Anda di halaman 1dari 35

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 1 dari 35 17 Februari 2017

BAHAN AJAR/DIKTAT

PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA


KODE MK: 20P03098
SKS: 2

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2022

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 2 dari 35 17 Februari 2017

VERIFIKASI BAHAN AJAR

Pada hari ini, Jumat, tanggal 16 Agustus 2022 Bahan Ajar Mata Kuliah
Pembelajaran Apresiasi Sastra, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni telah diverifikasi oleh Ketua Jurusan/ Ketua
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

Semarang, 16 Agustus 2022

Ketua Jurusan/ Ketua Prodi, Ketua Tim Penulis,

Dra. Nas Haryati S., M.Pd


Dr. Rahayu Pristiwati, M. Pd
NIP 195711131982001
NIP 196903032008012019

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 3 dari 35 17 Februari 2017

DESKRIPSI MATAKULIAH

Matakuliah ini membekali mahasiswa menguasai konsep pembelajaran


apresiasi sastra dan aplikasinya dalam merancang model/sintaks
pembelajaran. Topik kajiannya adalah konsep pembelajaran apresiasi sastra,
tujuan, prinsip, pendekatan, metode, teknik, strategi, model, serta
mengembangkan model/sintak pembelajaran apresiasi sastra berdasarkan
KD Kurikulum BI SMP, SMA, SMK yang berlaku di sekolah.

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 4 dari 35 17 Februari 2017

DAFTAR ISI

Prakata i
Daftar Isi ii
Bab I Konsep Pembelajaran Sastra 1
A. Deskripsi Singkat 1
B. Capaian pembelajaran pertemuan 1
C. Isi Materi Perkuliahan 1
1. Tujuan Pembelajaran Sastra 4
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Sastra 4
D. Rangkuman 8
E. Pertanyaan 11
Bab II Prinsip Pembelajaran Apresiasi Sastra 15
A. Deskripsi Singkat 15
B. Capaian pembelajaran pertemuan 15
1. Prinsip Pembelajaran 15
2. Prinsip Pembelajaran Apresiasi Sastra 16
Bab III Pendekatan Pembelajaran Apresiasi Sastra 16
C. Deskripsi Singkat
D. Capaian pembelajaran pertemuan
1. Pendekatan Pembelajaran 17
2. Pendekatan Pembelajaran Apresiasi Prosa 17
A. Rangkuman
B. Pertanyaan 23
Daftar Pustaka 94
Glosarium

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5 dari 35 17 Februari 2017

BAB I
KONSEP PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA

A. Deskripsi singkat
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang guru sastra harus

memahami arah dan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran

sastra di sekolah. Pemahaman tentang arah dan tujuan pembelajaran sastra

tersebut akan mempermudah guru dalam merancang dan mengelola

pembelajaran sastra yang pada gilirannya akan dapat memudahkan siswa dalam

mencapai kompetensi sebagaimana yang diharapkan.

Di samping pemahaman tentang tujuan pembelajaran sastra, seorang guru

sastra juga harus memahami ruang lingkup pembelajaran sastra. Pemahaman

tentang kedua aspek tersebut sangat diperlukan dalam merancang program

pembelajaran sastra yang efektif.

Pada bab ini Anda akan mempelajari topik yang berkaitan dengan tujuan dan

ruang lingkup pembelajaran sastra. Anda diharapkan dapat mempelajarinya

dengan sungguh-sungguh. Untuk lebih memahami topik pada bab ini ada baiknya

Anda juga membaca referensi yang disarankan pada akhir bab ini.

B. Capaian pembelajaran matakuliah


Mahasiswa mampu menjelaskan konsep pembelajaran sastra yang meliputi
tujuan dan ruang lingkup pembelajaran sastra secara cerdas, kreatif, inovatif, dan
santun.

C. Isi Materi perkuliahan

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 6 dari 35 17 Februari 2017

1. Tujuan Pembelajaran Sastra

Berkaitan dengan pembelajaran sastra di SMP/SMA, di dalam Kurikulum

disebutkan bahwa pembelajaran sastra bertujuan mendorong tumbuhnya sikap

apresiatif terhadap karya sastra, yaitu sikap menghargai dan mencintai karya

sastra. Sikap penghargaan dan kecintaan terhadap karya sastra dapat

ditunjukkan, misalnya, dengan perilaku gemar membicarakan dan mendengarkan

karya sastra yang bermutu, gemar membaca karya sastra, gemar membicarakan

karya sastra yang dibaca atau didengarnya, gemar mengumpulkan buku-buku

sastra, gemar mengikuti pembicaraan dan diskusi tentang sastra, suka membantu

orang lain dalam menelaah dan memahami suatu karya sastra, dapat menikmati

nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya sastra, dan gemar mengikuti

perlombaan yang berkaitan dengan cipta sastra.

Selanjutnya, dikemukakan bahwa sastra memiliki fungsi utama sebagai

penghalus budi, peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial,

penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi dan ekspresi

secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tertulis. Melalui sastra,

siswa diajak untuk memahami, manikmati, dan menghayati karya sastra. Adapun

pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasi

karya sastra.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama

pembelajaran sastra adalah agar siswa memiliki kemampuan mengapresiasi karya

sastra.

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 7 dari 35 17 Februari 2017

Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti

“mengindahkan” atau “menghargai”. Dalam konteks yang lebih luas, apresiasi

menurut Gove mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau

kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan

yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan Taba berkesimpulan

bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni (1) aspek

kognitif, (2) aspek emotif, dan (2) aspek evaluatif.

Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya

memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif. Unsur-unsur kesastraan

yang bersifat objektif tersebut berhubungan dengan unsur-unsur yang secara

internal terkandung dalam suatu teks sastra, misalnya unsur intrinsik prosa fiksi,

dan unsur-unsur di luar teks sastra itu sendiri, misalnya unsur ekstrinsik prosa fiksi.

