilah umum disabilitas yang merujuk
pada disabilitas. Istilah ini, yaitudifabel dalam Bahasa Indonesia,
mencerminkan dua semangat besar: (1) menghargai potensi dan
kemampuan penyandang disabilitas, yang juga mengakui harkat dan
martabatnya; dan (2) untuk mendukung paradigma kesetaraan dan
inklusi semua orang di dunia. Di masa lalu, istilah ini mungkin
bertentangan dengan rehabilitasi berbasis masyarakat (CBR) yang
pada dekade awal perkembangannya berfokus pada rehabilitasi
medis. Rehabilitasi adalah suatu pendekatan untuk menyembuhkan
gangguan fisik atau non fisik individu atau memaksimalkan
kemampuan penyandang disabilitas, dimana ketidakmampuan
untuk mewujudkan mimpi ini dapat menyebabkan pemisahan orang
menjadi 'normal dan abnormal'. Namun, saat ini, CBR telah
berkembang melampaui pendekatan rehabilitasi dan banyak ahli
mengharapkannya menjadi strategi untuk mencapai pembangunan
yang inklusif difabel.
CBR yang pertama kali diperkenalkan pada akhir 1970-an1 dirancang
untuk pemenuhan kebutuhan rehabilitatif untuk memulihkan fungsi
individu.2 Baru-baru ini, dengan dirilisnya Pedoman CBR 3 yang mencakup
kesehatan, pendidikan, mata pencaharian, pemberdayaan dan sosial, CBR
telah berubah dari satu sektor, berorientasi medis, pendekatan pemberian
layanan menjadi pendekatan multi-sektor, komprehensif, berbasis hak.4 CBR
telah mewujudkan di luar label rehabilitasi awal dan telah layak untuk
menjadi strategi realisasi hak dan kesempatan yang sama, inklusi dalam
setiap aspek kehidupan, untuk tujuan keseluruhan pembangunan inklusif
berbasis masyarakat.5 Hal ini juga layak untuk digunakan untuk mengurangi
kemiskinan penyandang disabilitas.
1 Elizabeth Lightfoot, Rehabilitasi Berbasis Komunitas: Metode yang Berkembang Cepat
untuk Mendukung Penyandang Disabilitas. Pekerjaan Sosial internasional, Jil. 47 No. 4 (NASW
Press, Washington DC, AS, 2004) hlm. 455-468; SIAPA,Dari Alma-Ata hingga Tahun 2000: Refleksi
di Titik Tengah(Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia, 2008), hlm. 7-10.
2 Einar Helander, Prasangka dan Martabat: Pengantar Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
, (Jenewa: Program Pembangunan PBB, 1993), hlm. 8; Maya dan MJ Thomas, Diskusi
tentang Pergeseran dan Perubahan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat dalam Dekade
Terakhir,Neurorehabilitasi dan Perbaikan Saraf, Jil. 13 No. 3, (AS: ASNR, 1999), hlm.
185-189.
3 WHO, UNESCO, ILO, & IDDC, Rehabilitasi Berbasis Masyarakat: Pedoman CBR,
40
Suharto, Rehabilitasi Berbasis Masyarakat: ...
Makalah ini akan menjelaskan secara singkat evolusi CBR dan ideologi di
balik perubahan ini. Ini juga akan menjelaskan bagaimana pendekatan ini dapat
menjadi strategi yang layak untuk mengurangi kemiskinan dan membawa
masuknya orang-orang dengan disabilitas dalam semua aspek kehidupan.
Dikatakan bahwa dengan nama lamanya, dengan menekankan ideologi baru
yang melandasinya, pendekatan CBR akan dapat diterima baik di mata
penyandang disabilitas maupun lembaga pembangunan.