Unsur intrinsik yang bersifat objektif itu misalnya aspek tulisan serta aspek bahasa

dan struktur wacana dalam hubungannya dengan kehadiran makna yang tersurat.

Sedangkan unsur ekstrinsik antara lain berupa biografi pengarang, latar proses

kreatif penciptaan, maupun latar sosial-budaya yang menunjang kehadiran karya

sastra.

Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam

upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam karya sastra yang dibaca. Selain

itu, unsur emosi juga sangat berperanan dalam upaya memahami unsur-unsur

yang bersifat subjektif. Unsur subjektif itu dapat berupa bahasa paparan yang

mengandung ketaksaan makna atau bersifat konotatif-interpretatif serta dapat pula

berupa unsur signifikan tertentu, misalnya penampilan tokoh dan setting yang

bersifat metaforis.
a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 8 dari 35 17 Februari 2017

Misalnya, pelaku wanita yang tampil dengan pupur tebal, tengah malam

duduk sendirian di sebuah nite club, akan memberikan sugesti makna yang

berbeda apabila dibandingkan dengan pelaku wanita yang tampil dengan jernih,

tengah malam duduk sendirian di kamarnya, tekun membaca buku. Bagaimana

penyimpulan makna yang dipaparkan lewat cara penampilan pelaku serta

penataan setting yang terpapar secara sugestif tersebut tentu saja sangat

ditentukan oleh kepekaan pembaca yang pada dasarnya dibentuk oleh endapan

pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki.

Aspek evaluatif berhubungan dengan kegiatan terhadap penilaian baik-

buruk, indah tidak indah, sesuai-tidak serta sejumlah ragam penilaian utama yang

tidak harus hadir dalam serbuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki

oleh pembaca. Dengan kata lain, keterlibatan unsur penilaian dalam unsur ini

masih bersifat umum sehingga setiap apresiator yang telah mampu merespons

karya sastra yang telah dibaca sampai pada tahap pemahaman dan penghayatan,

sekaligus juga mampu melaksanakan penilaian. Sebagai contoh, pembaca yang

telah memahami karakter pelaku yang tampil dengan pupur tebal, duduk di nite

club sendirian tengah malam, secara imajinatif, mampu menghayati kualitas ragam

hidup demikian, dirinya, tentu mampu memberikan penilaian.

Kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik jika pembaca mampu

menumbuhkan rasa akrab dengan teks yang diapresiasinya,

menumbuhkan sikap sungguh-sungguh, serta melaksanakan kegiatan itu

sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu

memuaskan rohaninya.

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 9 dari 35 17 Februari 2017

Sejalan dengan rumusan pengertian apresiasi di atas, S. Effendi

mengungkapkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan meggauli karya sastra

secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan,

kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.

Dari pendapat itu juga disimpulkan bahwa kegiatan apresiasi dapat tumbuh

dengan baik apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks

sastra yang diapresiasinya, menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta

melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu

kebutuhan yang mampu memuaskan rohaniahnya.

Dari uraian pengertian apresiasi sastra di atas dapat disimpulkan bahwa

apresiasi sastra sebenarnya bukan merupakan konsep abstrak yang tidak pernah

terwujud dalam tingkah laku, melainkan merupakan pengertian yang di dalamnya

menyiratkan adanya suatu kegiatan yang harus terwujud secara kongkret. Perilaku

kegiatan itu dalam hal ini dapat dibedakan antara perilaku kegiatan secara

langsung dan perilaku kegiatan secara tidak langsung.

Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan membaca atau

menikmati karya sastra secara langsung. Kegiatan membaca karya sastra secara

langsung itu dapat terwujud dalam perilaku membaca, memahami, menikmati,

serta mengevaluasi karya sastra , baik yang berupa prosa, puisi maupun drama.

Kedua bentuk kegiatan itu perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh

dan berulang-ulang sehingga dapat melatih dan mengembangkan kepekaan

pikiran dan perasaan dalam rangka mengapresiasi suatu karya sastra yang

dipaparkan lewat media tulisan.

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 10 dari 35 17 Februari 2017

Kegiatan apresiasi sastra, selain dilaksanakan secara langsung juga dapat

dilaksanakan secara tidak langsung. Kegiatan apresiasi sastra secara tidak

langsung itu dapat ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra, membaca

artikel yang berhubungan dengan sastra baik di majalah maupun koran,

mempelajari buku-buku maupun esai yang membahas dan memberikan penilaian

terhadap suatu karya sastra serta mempelajari sejarah sastra. Kegiatan itu disebut

sebagai apresiasi sastra secara tidak langsung karena kegiatan tersebut pada

akhirnya selain dapat mengembangkan pengetahuan seseorang tentang sastra,

juga akan meningkatkan kemampuan dalam rangka mengapresiasi suatu karya

sastra.

Dengan demikian, kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung itu pada

gilirannya akan ikut berperanan dalam mengembangkan kemampuan apresiasi

sastra jika bahan bacaan yang ditelaahnya itu memiliki relevansi dengan kegiatan

apresiasi sastra.

Selanjutnya, E.E. Kellet mengungkapkan bahwa pada saat membaca suatu

karya sastra, ia selalu berusaha menciptakan sikap serius, tetapi dengan suasana

batin riang. Penumbuhan sikap serius dalam membaca karya sastra itu terjadi

karena karya sastra bagaimana pun lahir dari daya kontemplasi batin pengarang

sehingga untuk memahaminya juga membutuhkan pemilikan daya kontemplatif

pembacanya. Sementara pada sisi lain, karya sastra merupakan bagian dari seni

yang berusaha menampilkan nilai-nilai keindahan yang bersifat aktual dan

imajinatif sehingga mampu memberikan hiburan dan kepuasan rohaniah

pembacanya.

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 11 dari 35 17 Februari 2017

Sebab itulah tidak berlebihan jika Boulton mengungkapkan bahwa cipta

sastra, selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang

mampu memberikan kepuasan batin pembacanya, juga mengandung pandangan

yang berhubungan dengan renungan atau kontempelasi batin, baik yang

berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat, politik, maupun berbagai

macam problema yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan ini.

Kandungan makna yang begitu kompleks serta berbagai macam nilai keindahan

tersebut akan tergambar lewat media kebahasaan, media tulisan, dan struktur

wacana.

Dengan demikian, sastra sebagai salah satu cabang seni, sebagai bacaan,

tidak cukup dipahami lewat analisis kebahasaannya, lewat studi yang disebut text

grammar atau text linguistics, tetapi juga harus melalui studi khusus yang

berhubungan dengan literary text karena teks sastra bagaimana pun memiliki ciri-

ciri tersendiri yang berbeda dengan ragam bacaan lainnya. Adanya ciri-ciri khusus

teks sastra itu salah satunya ditandai oleh adanya unsur-unsur intrinsik karya

sastra yang berbeda dengan unsur-unsur yang membangun bahan bacaan

lainnya.

Dari keseluruhan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa cipta

sastra sebenarnya mengandung berbagai macam unsur yang sangat kompleks,

antara lain (1) unsur keindahan, (2) unsur kontemplatif yang berhubungan dengan

nilai-nilai atau renungan tentang keagamaan,filsafat, politik, serta berbagai

kompleksitas masalah kehidupan, (3) media pemaparan baik berupa media

kebahasaan maupun struktur wacana, dan (4) unsur-unsur intrinsik yang

berhubungan dengan ciri karakteristik cipta sastra itu sendiri sebagai suatu teks.
a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 12 dari 35 17 Februari 2017

Terdapatnya berbagai unsur karya sastra sebagaimana tersebut di atas

mengimplikasikan bahwa untuk mengapresiasi karya sastra diperlukan bekal awal,

yakni (1) kepekaan emosi atau perasaan sehingga pembaca mampu memahami

dan menikmati unsur-unsur keindahan yang terdapat di dalam karya sastra, (2)

pemilikan pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah

kehidupan dan kemanusiaan, baik lewat penghayatan atas kehidupan secara

intensif-kontemplatif, maupun dengan membaca buku-buku yang berhubungan

dengan masalah kemanusiaan, misalnya buku filsafat dan psikologi, dan (3)

pemahaman terhadap aspek kebahasaan dan unsur-unsur intrinsik karya sastra

yang akan berhubungan dengan telaah teori sastra.

Berbagai macam bekal pengetahuan dan pengalaman di atas disebut

sebagai bekal awal karena untuk mampu mengapresiasi karya sastra seseorang

harus secara terus menerus menggauli cipta sastra. Pemilikan bekal pengetahuan

dan pengalaman dapat diibaratkan sebagai pemilikan pisau bedah, sedangkan

kegiatan menggauli karya sastra sebagai kegiatan pengasahan sehingga pisau itu

menjadi tajam dan semakin tajam, yakni jika pembaca semakin sering dasn akrab

dengan kegiatan membaca karya sastra.

Lebih lanjut, kepekaan emosi dan perasaan itu bukan hanya berhubungan

dengan kegiatan penghayatan dan pemahaman nilai-nilai keindahan, melainkan

juga berhubungan dengan usaha pemahaman kandungan makna yang umumnya

bersifat konotatif. Oleh sebab itu, dalam kegiatan apresiasi sastra Brooks

membedakan adanya dua level, yakni level objektif yang berhubungan dengan

respons intelektual dan level subjektif yang berhubungan dengan respons

emosional.
a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 13 dari 35 17 Februari 2017

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Sastra

Pada dasarnya pembelajaran sastra meliputi tiga jenis sastra yaitu prosa,

puisi, dan drama yang dilaksanakan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara,

membaca, dan menulis. Jika dilihat dari sisi lain, dapat di yang tiga kegiatan yakni

1) berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk: mendengarkan karya

sastra yang dilisankan atau dibacakan dan memahami pikiran, perasaan,

dan imajinasi yang terkandung di dalamnya dan membaca karya sastra

tulis,

2) berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan karya sastra, berupa

menuturkan, membawakan, membacakan dan mementaskan karya sastra,

dan

3) berkreasi sastra melalui kegiatan menulis karya sastra, yaitu

mengekspresikan pikiran, perasaan, dan imajinasi dengan menggunakan

bahasa tulis.

Di samping itu, sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar

membaca, setiap siswa pada jenjang SMP/MTs diwajibkan membaca sembilan

buku sastra (puisi, cerpen, novel, drama, dan esei) dan lima belas buku sastra

(puisi, cerpen, novel, drama, dan esei) pada jenjang SMA/MA selama tiga tahun

sesuai dengan kompetensi aspek kemampuan bersastra yang sudah ditentukan.

D. Rangkuman
Tujuan utama pembelajaran sastra adalah agar siswa memiliki

kemampuan mengapresiasi karya sastra. Apresiasi sastra adalah kegiatan

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 14 dari 35 17 Februari 2017

meggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian,

penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap

karya sastra. Perilaku kegiatan apresiasi dapat berupa kegiatan secara langsung

dan kegiatan secara tidak langsung.

Pada dasarnya pembelajaran sastra meliputi tiga jenis sastra yaitu prosa,

puisi, dan drama yang dilaksanakan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara,

membaca, dan menulis yang dapat dikategorikan sebagai kegiatan berapresiasi,

berekspresi, dan berkreasi.

E. PERTANYAAN/DISKUSI
1. Jelaskan tujuan utama pembelajaran sastra di sekolah!

2. Kemukakan berbagai contoh kegiatan berapresiasi sastra secara langsung

dan kegiatan berapresiasi sastra secara tidak langsung!

3. Jelaskan disertai contoh perbedaan antara kegiatan berapresiasi, berekspresi,

dan berkreasi dalam pembelajaran sastra di sekolah!