41
INKLUSI, Vol.1, No.1 Januari - Juni 2014
Masyarakat: Pendekatan yang Dibutuhkan Untuk Pencegahan Primer dan Sekunder Disabilitas &
Rehabilitasi Penyandang Disabilitas di Komunitas Pedesaan.Pekerjaan Sosial internasional,Jil. 26
Tidak. 1, (Washington DC, AS: NASW Press, 1983) hal.26-34; Suzie Miles, Terlibat dengan Gerakan
Hak Disabilitas: Pengalaman Rehabilitasi Berbasis Komunitas di Afrika Selatan,Disabilitas &
Masyarakat, Jil. 11 Tidak. 4, (Oxford, Inggris: Routledge, 1996), hlm. 501-518; AnneMills, J Patrick
Vaughan, Duane L Smith & Iraj Tabibzadeh,Desentralisasi Sistem Kesehatan: Konsep, Isu dan
Pengalaman Negara, (Jenewa, Swiss: WHO) 1990, hlm. 11-14.
16 H. Finkenflugel, Bantuan untuk Penyandang Cacat di Rumah Sakit dan di Rumah. Makalah
dipresentasikan pada Forum Kesehatan Dunia, 1991; kaki ringan,Ibid.; Malafatopoulos,Ibid. ; Marinacek, 1988;
Mil,Ibid.
17 Lightfoot, Rehabilitasi Berbasis Masyarakat, Ibid. ; Mia, Partisipasi Masyarakat,Ibid. ;
42
Suharto, Rehabilitasi Berbasis Masyarakat: ...
43
INKLUSI, Vol.1, No.1 Januari - Juni 2014
44
Suharto, Rehabilitasi Berbasis Masyarakat: ...
Sumber: 32
O</author><author>UNESCO</author><author>WHO</author></authors></contributor
s><titles><title>Rehabilitasi berbasis komunitas untuk dan penyandang disabilitas: makalah
posisi bersama </title></titles><dates><year>1994</year></dates><pub-location>Jenewa</ pub-
location><publisher>Organisasi Kesehatan Dunia</publisher><urls></ urls></record></ Cite></
EndNote>.
29 WHO dkk. ,Ibid., 2010.
30 IDDC, Pedoman CBR sebagai Alat untuk Pembangunan Inklusif Berbasis Masyarakat (Brussels,
Belgia: International Disability and Development Consortium (IDDC), 2012, hlm. 7.
31 IDDC et al., Pedoman CBR, Ibid., hal. 1.
32 IDDC dkk, Pedoman CBR, Ibid., hal.9; WHO dkk.,Rehabilitasi Berbasis Umum, Ibid.,
45
INKLUSI, Vol.1, No.1 Januari - Juni 2014
Dengan multi bahan, CBR kini menjadi strategi unik yang mungkin berbeda
dalam budaya dan lokalitas yang berbeda. Cara pelaksanaannya tergantung
pada kebutuhan dan keadaan setempat. Ini juga dapat berupa program
terintegrasi/inklusif dalam program pembangunan yang lebih luas atau proyek
independen yang dijalankan oleh LSM seperti yang dijelaskan oleh Miles di
bawah ini.