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 15 dari 35 17 Februari 2017

BAB II
PRINSIP PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA

A. Deskripsi singkat
Untuk dapat mengajarkan apresiasi sastra dengan baik, diperlukan
pemahaman tentang prinsip-prinsip pembelajaran, baik prinsip pembelajaran yang
berlaku secara umum untuk semua kegiatan pembelajaran, maupun yang berlaku
untuk pembelajaran apresiasi sastra. Pengetahuan dan pemahaman terhadap
prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat bermanfaat untuk dapat merancang
langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan.
Bagian ini berisi ulasan singkat mengenai prinsip umum dan prinsip khusus
pembelajaran apresiasi sastra.

B. Capaian pembelajaran matakuliah


Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran apresiasi
sastra secara cerdas, kreatif, inovatif, dan santun.

C. Isi Materi perkuliahan


Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya); dasar. Prinsip
merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar
dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang
menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak atau bertindak.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar yang
dilakukan oleh pihak guru dan belajar dilakukan oleh peserta didik. Jadi, prinsip-
prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan harapan
tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis
dan terarah.
Pada bagian ini diuraikan prinsip pembelajaran umum dan prinsip
pembelajaran khusus.
a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 16 dari 35 17 Februari 2017

1. Prinsip Pembelajaran Umum


Sehubungan dengan prinsip-prinsip pembelajaran, para ahli berbeda
dalam pengelompokannya. Syaiful Sagala memasukkan prinsip perkembangan,
perbedaan individu, minat, kebutuhan, aktivitas dan motivasi. Sementara Ahmad
Rohani berpendapat bahwa prinsip pembelajaran adalah termasuk aktivitas,
motivasi, individualitas, lingkungan, konsentrasi, kebebasan, peragaan, kerjasama
dan persaingan, apersepsi, korelasi, efisiensi dan efektivitas, globalitas,
permainan dan hiburan. Wina Sanjaya mengatakan bahwa yang termasuk prinsip
pembelajaran adalah tujuan, aktivitas, individualitas, integritas, interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang dan motivasi. Namun, dari berbagai prinsip
pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli terdapat beberapa prinsip yang
berlaku secara umum, yaitu perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung, pengulangan, perbedaan individual, tantangan, balikan dan penguatan.
a. Perhatian dan Motivasi
Perhatian dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting.
Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi
pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar maupun dari pihak peserta
didik yang belajar. Perhatian peserta didik akan timbul apabila bahan pelajaran
yang dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu
sebagai sesuatu yang dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin
kuat.
Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian)
pada sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari
keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu akan sangat cermat dan berjalan baik.
Bahkan akan lebih mudah masuk ke dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh
dan lebih mudah untuk diproduksikan.
Motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran.
Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul
dari dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (a) mengetahui apa yang akan
dipelajari, (b) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini
sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar.
a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 17 dari 35 17 Februari 2017

Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat
tanpa motivasi dari luar dirinya, itulah yang disebut motivasi intrinsik, atau tenaga
pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila
motivasi intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang dalam hal ini
disebut ekstrinsik, atau tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini
berasal dari guru, orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya. Kedua motivasi
dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang
peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya
yang didukung oleh kepiawaian seorang guru dalam merancang pembelajaran
yang dapat merangsang minat sehingga motivasi peserta didik dapat
dibangkitkan.
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai tujuan,
motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar, sebagai alat, motivasi
merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensia dan hasil belajar
sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta didik dari segi
kognitif, afektif dan psikomotor. Motivasi adalah unsur utama dalam pembelajaran
dan pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya perhatian. Jadi, sesuatu
hal dikatakan menarik perhatian anak, apabila anak memperhatikannya secara
spontan tanpa memerlukan usaha (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak
disengaja). Bila terjadi perhatian spontan yang bukan disebabkan usaha dari guru
yang membuat pelajaran begitu menarik, maka perhatian seperti ini tidak
memerlukan motivasi, walaupun dikatakan bahwa motivasi dan perhatian harus
sejalan. Berbeda halnya kalau perhatian yang disengaja atau sekehendak, hal ini
diperlukan motivasi.
b. Keaktifan
Menurut Thomas M. Risk dalam Zakiah Daradjat, “teaching is the guidance
of learning experiences.” Mengajar adalah proses membimbing pengalaman
belajar. Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai keaktifan
untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin memecahkan
suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 18 dari 35 17 Februari 2017

tertentu, termasuk ketika dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus


pula dapat menggerakkan otot-ototnya untuk mencapainya.
Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari
kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis yang susah
diamati. Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui banyak aktivitas
baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus
atau informasi tetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip aktivitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala
pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa
memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-
kebutuhan. Jadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan mencerna adalah
peserta didik sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang
masing-masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan
menyajikan bahan pelajaran.
c. Keterlibatan Langsung
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktivitas mengajar dan belajar, maka guru
harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini
mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini
diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas
sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.
Edgar Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik adalah
belajar melalui pengalaman langsung”. Pembelajaran dengan pengalaman
langsung ini bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang menjelaskan
pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung dalam proses
pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru berarti
pengalaman belajar bagi peserta didik.
Jika dalam pembelajaran di kelas guru hanya mengajar dalam bentuk
ceramah, yang berarti peserta didik hanya mendengarkan, maka peserta didik
dapat menangkap dari pelajaran tersebut 10% dari apa yang didengarnya. Akan
tetapi, jika seorang guru menyajikan materi dengan melibatkan peserta didik
a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 19 dari 35 17 Februari 2017