'Layanan CBR dapat diintegrasikan ke dalam struktur kesehatan,
pendidikan atau kesejahteraan sosial yang ada atau dapat berupa program
vertikal yang dijalankan oleh LSM. Semakin banyak layanan CBR yang
dikembangkan di tingkat desa sebagai bagian dari program pengembangan
masyarakat, dengan masukan yang relatif sedikit dari para profesional
rehabilitasi. Meskipun program CBR mungkin mengandung beberapa atau
semua bahan yang dibahas di atas, cita rasanya akan tergantung pada konteks
budaya di mana ia diimplementasikan. Oleh karena itu, setiap program adalah
unik. Perbedaan tidak hanya terjadi antara program CBR dalam budaya yang
berbeda, tetapi juga antara desa dalam satu wilayah geografis.'33
Pendekatan CBR terbaru kini layak digunakan sebagai wahana untuk
mewujudkan pembangunan inklusif berbasis masyarakat (CBID) khususnya di
sektor difabel. CBID, yang oleh banyak sarjana telah diusulkan sebagai nama
pengganti CBR, adalah tujuan untuk 'membuat komunitas dan masyarakat pada
umumnya inklusif dari semua kelompok terpinggirkan dan keprihatinan mereka,
termasuk penyandang disabilitas … [karena] tidak seorang pun harus
dikecualikan dari pengembangan untuk alasan apapun.'34
Untuk mencapai tujuan CBID, CBR menggunakan pendekatan 'twin-track'
yaitu:
'(1)Bekerja dengan penyandang disabilitas untuk mengembangkan
kapasitas mereka, memenuhi kebutuhan khusus mereka, memastikan
kesempatan dan hak yang sama, dan memfasilitasi mereka untuk menjadi
pembela diri; (2) Bekerja dengan komunitas dan masyarakat luas untuk
menghilangkan hambatan yang mengecualikan penyandang disabilitas, dan
memastikan partisipasi penuh dan efektif semua penyandang disabilitas di
semua bidang pembangunan, atas dasar kesetaraan dengan yang lain.'35
Jelas bahwa dalam kerangka CBID, penyandang disabilitas tidak lagi
dilihat sebagai target rehabilitasi, melainkan diharapkan menjadi aktor
pembangunan yang inklusif. Dalam hal ini, kemitraan dan aliansi lintas
pemangku kepentingan yang berbeda adalah kunci 'untuk membuat'
2010.
Terlibat dengan, Ibid., hal.502-503.
33 Miles,
46
Suharto, Rehabilitasi Berbasis Masyarakat: ...
36 IDDC et al., CBR Guidelines, Ibid., hlm. 10;.Thomas, Maya, Refleksi tentang Rehabilitasi
Sosial, Keterlibatan Masyarakat, Partisipasi, dan Modal Sosial: Menjelajahi Perbedaan.Jurnal Studi
Pedesaan, Jil. 24 No.4, (, Inggris: ELSEVIER,2008), hlm. 451.
38 Sunarman Sukamto, Rumusan Hasil FGD tentang Advokasi Pengarusutamaan Hak-Hak
Difabel di 7 Kabupaten/Kota di Solo Raya dan Grobogan, (Surakarta: PPRBM Solo, 2013).
39 Emile Durkheim, Etika Profesi dan Moral Kewarganegaraan, (New York: Routledge, 1992).
40 Dikutip dalam Jeffrey Prager, Integrasi Moral dan Inklusi Politik: Perbandingan Teori
Demokrasi Durkheim dan Weber. Kekuatan Sosial, Vol. 59 Tidak.(4), (Chapel Hills, AS,
Departemen Sosiologi Universitas Carolina Utara, 1981), hlm. 920.
41 Pendek, Apakah Pedesaan, Ibid., hal. 451.
47
INKLUSI, Vol.1, No.1 Januari - Juni 2014
42 Gordon, David, & Peter Townsend,Garis Garis Eropa: Pengukuran Kemiskinan: (Bristol,
terhadap Kemiskinan dari Data Cross-Sectional: Sebuah Metodologi dan Estimasi dari Indonesia, (New
York, AS: Departemen Ekonomi Universitas Columbia, 2002), hlm. 4.
44 Sukamto, Rumusan, Ibid.
48
Suharto, Rehabilitasi Berbasis Masyarakat: ...
49
INKLUSI, Vol.1, No.1 Januari - Juni 2014
50
Suharto, Rehabilitasi Berbasis Masyarakat: ...
Pembangunan Milenium. (Sarjana), (Swedia: Universitas Uppsala, 2010), hlm. 10-15; IDDC, Pedoman
CBR,Ibid.