secara langsung dalam arti peserta didik yang aktif mengerjakan tugas kelompok
dan melaporkan hasilnya maka peserta didik akan mampu mengingat sampai 90%
dari apa yang dikerjakan. Jadi, jelaslah bahwa keterlibatan langsung dalam proses
pembelajaran sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan atau peningkatan
hasil pembelajaran. Walaupun demikian perlu dijelaskan bahwa keterlibatan itu
bukan dalam bentuk fisik semata, bahkan lebih dari itu keterlibatan secara
emosional dengan kegiatan kognitif dalam perolehan pengetahuan, penghayatan
dalam pembentukan afektif dan pada saat latihan dalam pembentukan nilai
psikomotor.
d. Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang
barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut
teori ini bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang
terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan,
berpikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya
tersebut akan berkembang
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori
koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang
terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan
antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman
itu memperbesar timbulnya respon benar. Selanjutnya teori dari phychology
psikologi conditioning respons sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori
koneksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku
individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk
kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu
kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya,
tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam
pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama
menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 20 dari 35 17 Februari 2017

kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang


benar dan membentuk kebiasaan.
Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua
bentuk belajar, tetapi masih dapat digunakan karena pengulangan masih relevan
sebagai dasar pembelajaran. Sebab, dalam pembelajaran masih sangat
dibutuhkan pengulangan-pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan stimulus
dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang
bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena
itu, perlu banyak latihan, pengulangan, dan pembiasaan.
e. Perbedaan Individual
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada saat ini
masih cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya seorang guru
menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu kelas. Guru masih juga
menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta didik dalam kelas itu.
Bahkan mereka memperlakukan peserta didik secara merata tanpa
memperhatikan latar belakang sosial budaya, kemampuan, atau segala
perbedaan individual peserta didik. Padahal tiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan
pembawaan yang berbeda. Ada peserta didik yang memiliki bentuk badan tinggi
kurus, gemuk pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula yang lamban,
pemurung, mudah tersinggung dan beberapa sifat-sifat individu yang berbeda.
Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat
memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru harus mampu
mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan
sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik
secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan
yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
S. Nasution dalam Ahmad Rohani menyarankan empat cara untuk
menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:
Pengajaran individual, peserta didik menerima tugas yang diselesaikannya
menurut kecepatan masing-masing.

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 21 dari 35 17 Februari 2017

Tugas tambahan, peserta didik yang pandai mendapat tugas tambahan, di


luar tugas umum bagi seluruh kelas sehingga hubungan kelas selalu terpelihara.
Pengajaran proyek, peserta didik mengerjakan sesuatu yang sesuai
dengan minat serta kesanggupannya.
Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi dalam beberapa
kelompok yang terdiri atas peserta didik yang mempunyai kesanggupan yang
sama.
Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi para guru dalam
mempersiapkan pembelajaran dalam kelasnya. Karena perbedaan individual
merupakan suatu prinsip dalam pembelajaran yang tidak boleh dikesampingkan
demi keberhasilan dalam proses pembelajaran.
f. Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan: “if you give a man fish, he will
have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”. Pernyataan
Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa tantangan, karena
peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya
tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta
didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang
diterimanya.
Agar pada diri peserta didik timbul motif yang kuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang
sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya.
Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip
konsep contextual teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa
inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Jadi, peserta didik akan
bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian
menemukan sendiri jalan keluarnya.
g. Balikan dan Penguatan
Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan,
ditekankan oleh teori operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta didik
akan belajar bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 22 dari 35 17 Februari 2017

Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh
baik bagi hasil usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar tidak saja oleh
penguatan yang menyenangkan atau penguatan positif, penguatan negatif pun
dapat berpengaruh pada hasil belajar selanjutnya. Apabila peserta didik
memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia akan belajar bersungguh-
sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai
yang baik itu merupakan penguatan positif. Sebaliknya, bila peserta didik
memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak naik kelas, karena
takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk belajar lebih giat. Inilah yang
disebut penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar
dari peristiwa yang tidak menyenangkan. Format sajian berupa tanya jawab,
eksprimen, diskusi, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan
yang diperoleh peserta didik setelah belajar dengan menggunakan metode-
metode yang menarik akan membuat peserta didik terdorong untuk belajar lebih
bersemangat.

2. Prinsip Pembelajaran Khusus


Ada beberapa prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Tujuan pembelajaran sastra adalah pembinaan apresiasi sastra siswa.
(2) Siswa harus berhadapan langsung dengan karya yang diapresiasi.
(3) Pengetahuan tentang sastra diajarkan dalam rangka mempermudah
proses apresiasi.
(4) Interpretasi terhadap karya sastra bukan interpretasi tunggal.
(5) Siswa diberi kesempatan untuk banyak membaca karya sastra.
Di samping prinsip tersebut, di dalam pembelajaran apresiasi sastra
harus diperhatikan hal-hal terkait pembelajaran sastra sebagai berikut.
(1) Pembelajaran apresiasi sastra harus dapat memberikan kepuasan batin
dan pengayaan daya estetis melalui bahasa.

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 23 dari 35 17 Februari 2017

(2) Pembelajaran apresiasi sastra adalah pembelajaran untuk memahami nilai


kemanusiaan di dalam karya yang dapat dikaitkan dengan nilai
kemanusiaan di dalam dunia nyata.
(3) Kegiatan mengapresiasi karya sastra berkaitan erat dengan latihan
mempertajam perasaan penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan
terhadap budaya masyarakat, dan lingkungan hidup.

D. Rangkuman
Pembelajaran apresiasi sastra hendaknya memenuhi prinsip
pembelajaran umum dan khusus. Prinsip pembelajaran umum meliputi (1)
perhatian dan motivasi, (2) keaktifan, (3) keterlibatan langsung, (4)
pengulangan, (5) perbedaan individual, (6) tantangan, serta (7) balikan dan
penguatan. Prinsip pembelajaran khusus meliputi lima hal, yaitu (1) tujuan
pembelajaran sastra adalah pembinaan apresiasi sastra siswa, (2) siswa
harus berhadapan langsung dengan karya yang diapresiasi, (3) pengetahuan
tentang sastra diajarkan dalam rangka mempermudah proses apresiasi, (4)
interpretasi terhadap karya sastra bukan interpretasi tunggal, dan (5) siswa
diberi kesempatan untuk banyak membaca karya sastra.

E. Pertanyaan/Diskusi
Apakah implikasi dari prinsip-prinsip pembelajaran umum dan khusus tersebut
bagi guru dan siswadi dalam pembelajaran apresiasi sastra? Diskusikanlah!

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 24 dari 35 17 Februari 2017

BAB III
PENDEKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA

A. Deskripsi singkat
Pendekatan dapat didefinisikan sebagai cara pandang, filsafat, atau segala
sesuatu yang diyakini kebenarannya sehingga ingin mewujudkannya.
Berdasarkan definisi tersebut, pendekatan pembelajaran dapat dimaknai sebagai
proses, cara, perbuatan mendekati atau usaha dalam rangka melakukan aktivitas
pembelajaran untuk mengadakan interaksi dengan peserta pembelajaran dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran; ancangan untuk melakukan interaksi
dalam pembelajaran.
Berkaitan dengan pembelajaran sastra, pendekatan pembelajaran sastra
berupa seperangkat asumsi tentang hakikat sastra, hakikat belajar sastra, dan
hakikat mengajarkan sastra. Dengan demikian pendekatan pembelajaran sastra
juga dapat dipahami sebagai suatu prinsip dasar atau landasan dalam
pembelajaran (apresiasi) sastra.
Pendekatan sebagai suatu prinsip dasar atau landasan dalam
mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam. Hal itu disebabkan adanya
(1) perbedaan tujuan dan apa yang diapresiasi lewat teks sastra yang dibacanya,
(2) kelangsungan apresiasi itu terproses lewat kegiatan bagaimana, dan (3)
landasan teori yang digunakan dalam kegiatan apresiasi.
Pada bab ini Anda akan mempelajari berbagai pendekatan dalam
pembelajaran sastra, khususnya dalam mengapresiasi sastra. Pada bab ini akan
dibicarakan pendekatan yang sifatnya umum, tetapi dapat digunakan dalam
pembelajaran apresiasi sastra dan pendekatan yang sifatnya khusus. Silakan
Anda pahami dengan baik karena pemahaman terhadap berbagai pendekatan ini
akan memberikan arah yang jelas dalam pembelajaran sastra di sekolah.

B. Capaian pembelajaran matakuliah:


Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai pendekatan dalam
pembelajaran apresiasi sastra secara cerdas, kreatif, inovatif, dan santun.
a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 25 dari 35 17 Februari 2017

C. Isi Materi perkuliahan


1. Pendekatan Pembelajaran
Secara umum dikenal berbagai macam pendekatan. Dua di antaranya
adalah pendekatan saintifik dan pedagogi genre.
a. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang
diusung oleh Kurikulum 2013. Langkah-langkah pada pendekatan saintifik
merupakan bentuk adaptasi dari langkah-langkah ilmiah pada sains.
Karakter pembelajaran berpendekatan saintifik adalah: (1) berpusat pada siswa,
(2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum,
atau prinsip, (3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat
tinggi, dan (4) dapat mengembangkan karakter siswa.
Tujuan pendekatan saintifik adalah (1) Meningkatkan kemampuan intelek,
khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, (2) Membentuk kemampuan
siswa dalam menyelesaikan masalah secara sistematis; (3) Menciptakan kondisi
pembelajaran yang siswa merasa bahwa belajar merupakan kebutuhan; (4)
Memeroleh hasil belajar yang tinggi; (5) Melatih siswa dalam mengomunikasikan
ide-ide, khususnya ide-ide ilmiah;(6) Mengembangkan karakter siswa.
Adapun langkah pendekatan saitifik adalah (1) Mengamati, (2) Menanya,
(3) Mengumpulkan data, (4) Mengasosiasi, (5) Mengomunikasikan.
Mengamati adalah kegiatan mengidentifikasi melalui indera penglihat
(membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap, dan peraba pada waktu
mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan
mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan
grafik data, menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang tersedia di
media masa dan internet maupun sumber lain. Hasil belajar kegiatan mengamati
adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah.
Menanya/mempertanyakan adalah kegiatan mengungkapkan apa yang
ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu
proses tertentu. Dalam kegiatan menanya: siswa membuat pertanyaan secara
a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 26 dari 35 17 Februari 2017

individu/kelompok tentang apa yang belum diketahuinya. Siswa dapat mengajukan


pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa lainnya dan atau kepada diri sendiri
dengan bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri dan menjadi kebiasaan.
Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus dapat
membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya dapat
berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar dari kegiatan
menanya adalah siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis.
Mengumpulkan data adalah kegiatan mencari informasi sebagai bahan
untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data dapat dilakukan
dengan cara membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan,
uji coba (eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-
lain. Hasil belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah siswa dapat menguji
hipotesis.
Mengasosiasi adalah kegiatan mengolah data dalam bentuk serangkaian
aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan
mengolah data: (1) melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung,
membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta
menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam
mengolah data misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung,
dan pemodelan, (2) menganalisis data untuk membandingkan/menentukan
hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat
ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang
bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan
wawasan pengetahuannya. Hasil belajar kegiatan menalar/mengasosiasi
adalah siswa dapat menyimpulkan hasil kajian dari hipotesis.
Mengomunikasikan adalah kegiatan mendeskripsikan dan menyampaikan
hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya/mempertanyakan,
mengumpulkan, dan mengolah data, serta mengasosiasi/menalar yang ditujukan
kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan,
gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau
teknologi informasi dan komunikasi. Hasil belajar dari kegiatan