50 Suharto, Pemberdayaan Berbasis Masyarakat untuk Menerjemahkan Hak Penyandang Disabilitas
atas Pekerjaan: Studi Kasus di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Indonesia, Makalah Penelitian Master of
Arts (Belanda: Erasmus University Rotterdam, Den Haag, 2010), hlm. 11-12; Suharto,Difabel dan
Pemberdayaan Berbasis Masyarakat: Pelajaran dari Penerjemahan Hak atas Pekerjaan Penyandang
Disabilitas di Indonesia, (Saarbrücken, Jerman: VDM Verlag Dr. Müller, 2011b), hlm. 12-13; Suharto,
Suharto, Pemberdayaan Berbasis Masyarakat untuk Advokasi Hak Difabilitas.Masalah Pengembang, Jil.
13 No. 1, (Den Haag, Belanda), hlm. 12-14.
51 davidson, Berbasis komunitas, Ibid.
52 Thomas & Thomas, Sebuah Diskusi, Ibid, 2011.
51
INKLUSI, Vol.1, No.1 Januari - Juni 2014
Gagasan bahwa yang paling esensial dalam CBR adalah rehabilitasi perspektif setiap
orang tentang disabilitas itu sendiri, untuk menegaskan bahwa baik dengan atau
tanpa rehabilitasi medis, penyandang disabilitas adalah orang yang mampu.
– di mana rehabilitasi medis dapat memaksimalkan kemampuan mereka, sebagai
bagian integral dari masyarakat, memiliki hak dan kesempatan yang sama. Lebih
lanjut, diharapkan masyarakat mengikutsertakan penyandang disabilitas dalam
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.
E. Kesimpulan
Berangkat dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pendekatan baru CBR dapat mengubah pendekatan
difabel dari orientasi rehabilitasi gangguan menjadi orientasi
pemberdayaan di bawah payung pengarusutamaan hak-hak
difabel di setiap aspek pembangunan. Dengan demikian, proyek
CBR dapat menjadi wahana untuk menciptakan inklusi
penyandang disabilitas dalam pembangunan secara luas.
Dikatakan bahwa kecacatan hanyalah variasi dari sifat manusia
yang dapat mengakibatkan variasi kemampuan, bukan kecacatan
manusia. Artinya partisipasi aktif penyandang disabilitas
dimungkinkan dan, oleh karena itu, proyek CBR diamanatkan
untuk menghilangkan segala hambatan yang dapat menghalangi
partisipasi aktif penyandang disabilitas.
Hubungan yang seimbang memungkinkan komunitas difabel dan
Organisasi Penyandang Disabilitas (Organisasi Difabel) melakukan advokasi
diri dan advokasi kebijakan dengan dukungan masyarakat luas seperti
keluarga, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah dan masyarakat sipil.
Menciptakan hubungan yang seimbang antara kelompok difabel dan
pemangku kepentingan lainnya adalah bagian dari jalur pengarusutamaan
disabilitas. Pengarusutamaan disabilitas ditandai dengan (1) ruang bagi
penyandang disabilitas untuk berpartisipasi penuh dalam kegiatan ekonomi,
sosial, budaya, dan politik, dan (2) tersedianya semua sektor pembangunan
dalam memasukkan dan menangani masalah disabilitas.53
Peran advokasi pengarusutamaan hak-hak difabel melalui model
CBR pada dasarnya diarahkan oleh visi bahwa pemerintah dapat
mengadopsi model CBR untuk masa depan pembangunan yang inklusif.
Ketika proyek CBR baru-baru ini kurang diprioritaskan oleh pemerintah,
demikian pula di sebagian besar negara Selatan (Lysack & Kaufert, 1994)
dan pendanaan untuk proyek-proyek difabel harus bersaing.
52
Suharto, Rehabilitasi Berbasis Masyarakat: ...
Referensi
53
INKLUSI, Vol.1, No.1 Januari - Juni 2014
54
Suharto, Rehabilitasi Berbasis Masyarakat: ...
55
INKLUSI, Vol.1, No.1 Januari - Juni 2014
56