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 27 dari 35 17 Februari 2017

mengomunikasikan adalah siswa dapat memformulasikan dan


mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.
b. Pendekatan Pedagogi Genre
Pendekatan pedagogi genre didasarkan pada siklus belajar-mengajar
“belajar melalui bimbingan dan interaksi” yang menonjolkan strategi pemodelan
teks dan membangun teks secara bersama-sama (joint construction) sebelum
membuat teks secara mandiri.
Pendekatan pedagogi genre/pembejaran berbasis teks mencakup empat
hal prosedur utama, yaitu (1) Membangun konteks, (2) Menelaah model, (3)
Mengonstruksi terbimbing, dan (4) Mengonstruksi Mandiri. Bimbingan dan
interaksi menjadi penting dalam kegiatan belajar di kelas.
Tahap pertama adalah membangun konteks. Tahap ini menyadarkan siswa
tentang fungsi teks dalam konteks kehidupan yang sesungguhnya. Pada tahap ini
disajikan beragam konteks yang berkaitan dengan hadirnya sebuah teks. Tahap
membangun konteks ini misalnya berupa konteks komunikasi terkait jenis teks.
Misalnya, Mendeskripsikan sesuatu bertanya jawab tentang lagu Rayuan Pulau
Kelapa.
Tahap berikutnya adalah menelaah model. Telaah model adalah kegiatan
mengamati semua teks yang akan dipelajari. Telaah model/dekonstruksi yang
dimaksud adalah siswa dibekali dengan kompetensi pengetahuan dan
pemahaman tentang bagaimana menyusun atau menciptakan teks. Bagian
dekonstruksi berupa pemberian informasi tentang teks yang akan dipelajari dan
mencermati model teks. Tahap telaah model tersebut diarahkan pada kegiatan
mengidentifikasi beragam contoh teks dan memahami isi secara lebih dalam
beragam contoh teks. Tahap ini disebut dengan siklus satu.
Tahap mengonstruksi terbimbing adalah tahap berlatih membuat teks
secara bertahap dan terbimbing. Pada tahap ini siswa berlatih menyusun bagian-
bagian teks secara terbimbing dan bertahap. Siswa masih mencoba secara
bertahap menelaah struktur teks, aspek kebahasaan teks, praktik melengkapi teks
yang rumpang, praktik mengurutkan bagian teks yang acak, dan kegiatan lain yang
merupakan latihan terbimbing. Guru membimbing siswa agar mampu menyusun
sendiri.
a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 28 dari 35 17 Februari 2017

Tahap ini merupakan bagian puncak dari pendekatan berbasis teks. Pada
tahap ini siswa secara kreatif menghasilkan teks dengan berbagai konteks
komunikasi. Tahap ini berisi panduan, tugas, dan latihan menyusun teks secara
mandiri. Guru bertindak sebagai fasilitator.
Tahap mengonstruksi terbimbing dan mengonstruksi mandiri disebut Siklus
dua.
.
2. Pendekatan Pembelajaran Apresiasi Sastra
Bertolak dari tujuan dan apa yang akan diapresiasi, di dalam pembelajaran
apresiasi sastra, guru antara lain dapat menggunakan (1) pendekatan emotif, (2)
pendekatan analitis, (3) pendekatan historis, (4) pendekatan sosiopsikologis, dan
(5) pendekatan didaktis.

1. Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan
unsur-unsur yang mengajuk perasaan pembaca. Ajukan emosi itu dapat
berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang
berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu dan menarik.
Prinsip dasar yang melatarbelakangi pendekatan ini adalah pandangan
bahwa cipta sastra merupakan bagian dari karya seni yang hadir di hadapan
masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan
kesenangan. Dengan menerapkan pendekatan ini diharapkan pembaca mampu
menemukan unsur-unsur keindahan maupun kelucuan yang terdapat dalam karya
sastra yang dibaca.
Dalam pelaksanaannya, melalui pendekatan ini pembaca akan dihadapkan
pada pertanyaan tentang (1) adakah unsur keindahan dalam karya sastra yang
dibaca, (2) bagaimana cara pengarang menampilkan keindahan itu, (3) bagaimana
wujud keindahan itu setelah digambarkan pengarangnya, (4) bagaimana cara
pembaca menemukan keindahan itu, dan (5) berapa banyak keindahan itu dapat
ditemukan.

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 29 dari 35 17 Februari 2017

Untuk menemukan dan menikmati karya sastra yang mengandung


kelucuan, Anda tentunya harus memilih karya sastra yang termasuk dalam ragam-
ragam tertentu, misalnya, ragam humor, satirik, sarkasme, atau komedi.

2. Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis adalah pendekatan yang berusaha memahami
gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajikan ide-idenya,
sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan
mekanisme hubungan dari setiap unsur intrinsik sehingga membangun
keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk maupun
totalitas maknanya.
Prinsip dasar yang melatarbelakangi pendekatan analitis adalah bahwa (1)
karya sastra dibentuk oleh elemen-elemen tertentu, (2) setiap elemen dalam karya
sastra memiliki fungsi tertentu dan senantiasa memiliki hubungan antara yang satu
dengan yang lain, dan (3) setiap elemen dapat dibicarakan secara terpisah tetapi
pada akhirnya setiap elemen harus disikapi sebagai satu kesatuan.
Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan analitis selalu dihadapkan
pada pertanyaan tentang (1) unsur-unsur apakah yang membangun karya yang
saya baca ini, (2) bagaimana unsur-unsur itu ditata dan diolah oleh pengarangnya,
(3) bagaimana peran setiap unsur dan bagaimana hubungan antarunsurnya, dan
(4) bagaimana cara memahaminya.
Adapun secara konkret langkah-langkah yang harus ditempuh adalah (1)
membaca teks secara keseluruhan, (2) memahami unsur-unsur intrinsik karya
sastra yang dibacanya, (3) memahami mekanisme hubungan antarunsur
intrinsiknya, (4) menganalisis fungsi setiap unsur dalam rangka mewujudkan karya
sastra.

3. Pendekatan Historis
Pendekatan historis menekankan pada pemahaman tentang biografi
pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-
masa terwujudnya karya sastra yang dibaca, serta tentang bagaimana

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 30 dari 35 17 Februari 2017

perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada


umumnya dari zaman ke zaman.
Prinsip dasar yang melatarbelakangi pendekatan historis adalah adanya
anggapan bahwa karya sastra bagaimana pun juga merupakan bagian dari
zamannya. Selain itu, pemahaman terhadap biografi pengarang juga sangat
penting dalam upaya memahami kandungan makna suatu karya sastra.

4. Pendekatan Sosiopsikologis
Pendekatan sosiopsikologis berusaha memahami latar belakang
kehidupan sosial budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan
atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya atau zamannya pada
saat karya sastra diwujudkan.
Dalam pelaksanaannya, melalui pendekatan ini kita berusaha memahami
bagaimana kehidupan sosial masyarakat pada masa karya itu diciptakan,
bagaimana sikap pengarang terhadap lingkungannya, dan bagaimana hubungan
antara karya sastra dengan zamannya.

5. Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis berusaha menemukan dan memahami gagasan,
tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan,
tanggapan, maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu
pandangan etis, filosofis, maupun agamis, sehingga akan mengandung nilai-nilai
yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.
Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan didaktis dilakukan melalui
upaya memahami satuan-satuan pokok pikiran yang terdapat dalam suatu karya
sastra yang disarikan dari paparan gagasan pengarang yang berupa tuturan
ekspresif, komentar, dialog, lakuan, maupun deskripsi peristiwa dari pengarang.
Dari pemahaman tersebut, kita dapat menyimpulkan nilai-nilai apa yang
terkandung di dalam karya sastra yang kita hadapi.
Demikianlah berbagai pendekatan dalam mengapresiasi karya sastra.
Dalam pelaksanaannya, berbagai pendekatan itu pada umumnya digunakan
secara eklektik, yakni pendekatan yang satu digunakan secara bersamaan dengan
a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 31 dari 35 17 Februari 2017

pendekatan yang lain. Adapun alasannya adalah (1) agar pembaca tidak merasa
bosan, (2) apresiasi yang hanya menekankan pada satu pendekatan saja akan
memberikan informasi yang tidak lengakap, atau bahkan salah, dan (3) penerapan
pendekatan secara eklektik sesuai dengan konpleksitas aspek maupun
keragaman karakteristik karya sastra itu sendiri.

D. SIMPULAN
Bertolak dari tujuan dan apa yang akan diapresiasi, di dalam pembelajaran
apresiasi sastra, guru antara lain dapat menggunakan (1) pendekatan emotif, (2)
pendekatan analitis, (3) pendekatan historis, (4) pendekatan sosiopsikologis, dan
(5) pendekatan didaktis.
Dalam pelaksanaannya, berbagai pendekatan itu pada umumnya
digunakan secara eklektik.

E. LATIHAN
1. Sebutkan berbagai pendekatan dalam pembelajaran apresiasi sastra!
2. Jelaskan teori yang mendasari berbagai pendekatan pembelajaran
apresiasi sastra!
3. Pilihlah sebuah KD yang termasuk lingkup pembelajaran apresiasi sastra
kemudian tentukan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik KD
tersebut! Jelaskan alasannya!

F. DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Yunus. 2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung:


Refika Aditama.

Ahmadi, Muhsin. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan


Bersastra. Malang: Yayasan Asih Asuh.

Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Ampera, Taufik. 2010. Pengajaran Sastra: Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis
Aktivitas. Bandung: Widya Pajajaran.

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 32 dari 35 17 Februari 2017

Aziez, Furqonul dan A. Chaedar Alwasilah. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Depdikbud. 2013. Kurikulum Bahasa Indonesia 2013 revisi. Jakarta.

Depdiknas. 2006. Penilaian Kelas. Jakarta.

Djojosuroto, Kinaryati. 2006. PengajaranPuisi: Analisis dan Pemahaman. Bandung:


Nuansa.

Endraswara, Suwardi. 2002. Metode Pengajaran Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Radhita


Buana.

------- , 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra: Sastra Berbasis Kompetensi.


Yogyakarta:Kota Kembang.

Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia: Respon dan Analisis.


Jakarta:Depdikbud.

Iskandarwassid dan Dadang Suhendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jamaluddin. 2003. Problematik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adicita


Karya Nusa.

Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Gadjahmada


University Press.

Rahmanto, B. 1998. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Sarumpaet, Riris K. Toha. 2002. Sastra Masuk Sekolah. Magelang: Indonesia Tera.

Sayuti,Suminto A.1985. Puisi dan Pengajarannya. Semarang: IKIPS Semarang Press.

Situmorang, B.P. 1983. Puisi dan Metodologi Pengajarannya. Ende Flores:Nusa Indah.

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa
Indah.

Sumardjo, Jacob. 1986. Apresiasi Kesusasteraan. Jakarta: Gramedia.

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 33 dari 35 17 Februari 2017

Unnes. 2009. “Rekonstruksi Pengajaran Sastra”. Kumpulan Makalah. Jurusan Bahasa


dan Sastra Indonesia. Semarang. Tidak Diterbitkan.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:Bumi


Aksara.

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 34 dari 35 17 Februari 2017

a
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 35 dari 35 17 Februari 2017

Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap


keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan
guru merancang materi pembelajaran. Materi Pembelajaran pada hakekatnyamerupakan
bagian tidak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksidan proyeksi tentang
apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa Materi pembelajaran (instructional
materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harusdikuasai peserta didik
dalam rangka memenuhi standar kompetensi yangditetapkan. Materi pembelajaran
menempati posisi yang sangat penting darikeseluruhan kurikulum, yang harus
dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajarandapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut
harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh
peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya
materiyang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan
kompetensidasar, serta tercapainya indikator.
Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu
pesertadidik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi
pembelajaran adalah jenis,cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap
materi pembelajaran tersebut
Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil
guna,dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan
materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip ,
maupun prosedur pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai