Anda di halaman 1dari 33

Asadora/moring drama adalah drama 

yang tayang di NHK pagi hari sepanjang tahun, berdurasi


15 menit per episodenya. Hiyokko sendiri adalah asadora ke-96 yang mulai tayang April dan
direncanakan akan berakhir pada September 2017 mendatang.

Mungkin pada bingung ya, kenapa judulnya 'week 1' bukan 'episode 1', karena asadora tayang
setiap hari senin-sabtu, 15 menit per episode, jadi biasanya para uploader raw file ataupun
subtitle-nya membaginya perminggu saja, bukan per episode. Makanya di sinopsis ini aku juga
membuatnya per minggu saja. Karena kalau per episode hanya 15 menit jadi nanti kayaknya
bakalan kebanyakan dan capek juga kalau buat satu per satu LOL.

Aku pernah membuat Cast & Details Hiyokko beberapa waktu yang lalu, meski ternyata
beberapa hal dari deskripsi singkat yang beredar justru berbeda jauh dari cerita dramanya sendiri.
Aku juga bingung kok ga sesuai sinopsis singkat yang pertama keluar HAHAHHAH. Mungkin
NHK memang menyembunyikan details drama sebelum tayang kali ya.
Misalnya, katanya di deskripsi singkat keluarga YAtabe tinggal bertujuh satu rumah, padahal
kenyataannya mereka hanya berenam. Dan alasan ayah Mineko bekerja di Tokyo juga berbeda
jauh dari sinopsis singkatnya. Aku kaget HAHAHHA.

Sinopsis Asadora Hiyokko Week 1 (Episode 1-6): Dad is Coming Home!

Hiyokko minggu pertama fokus dengan keluarga Yatabe dan keseharian tokoh utama kita,
Yatabe Mineko.
Hiyokko mengambil tahun 1964 di Prefektur Ibaraki, tepatnya desa Ookuibaraki. Mineko berasal
dari keluarga petani yang mempunyai sawah dan ladang untuk bertanam sayuran. Mineko adalah
siswa tahun terakhir di SMA. Pagi hari dimulai dengan menyapa kakeknya di sawah mereka
yang sudah menguning. Ia menyapa padi disana dan mengambil telur ayam untuk sarapan pagi
mereka. IA bahagia hari itu, karena ayam mereka bertelur lebih banyak dari biasanya.

Ia membawa telur itu ke dapur dimana ibunya sedang menyiapkan sarapan dan punya
permintaan khusus untuk memasukkan telur di bekal makan siangnya. Biasanya ibunya tidak
memperbolehkan itu, tapi kali ini karena ayam mereka bertelur 5 butir, ibunya
memperbolehkannya. Mineko sangat senang. Dua adiknya, Chiyoko dan Susumu yang baru
bangun tidur mendengar hal itu dan merasa iri pada kakaknya, mereka merasa itu tidak adil.

Sarapan keluarga Yatabe biasa saja, ada nasi gandum, mentimun yang diasinkan, terong yang
digiling, sup miso, pikel dan yang istimewa hari ini ada telur gulungnya. Mereka sarapan dengan
bahagia dan bahkan berebut telur gulung. Ibu terpaksa mengalah memberikan miliknya pada
Mineko. Disela sarapan kita diceritakan kalau ayah Mineko bekerja di Tokyo sepanjang tahun,
sebagai buruh bangunan. Di Tokyo, masa-masa sebelum olimpiade Tokyo, jadi banyak warga
desa pindah ke Tokyo untuk mencari nafkah, karena banyak pekerjaan yang dibuka, terutama
buruh bangunan. Katanya sih masa itu, Tokyo menjadi pemecah rekor kota pertama di dunia
dengan 10juta penduduk.

Mineko akan berangkat sekolah dan ibunya menyadari sepatu Mineko sudah rusak tapi Mineko
mengatakan ia masih bisa memakainya, ia sangat menyukai sepatu itu karena itu hadiah dari
ayahnya. Mineko berangkat ke sekolah dengan bahagia pagi itu. Ia berangkat dari rumahnya
dengan menggunakan sepeda. Perjalanan Mineko ke sekolah ternyata sangat panjang.
MIneko harus naik sepeda ke rumah Tokiko temannya, perjalanannya 20 menit. Ia menitipkan
sepeda disana dan berjalan kaki ke tempat pemberhentian bus selama 5 menit. Mereka naik bus
ke sekolah butuh waktu 40 menit. Jadi totalnya, perjuangan Mineko ke sekolah memakan waktu
65 menit.

Di Ookuibaraki, Mineko punya 2 teman seumuran dan sama-sama di tahun terakhir SMA.
Tokiko Sukegawa dan Mitsuo Sumitani. Mitsuo dan Mineko adalah teman bertengkar, mereka
sering saling ejek. Sementara Mitsuo menyukai Tokiko. Tokiko adalah gadis tercantik di desa
dan punya impian untuk menjadi aktris.
Aku suka banged melihat Mitsuo dan Mineko bertengkar HAHAHAHHAHA.

Sepulang sekolah, Mineko akan membantu kakek dan ibunya di ladang, seperti mencangkul
untuk menyuburkan tanah.
Hari itu ia melihat Chiyoko menggendong Susumu pulang dan ia curiga terjadi sesuatu. Mineko
diam-diam melihat mereka. Ternyata sepatu Susumu rusak karena bermain di dekat sungai.
Awalnya Mineko memarahi adiknya karena itu sepatu pemberian ayah mereka. Tapi kemudian
melihat adiknya juga merasa sangat bersalah akhirnya ia mengatakan ia akan memperbaikinya.
Mineko mengambil jarum jahit dan mulai menjahit sepatu adiknya. Tapi ternyata sangat sulit.
Ibu Mineko mencari ketiga anaknya dan diam-diam melihat mereka bertiga. Ibu menangis
melihat Mineko menasehati adiknya dan membantu menjahitkan sepatu Susumu dan ia berjanji
tidak akan mengatakan pada ibu karena itu akan membuat ibu sedih.
Tapi Mineko malah membuat sepatu makin rusak karena ia tak sengaja menariknya hingga lepas.
Susumu menangis melihat hal itu. Mineko meminta maaf. Ibu tersenyum dengan air mata di
pipinya.

Sementara itu ayah Mineko di Tokyo melihat ada yang menjual sepatu murah dan ia merasa
ingin mmebelinya. Ia berusaha mendapatkan diskon.
Ayah Mineko akan pulang pada musim gugur ini, untuk membantu panen. Ayahnya selalu
pulang saat musim panen..

Sebagai siswa tingkat akhir, tentu saja mereka berkonsultasi dengan guru masalah karir mereka
selanjutnya. Hari ini giliran Tokiko. Tokiko sedang berdiskusi mengenai rencananya ke Tokyo
pada wali kelas mereka sementara Mineko dan Mitsuo menunggu di luar. Tokiko diskusi lama
sekali, sehingga mereka berdua merasa bosan.
Mineko tampak kesal karena Tokiko akan pergi ke Tokyo dan ia pikir Mitsuo juga pasti senang
karena Mitsuo juga akan pergi ke Tokyo. Mitsuo sendiri mengatakan ia tak begitu tertarik ke
Tokyo, tapi bagaimana pun ia harus pergi. Mitsuo adalah anak bungsu keluarganya yang punya
kebun apel, karena itu bagaimanapun suatu hari ia harus mencari pekerjaan karena ia tak akan
mewarisi kebun keluarganya. IA akan bekerja di 'rice dealer shop' di Tokyo.
 
Mitsuo bertanya apakah Mineko benar-benar tak pernah berfikiran untuk ke Tokyo?
Mineko menjawab dengan yakin, tidak. Ia sangat menyukai Ookuibaraki, ia suka bertani dan
ingin berusaha yang terbaik demi pertanian. Ia mencintai keluarganya, makanya ia tak ingin ke
Tokyo. Meski ia tak masalah jika hanya pergi liburan ke Tokyo suatu hari nanti, tapi ia tak
pernah berfikiran untuk menetap disana.
Mineko mengatakan saat SMP, ia menawarkan diri untuk mulai bekerja mencari uang sendiri
tapi ayahnya malah menyuruhnya melanjutkan sekolah ke SMA meski keluarga mereka miskin.
Ayah memintanya bersenang-senang di SMA jadi ia selalu bersyukur keluarganya memberinya
kesempatan untuk sekolah meski ia tak pintar. Mitsuo mengatakan seharusnya dengan alasan itu
Mineko belajar dengan giat dan mendapat nilai yang bagus. Tapi Mineko mengatakan ayahnya
menyuruhnya bersenang-senang di sekolah bukan belajar HAHAHAHAHHAHA. Mineko
melarikan diri dari kenyataan.

Tak lama kemudian Tokiko selesai berdiskusi dan mengatakan guru mereka sudah
mencarikannya pekerjaan di Tokyo, disebuah pabrik membuat transistor radio. Para pegawai
semuanya perempuan dan tinggal di asrama juga, jadi ia tak perlu khawatir. Mineko
mengucapkan selamat pada Tokiko. Meski ia tersenyum. Mineko sebenarnya galau karena
sahabatnya akan berpisah dengannya.
Di bus ia dengan sedih memandangi Tokiko dan bertanya-tanya seperti apa sih Tokyo itu,
kenapa semua orang ingin pergi kesana. Ia mengatakan dalam hati kalau ia mulai membenci
Tokyo, yang merebut orang-orang yang ia cintai.

 
Setelah mereka tiba di desa dan turun dari bus, Mitsuo mengucapkan selamat dengan gayanya
pada Tokiko membuat keduanya tertawa.

Ibu Tokiko bersahabat dengan ibu Mineko sejak kecil. Ibu Tokiko kadatang datang ke rumah
Mineko untuk membantu ibu Mineko di ladang, meski sebenarnya mereka sambil-sambilan
bergosip ala ibu-ibu.
Ibu Tokiko sepertinya tidak setuju Tokiko pergi ke Tokyo, ia khawatir.
Saat Tokiko kembali ke rumah, ia mengatakan kalau pekerjaannya sudah di tetapkan oleh guru
mereka. Meski ibunya, ayah dan kakaknya tidak menjawab.

Mineko tiba di rumah malam harinya. Ia terkejut melihat keluarganya berkumpul di depan TV
dan bertanya-tanya apa yang terjadi. Ternyata ada bencana di Tokyo, sebuah bangunan yang
baru dibangun roboh dan sepertinya itu bangunan tempat ayah mereka bekerja.
Kakek mengatakan pada mereka untuk tidak khawatir dan mematikan TV. Ibu mencoba tidak
khawtair dan mulai memasak makan malam. Tapi Mineko tahu ibunya sangat khawatir dan
akhirnya mengajak ibu untuk menelpon.
Ibu dan Mineko pergi ke rumah tetangga yang punya telpon. Pada masa itu, kalau mau
menelpon, kita di hubungan ke operator dan mengatakan alamat/nomor mana kita ingin
dihubungkan dan kita harus menunggu sekitar 30 menit untuk dihubungi kembali, kalau jaringan
sedang sibuk, maka harus menunggu 1 jam atau lebih.
Mineko dan ibu menunggu cukup lama sampai telpon berdering dan akhirnya ibu
mengangkatnya. Untung ayah tidak apa-apa. Ibu benar-benar lega dan menahan diri untuk tidak
menangis, sampai ia tak bisa bicara dan akhirnya memberikan telpon pada Mineko.
Ini adeganya sumpah sedih banged. Pemeran ibu Mineko aktingnya jjang!!!

Ibu dan Mineko sedang kalau ayah baik-baik saja, mereka pulang sambil tersenyum. Ternyata
meski kakek terlihat tenang, dia juga khawatir dan membawa Chiyoko & Susumu menemui
Mineko. IA lega saat tahu puteranya baik-baik saja.
Mineko menyombongkan diri pada dua adiknya kalau ia bicara dengan ayah mereka tadi.
hehehehhehe. Keluarga Mineko pulang dengan bahagia.

Keesokan harinya, paman Mineko, adik ayahnya, Muneo datang berkunjung. Muneo orangnya
sangat asik, Mineko, Chiyoko dan Susumu sangat senang pamannya datang berkunjung dan
mereka bermain dengan gembira.
Paman Mineko ternyata sudah menikah, katanya sih istrinya kalau marah sangat seram
HAHAHHAHHA. Rumah jadi sangat ramai karena Muneo sangat dekat dengan anak-anak.

Mineko melanjutkan pekerjaannya di ladang san Muneo menemaninya. Mineko menceritakan


mengenai temannya yang akan ke Tokyo setelah lulus nanti. Muneo sendiri merasa Tokyo itu
kota yang bagus. Ia menyukai Ibaraki tapi ia tak membenci Tokyo. Meski ia belum pernah
kesana, tapi mendengar cerita orang yang pernah tinggal di Tokyo mengatakan kalau itu tempat
yang bagus, jadi ia percaya.
Ia menasehati Mineko kalau  Mineko harus merasa bersyukur ayahnya bisa bekerja di Tokyo. Ia
tak ingin Mineko mengasihani kakaknya karena kakaknya pasti kesepian tinggal disana. Ia
mengatakan tentu saja kakaknya juga pasti memilih ingin tinggal bersama keluarganya kalau ia
bisa memilih. Kakaknya pasti merasa kesepian disana, bekerja demi keluarga, jadi jika Mineko
mengasihaninya maka itu perasaan yang sangat kasar. Jadi ia ingin Mineko jangan menunjukkan
wajah sedih di hadapan ayahnya dan karena ayahnya nanti pulang tidak akan lama dan segera
kembali ke Tokyo, ia ingin Mineko mengantarnya dengan senyuman. Meskipun ia tahu Mineko
pasti sedih berpisah dengan ayahnya, tapi Mineko sekarang sudah dewasa jadi Mineko bisa
bersikap dewasa.
Mineko mengerti.

Mineko kemudian mengubah pembicaraan, bertanya kenapa pamannya selalu tersenyum


bahagia. Pamannya mengatakan kalau ia memutuskan untuk selalu hidup dengan senyuman di
wajahnya.
Mineko bertanya alasannya tapi pamannya tidak memberitahukannya, ia akan mengatakannya
kalau Mineko sedikit lebih dewasa lagi.
Kakek menatap mereka, sepertinya sesuatu memang pernah terjadi pada Muneo.
Mineko ingat kata-kata ayahnya, kalau pamannya jadi berubah seperti itu sepulang dari perang.
Kita bisa luka di punggung Muneo masih membekas.

Pagi hari, hari kepulangan ayah Mineko. Kakek ada di sawah. Ibu memasak di dapur. Mineko
bangun lebih pagi dari biasanya dan terkejut melihat ibunya. Ibu bertanya ada apa, tapi Mineko
mengatakan tak ada apa-apa.
Mineko menatap ibunya, diam-diam tersenyum. Ia tahu ibunya memakai baju corak bunga
kesukaan dan kesayangan ibunya dan bahkan memakai make up hari itu.
Chiyoko dan Susumu juga bangun pagi dengan cepat, karena Susumu pipis di kasur
HAHAHAHAHA.

Mineko berangkat sekolah dengan bahagia. Tokiko sudah menunggu di halaman rumahnya dan
tahu kalau Mineko pasti senang hari ini, karena MIneko tak terlambat seperti biasanya.
Bahkan paman di bus juga tahu kalau ayah Mineko pulang hari ini karena Mineko tidak
terlambat datang dan senyuman ada diwajahnya.

Ayah Mineko ada di Tokyo, sebelum berangkat ia berjalan-jalan disekitaran pasar dan saat
berdoa di sebuah tempat berdoa kecil, ia melihat halaman dapur dari sebuah restoran, dimana
para chef sedang melakukan sesuatu. Ayah Mineko tertarik dan melihat restoran seperti apa itu.
Ayah Mineko menemukan restorannya, sebuah restoran barat bernama Suzufuritei. Saat ia
melihat-lihat, pemiliknya keluar untuk memasang tanda restoran buka dan tertarik dengan ayah
Mineko. Ia mengajak ayah Mineko masuk. Tapi ayah Mineko menolak awalnya, kemudian ia
mencium bau sangat enak dan memutuskan untuk mampir disana.

Ayah Mineko tidak pernah makan makanan barat dan ia juga tak pernah ke restoran sebelumnya,
jadi ia tak tahu apa yang harus ia lakukan disana saat mereka memberikan menu. Pemilik
membantunya. Ayah Mineko tertarik dengan beef stew tapi harganya mahal, jadi ia memesan
yang murah saja, Hash and Rice.
Para koki di dapur bersemangat membuatkan pesanan pertama mereka hari itu.
Selagi menunggu makanan jadi, pemilik mengobrol dengan ayah Mineko. Dialeg ayah Mineko
sangat kental dan asik aja gitu dengerin ayah Mineko bercerita. Ia orangnya suka bercerita
sepertinya. Ia menceritakan asalnya dari mana adan apa yang ia kerjakan di Tokyo. Ia dalam
perjalanan kembali ke desa karena musim panen. Ia juga menceritakan anggota keluarganya, istri
dan 3 anaknya.
Ayah juga menceritakan kalau ia bekerja sebagai buruh bangunan membangun gedung untuk
keperluan olimpiade Tokyo dan ayah sadar kalau ia terlalu bersemangat menceritakan itu jadi
kesannya seperti membual/sombong. Ia minta maaf.

Pemilik malah mengatakan tak apa-apa jika ayah Mineko membual tentang hal itu. Ia tinggal di
Tokyo sudah cukup lama, orang sangat menantikan Olimpiade Tokyo dan begitu juga dirinya,
orang membual mengenai Tokyo ini dan itu, padahal Tokyo tetaplah Tokyo, bangunan itu
dibangun untuk olimpiade, untuk pengunjung, jadi menurutnya tak masalah jika ayah Mineko
membual mengenai hal itu. Jika gedungnya nanti jadi, maka ayah Mineko bisa mengatakan
dengan bangga kalau ayahnya dulu membangun gedung itu.
Ayah senang mendengar hal itu, ia mengatakan kalau ia tiba-tiba merasa bangga pada dirinya
sendiri. Ini pertama kali ia bicara banyak dengan orang Tokyo dan ia merasa senang.

Makanan hangat disajikan. Ayah MIneko mencobanya dan sangat menyukai makanan itu. Ia
bahkan tak bisa berhenti memujinya. Ia berfikir kalau anak-anaknya pasti menyukai itu dan
berharap ia bisa membawa anak dan istrinya ke sana suatu hari nanti.
Pemilik dan koki senang mendengar pujian itu. Pemilik kemudian kedapur dan mengatakan
sesuatu pada chef disana, membuatkan makanan sampel.

Ayah Mineko akan pergi setelah makan kenyang. Ia membayar makanannya dan pemilik
memberikan hadiah korek api Suzufuritei pada ayah Mineko.
Sebelum ayah pergi, chef datang memberikan sesuatu pada ayah Mineko. Ia memasakkan khusus
untuk ayah Mineko, fried pork curlet sandwiches.
Ayah Mineko awalnya menolak tapi chef dan pemilik meyakinkannya untuk membawa itu
pulang, untuk keluarga mereka.
Akhirnya ayah menerima dan pemilik mengatakan pada ayah untuk tidak membenci Tokyo.

Mineko, Chiyoko dan Susumu ada di tempat pemberhentian bus, menunggu ayah mereka.
Chiyoko dan Susumu terus berdiri di jalan menunggu bus, mereka terlihat tidak bersemangat
karena bus-nya lama sekali. Akhirnya mereka memutuskan untuk duduk.
Sementara ibu dirumah, menjahit dengan senyuman di wajahnya, menunggu suaminya pulang.

Akhirnya bus datang. Mineko, Chiyoko dan Susumu sangat senang. Mereka menunggu
diseberang jalan. Ayah keluar dari bus dan senang melihat anak-anaknya datang menjemputnya.
Chiyoko bahkan menyiapkan buket bunga untuk ayahnya. awwww.
Mereka berempat pulang dengan jalan kaki, mereka terlihat sangat bahagia. ayah bertanya
bagaimana sekolah Mineko dan Mineko mengatakan kalau sekolahnya sanagt menyenangkan
setiap hari.
Ayah mengatakan Mineko sudah bicara seperti orang dewasa sekarang dan Mineko
mengingatkan kalau dia sudah dewasa.

Ayah, Mineko, Chiyoko dan Susumu tiba di rumah saat hari sudah gelap. Ayah tersenyum
melihat rumah mereka dan ibu menyambutnya. Tapi hal pertama yang ayah lakukan setelah tiba
dirumah bukannya masuk dan istirahat tapi malah berlari ke ladang mereka, menggenggam tanah
disana dan menciumnya.
Ayah senang membaui tanah Ookuibaraki. Chiyoko dan Susumu bingung, karena bau tanah ya
bau tanah. Ayah tersenyum. Kakek menyuruhnya segera ke rumah dan mandi.
Akhirnya mereka kembali ke rumah. Mineko masih disana, ia melakukan seperti yang ayahnya
lakukan, ia mencium bau tanah sambil bicara dalam hati, kalau ayahnya pasti ingin ada di
ibaraki, bekerja diladang dan sawah mereka. Karena ayahnya lahir dan dibesarkan dirumah itu, ia
mengerti aklau ayahnya adalah orang yang paling tidak ingin pergi dari sana.
Mineko mengatakan saat itu ia berfikir ia ingin menjadi perdana menteri suatu hari nanti dan
mensejahterakan para petani.

Mineko kembali ke rumah, setelah mandi, ia membuka hadiah dari ayahnya, ayahnya
memberikannya sepatu baru, sangat cantik. Tapi ia tak berniat memakainya dalam waktu dekat,
ia akan menyimpannya.
Sementara Susumu asik lari di rumah dengan sepatu baru yang dibelikan ayahnya.
Mineko membantu ibunya di dapur menyiapkan makan malam. Ibunya memperlihatkan sesuatu
yang dibawa ayahnya, pork sandwichs yang membuatnya sangat berselera.
Ayah asik mengobrol bersama Chiyoko dan Susumu. Mereka menceritakan bagaimana Mineko
ingin memperbaiki sepatu Susumu tapi malah merusaknya.
Padahal itu harusnya menjadi rahasia mereka, tentu saja Mineko menatap adiknya dengan tajam.
Ayah mengejek Mineko terlihat seperti akuma hAHHAHAHA.

Keluarga Yatabe makan di meja makan dan mulai mencoba makanan dari Tokyo itu. Menurut
mereka makanan itu sangat sangat enak dan berfikir orang Tokyo makan seperti itu setiap hari.
Ayah tentu saja mengatakan tidak. Itu hanya tersedia di sebuah restoran yang ia kunjungi hari itu
dan menceritakan betapa bagusnya restoran itu, pemiliknya juga baik. Ia memberikan korek api
hadiah Suzufuritei pada ibu dan ibu menyimpannya di tempat berdoa, seolah itu barang berharga.
Keluarga Yatabe makan malam dengan bahagia.

Malam harinya, saat anak-anak sudah tidur, Kakek, Ayah dan ibu membicarakan sesuatu.
Mineko belum tidur dan ternyata menguping. Ayah saat itu sedang membicarakan masalah uang,
tentang hutang mereka dan kesulitan mereka membayarnya. Mineko akan menutup pintu tapi
bunyinya kuat dan akhirnya ketahuan kalau ia menguping.
Karena Mineko sudah dewasa jadi ayah memutuskan untuk mengikutsertakannya dalam rapat
keluarga ini.

Jadi malam itu mereka membicarakan masalah keuangan. Intinya penghasilan utama mereka
adalah dari tanaman padi. JIka mereka panen, mereka hanya mendapatkan 100.000 yen kalau
nggak salah. Mereka juga mendapat penghasilan dari ladang sayur dan dari upah menjahir ibu,
tapi itu tak banyak. Mereka sempat gagal panen beberapa waktu yang lalu dan ayah meminjam
uang, jadi untuk melunasi itu, mereka kesulitan. Itulah alasan kenapa ayah ke Tokyo untuk
mencari penghasilan tambahan, meski gajinya per bulan hanya 20.000 yen. Mereka juga masih
harus membeli pestisida dan kebutuhan lainnya, jadi mereka benar-benar kekurangan uang. JAdi
begitulah kondisi keuangan mereka saat itu.
Mereka akan baik-baik saja selama ayahnya bekerja di Tokyo meski mereka tak akan bisa
membelikan sesuatu yang mewah untuk Mineko dan adik-adiknya. Mineko mengatakan orang di
desa setelah lulus SMP akan berangkat ke Tokyo untuk bekerja, sementara keluarganya
memintanya tetap sekolah, baginya itu saja sudah merupakan kemewahan tersendiri dan ia selalu
bersyukur akan hal itu. Ia bahkan berfikir bagaimana ia harus membayarnya suatu hari nanti.
Sebagai orang tua, ayah tentu saja tidak mengharapkan sesuatu, asalkan anaknya bahagia di
sekolah itu sudah cukup baginya. Tapi Mineko tetap merasa khawatir dan berkata mungkin
sebaiknya dulu ia mulai bekerja dan sedikit banyaknya ia pasti bisa membantu keuangan mereka
dan ayahnya tidak harus bekerja di Tokyo.

Ayah berkata, Mineko, kau suka bekerja disini kan? Kau suka bekerja di desa ini dan di ladang
kan?
Mineko membenarkan, ia menyukai pekerjaan di ladang dan ia ingin menjadi seperti ibunya. Ia
ingin bekerja keras di ladang mereka.
Ayah berkata lagi, kau... hanya dengan pergi ke sekolah, kau sudah membantu keluarga ini. Itu
adalah pekerjaanku sebagai seorang ayah untuk meninggalkan desa dan menghasilkan uang. Kau
disini membantu ibumu dan kakekmu karena pekerjaan kakek dan ibu sangat melelahkan,
dengan adanya dirimu, itu sangat membantu.
Mineko mengerti dan mengatakan ia akan berusaha lebih keras lagi.
Pembicaraan tentang itu kemudian berakhir dengan tawa sambil minum-minum.
Dalam hati Mineko mengatakan kalau ia tak akan pernah melupakan malam itu, untuk pertama
kalinya ayanya menganggapnya orang dewasa dam ikut serta dalam rapat keluarga. Ia merasa
sedang dan bangga, sekaligus malu. Keluarga mereka memang miskin, tapi mereka semua
berusaha keras dan bisa tersenyum seperti malam ini sudah membuatnya dipenuhi kebahagiaan.

Keesokan harinya panen padi di sawah keluarga Mineko. Semua orang bekerja keras.
Keluarga Tokiko, Mitsuo dan Muneo juga datang membantu panen. Mereka memanen sawah
dengan cara manual. Kakek dan para ibu bertugas memotong tanaman padi. Para ayah membuat
tempat menggantung padi kemudian memotong padi. Mineko dan Tokiko mengumpulkan padi
dan mengikatnya. Chiyoko juga ikut bekerja, ia masih belajar mengikat padi dan
menggantungnya, Mineko mengajarinya dengan baik. Mitsuo juga berusaha keras bekerja dan
sepertinya Muneo suka menjahilinya.
Panen hari itu terasa menyenangkan meski mereka kelelahan. Mereka panen sambil mengobrol.
Para wanita membicarakan Tokiko yang akan ke Tokyo dan ibunya ternyata masih belum
memberi izin.
Sementara para pria, ayah membicarakan gedung seperti apa yang ia buat, mereka
membayangkan gedung bertingkat yang ayah buat, katanya sih 17 stories, itu maksudnya apa ya,
17 tingkat?

Saat istirahat makan siang di rumah keluarga Yatabe, mereka membicarakan mengenai pork
sandwichs yang dibelikan ayah Mineko kemarin, betapa enaknya itu.
Sementara itu Muneo tahu kalau Mitsuo sejak tadi memandangi Tokiko, ia tahu kalau Mitsuo
menyukai Tokiko.
Muneo memintanya menggunakan kesempatan ini untuk melamar Tokiko karena ayah Tokiko
ada disana. mitsuo malah setuju, meski ia ditolak bahkan sebelum ia mengatakan niatnya
HAHHAHAHAA.
Ayah Mineko meminta Mitsuo nanti membantu menjualkan beras mereka dan Mitsuo bingung
kenapa ia, ia lupa kalau nanti ia akan bekerja di toko beras di Tokyo HAHAHAHHA.

Mereka melanjutkan pekerjaan setelah istirahat makan siang.


Mereka panen dengan bahagia, para ibu bahkan asik menyanyi sambil bekerja. Saat istirahat
mereka bermain kejar kejaran, ayah dan anak. Muneo bahkan membawa kamera dan memotret
disana.
Waktu cepat sekali berlalu. Seiring berlalunya waktu, kesedihan tampak di wajah Mineko.
Setelah hari ini berakhir, ayahnya akan kembali ke Tokyo. Ia jadi tidak ingin panen segera
berakhir dan ia tak ingin membuat tangannya cepat bekerja.

Tapi pada akhirnya panen selesai.


Para tetangga kembali pulang.
Setelah tetangga pulang, keluarga Yatabe memandangi hasil panen mereka. Ayah minta maaf
karena ia tak akan ada disana saat mereka melanjutkan pekerjaan selanjutnya, memisahkan
gabah dari tanaman padinya.
 Ibu meminta suaminya jangan khawtair, mereka bisa melakukannya sendiri. Ayah
mempercayakan itu pada mereka, pada Mineko yang sudah dewasa dan Chiyoko dan Susumu
yang akan membantu.
Mereka kemudian berkemas untuk kembali ke rumah.

Mineko menatap keluarganya dan memanggil mereka, Keluarga Yatabe! Terima kasih atas kerja
kerasnya untuk panen tahun ini.
Mineko membungkuk. Mereka tersenyum. Chiyoko mengikuti kakaknya dan membungkuk,
Susumu juga.
keluarga Yatabe tersenyum bahagia dan kembali ke rumah.

-The End-

Komentar:

Minggu pertama asadora Hiyokko tidak mengecawakan saia. Menurut aku justru minggu
pertama Hiyokko lebih bagus dari Beppin-san. Karena aku ingat betapa bosannya aku saat
menonton minggu pertama Beppin-san makanya saat itu aku memutuskan menonton Toto Nee
Chan saja LOL.
Tapi aku merasa ada yang aneh dengan pembawa narasi di asadora Hiyokko ini. Aku memang
nggak bisa bilang aku berpengalaman dalam asadora, tapi biasanya pembaca narasi itu salah satu
tokoh di dramanya dan dia yang selalu membacakan narasi, bahkan pikiran pemeran utamanya
dia yang membacakannya.
Tapi disini, kadang pembaca narasi hanya muncul di awal dan justru isi hati pemeran utama
malah pemeran utama sendiri yang membacakannya. Jadi seolah narasinya cuma awal aja, yang
lain justru suara Arimura KAsumi.
Kalau di Beppin-san kemarin isi hati Sumire yang baca justru ibunya dengan mengatakan 'itu
yang ada dipikiran Sumire'.
JAdi menurut aku justru kok pembaca narasinya jadi pihak kedua disini, harusnya dia seolah
menceritakan pada kita, pihak pertamanya HAHAHHAHA.
Ngerti ga? LOL.

Aku suka asadora ini tidak dimulai dari masa kecil Mineko, karena biasanya asadora dimulai dari
masa kecil tokoh utama sampai dia tua. Ini mirip dengan Amachan, dimana tokoh utamanya
dimulai saat SMA. Nggak tahu juga ya gimana nanti apakah ceritanya sampai Mineko tua?
Karena akalu Amachan cuma sampai Aki lulus SMA.
Dan tahunnya juga setelah perang dunia II jadi nggak lama-lama amat dan mereka sudah
berpakaian modern, jadi terasa beda aja hehehehhe.

Aku suka Arimura Kasumi disini nggak awkward sama sekali. Biasanya aku merasa dia
awkward kalau dalam drama/movie HAHAHAHAHA. Makanya aku sempat khawatir dengan
Hiyokko. Tapi memang sih, asadora biasanya memilih aktor/aktrisnya yang cocok dengan
perannya. Jadi pasti sudah dengan pemikiran matang ya.
Tapi aku cukup kaget karena ratingnya sulit sekali menyentuh 20%, rating Beppin-san justru
lebih bagus. Kenapa ya? Padahal menurut aku ceritanya bagus.
Aku suka banged ayah dan ibu Mineko, pas banged dah mereka dan jujur aja, aku menangis saat
menonton Week 1 ini, padahal baru memasuki cerita dan nggak ada yang meninggal juga, tapi
kok sedih banged gitu.
Apalagi saat ayah Mineko mencium bau tanah itu aduh T__________T

Melihat adegan panen sawah jadi kangen masa kecil aku.


Dulu bukan sawah sih, tapi ladang. Aku pernah merasakan ikut panen. Kalau nggak salah aku
masih sebesar Chiyoko saat itu. Dan kerjaan aku sih cuma duduk-duduk aja sambil melihat
pemandangan LOL. Karena anak kecil nggak dibolehin panen sendiri. Paling main batang padi,
du=ibuat kaya terompet kecil gitu wkwkkwkw.
Tapi seru lho, panen padi :))

Jadi Mineko ini benci Tokyo karena semua orang pergi ke Tokyo. Ayahnya dan sahabatnya akan
meninggalkannya dan pergi ke Tokyo. IA akan kesepian. Ia sangat menyukai desa-nya dan  tidak
ada niat meninggalkan desa. Aku penasaran bagaimana nanti saat dia harus pergi ke Tokyo. Aku
rasa pemilik restoran Suzufuritei yang akan membuatnya mencintai Tokyo.
DAn kira-kira ayah Mineko nanti hilang kenapa ya? Aku harap siah ayahnya nggak kenapa-napa.

Love line belum ada nih ya HAHAHAHHA, Meski nggak akan fokus kisah cinta, tapi aku selalu
menantikan love line di asadora. Biasanya sederhana sih dan ada beberapa yang manis juga tapi
tidak berlebihan.
Biasanya teman tokoh utama jodohnya sama keluarga tokoh utama, aku berharap sih Mitsuo
sama Mineko HAHAHHAHA. Mitsuo kalau dilihat-lihat manis juga ya.
Ryo Ryusei belum muncul sih, padahal aku pengen mendukung dia dan Mineko wkwkkwkw
Diminggu kedua ini, plot Hiyokko bisa dibilang lebih cepat dari dugaan. 3 sekawan fokus untuk tahun
terakhir mereka di SMA sebelum meninggalkan Ookuibaraki. Mereka berencana melakukan sesuatu
yang setara dengan festival. Ini adalah pertama kalinya mereka mencoba menjadi panitia.
Sementara itu ayah Mineko yang kembali ke Tokyo tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak. Ibu
merahasiakan itu dari anak-anaknya dan membuat Mineko merasa tidak tenang.

Sinopsis Asadora Hiyokko Week 2 (Episode 6-12): 


~We Don't Want To Cry, We Will Smile~

Pagi hari di Ookuibaraki, rumah keluarga Yatabe. Ini adalah hari dimana ayah akan kembali ke Tokyo.
Mineko bangun pagi seperti biasa. Ia membantu ibunya membuat sarapan. Ia menuju kandang ayam
untuk mengambil telur, sayang sekali tidak ada telur sama sekali hari ini. Ia sedih. Ayahnya sedang
bekerja di ladang. Ia menatap ayahnya dengan wajah sedih karena akan berpisah hari ini.

Sarapan pagi di keluarga Yatabe pagi itu sangat hening. Mereka tidak cerita seperti biasanya, tentu saja.
Mineko, Chiyoko dan Susumu saling tatap sambil tersenyum.
Ternyata semalam sebelum tidur mereka sudah janji kalau mereka tidak akan menangis hari ini karena
ayah akan kembali ke Tokyo. Mereka harus mengantarnya dengan senyuman, agar ayah tidak sedih.

Ayah Mineko akan pulang saat siang, jadi saat itu Mineko ada disekolah, ia tak akan bisa melihat
kepergian ayahnya.
Mineko bersiap berangkat ke sekolah pagi itu dan pamitan pada ayahnya, mengatakan pada ayahnya
untuk bekerja keras di Tokyo.

Ayahnya sangat menyayangi puterinya, ia bahkan memanggil Mineko sebelum berangkat dan memegang
pipinya, mengacak rambutnya membuat Mineko malu. Tapi ia bahagia. Mineko berangkat dengan
senyuman ke sekolah.

Tokiko menunggu di depan rumahnya seperti biasa. Ia yakin hari ini Mineko pasti berwajah murung
karena ayahnya akan kembali ke Tokyo.
Tokiko suka bicara sendiri dan akan memarahi dirinya sendiri jika ia mulai bicara dengan dialeg, ia
sedang membiasakan diri bicara tanpa dialeg karena ia akan tinggal di Tokyo sebentar lagi.
Tapi ternyata hari itu Mineko datang dengan wajah tersenyum dan Tokiko mengatakan kalau Mineko
terlihat sudah dewasa sekarang.

Ayah sedang bersiap di rumah. Chiyoko dan Susumu akan berangkat ke sekolah.
Chiyoko dan Susumu tak seperti biasanya, biasanya kalau ayah akan pergi mereka akan menangis
sejadi jadinya tapi kali ini mereka menangis diam-diam dan itu justru terlihat lebih sedih.
Ibu tahu kalau Mineko pasti mengatakan sesuatu pada mereka. Chiyoko mengatakan mereka janji
semalam tak akan menangis karena ayahnya akan pergi tapi ia tak bisa menahan air matanya.
Ayah tersenyum sedih melihat mereka dan meminta mereka berhenti menangis, ia berjanji akan kembali
saat tahun baru.

Ibu mengantar ayah ke stasiun bus meski ayah mengatakan ibu tak perlu mengantarnya. Tapi ibu
mengatakan ayah mertua ingin ia melakukannya.
Ayah dan ibu bicara awkward mengenai di Tokyo pasti banyak gadis yang lebih cantik dari ibu dan ayah
mengatakan kalau ia tak peduli tentang hal itu.
Ayah bahkan menggenggam tangan ibu dan mereka berdua berjalan sambil mengobrol mesra.
Mineko tak bisa berkonsentrasi belajar. Ia menatap ke luar jendela kelasnya dan bertanya-tanya pada
Mitsuo apakah kereta ke Tokyo sudah berangkat.
Minekomeletakkan kepalanya di meja sambil bicara pada mitsuo di tengah pelajaran dan ternyata guru
sudah ada di dekatnya dan menjawab pertanyaannya. Mineko sangat malu semuanya
menertawakannya.

Sementara itu Mitsuo yang duduk di belakangnya ternyata sejak tadi fokus pada surat kabar di bawah
mejanya. Ia terlihat sangat serius dan membuat Mineko & Tokiko bertanya-tanya.

Ayah Mineko tiba di Tokyo dan tempat pertama yang ia datangi adalah Suzufuritei. Saat itu restoran
sangat sibuk jadi ayah merasa tak enak mengganggu. Ayah datang untuk memberikan manju buatan
istrinya, hadiah untuk mereka, rasa terima kasih karena pork sandwich yang waktu itu. Pemilik dan chef
sangat senang menerimanya.
Ayah tak sempat singgah karena harus pergi, bahkan pemilik tak sempat menyalin tempat manju itu dan
ayah mengatakan lain kali ia akan datang mengambil tempatnya jadi tak apa jika disimpan dulu.
Ayah meninggalkan restoran dan Pemilik & Dhef sepertinya menyukai ayah karena ayah terlihat sangat
baik.

Ayah kembali ke tempat tinggalnya di Tokyo dimana tempat itu terdiri dari kamar-kamar dan satu kamar
bisa 5-6 orang.
Saat ayah kembali, salah satu temannya bertanya bagaimana cara ayah untuk mengirim uang ke
kampung dan ayah mengatakan tiap gajian ia langsung ke kantor pos dan mengirimkannya.
Temannya mengatakan bagus ayah tidak mengumpulkan banyak lalu membawanya pulang, karena
belakangan ada banyak perampok. Temannya meminta ayah berhati-hati kalau mengantar uang ke
kantor pos.

Saat jam pulang sekolah, Mitsuo mengajak Tokiko bicara sepulang sekolah. Tokiko masuk ke kelas
dimana hanya ada Mitsuo sendiri disana. Tokiko berfikir Mitsuo akan menyatakan perasaannya, jadi
sebelum Mitsuo bicara ia mengatakan sebenarnya selama ini ia tahu mengenai perasaan Mitsuo
padanya.
Mitsuo meminta Tokiko berhenti, karena ia mengajak Tokiko bertemu bukan mengenai masalah cinta.
Tokiko terkejut. Mineko yang diam-diam menguping di luar kecewa mendengarnya HAHAHHAHA. Mitsuo
mengatakan lain kali ia akan melakukannya HAHAHAHHHA.

Ternyata Mitsuo ingin membicarakan idenya tentang olimpiade pada Mineko dan Tokiko. Yang dibaca
Mitsuo di kelas tadi adalah sebuah surat kabar mengenai berita olimpiade dimana obor olimpiade akan
dibawa berlari sepanjang jepang menuju Tokyo. Sayangnya obor olimpiade itu tidak akan lewat di
ookuibaraki karena desa mereka tidak di pertengahan. Mitsuo merasa tak bisa melewatkan kesempatan
itu, jadi ia mengajak Tokiko dan Mineko memikirkan sesuatu untuk obor itu.
Bagaimana kalau mereka melakukan perayaan olimpiade sendiri di daerah mereka. Tokiko yang
menjawab pertanyaan dengan ketus sejak tadi ternyata masih merasa malu karena ia salah paham dan
Mineko menyuruh Tokiko berhenti menjawab ketus atas apa yang dikatakan Mitsuo.
Mitsuo benar-benar bersemangat dengan ide ini, ia mengatakan ia merasa kalau ia harus punya
kenangan sebelum ia ke Tokyo, sesuatu tentang desa mereka dan ia merasa inilah saatnya. KArena
perayaan olimpiade tak akan sampai di desa mereka, jadi mereka bisa melakukannya sendiri.
Mineko dan Tokiko ternyata tertarik dengan hal itu dan setuju untuk melakukannya bersama Mitsuo.
Tapi masalahnya, Mitsuo ternyata belum punya rencana apa-apa. Tentu saja karena ini acara besar,
mereka butuh orang dewasa untuk membantu mengurusnya, tapi mereka tak tahu siapa.

Pada akhirnya mereka pergi ke rumah Mineko dan meminta saran kakek. Ternyata sebelumnya mereka
sudah meminta saran ibu Mitsuo tapi ibu tak tertarik. Mereka juga minta saran ke ibu Tokiko,tapi ibu
Tokiko malah bersemangat ingin menjadi pelari pertama. Karena mereka rasa tak ada yang serius,
makanya mereka menemui kakek, meski kakek awalnya menolak karena merasa dia adalah pelarian
terakhir mereka HAHHAHAHHA.
Kakek menasehati mereka, ini bukan sesuatu yang bisa mereka putuskan sendiri, hal seperti ini biasanya
di putuskan oleh kantor desa. Karena hal seperti ini tentu saja membutuhkan dana. Kakek mengatakan
kalau penduduk pasti sedang dengan ide ini, karena penduduk selalu bersemangat tentang festival dan
sejenisnya. Karenanya kakek menyarankan mereka memberitahu persatuan pemuda ookuibaraki.
Mereka bisa membantu banyak dengan mengumpulkan penduduk dan mengumpulkan dana juga.
Ibu mengatakan pada MIneko kalau ayah Mineko dulu adalah ketua pemuda desa mereka, saat itu ayah
sangat keren. Mineko bersemangat mendengarnya.

Mitsuo tampak tidak bersemangat. Mineko bingung. Mitsuo mengatakan kalau ketua pemuda desa
sekarang adalah kakaknya yang menyeramkan itu dan kakaknya pasti menganggap idenya bodoh.
Karena kakaknya selalu tidak sepaham dengannya.
Tokiko juga jadi ragu, karena kakaknya juga anggota persatuan pemuda desa. Mereka menghela nafas.
Kakek mminta mereka melupakan ide itu kalau mereka smeuanya sudah menyerah. Tapi tentu saja
MIneko dkk tidak akan menyerah dengan mudah. Mereka akan berusaha. Karena itu mereka meminta
saran kakek bagaimana cara untuk meyakinkan persatuan pemuda desa.
Kakek mengatakan mereka perlu persiapan matang sebelum menyampaikan pada mereka. Kalau
persatuan pemuda bertanya, maka mereka harus bisa menjawab dengan yakin, jadi tentu saja mereka
harus melakukan persiapan matang.

Mineko, Tokiko dan Mitsuo cukup yakin dan mereka bersemangat melakukan berbagai penelitian.
Mereka menghabiskan waktu membaca sesuatu saat jam istirahat, bahkan Mitsuo dan Tokiko terlihat
makin akrab lama-lama.
Sepulang sekolah mereka berkumpul sambil membawa alang-alang seolah membawa obor. Mereka
menggambar peta Ookuibaraki dan melakukan banyak hal lainnya, seperti meminta saran pada guru-
guru, baik guru wali kelas, bahkan sampai guru olahraga. Mereka menanyakan tentang bagaimana
membawa obor olimpiade, apakah sulit, bagaimana lari sebaiknya, sejauh apa jaraknya per orang dan
lain sebagainya.
Mereka masih merahasiakan hal ini. Mereka belum boleh membahasnya di depan siapapun, kecuali ibu
dan kakek Mineko, karena mereka sudah tahu. Jiro sepertinya sudah tahu sih. Katanya di deskripsi Jiro
ini supir bus, taunya penjaga pintu bus HAHHAHHA.

Mereka pulang telat hari itu. Dari jalan besar, Tokiko dan Mineko berjalan ke rumah Tokiko sambil
mengobrol. Mereka bicara masalah mereka. Tokiko masih belum mendapat izin dari ibunya untuk ke
Tokyo.
Mereka juga membicarakan masalah Mitsuo, Mitsuo di rumah seperti di anak tirikan, keluarganya sangat
ingin Mitsuo segera keluar dari rumah meski Mitsuo sebenarnya tak ingin pindah dari Ookuibaraki.
Mineko dan Tokiko bersemangat untuk mewujudkan keinginan Mitsuo ini, relay obor olimpiade Tokyo di
Ookuibaraki.
Tokiko memuji Mineko yang sepertinya selalu disukai oleh orang lain terutama dirumah. Mineko
mengatakan kalau itu semua karena ayahnya tidak ada di sini, jadi orang-orang berusaha bersikap baik
padanya agar ia tak sedih. Di rumah ia juga punya masalahnya sendiri, seperti adik-adiknya yang
bersikap lebih dewasa dari anak-anak seusianya karena tak ingin keluarga khawatir dan saat menonton
TV, kalau ada acara komedi yang lucu, mereka berusaha tidak tertawa terlalu banyak, karena merasa tak
enak dengan ayah yang bekerja di Tokyo. Jadi intinya semua orang menahan diri.
Tokiko mengerti, semua orang punya masalahnya sendiri-sendiri. Mineko menebak jangan-jangan
selama ini Tokiko pkir ia tak punya masalah karena ia selalu terlihat gembira. Tokiko awlanya membantah
tapi akhirnya ia jujur, terkadang ia memang berfikir begitu.

Sementara itu tanpa sepengetahuan Mineko, sesuatu terjadi di rumah. Pak pos datang hari ini,
mengembalikan paket dan surat.
Ibu bingung, itu adalah paket dan surat yang mereka kirim untuk ayah di Tokyo, tapi dikembalikan, yang
artinya sesuatu terjadi. Ibu sangat khawatir tapi kakek mengatakan mungkin ada yang salah dengan
alamat suratnya. Ibu berusaha berfikiran positif, tapi tentu saja hatinya tidak tenang.
Saat Mineko pulang, ibu sedang menatap foto ayah. Ia segera berusaha bersikap biasa saja dan
menyiapkan makan malam. Mineko bertanya apakah balasan suratnya dari ayah sudah datang, tapi ibu
mengatakan belum. Ibu tak bisa menceritakan hal itu pada puterinya.

Selesai makan malam, Chiyoko dan Susumu menonton acara di TV, Mineko bersemangat menceritakan
mengenai relay obor olimpiade pada ibu dan kakek. Mereka sudah menemtukan rutenya, kira-kira sejauh
20 km.
Tapi masih banyak yang harus mereka pikirkan, seperti siapa pelarinya, mengenai obornya dan masih
banyak lagi.
Ibu bertanya apakah mereka bertiga bisa melakukannya. Mineko yakin mereka bisa karena guru mereka
juga membantu. Ini masih menjadi rahasia jadi mereka tak bisa meminta saran penduduk desa.
Saat itu Mineko sadar kalau adiknya mendengarkannya, lebih tepatnya Chiyoko. Tentu saja Mineko panik
dan meminta adiknya tidak menceritakan pada siapapun. Tapi Chiyoko cerdik, ia minta uang tutup mulut,
salah satu jepitan rambut kakaknya HAHAHAHAA. Mineko terpaksa memberikannya.

Malam harinya, setelah 3 anaknya tidur, ibu bangun. Ia tersenyum melihat Mineko sepertinya bermimpi
memegang obor olimpiade.
Ia keluar dan melanjutkan pekerjaan menjahitnya. Kakek masih bangun, menganyam sesuatu. IBu masih
khawatir dan meminta izin kakek untuk menelpon suaminya besok. Bagaimanapun ia tak bisa tenang, jika
ia mendengar suara ayah Mineko saja maka ia sudah bisa lega.
Kakek mengerti keresahan hati menantunya. akhirnya ia memperbolehkannya.

Keesokan harinya, Ibu menelpon ke asrama ayah dan ia sangat terkejut saat pengurus mengatakan
kalau ayah Mineko tidak ada disana. Sudah beberapa hari ayah Mineko tidak pulang. Pengurus
mengatakan ayahnya sudah bayar uang sewa bulan ini, jadi tak masalah baginya. Hanya saja barang-
barang ayah Mineko masih di akamr asrama dan itu membuatnya khawatir tejadi sesuatu. Pengurus
mengatakan sudah banyak kasus seperti itu, ia bahkan harus membuang barang mereka yang
menghilang beberapa waktu yang lalu, sama seperti ayah Mineko.
Ibu jadi makin khawatir.
Jadi nih ya, menurut aku karena situasi ekonomi sangat buruk waktu itu, banyak imigran yang ke Tokyo
tak sanggup lagi untuk melanjutkan hidup. Menurut aku sih ada 2 kemungkinan yang terjadi, ayah Mineko
mungkin dijahati orang atau bunuh diri. Tapi saat itu banyak kasus bunuh diri juga, jadi mungkin mereka
kepikiran ke arah sana.

Paman Mineko datang ke rumah dan bermain dengan keponakannya. Ibu kemudian meminta Chiyoko
membawa Susumu keluar karena ia ingin bicara dengan paman.
Paman tahu pasti ada sesuatu. Ibu kemudian mengatakan masalahnya, ayah ternyata menghilang di hari
ketiga ia di Tokyo setelah kembali dari desa. Mereka tak menerima kabar dari ayah dan ia juga tak bisa
bertanya lanjut lewat telpon karena ada banyak pekerja disana dan pengurus tak ingat satu per satu juga.
Ayah masih meninggalkan barangya di asrama dan bahkan tidak membawa surat dari keluarganya.
Paman merasa itu memang aneh, karena kakaknya tidak akan melakukan hal seperti itu, pergi tanpa
membawa surat dari keluarga, karena kakaknya selalu menganggap keluarga hal yang berharga
banginya.
Paman juga khawatir dan berkata kalau ibu Mineko memang tak tenang, sebaiknya ibu langsung ke
Tokyo untuk memastikan. Kalau ibu takut sendirian, ia bisa menemani. Tapi ibu Mineko mengatakan ia
tak apa-apa pergi sendirian.

Mineko kembali ke rumah dan bertemu pamannya di jalan. Ibu menyiapkan makan malam dan
mengatakan pada MIneko kalau besok ia akan ke Fukushima, ada keluarga mereka yang kemalangan
disana. Ia ingin Mineko membantu memasak makan malam besok.
Mineko mengerti. Ia meminta Chiyoko dan Susumu juga membantu mereka besok. Karena besok Mineko
yang akan memasak, ia bertanya pada adik bungsunya, adiknya ingin makan apa. Susumu meniru acara
di TV, tebak gerakan dan kakek bisa menjawab dengan benar, Susumu ingin makan kare.

Keesokan harinya, ibu bangun pagi sekali. Ia sudah bersiap-siap, ia membawa korek api dari Suzufuritei
bersamanya. Sebelum berangkat ia menyiapkan sarapan.
Kakek menemuinya dan meminta menantunya berhati-hati. Kalau misalnya menantunya tak bisa
menemukan jejak apapun, maka segera lapor ke kantor polisi. Ibu mengerti.
Mineko kembali dari kandang ayam dan ibu meminta Mineko melanjutkan menyiapkan sarapan karena ia
harus berangkat mengejar kereta.
Chiyoko dan Susumu datang, mengantar kepergian ibu.

Ibu naik bus menuju stasiun kereta. Jiro-san berfikir kalau ibu akan ke Tokyo menemui suaminya untuk
kencan. Jiro-san juga bertanya bagaimana kabar suaminya. Ibu mengatakan suaminya baik-baik saja,
pasti baik-baik saja. Ibu tampak resah ia berharap ia tak terlambat karena ia harus mengejar kereta pukul
6.39.

Mineko, Tokiko dan Mitsuo naik bus seperti biasa ke sekolah.


Jiro kahwatir dengan ibu Mineko dan bertanya apa terjadi sesuatu karena ibu Mineko agak aneh pagi ini.
Mineko mengatakan ada kerabat yang kemalangan di Fukushima, jadi ibu kesana.
Jiro-san bingung, ia yakin ibu tidak ke Fukushima. Karena ibu tadi mengatakan akan mengejar kereta
pukul 6.39 dan itu adalah kereta menuju Tokyo.
Mineko terkejut mendengarnya. Ia merasa tidak tenang.

Mineko tak bisa tenang di sekolah. Ia bertanya-tanya apa yang terjadi, kenapa ibu berbohong padanya.
Mitsuo dan Tokiko khawatir padanya. Mereka bahkan tak berani membahas masalah obor olimpiade itu.
Tapi akhirnya Mineko menenangkan pikirannya dan meminta maaf pada dua temannya.
Ia juga minta maaf karena ia tak bisa pulang terlambat hari ini, ia harus memasak di rumah karena ibu tak
ada. Mitsuo tampak senang karean artinya hanya dia dan Tokiko berdua hari ini HAHAHAHAHAHAH.
Aduh Mitsuo makin lama makin manisssss, plis nanti jadi misua Mineko ya XD XD

Ibu tiba di asrama tempat ayah tinggal dan ternyata asramanya lebih mengejutkan drai dugaan ibu,
terlihat tidak terurus.
Ibu bertemu dengan pengurus dan menanyakan suaminya, apakah ada yang aneh sebelum suaminya
menghilang. Tapi pengurus tidak begitu ingat, karena ada banyak pria di sana, ia tak ingat satu per satu.
Pengurus memberikan barang yang ditinggalkan ayah dan benar itu tas milik suaminya. Ia membuka tas
itu dan surat dari Mineko masih ada disana, terikat rapi.
Pengurus mengatakan para pekerja imigran hidup sangat keras disana, bekeja dari pagi sampai malam
dan mengirim uang yang dihasilkan ke kampung, tanpa ada yang tersisa untuk mereka, karena itu sudah
banyak kejadian menghilang seperti ini.
Sebelum pergi, ibu meminta izin untuk melihat kamar tempat suaminya tinggal. IBu terkejut karena
kamarnya begitu kecil dan berantakan.

Mineko kembali ke rumah siang itu. Ia membuka kotak surat, tapi surat balasan dari ayahnya belum juga
datang.
Ia memasak di dapur bersama adiknya Chiyoko. Chiyoko cukup pandai memasak. Mereka akan makan
kare sesuai permintaan si bungsu. Mereka tidak menggunakan kare instant, tapi membuatnya sendiri.
Selagi memasak, Mineko bertanya kenapa paman datang kemarin dan apa yang mereka bicarakan.
Chiyoko tidak tahu karena ibu menyuruhnya dan Susumu main di luar. Mineko mengerti.

Mineko merasa tidak tenang dan akhirnya menemui kakek. Ia melihat kakek sepertinya juga tidak tenang
hari ini. Kakek mengatakan itu karena ia sudah tua.
Mineko tahu kakek bohong dan bertanya sebenarnya apa yang terjadi. Ia tidak bodoh, jadi ia tahu
sesuatu sedang terjadi.
Kakek mencoba membantah, Mineko hampir menangis dan berkata ia tahu kalau ibunya ke Tokyo. Ia
bertanya apa yang sebenarnya terjadi, apakah berhubungan dengan ayah dan kenapa ibu berbohong
padanya.
Kakek meminta Mineko mendekat dan duduk. Kakek mengatakan terkadang orang tua harus berbohong
pada anak mereka. Saat orang tua berbohong pada anak mereka, mereka punya alasan melakukannya.
Mereka memikirkan anak mereka saat mereka berbohong.
Kakek ingin Mineko menunggu ibunya untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Mineko mengerti.

Malamnya keluarga Mineko makan malam dengan senyuman.


Tapi dalam hati, Mineko takut, kira-kira apa yang akan ibu katakan padanya. Itu membuatnya takut.

Ibu masih mencari suaminya, ia bertanya ke tempat kerja, tapi ia tak menemukan jawaban memuaskan.
Pada akhirnya, seperti saran kakek, Ibu pergi ke kantor polisi untuk melaporkan ayah yang menghilang.
Tapi di kantor polisi ibu diperlakukan seolah tidak penting, hanya karena banyak kasus imigran yang
menghilang, jadi polisi menganggap itu kasus biasa. Apalagi polisi salah terus menyebutkan nama Ibaraki
dengan Ibaragi.
Polisi mengatakan kalau ada banyak imigran yang datang ke Tokyo dan menghilang dan pada akhirnya
hasilnya sangat buruk (dalam artian alasan menghilangnya bunuh diri). Ada baiknya ibu jangan mencari
suaminya.
Ibu tidak tahan lagi dan memperbaiki ucapan polisi itu, ia mengatakan daerahnya adalah Ibaraki, bukan
Ibaragi. Ia ingin polisi mencari suaminya Yatabe Minoru, bukan pekerja imigran.
Ibu menangis sambil berteriak, Aku memintamu mencari Yatabe Minoru, seorang pria yang lahir dan
dibesarkan di desa Ookuibaraki. Dia mempunyai nama! Dia bukan tipe pria yang akan menghilang sendiri
seperti itu! Jadi tolong! Tolong carilah dia!
Ibu menangis sambil mengatakan hal itu dan seseorang memperhatikannya.
KYAAAAAAAAAA Ryusei

Pria yang memperhatikan ibu sejak tadi, ia mencari ibu diluar dan melihat ibu masih duduk di gedung
kantor polisi. Ia mendekati ibu dan memperkenalkan dirinya sebagai salah satu polisi di Akasaka,
Watahiki Masayoshi dan ia berasal dari Ibaraki.
Ia meminta maaf karena mencuri dengan permbicaraan ibu tadi. Ia sudah meminta izin pada seniornya
agar tugas mencari suami ibu ia yang melakukannya dan ia sudah diizinkan asal tidak mengganggu
pekerjaannya. Jadi ia berjanji akan mencari suami ibu.
Iu cukup terkejut kenapa Watahiki mau melakukan itu untuknya. Watahiki mengatakan karena mereka
sama-sama berasal dari Ibaraki.

Mineko di rumah berusaha mengalihkan pikirannya dengan memikirkan masalah obor olimpiade. Ia
khawtair tidak banyak orang yang datang menonton.
Kakek menghiburnya, mengatakan jika tidak ada yang datang, ia akan datang ke setiap rumah dan
menyuruh mereka datang. Mineko senang mendengarnya.

Malam itu, saat sedang berjalan, ibu teringat korek api Suzufuritei dan memutuskan datang kesana. Saat
itu restoran sudah tutup dan ibu masuk ke dalam membuat Pemilik dan chef terkejut. Ibu
memperkenalkan dirinya sebagai Yatabe dari Ibaraki dan pemilik langsung mengenalinya sebagai istri
Minoru. Ibu terkejut karena mereka mengenal suaminya.
Ibu kemudian menceritakan masalahnya dan pemilik sangat khawatir. Tapi ia yakin suami ibu bukan
orang seperti itu. Mereka ingat ayah Mineko sangat bersemangat menceritakan keluarganya saat makan
disini dan bahkan berfikir untuk membawa keluarganya ke sana nantinya. Jadi mereka yakin ayah Mineko
bukan orang yang berfikiran pendek.
Chef berusaha berfikir positif mengatakan kalau mungkin ayah Mineko dapat pekerjaan baru dan tidak
sempat menelpon karena sibuk.

Pemilik mengambil tempat bekal bekas manju yang dulu dibawa ayah dan memberikan pada ibu. Mereka
mengatakan mereka menikmati manjunya.
Ibu sedih melihat tempat bekal itu dan memeluknya. Tapi pemilik meminta tempat bekal itu kembali, ia
menyarankan agar ia menyimpannya.
Ibu tentu saja terkejut karena pemilik bisa saja mengembalikan padanya. Pemilik mengatakan ayah
Mineko berjanji akan mengambil tempat bekal itu, jadi sampai saat itu tiba, ia berharap ibu
mengizinkannya untuk menyimpannya.
Ibu mengerti. Pemilik meyakinkan semuanya akan baik-baik saja. Saat ia meminta chef menyiapkan
makan malam, ibu menolak. Karena suaminya berjanji membawa mereka kesana suatu hari nanti,
sampai saat itu tiba, ia tak akan memakan makanan disana. Ibu meminta maaf.
Tapi pemilik dan chef mengerti.

Mineko tidak bisa tidur. Ia terbangun dan menemui kakek yang menganyam sesuatu. Kakek meminta
Mineko duduk karena ia akan mengajari Mineko.
Mineko senang kakek mengajarinya, dan ia cukup kaget kakek bekerja sangat cepat sementara ia sangat
lambat.

Ibu ada di stasiun kereta api, menunggu kereta pagi.


Ia memeluk tas suaminya. Ibu masih merasa sedih dan tak tenang.
Ibu juga agak takut sendiri disana karena banyak preman. Tapi tiba-tiba pemilik Suzufuritei dan chef
datang membuat ibu terkejut.
Pemilik mengatakan tebakannya benar ibu pasti ada di stasiun. Chef mengatakn ibunya menebak
dengan benar kalau ibu Mineko pasti di stasiun, makanya merea berlari kesana.
Ibu Mineko belum makan malam, jadi mereka membawakan makanan yang bukan dari restoran mereka
untuk ibu karena ibu pasti lapar.
Ibu tak mengerti kenapa mereka sampai datang malam-malam begini menemuinya yang notabene
adalah orang asing bagi mereka.
Pemilik mengatakan kalau mereka punya hubungan yang berharga.
Pemilik meminta mereka bicara hal-hal lain, mereka akan menemani ibu dan ibu bisa makan makan
malamnya.
Mereka tak ingin ibu bersedih jadi mereka bicara sepanjang malam. Sepertinya pemilik membicarakan
tentang suaminya, atau anaknya?

Siang harinya, Mineko kembali ke rumah dan melihat ibunya sudah bekerja di ladang.
Ibu yang melihat Mineko langsung berlari ke arahnya.
Ibu memanggil puterinya dan akan mengatakan sesuatu.

-THE END-

Komentar:

Yang aku suka dari asadora adalah mereka tidak lama mengulur waktu untuk masuk ke masalah inti
certianya tiap minggu. Untuk minggu-minggu awal sih, karena kebanyakan asadora akan kehilangan arah
cerita di tengah-tengah nanti HAHAHHAHA.
Makanya aku senang mereka sudah membahas mengenai ayah Mineko yang menghilang di minggu
kedua ini.
Ayah Mineko sih tidak akan melakukan seperti bunuh diri itu, karena sepertinya pengurus, bos di tempat
kerja ayah Mineko dan polisi, menyimpulkan kalau kemungkinan ayah Mineko bunuh diri, meski mereka
nggak mengatakannya secara langsung sih ya.
Bisa jadi seperti yang dikatakan teman ayah Mineko itu, mungkin ada yang jahat pada ayahnya.
Tapi ayahnya kan baru 3 hari di Tokyo, belum gajian, jadi aklau di rampok kayaknya enggak, jadi kemana
ya?

Apakah ayahnya mungkin dapat pekerjaan baru jadi tak sempat pulang ke rumah dan tak sempat
menghubungi keluarga seperti kata si chef?
Bisa jadi. Tapi masa sih? Atau ayahnya luka di suatu tempat?
Ya, itu masih inti dari kisah perjalanan hidup Mineko, semuanya berubah karena hal ini nantinya.
Tapi tegang saja, ayah Mineko pasti akan baik-baik saja, dia tidak akan meninggal kok.

Keluarga Suzufuritei sangat baik, sumpah deh. Pada orang asing seperti ibu Mineko, mereka bahkan
sampai datang menemaninya di stasiun kereta, benar-benar menghangatkan hati.
Dan Watahiki, karena sama-sama warga ibaraki, menawarkan diri untuk membantu ibu Mineko. Mereka
dikelilingi oleh orang-orang yang baik :')
Aku suka banged sama Suzufuritei dan menantikan Mineko bekerja disana nantinya. Sepertinya bakalan
ada sesuatu dengan Maeda, salah satu calon chef yang masih belajar disana, kerjaannya disuruh-suruh
sama seniornya HAHAHAAHA.
Aku skip bagian itu diatas karena kurang penting HAHAAHHA.

Akhirnya Ryo Ryusei muncul juga ya. Awwwwwwwwwww.


Di awal berita asadora ini aku udah ship dia dan Mineko untuk menjadi couple selanjutnya, tapi dia
munculnya lama dan aku keburu jatuh cinta pada Mitsuo AHHAHAHHA. Meski hati Mitsuo ada pada
Tokiko, tapi bisa jadi nanti akan berubah, ya kan?
Mitsuo manis bangeeeeeeeeeeeeeed XD XD XD Aku jadi fans Mitsuo.
Tapi kasian banged ya, Mitsuo sebenarnya nggak mau ninggalin desa, tapi dipaksa keluarganya.
Hmmmmmmm.
Tapi dengan begitu, nanti 3 sekawan akan sama-sama di Tokyo^^

Tapi baru-baru ini aku membaca kalau Hiyokko punya cast tambahan lho. RYOMA TAKEUCHI!!! OMG!
Mimpi apa gue baru ngefans sama Ryoma gara-gara Toki wo Kakeru Shoujo udah bisa liat dia di asadora
XD
Sebuah kesempatan yang besar banged, habis ini semoga dia kena popularitas asadora kaya Yamazaki
Kento, Fukushi Sota, Masahiro Higashide, Sakaguchi Kentaro :))
Seneng banged di Hiyokko ini ada banyak yang gue suka wkwkkwkwkw. Ryo, Ryoma, Yuki :')

Mineko akhirnya tahu apa yang terjadi pada ayahnya di Tokyo tapi ia berusaha untuk tidak bersedih
karena itu hanya akan membuat ibunya khawatir. Ia bersama dua sahabatnya Tokiko dan Mitsuo
memutuskan untuk tetap melakukan torch relay dan menghadapi masalah saat meyakinkan persatuan
pemuda Ookuibaraki.

Sinopsis Hiyokko Week 3 (Episode 13-18): Run Towards Tomorrow

Mineko kembali ke rumah hari itu dan ibunya sudah bekerja di ladang bersama kakek. Melihat Mineko,
ibu segera berlari menemuinya. Ia menatap puterinya yang sudah mengetahui sesuatu dan mengajaknya
kerumah.
Ibu mengatakan pada Mineko kalau ia adalah ibu yang jahat karena berbohong pada anaknya. Ia
meminta Mineko tenang dan mulai menceritakan semuanya, bahwa ia menerima surat yang ia kirim ke
ayah di kembalikan dan pergi ke Tokyo untuk mengecek keadaan ayah, tapi ia tidak bertemu dengan
ayah. Ia juga sudah melpor ke kantor polisi untuk melaporkan orang hilang.

Ia bahkan mengatakan ia tidak menemukan jejak ayah, apakah ayah masih hidup atau sudah meninggal.
Sadar kata-katanya sudah kelewatan, ibu meminta maaf pada Mineko.
Mineko tidak mempermasalahkan hal itu karena ia tahu ibunya sendirian ke Tokyo, sebuah kota besar
yang tidak pernah ibu kunjungi sebelumnya, ia yakin ibu juga takut saat di Tokyo. Mineko mengatakan
seandainya ia lebih dewasa ia akan pergi bersama ibu saat itu.
Ibu menangis mendengar puterinya dan memeluknya. Keduanya menangis.
Ibu mengatakan mereka harus percaya bahwa ayah akan kembali. Ayah berjanji akan kembali saat tahun
baru, mereka harus mempercayai hal itu. Mineko setuju.

Keesokan harinya Mineko seperti biasa berangkat ke sekolah. Ia ceria seperti biasa tapi Tokiko
mengetahui ada sesuatu yang tidak beres.
Bahkan di bus, Mineko tak seperti biasanya, ia bernyanyi bersama Jiro-san, seolah-olah mencoba sangat
keras untuk terlihat ceria.
Tokiko tak tahan lagi dan mengajak Mineko  bicara, apa yang sebenarnya terjadi. Mineko mengatakan
kalau ia tidak melakukannya, mencoba ceria, ia mungkin bisa gila.  Tokiko mengerti, karena Mineko
bukan tipe yang bisa menyimpan kesedihannya sendirian.
Mineko akhirnya mengatakan yang sebenarnya pada teman-temannya, mengenai apa yang terjadi pada
ayahnya di Tokyo. Teman-temannya bertanya apakah Mineko baik-baik saja dan tentu saja Mineko
mengatakan ia tidak baik-baik saja,tapi harus berusaha baik-baik saja, kalau tidak ibunya akan sedih.

Sementara itu ibu Tokiko mengunjungi ibu Mineko di ladang seperti biasa, membantu pekerjaan +
bergosip. Awalnya ibu Mineko mencoba menyambutnya dengan senyuman, tapi ibu Tokiko merasa ada
yang berbeda dengan ibu Mineko dan akhirnya ia tahu kalau sesuatu terjadi, karena ibu Mineko tiba-tiba
menangis di pelukannya.
Karena masalah Mineko, Mitsuo merasa tak enak melakukan acara membawa obor olimpiade di desa
mereka, karena ini sama saja dengan festival dan semuanya akan berbahagia, sementara teman mereka
sedih. Ia berniat membatalkan acara itu. Tapi Mineko tidak setuju, acara itu justru akan membantunya
menyibukkan diri, ia juga tidak ingin melihat wajah sedih ibunya kalau ia mengatakan mereka berhenti
melakukannya, karena ibunya pasti berfikir ini karena masalah ayah Mineko.
Mineko mengatakan ia ingin menghibur keluarganya dan have fun di acara itu, jadi bagaimanapun
mereka harus melakukannya. Tokiko sendiri menyampaikan idenya, bagaimana jika mereka
menghubungi stasiun TV dan surat kabar, siapa tahu mereka tertarik untuk meliput dan mereka akan
masuk TV dan surat kabar. Ayah Mineko bisa saja membaca dan menontonnya di suatu tempat.

Mineko menyukai ide itu. Tentu saja Tokiko juga punya niat lain, agar perusahaan hiburan tertarik
padanya.
Mereka mendapatkan semangat baru untuk melakukan hal ini.
Mineko berterima kasih pada teman-temannya, dan ia mulai menangis. Tokiko memeluknya. Mitsuo
tersenyum melihat mereka meskipun Mineko kemudian menggodanya apakah ia cemburu karena Tokiko
memeluknya hehhhehehe.

Mineko menjalani hari seperti biasa. PUlang sekolah ia membantu pekerjaan rumah, malamnya ia
bermain bersama adik-adiknya, ia berusaha menghadapi hari seperti biasanya.
Kakeknya sempat bertanya apakah Mineko baik-baik saja dan Mineko menjawab ia baik-baik saja.
Mineko, Mitsuo dan Tokiko juga bekerja keras untuk mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung
untuk rapat persatuan pemuda nantinya,untuk meyakinkan mereka agar mau membantu dan menyetujui
acara ini.

Rapat persatuan pemuda diadakan hari minggu. Para pemuda desa berkumpul, meski nggak semuanya
muda-muda HAAAHHA
Ketua pemuda adalah kakak Mitsuo, Taro dan wakil ketua adalah kakak Tokiko, Toyosaku.
Hari itu, Mitsuo mencoba pergi diam-diam tapi tertangkap basah oleh ayah dan ibu. Mereka meminta
Mitsuo membantu di kebun karena Taro tak akan ada di rumah seharian, tapi Mitsuo mengatakan ia ada
acara penting. Ia berhasil kabur dari ayah dan ibunya.
Tokiko juga ingin pergi diam-diam tapi tertangkap oleh ibunya. Ibu Tokiko meminta Tokiko membantu
pekerjaan, tapi Tokiko mengatakan ia ada janji. Ia berusaha meyakinkan ibu tapi ibu tak mau tahu,
akhirnya Tokiko kabur.
Sementara itu Mineko berangkat dengan sangat gugup, ia bahkan berjalan dengan cara aneh, membuat
ibu dan kakek tertawa. Ibu menyemangatinya semoga berhasil.

Tokiko dan Mitsuo datang duluan kesana dan bersembunyi di balik mobil, mereka sangat deg degan,
Mineko datang kemudian dan mereka saling menyemangati untuk tidak terlalu gugup bicara dengan
persatuan pemuda yang menyeramkan. Karena ketuanya adalah Mitsuo jadi nanti Mitsuo yang akan
bicara disana, mereka menyemangati Mitsuo.
Ketikanya menarik nafas dalam dan masuk ke kantor. Saat itu, Ibu Mitsuo lewat disana dan melihat
mereka, ia bingung kenapa ketiganya ikut rapat. Ia memutuskan mengintip. Ibu Tokiko yang datang
membawa cemilan juga ikut mengintip dan ibu Mineko yang disuruh kakek untuk melihat juga mengintip
mereka dari luar.
Para pemuda yang sedang membicarakan sesuatu terkejut melihat Mitsuo, Tokiko dan Mineko masuk,
mereka bertanya ada apa.
Mitsuo bicara terbata-bata mengatakan kalau ia dan temannya punya proposal dan berharap disetujui
oleh persatuan pemuda. Mereka mengeluarkan kertas yang berisi usulan mereka dan membagikannya
pada anggota.
Mitsuo menjelaskan maksud mereka yang ingin mengadakan 'torch relay' di Ookuibaraki sebagai bagian
dari perayaan olimpiade. Menurut mereka sangat sayang jika momen olimpiade Tokyo dilewatkan begitu
saja. Karenanya mereka ingin menunjukkan kalau desa mereka juga bagian dari olimpiade Tokyo dan
ingin para pemuda mempertimbangkannya.
Tapi tentu saja para pemuda menolak rencana ini. Mereka mengatakan ini rencana yang bodoh, mereka
sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan tak ada waktu untuk melakukan hal ini. Usulan
mereka diolak dalam waktu satu menit. PAra pemuda menghina usulan itu sebagai usulan yang kekanak-
kanakan, mereka tak memikirkan kalau hal seperti itu butuh biaya dan lain sebagainya. Mereka juga
mengatakan kalau Mitsuo sebentar lagi akan meninggalkan desa, kenapa susah-susah membuat hal
seperti itu.
Mitsuo yang mendengarnya menjadi kesal, ia mengatakan itu benar ia akan segera meninggalkan desa,
tapi ia sangat mencintai desa mereka, tapi bagaimana pun karena ia nak ketiga ia harus meninggalkan
desa dan mandiri. Itu sudah ditakdirkan sejak ia dilahirkan, tapi meskipun begitu ia sangat menyukai
desa, orang seperti mereka yang menyukai desa harus meninggalkan desa dan mereka hanya ingin
membuat sebuah kenangan sebelum meninggalkannya. Mitsuo juga mengatakan mengenai Tokiko dan
Ayah Mineko yang menyukai desa tapi harus meninggalkan desa.
Mitsuo menangis saat ia mengatakan hal itu, ini pertama kalinya ia memohon sesuatu pada kakaknya, ia
harap kakaknya mau mempertimbangkan kembali.

Taro mengatakan tak ada yang perlu di bicarakan, ini hanya ide anak-anak manja. Ia sangat membenci
anak ketiga karena mereka tak pernah melihat pada kenyataan diluar, selalu melihat diri mereka sendiri.
Ia marah karena Mitsuo mengatakan ia ditakdirkan untuk meninggalkan desa karena ia anak ketiga
keluarga petani tapi Mitsuo tak pernah memikirkan perasaan mereka yang menjadi anak pertama yang
tidak boleh meninggalkan desa. Mitsuo selalu menunjukkan wajah menyedihkan memikirkan dirinya dan
tidak memikirkan orang lain.
Mineko ingin membela Mitsuo tapi Taro menyuruhnya diam. Ketiganya cuma bisa diam dan menunduk
mendengarkan ceramah Taro.
Tapi tiba-tiba Taro dan Toyosaku berdiri dan malah membicarakan biaya, kemudian mengenai biaya obor
dan mereka juga perlu polisi untuk berjaga-jaga, minuman untuk para tetua, surat untuk dikirim ke surat
kabar dan TV dan bla bla bla.
Tiba-tiba mereka mulai bersemangat untuk menata kostum, souvenir dan lain sebagainya.
Mineko dkk tentu saja bingung kenapa tiba-tiba pembicaraan berubah. Taro mengatakan mereka akan
melakukannya, mereka juga ingin menunjukkan apa yang ookuibaraki bisa lakukan saat olimpiade ini.
Mineko dkk sangat senang mendengarnya, mereka berpelukan karena mereka bisa melakukan relay
obor olimpiade seperti harapan mereka.
Para pemuda sibuk membicarakan mengenai siapa yang akan jadi pelari dan pelari terakhir sebagai
orang yang paling penting. Mitsuo mengatakan kalau Mineko yang akan melakukannya. Mineko cukup
kaget karena ia tak diberitahu sebelumnya. Tapi Mitsuo dan Tokiko setuju Mineko harus melakukannya
agar ayahnya melihat di Tokyo nanti.
Rapat berakhir dengan lancar, para ibu di luar juga meneteskan air mata melihat anak-anak mereka
untuk pertama kalinya mengatakan apa yang mereka inginkan.

Persiapan torch relay dilakukan sebelum acara tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari. Keluarga Mineko
bertugas untuk membuat poster yang akan di tempel di papan pengumuman, agar seluruh warga tahu
mengenai acara ini, dan agar desa lain yang tertarik juga bisa datang menonton.
Keluarga Tokiko bertugas menulis nama pelari yang akan di pakai di dada nantinya. Sementara Mitsuo
dan kakaknya sibuk membangun obor besar yang akan dinyalakan nantinya. Mineko dan Tokiko
menyebar selebaran dan menempel poster. Para pemuda desa sibuk memilih siapa saja yang akan
mereka undang, baik sebagai pelari dan lain-lain, mereka berniat mengundang walikota (?) dll.
Para pelari dilatih oleh guru di sekolah Mineko dkk, bagaimana lari yang baik dengan membawa obor.
Obor sendiri dibuat oleh guru disekolah mereka juga.
Semuanya bersemangat, mereka juga membangun gapura di lapangan, tempat dimana relay akan
dimulai dan berakhir. Persiapan berlangsung dengan cepat dan akhirnya besok adalah acara utamanya.

Seluruh warga Ookuibaraki berkumpul, ini benar-benar terlihat seperti festival. Ada musik, ada yang
jualan juga. Wartawan dari surat kabar dan Stasiun TV juga datang meliput.
Pelari pertama adalah Mitsuo yang kelihatan sangat gugup. Ibunya bahkan menangis melihat puteranya
berlari. Mitsuo berlari sambil memikirkan desanya, desa yang ia cintai dan ia akan segera
meninggalkannya. Ia berterima kasih pada Ookuibaraki dan mengatakan ia tak akan pernah melupakan
desanya. Mitsuo menangis, ini adalah caranya mengucapkan selamat tinggal pada desanya.
Pelari selanjutnya adalah para petugas desa dan beberapa pemuda. Tokiko adalah pelari 2 terakhir,
dimana ia tentu saja bersiap dengan cantik karena ada kamera disana.
Ia mendapatkan obor dari kakaknya dan memberikannya pada pelari terakhir, Mineko.  Mineko tentu saja
berlari sambil memikirkan ayahnya, ia berharap ayahnya melihatnya dan baik-baik saja, ia percaya janji
ayahnya yang akan kembali dan ia ingin menunjukkan kalau mereka baik-baik saja di desa. Ia berharap
perasaannya mencapai ayahnya.
PAra keluarga dan warga menonton acara itu dengan sangat bersemangat, mereka memberi semangat
pada para pelari. Mineko akhirnya sampai dititik akhir dimana keluarganya menunggu dan ia kembali ke
titik start dan menyalakan obor besar disana.
Seluruh warga bersuka cita, acara berjalan dengan sangat lancar.

Acara torch relay di Ookuibaraki menjadi berita di TV, katanya sih berita singkat tapi ternyata sangat
panjang HAHAHAHAH.
Seluruh keluarga menonton, keluarga Mineko, keluarga Tokiko dan Keluarga Mitsuo. Mereka melihat
acara dari awal sampai akhir, Mitsuo yang berlari, Tokiko dan Mineko. Bahkan pembawa acaranya
menceritakan mengenai Mitsuo yang akan meninggalkan desa, Tokiko yang ingin jadi artis dan Mineko
yang ayahnya bekerja di Tokyo.
Selain itu kakek Mineko juga direkam, ibu Tokiko dan Mineko, ayah dan ibu Mitsuo, kakak Mitsuo tentu
saja, bahkan Chiyoko dan Susumu punya segmennya sendiri.
PAman Mineko agak kesal karena ia hanya muncul sedikit tapi ia tak dibahas. Ayah Tokik lebih kesal
karena ia tidak muncul sama sekali, hanya separuh wajahnya yang kelihatan HAHAAHAHHA.
TApi after tastenya kata mereka kurang heboh, setelah acara selesai ya sampai segitu aja. Chiyoko dan
Susumu berharap kalau ayah melihat acara itu, mereka yakin kalau ayah melihatnya.
Seluruh keluaga kemudian berpesta setelah menonton acara mereka sendiri.

Malam harinya Mineko memandangi bulan dan ia menangis. Ia teringat ayahnya lagi.

Satu minggu setelah acara itu, olimpiade Tokyo dimulai.


Keluarga YAtabe menonton di TV acara pembukaannya dan melihat gedung yang dibangun oleh ayah
mereka.
Mineko memikirkan dalam hatinya kalau gedung yang ayahnya bangun, ribuan orang disana dan seluruh
jepang menyaksikannya. Ia berharap ayahnya juga menyaksikan olimpiade itu di suatu tempat.

Olimpiade Tokyo berakhir.


Memasuki musim gugur, Tokiko dan Mitsuo tampak tidak bersemangat.
Saat acara torch relay, Mitsuo diperlakukan berbeda di rumah, dan ia mulai percaya diri, tapi setelah
acara berakhir mereka memperlakukannya seperti biasa lagi, menyuruhnya ini dan itu. Apalagi kakaknya
kembali bicara dengan nada kasar padanya.
Tokiko juga merasakan hal yang sama, padahal saat acara, ibunya seperti mendukung impiannya untuk
jadi aktris, tapi setelah acara torch relay, ibunya malah mengatakan kalau ia tidak setuju anaknya jadi
artis, kembali ke awal ibu menentangnya ke Tokyo.
Mineko sendiri mengatakan kalau ia sudah membuat sebuah keputusan besar. Saat teman-temannya
bertanya apa itu, Mineko mengatakan ia tak bisa mengatakan pada mereka, karena ia belum
mengatakan pada ibunya.

IA mengatakan ini tak mudah untuk mengatakan pada ibu, karena jika ia mengatakannya maka itu
seolah-olah mengatakan pada ibu kalau ayahnya tidak akan pernah kembali. Ibu percaya dan akan
menunggu ayah, jadi ia tak bisa mengatakannya.
Teman-temannya makin bingung, tapi Mineko hanya bisa menjelaskan sampai disitu, ia akan
mengatakan pada keduanya kalau ia sudah mengatakan pada ibunya dan mendapat persetujuan.

Sementara itu di Tokyo, Watahiki Masayoshi, seorang polisi  yang berjanji pada ibu Mineko akan
mencoba mencari ayah Mineko saat ia libur, menepati janjinya. Ia berusaha kesana kemari mencari
Minoru, ayah Mineko dengan membawa foto ayah. Ia menunjukkan ke pekerja apakah mengenali ayah
tapi tentu saja hasilnya nihil. BAhkan ada pekerja yang mengatakan untuk tidak mencari orang hilang
karena sia-sia saja.
Tapi watahiki tidak menyerah. Ia sempat mendapat kabar kalau ada pria berusia 40 tahunan dan berfikir
kalau itu adalah orang yang ia cari, tapi saat melihatnya dan mencocokkan dengan foto yang ada,
ternyata orang itu bukan Minoru.

Mineko sedang bekerja bersama kakeknya. Kakek bertanya apakah Mineko suka bekerja dan Mineko
tanpa ragu menjawab kalau ia sangat suka. Kakek bersyukur dan menurutnya itu saja sudah cukup,
dengan keinginan untuk bekerja ada dalam diri seseorang, maka menandakan kalau orang itu hidup.
Ibu Mineko kemudian datang menemui mereka, ibu baru pulang dari suatu tempat, koperasi tani. Ibu
mengaakan pada kakek kalau mereka bisa menunda pembayaran dan mereka merasa bisa tenang bulan
ini. Mineko yang mendengarnya merasa kalau ia harus segera mengatakan keputusannya lagi.

Tiba-tiba ada pak pos datang membawa surat. Ibu terkejut karena itu surat dari Watahiki, ia takut
membukanya. Ia menjelaskan pada Mineko dan kakek kalau Watahiki adalah orang yang berjanji
padanya akan mencari ayah di Tokyo diwaktu luang.
Mineko meyakinkan ibu kalau semuanya akan baik-baik saja.
Ibu mulai membuka surat itu dan membacanya, ternyata itu surat permintaan maaf Watahiki karena ia
belum bisa menemukan ayah Mineko. Tapi ia akan berusaha lagi.
Kakek membaca surat itu dan mengatakan mereka harus benar-benar berterimakasih pada orang itu. Ibu
setuju. Mereka berfikir kalau Watahiki adalah pria yang sangat baik.
awwwwwwwww jangan-jangan bener nih dia yang bakalan jadi jodohnya Mineko XD

Ibu meletakkan surat itu di altar, sepertinya itu tempat berdoa untuk keselamatan ayah, bukan latar orang
mati.
Chiyoko dan Susumu sedang bermain berdua saat tidak ada orang di rumah dan Chiyoko melihat surat
itu. Ia membukanya dan sepertinya membacanya.

Malam harinya, Mineko sedang menyiapkan makan malam sementara ibu masih menjahit karena ia
belum menyelesaikan pesanan untuk besok.
Mineko bingung kenapa Chiyoko nggak muncuk-muncul, ia memanggil Chiyoko tapi Chiyoko tidak ada di
rumah. Ibu terkejut dan segera melihat surat dari ayah dan menyadari ada yang hilang. Ibu terkejut dan
khawatir, tapa menjelaskan apa-apa, ibu berlari ke luar rumah, Mineko yang khawatir mengikutinya.
Mineko berlari mengikuti ibu dan bertanya apa yang terjadi. Ibu mengatakan sepertinya Chiyoko pergi
mencari ayah dan Mineko terkejut. Tapi di halaman rumah, mereka melihat Jiro-san menggendong
Chiyoko dan bertanya apa yang terjadi. Ibu sangat khawatir dan memeriksa puterinya apakah ada yang
terluka.
Chiyoko kelihatan marah dan tidak menjelaskan apa-apa. IBu, Mineko dan Jiro mengikutinya ke rumah.
Chiyoko masuk ke kamar dan mengunci diri di tempat menyimpan futon. Jiro-san meminta ibu Mineko
jangan marah pada Chiyoko.

Ibu mengajak Jiro masuk untuk istirahat. Jiro hendak menjelaskan apa yang terjadi tapi ibu khawatir
karena ada Susumu disana.
Chiyoko keluar dan mengajak Susumu bersamanya, ia marah pada ibu yang tidak mengatakan apa-apa
padanya karena ia hanya anak kecil. Ia ngambek.
Ibu mengajak JIro ke ruang makan mereka dan bicara disana. Jiro menjelaskan ia melihat Chiyoko
menunggu bus sendirian dan saat ia bertanya Chiyoko mengatakan ia ingin menemui ayahnya. Tapi saat
Jiro bertanya apakah ibu tahu, Chiyoko diam. Karena itu ia menyuruh Chiyoko masuk ke bus, Chiyoko
menangis saat itu dan akhirnya ketiduran, begitulah ia bisa membawa Chiyoko pulang.
Keluarga Yatabe meminta maaf pada Jiro karena Chiyoko menyebabkan masalah. Jiro mengatakan
kalau itu juga bagian dari tugasnya sebagai konduktor bos, untuk menjaga keselamatan penumpangnya.
Ia mengerti perasaan Chiyoko yang merindukan ayahnya, karena itu ia meminta ibu jangan marah pada
Chiyoko.

Setelah Jiro pulang, ibu memeriksa Chiyoko dan Susumu, mereka berdua sudah tidur. Ibu ingin
memindahkan mereka, tapi kakek mengatakan biarkan saja mereka seperti itu dulu.
Ibu semakin khawatir karena suatu hari mereka harus mengatakan hal yang sebenarnya pada Chiyoko
dan Susumu mengenai ayah yang menghilang. Melihat ibu yang khawatir, Mineko akhirnya memutuskan
untuk bicara.
Ia mengatakan pada ibu dan kakek kalau ayah pasti akan kembali, karena begitulah janji ayah pada
mereka. Ayah mengatakan kalau ia akan kembali saat tahun baru. Ibu mengangguk ia mengatakan ayah
akan kembali dan pasti kembali.

Mineko tiba-tiba duduk hormat di hadapan kakek dan ibu membuat ibu terkejut dan bertanya ada apa.
Mineko mengatakan kalau ia sudah membuat keputusan dan ingin kakek dan ibu jangan menentangnya.
Seandainya ayah tidak juga kembali saat tahun baru nanti, ia berfikir untuk pergi ke Tokyo dan bekerja.
Seperti ayahnya, ia akan berkerja dan mengirim uang setiap bulan. Itu adalah hal terbaik yang ia pikirkan
lebih tepatnya ia ingin melakukan itu. Dan lagi jika ia di Tokyo ia mungkin saja bisa menemukan ayah.
Karena itu ia sudah memutuskan hal itu.
Mineko meneteskan air mata saat mengatakan itu pada ibunya. Ibu dan kakek hanya diam, mereka tak
mengatakan sepatah katapun. Mineko menangis dan bertanya, ayah pasti pulang kan?
Ibu mengangguk meyakinkan kalau ayah akan pulang.

-The End-

Komentar:
Wow, keputusan yang dibuat Mineko cukup cepat, kita masih di minggu ketiga. Ternyata ia memutuskan
ke Tokyo secepat ini ya, karena seingat aku di Mare dulu, Mare berfikirnya agak lama, meski masalah
mereka berdua beda 100% seih ya.
Minggu sedapn sepertinya MIneko dkk akan berangkat ke Tokyo dan pasti akan banjir air mata lagi, omg.

Hiyokko tiap episodenya memang nggak pernah gagal mebuat aku menangis. Aku menangis saat Ibu
mengatakan pada Mineko mengenai ayah yang menghilang, saat Mitsuo menyampaikan perasaannya
sebagai anak ketiga pada kakaknya dan anggota pemuda, saat Chiyoko menghilang dan saat Mineko
mengatakan ia memutuskan bekerja di Tokyo.
Namanya juga family drama ya, slice of life drama ini kental banged dan kalau yang suka genre
kehidupan sehari-hari pasti suka banged.

Tapi di episode ini menurut aku acara olimpiadenya kepanjangan LOL. Jadi terasa banged plot-nya
draggy.
Acara torch relay-nya memakan waktu 1 episode dan acara nonton barengnya juga 1 episode lho.
Katanya suaran singkat tapi ternyata sangat panjang bahkan hal yang nggak penting juga dimasukkan.
Tapi mungkin niatnya biar yang dulu melewati masa kecil saat olimpiade jadi merasa teringat lagi dengan
pengalaman mereka ya, jadi wajar aja sih. Karena di awal Hiyokko diumumkan mereka menekankan
kalau kisahnya akan ada diseputar olimpiade Tokyo.

Aku memang selalu mengatakan siapa kira-kira yang bakal jadi jodoh Mineko, tapi asadora itu nggak
sama dengan Reply series ya, ini bukan tentang  tebak suami HAHAHAHAHAHA. Sepertinya banyak
yang salah paham karena aku sering membahas itu.
Disini kisahnya mengalir, jadi siapa saja bisa menjadi suami tokoh utama, nggak ada istilah tebak-
tebakan, cuma akunya aja yang kebetulan di asadora kali ini, ikemennya banyak, jadi penasaran dengan
siapa Mineko akan menikah nantinya. Setidaknya love interestnya lah ya, meski asadora nggak banyak
sweet sweet momentnya LOL.
Watahiki kayaknya mulai berpotensi. Aku baru nyadar kalau Mitsuo artinya nggak akan kembali ke desa
lagi nanti setelah kerja di Tokyo, jadi kemungkinan dia akan tetap di Tokyo dan bisa jadi dia memang
sama Tokiko yang ingin jadi aktris.

Watahiki sendiri sejak awal dikatakan kalau dia orang ibaraki, jadi ia satu desa dengan Mineko meski
usianya beda jauh sih, tapi bisa jadi nanti kalau mereka bersama mereka kembali ke desa, scara gitu
Mineko kan sangat mencintai kampung halamannya HAHAHAHHA.
Tapi masih ada si chef muda dan Ryoma TAkeuchi sih, perlu dilihat perkembangannya juga dan ingat,
pasti ada plot twist nantinya, karena Mineko punya banyak teman wanita juga ^^
Tapi aku jadi ingat di asadora, keluarga tokoh utama biasa ada yang nikah sama temannya tokoh utama.
Jangan-jangan Chiyoko nanti sama Mitsuo BUWHAHAHHAHHA.
Aih masih week 3 HAHAHAHA

Aku nggak ngerti kenapa rating Hiyokko susah banged naiknya, padahal ceritanya bagus, penggemar
asadora enjoy banged sih menonton drama ini. Tapi menurut aku Hiyokko slice of life-nya kental banged
dan plot-nya agak sedikit lambat dari asadora biasanya dan mungkin karena konfliknya kurang kali ya.
Tapi sejauh ini asik-asik aja sih :)
Aku nggak sabar dengan episode selanjutnya~

Ini episode sedih banged melihat keluarga mengantarkan anak-anak mereka untuk bekerja di Tokyo.
Mineko dkk juga bertemu dengan orang baru yang akan bekerja dengan mereka disana. Dalam hati
mereka, tentu saja mereka takut menghadapi apa yang akan terjadi di Tokyo, tapi mereka sudah tidak
bisa mundur lagi.

Sinopsis Hiyokko Week 4 (Episode 19-24): Time for Departure

Setelah pengakuan Mineko malam itu, kehidupan keluarga Yatabe kembali seperti biasanya. Ookuibaraki
memasuki musim dingin, jadi mereka melakukan persiapan musim dingin seperti menyimpan sayur-
sayuran d tanah, atau menggantungnya untuk dikeringkan dan lain sebagainya. KArena saat musim
dingin pertanian akan berhenti. Mereka menyibukkan diri dengan kegiatan lain seperti membersihkan
rumah atau membuat mochi bersama-sama.
Mineko menjalani harinya dengan keyakinan bahwa ayahnya akan kembali saat tahun baru. Keuangan
keluarga juga semakin menipis. Ibu Tokiko yang tahu akan hal itu bahkan memberikan uang meski tidak
banyak tapi tentu saja ibu menolaknya. Bahkan berapa kalipun IBu Tokiko mengatakan tak apa-apa, ibu
tetap menolak, ia tak mau berhutang pada sahabatnya sendiri.

Karena ibu terus menolak, akhirnya ibu Tokiko datang membawa bahan makanan untuk keluarga Yatabe.
Karena ini bukan uang jadi setidaknya ibu bisa menerimanya. Ibu tidak bisa menolak lagi kali ini. Ia
sangat tersentuh dengan kebaikan temannya itu.

Dan akhirnya malam tahun baru tiba.


Seperti biasa, Mineko, Chiyoko dan Susumu menunggu kepulangan ayah di tempat pemberhentian bis.
Biasanya ayah akan pulang saat sore hari. Tapi mereka menunggu sampai bus terakhir lewat dan sayang
sekali ayah tidak kelihatan.
Mineko sudah menduganya, ia mencoba bersikap tegar membawa adiknya pulang. Saat adiknya Susumu
bertanya kenapa ayah tidak pulang, Mineko membuat alasan kalau ayah mungkin sibuk bekerja.
Mineko dan adiknya kembali ke rumah dengan wajah ceria, menyembunyikan kesedihan mereka. Ibu
menyibukkan diri dengan memasak makanan tahun baru dan Mineko membantunya.

Tahun baru tiba, pagi harinya keluarga Yatabe makan hidangan tahun baru dan menerima amplop tahun
baru mereka dari kakek. Mineko juga menyisihkan uang jajannya dan memberikan pada adik-adiknya.
Ia mengatakan pada adik-adiknya kalau musim semi nanti, setelah lulus SMA, ia akan berangkat ke
Tokyo untuk bekerja, sama seperti ayah mereka. Ia juga mencoba menjelaskan kalau ayah menghilang di
Tokyo dan ia akan berusaha mencarinya.

Karena ia tidak akan ada di rumah lagi, ia meminta adiknya untuk membantu pekerjaan di rumah. Ia
meminta kakek dan ibu untuk menjaga keluarga Yatabe. Chiyoko dan Susumu jadi sedih karena hal itu
dan memeluk kakaknya, keduanya menangis. Mineko hanya mencoba tersenyum mengatakan kalau ia
belum pergi, ia masih akan disini selama musim dingin.

Malam harinya, Ibu bicara dengan Mineko. Ibu mengatakan ia minta maaf pada Mineko karena membuat
Mineko mengambil keputusan seperti itu. Ibu meminta Mineko jangan mengatakan hal seperti itu
padanya, ia tidak ingin ibu meminta maaf karena itu adalah keputusannya. Mineko menangis dipelukan
ibunya.
Ia sangat sedih karena ayah tidak kembali saat tahun baru, ia mengeluarkan kesedihan yang ia tahan
selama ini.

Paman berkunjung keesokan harinya, memberikan amplop tahun baru pada Keponakannya. Ia mengajak
Mineko keluar dan menceritakan mengenai sebuah boyband inggris The Beatles.  Awalnya ia ingin
Mineko mendengarkan lagu mereka, tapi karena radio rusak mereka tak bisa mendengarkannya. Mineko
sama sekali tidak tahu The Beatles yang saat itu sangat terkenal, Muneo ternyata fans berat mereka.
Ia bahkan meminta Mineko nanti mengiriminya majalah dan CD The Beatles karena sangat sulit
mencarinya di desa mereka HAHAHAHHAHAH. *jadi ingat dulu kalau ada teman yang ke kota aku juga
suka nitip majalah asia dan manga XD
Mereka juga membicarakan masalah MMineko yang akan ke Tokyo, paman Khawatir karena Mineko
masih terlalu muda. Ia tidak ingin Mineko menaggung beban sendirain dan meminta Mineko hidup seperti
yang ia inginkan, tapi Mineko sendiri tidak mengerti bagaimana hidup seperti yang ia inginkan, disekolah
juga ia sering mendengarkan kata-kata karena masih muda mereka bisa memilih hidup seperti yang
mereka inginkan, tapi bagaimana itu ia sama sekali tidak mengerti. Karena ia suka melakukan sesuatu
yang ada di hadapannya dengan segala kemampuannya. Ia tidak menginginkan hal lainnya.

Keesokan harinya, Tokiko menunggu Mineko di depan rumahnya seperti biasa. Ia khawtair Mineko akan
berwajah sedih karena ayahnya tidak kembali saat tahun baru. Tapi Mineko datang dengan wajah ceria
dan ia sedikit kaget.
Saat mereka berjalan ke stasiun bus, MIneko mengatakan kalau ia sudah memutuskan akan bekerja di
Tokyo setelah lulus. Tapi reaksi Tokiko tidak seperti yang ia bayangkan.

Ia juga mengatakan pada Mitsuo dan reaksi Mitsuo juga sangat aneh, keduanya menunjukkan ekspresi
tidak senang sama sekali karena ia akan ke Tokyo dan Mineko jadi kesal, kenapa mereka tidak senang
padahal ia akan bersama dengan mereka di Tokyo nanti.

Mitsuo mengatakan tentu saja ia senang, hanya saja bukan kah itu sangat sulit karena Mineko baru
memutuskan sekarang, karena musim berburu kerja sudah berakhir saat musim panas dan tidak akan
ada perekrutan lagi. Mineko terkejut ia tidak berfikir jauh kesana.
Mineko panik, ia terlalu memikirkan mengenai mereka yang akan bersama-sama ke Tokyo tapi
melupakan hal penting. Ia bertanya apa yang harus ia lakukan.

Mineko menemui guru mereka, Tagami Sensei yang biasanya mencarikan pekerjaan bagi siswa lulusan
SMA mereka yang ingin bekerja di Tokyo. Tagami Sensei mengatakan kalau itu akan sangat sulit karena
ia tidak pernah mendengar penambahan pekerja setelah musim perekrutan.
Mineko bagaimanapun harus ke Tokyo jadi ia memohon pada sensei untuk mencarikannya pekerjaan
apapun, ia akan melakukan apapun.
Sensei tidak suka Mineko mengatakan kalau ia akan melakukan apapun, baginya MIneko adalah salah
satu siswanya yang berharga, bagaimana ia bisa melepaskan MIneko untuk pekerjaan yang tidak
terpercaya. Jadi sensei mengatakan ia akan berusaha sebisa mungkin mencari pekerjaan untuk Mineko.
Tapi MIneko jangan berharap banyak.

Mitsuo dan Tokiko menunggu Mineko di luar. Mineko tidak menceritakan apa yang terjadi di dalam, ia
hanya mengatakan kalau sensei akan membantunya mencarikan pekerjaan. Ia menyadari betapa
bodohnya dirinya, ia terlalu gembira tanpa memikirkan yang paling penting.
Tokiko merasa kasihan pada MIneko dan mengatakan jika sensei tidak menemukan pekerjaan untuk
Mineko maka ia akan memberikan pekerjaannya pada Mineko.
Mineko tentu saja terkejut dan ia menolak. Tapi apa yang akan Mineko lakukan setelahnya, Mineko
mengatakan ia akan menyerah, meski ia tidak dapat pekerjaan, ia akan memikirkan hal lain, tapi
mengambil posisi Tokiko, ia jelas tidak akan melakukannya. Ia kemudian mengajak mereka pulang.

Sensei terus berusaha menghubungi berbagai perusahaan, menanyakan apakan mereka ada
penambahan karyawan atau posisi kosong dan lain sebagainya. Tapi tentu saja tidak mudah. Ia juga
menghubungi Mukojima Electric dan diangkat oleh salah satu karyawan, Nagai Aiko. Sayangnya
perusahaan mereka juga tidak menerima karyawan baru lagi karena sudah limitnya. Sensei mengerti, tapi
ia meminta Aiko mengecek untuk penerimaan April nanti, siapa tahu ada karyawan yang keluar atau
bagaimana.
Sensei bekerja sampai malam dan seorang guru melihatnya, ia datang mengobrol bersama Sensei dan
menawarkan bantuan karena Sensei terlihat sangat khawatir dan sangat ingin menemukan pekerjaan
untuk Mineko, karena ia tahu masalah keluarga Mineko.
Pada akhirnya Aiko menelpon kembali karena ia menemukan sesuatu, meski obrolan telpon mereka
berakhir dengan teriakan dari Aiko akrena menjatuhkan minuman ke berkas yang ia bawa dan sibuk
mencari kain lap, tapi kemudian ia lupa tadi ia menelpon. Sepertinya Aiko ini ceroboh banged.

Mineko pulang ke rumah sore harinya, ia kelihatan memaksakan diri untuk ceria dan ibu mengetahuinya,
ada sesuatu yang salah pada MIneko. Mineko bingung kenapa ibu mengetahuinya, apakah sangat
terlihat jelas di wajahnya. Ibu mengatakan ia tahu karena ia adalah ibu yang membesarkan Mineko sejak
dalam kandungan.
Malam harinya, saat keluarga Mineko makan malam, tiba-tiba ada yang menggedor pintu dengan kuat
dan membuat keluarga Yatabe terkejut.

Ternyata Tagami sensei datang kesana dengan tergesa-gesa. Mereka bertanya ada apa. Sensei ngos
ngosan karena ia berlari ke rumah Mineko dari sekolah, ia akan bicara tapi tak bisa karena ia kelelahan.
Ibu menyuruhnya masuk dan duduk dulu sementara Mineko mengambilkan minuman untuk sensei.
Setelah sensei tenang, sensei akhirnya mengatakan dengan excited kalau Mineko benar-benar anak
yang beruntung, ia baru saja mendapat telpon kalau ada posisi kosong di sebuah perusahaan dan
Mineko bisa masuk ke dalamnya sebagai karyawan. mineko terkejut.

Mineko terlihat mengayuh sepedanya dengan tergesa-gesa ke suatu tempat. Rumah Tokiko. Ia mencari
Tokiko dan menemukannya di kandang sapi, sedang memberi makan peliharaan keluarganya.
Mineko tak sabar ingin mengatakan pada Tokiko kalau ia berhasil mendapatkan pekerjaan dan
tempatnya adalah perusahaan yang sama dengan perusahaan yang merekrut Tokiko.
Tokiko yang mendengarnya bukannya bahagia malah meneteskan air mata, ia menangis dan membuat
Mineko bingung. Tokiko memeluk Mineko dengan erat dan mengucapkan terima kasih.
Ia mengatakan kalau sebenarnya selama ini ia takut, ia takut akan ke Tokyo sendirian, ia tidak punya
rasa percaya diri dan selama ini ia hanya berpura-pura terlihat tegar, sebenarnya ia sangat sangat takut,
jadi mendengar Mineko akan pergi bersamanya ke perusahaan yang sama, ia sangat senang.
Ayah dan ibu Tokiko melihat mereka berdua, ibu menangis dan mengatakan sepertinya ia harus
mendukung kepergian puterinya. Ayah terkejut karena selama ini ibu selalu mengatakan tidak pada
Tokiko yang ingin ke Tokyo.

Mineko dan Tokiko kemudian mengobrol berdua.


Tokiko mengatakan selama ini ia mencoba bersikap tegar padahal sebenarnya ia ingin kabur dari semua
itu.
Mineko mengatakan kalau ia tahu mengenai hal itu. Tokiko terkejut.
Mineko mengatakan itu sangat kelihatan dari sikap Tokiko, ia dan Tokiko sudah saling mengenal sejak
mereka masih kecil. Mineko mengatakan selain keluarganya, ia paling mengerti akan Tokiko, orang yang
paling memikirkan Tokiko dan selalu mengkhawatirkan Tokiko adalah dirinya. Ia sangat mencintai Tokiko.
Tokiko tiba-tiba tertawa dan mengatakan Mineko seperti sedang menyatakan perasaan padanya. Mineko
menyadari hal itu dan merasa malu. Keduanya berpelukan kembali dan menangis haru.

Pagi harinya, Mineko dan Tokiko terlihat sangat ceria, mereka bahkan melakukan pose selamat pagi dan
memaksa Mitsuo melakukan juga. Mitsuo bingung ada apa.
Saat di bus, Mineko menceritakan semuanya. Mitsuo merasa dirinya di abaikan karena Mineko langsung
ke rumah Tokiko malah itu tapi tidak kerumahnya. Mineko mengatakan itu karena rumah Mitsuo sangat
jauh.
Mereka bertiga sangat bahagia karena mereka masih akan tetap bersama-sama setelah kelulusan
nantinya, meskipun jalan mereka berbeda-beda, setidaknya mereka sama-sama di Tokyo.
Hari kelulusan akhirnya tiba.
Hari itu, sesuai janjinya, ia mengenakan sepatu pemberian ayahnya untuk pertama kalinya. Sepatunya
sangat cantik dan pas untuk Mineko. Ibu mengatakan ayah pasti memikirkan Mineko saat membeli itu.
Mineko membenarkan, keduanya tersenyum.
Mineko berangkat ke sekolah dan ia berhenti saat melihat adiknya, ia mengatakan pada Chiyoko kalau ia
akan memberikan sepedanya untuk Chiyoko setelah ia berangkat ke Tokyo nanti. Chiyoko sangat
senang.
Mineko mengayuh sepedanya, untuk terakhir kalinya ia berangkat ke sekolah dengan sepeda itu, ia
mengucapkan terima kasih pada sepedanya yang membuat hari-harinya menjadi mudah dan
menyenangkan setiap harinya.

Tokiko bersiap berangkat ke sekolah, ibunya memaksa untuk ikut ke sekolah karena ini hari kelulusan,
tapi Tokiko mengatakan ia akan baik-baik saja. Tapi ibu tetap memaksa, untung kakaknya menahan ibu
jadi Tokiko bisa berangkat dengan tenang.
Ia menunggu Mineko di halaman dan langsung menyadari sepatu baru Mineko saat Mineko tiba.
Sementara itu Mitsuo juga berangkat ke sekolah, tapi ia diperlakukan seperti biasa oleh keluarganya,
ibunya bahkan menyuruhnya cepat pulang untuk bekerja.
Mitsuo sudah terbiasa dengan hal itu,jadi ia baik baik saja. Sebelum pergi ia mengucapkan terima kasih
pada keluarganya yang sudah menjaganya sampai saat ini. Ibu bahkan shock karena tak biasanya
anaknya seperti itu, ia sampai jatuh dari tangga mendengarnya.

Hari terakhir mereka naik bus ke sekolah, Mineko dan Tokiko telat lagi dan seperti biasa, Mitsuo
menahan bus agar tidak berangkat.
Mereka berangkat dengan wajah tersenyum dan mengatakan kalau mereka tidak akan menangis saat
upacara kelulusan nanti, meski mereka ragu dan mengejek masing-masing pasti menangis (Mineko
mengatakan ia tak akan menangis dan memastikan Mitsuo akan menangis, tapi Mitsuo bilang ia tak akan
menangis, ia yakin Mineko yang akan menangis dan begitu seterusnya).
Mineko kemudian menanyakan pada Mitsuo apakah ia menyadari ada sesuatu yang berbeda darinya hari
ini, karena sejak tadi Mitsuo tidak berkomentar.
Mitsuo menatap Mineko dan Mineko memamerkan sepatu barunya, tapi Mitsuo tetap tidak tahu apa yang
beda HAHHAHAHAHA.
Hari terakhir mereka berangkat ke sekolah berakhir dengan adu mulut antara Mitsuo dan Mineko.

Ibu Mineko bekerja di ladang dan kakek bertanya-tanya apakah upacara kelulusan sudah mulai atau
belum.
Ibu menyanyikan lagu kelulusan dan tiba-tiba ada yang menyahut. Ibu Tokiko ternyata datang
berkunjung, bukan hanya ibu Tokiko, tapi ibu Mitsuo juga datang. Pada akhirnya kakek mengajak mereka
beristirahat dan para ibu berkumpul di rumah keluarga Yatabe.
Mereka membicarakan mengenai anak-anak mereka yang akan ke Tokyo. Mereka lega karena para
sahabat itu akan pergi bersama-sama.
Ibu Mitsuo mengatakan kalau ia bukanlah ibu yang baik, ia selalu mengatakan pada Mitsuo untuk cepat
pulang ke rumah dan bekerja, tidak seperti ibu Mineko dan Tokiko yang menyayangi anak mereka, ia
sengaja melakukan itu supaya ia dibenci, karena katanya lebih baik kalau ia dibenci. Ibu menceritakan
kegelisahannya akan Mitsuo yang sejak kecil terlahir lemah dan merupakan anak ketiga dari petani yang
suatu saat harus meninggalkan rumah, karena itu ia bersikap begitu, seolah-olah ia memaksanya keluar
dari rumah jadi ia ingin puteranya berfikir kalau saat ia keluar rumah nanti, puteranya merasa senang
meninggalkan rumah mereka . Makanya ia pikir menjadi ibu yang buruk adalah yang terbaik yang bisa ia
lakukan.

Karenanya ia selalu kompalin pada Mitsuo, mengatakan padanya kalau ia akan meninggalkan rumah
suatu hari nanti, ia selalu mengatakan hal yang buruk pada Mitsuo, karena itu ibu berfikir kalau Mitsuo
pasti membencinya.
Ibu Mitsuo menangis menceritakan kegelisahan hatinya, alasan ia bersikap buruk adalah agar anaknya
nanti lega keluar dari rumah dan tidak merasa terlalu berat meninggalkan rumah.
Ibu Mineko dan ibu Tokiko menenangkan ibu Mitsuo dan mengatakan itu tidak benar Mitsuo membenci
ibunya, Mitsuo pasti menyayangi ibunya. Ibu bertanya apakah benar begitu, apakah Mitsuo nanti sekali
kali akan mengunjunginya dan merindukannya.
Para ibu tentu mengatakan Mitsuo mengerti benar situasinya dan yakin Mitsuo akan datang suatu hari
nanti karena merindukan ibunya. Karena anak-anak mereka adalah anak yang baik dan sudah dewasa.
*Ini adegan TOP banged, gue nangis gilaaaaaaaaa!

Sementara itu di sekolah, upcara kelulusan selesai. 3 sekawan yang mengatakan kalau mereka tidak
akan menangis malah menangis sejadi-jadinya, mereka tidak tahan untuk tidak menangis. Mereka
mengingat kenangan mereka selama di Ookuibaraki, hal itu membuat mereka sedih karena mereka akan
segera meninggalkan desa yang mereka cintai ini.

Malam harinya, di rumah, MIneko bicara pada dua adiknya. Ia menjelaskan pada mereka mengenai
kepergiannya. Ia akan ke Tokyo bukan untuk liburan tapi bekerja, jadi akan sulit baginya untuk kembali ke
desa. Tapi ia pasti akan pulang jika ia mendapat hari libur, tapi tentu saja kita tidak tahu apa yang akan
terjadi.
Ia tidak akan bertemu dengan adiknya dalam waktu yang lama dan meminta mereka berdua membantu
kakek dan ibu dan jangan membuat orang tua khawatir.
Keduanya mengerti dan memeluk kakaknya, mereka menangis lagi. Mineko mengatakan ia cukup sedih
karena ia tak pernah berfikir akan berpisah dengan mereka seperti ini.
Ia berjanji akan melakukan yang terbaik di Tokyo dan meminta adik-adiknya melakukan yang terbaik juga
di desa.

Malam itu ibu memberikan korek api dari Suzufuritei pada Mineko. Awalnya Mineko menolak karena itu
barang berharga ibu yang ditinggalkan ayah terakhir kalinya. Tapi Ibu ingin Mineko membawanya, karena
ia merasa itu adalah jimat keberuntungan mereka, yang akan melindungi Mineko nantinya.
Ibu juga memberikan sebuah jaket merah yang cantik pada MIneko, MIneko bisa menggunakan disana
dan tidak akan malu karena ia berasal dari desa di Tokyo nanti. Mineko sangat senang.
Saat mereka akan tidur, Mineko pindah ke dekat ibunya, ia ingin memeluk ibunya saat tidur sebelum ia
berangkat ke Tokyo besok.

Keesokan harinya, hari keberangkatan Mineko ke Tokyo. Dia akan berangkat dengan kereta siang, jadi
pagi harinya, ia masih di rumah. Ia menatap sawah dan ladang mereka untuk terakhir kalinya, menyentuh
tanah ibaraki sambil tersenyum.
Saat kembali ke rumah, ia harus mengurus kasur karena adiknya Susumu pipis di kasur lagi, MIneko
mengeluh kenapa ia harus mengurus kasur adiknya di hari ia berangkat ke Tokyo, meski ia hanya
bercanda.
Kakek kemudian memberikan uang pada Mineko untuk disimpan, Mineko bisa menggunakannya saat
terdesak. Awalnya Mineko menolak, tapi kakek ingin Mineko membawanya, hanya itu yang bisa ia
berikan pada Mineko.
kakek memberi nasehat pada cucunya agar Mineko selalu mengangkat kepalanya saat bekerja, bekerja
dengan jujur dengan begitu Mineko akan baik-baik saja. Mineko mengerti.

Perpisahan di rumah Mitsuo saat sarapan cukup membuat aku ingin menangis.
Mitsuo makan dengan lahap dan cepat. Ia terus meminta tambah lagi dan lagi membuat ibunya bingung.
MItsuo tidak berhenti mengunyah nasi dan ingin tambah terus sampai akhirnya nasi sudah habis dan ia
makan di mangkuk terakhirnya, barulah ia makan dengan pelan. Taro mengerti perasaan adiknya dan
memberikan lauknya pada adiknya.
Mitsuo matanya sudah berkaca-kaca saat makan.

Sementara itu di rumah Tokiko ibu menangis, ia masih tidak percaya kalau puterinya akan pergi hari ini,
meninggalkannya seperti ini. Ibunya ingin Tokiko memikirkan ulang mengenai kepergiannya, karena jika
Tokiko pergi rumah mereka akan membosankan, karena hanya ada 2 pria tak berguna bersamanya
HAHAHAHHAHA.
Tapi karena Tokiko sudah memutuskan akan pergi, ibu tak punya pilihan dan mengatakan pada puterinya
untuk menjadi artis no 1 di jepang. Tokiko terkejut karena ibu akhirnya mendukung impiannya ingin
mejadi artis.

Di rumah Mineko, Mineko juga makan dengan sangat lahap. Ia minta tambah juga. Sementara adik-
adiknya tidak berselera makan. Mineko mengatakan kalau mereka tidak makan maka ia akan makan lauk
mereka dan adiknya malah memberikan semuanya kalau kakaknya mau. Mineko tertawa melihat mereka
berdua dan mengatakan kalau ia hanya bercanda.
Ibu bertanya apakah Mineko benar tidak mau diantar sampai ke stasiun kereta dan Mineko mengatakan
ia dan teman-temannya memutuskan keluarga mengantar sampai stasiun bus saja, mereka akan baik-
baik saja, karena mereka tak ingin cengeng di stasiun kereta karena pasti banyak yang begitu disana. Ibu
tersenyum dan mengatakan kalau mereka sudah dewasa.

Mineko berangkat ke stasiun bus bersama ibu, Chiyoko dan Susumu, kakek menantap kepergiannya.
Mineko melambai untuk terakhir kalinya.

Keluarga mengantar anak-anak mereka yang akan berangkat ke Tokyo. Mineko, Tokiko dan Mitsuo
sudah masuk ke dalam bus.
Ibu Mitsuo mengingatkan puteranya untuk tidak sakit dan menjaga kesehatan, bekerja dengan rajin. Ibu
Tokiko meminta puterinya menjaga kesehatan. Sementara ibu Mineko tidak mengatakan apa-apa dan
hanya tersenyum pada puterinya.

Bus kemudian berangkat, pada ibu memanggil anak-anak mereka. Chiyoko dan Susumu mengejar bus
sekuat tenaga dan Mineko berteriak pada mereka untuk melakukan yang terbaik berkali-kali.
Keberangkatan mereka penuh haru. Para orang tua menangis melihat kepergian anak-anak mereka.
Chiyoko dan Susumu terus mengejar sambil menangis.
Sementara mereka bertga di dalam bus terus menatap keluar jendela sampai semuanya menghilang dari
pandangan. Tentu saja mereka juga menangis tapi mereka berusaha bersikap kuat.

PAda masa itu, ada kereta khusus yang membawa para siswa yang merupakan grup pekerja ke Tokyo,
ada sekitar 15000 siswa yang berangkat ke Tokyo untuk bekerja dalam 100 kali perjalanan.
PAra siswa kebanyakan adalah siswa SMP. Mineko dkk ada diantara mereka, Tokiko memuji baju
Mineko yang cantik, MIneko bangga karena ibu menjahitnya khusus untuknya. Sementara itu Mitsuo
mengkhawatirkan Mineko yang akan bekerja di pabrik radio, pekerjaan yang membutuhkan ketelitian
sementara Mineko orangnya clumsy. Tokiko juga khawatir, Mineko sebenarnya juga sempat berfikir
mengenai hal itu, tapi itu malah membuatnya depresi jadi ia berhenti memikirkannya HAHAHAHHAHA.
Mineko dkk kemudian makan bekal mereka di kereta, mereka sangat menikmati bekal terakhir yang
dibuat orang tua mereka. Mineko kemudian menyadari ada seorang anak yang tidak membawa bekal dan
duduk sendirian. Ia mengajak anak itu mengobrol dengan memuji jepitan rambutnya, pada akhirnya
mereka meminta anak itu bergabung dengan mereka dan makan bekal bersama. Awalnya anak itu
menolak tapi mereka memaksa dengan alasan onee-san ini kalau ditolak niat baiknya akan sanga
menyeramkan, begitulah kata Mitsuo.
Anak itu baru lulus SMP, bernama Nabatame Sumiko yang ternyata akan bekerja di pabrik yang sama
dengan Mineko dan Tokiko, sungguh sebuah kebetulan.

Kereta akhirnya tiba di Tokyo, seluruh siswa yang ada disana bangkit dan keluar.
Stasiun Ueno saat itu sangatlah ramai, untuk orang yang baru pertama ke Tokyo, itu adalah tempat yang
menakutkan karena gampang tersetar. Mineko dan Tokiko saling bergandengan tangan. Mineko
mengatakan dalam hati ini pertama kalinya ia melihat begitu banyak orang asing dan ia sangat takut.
Para kelompok pekerja berkumpul menunggu orang dari perusahaan yang menjemput mereka.
Mitsuo dijeput pertama dan ia dengan cepat meninggalkan Mineko dan Tokiko, bahkan tanpa salam
perpisahan, karena orang yang membawanya kelihatan sibuk dan cekatan.

Satu per satu dari para siswa di panggil dan waktu berlalu, tapi orang dari Mukojima Electric belum juga
datang menjemput.
YAng menjemput mereka adalah Aiko-san, orang yang ditelpon oleh Tagami sensei waktu itu. Ia meminta
maaf karena terlambat dan bahkan mengomentari kalau ia pikir Tagami Sensei lebih tua lagi.
HAHAHAHAHHA.
Sensei kemudian memperkenalkan para siswanya dan Aiko-san mengecek catatan pegawai baru dari
perusahaan, ada nama Tokiko dan Sumiko, tapi nama Mineko tidak ada. Tentu saja Sensei panik dan
mengingatkan kalau Mineko adalah pegawai baru tambahan waktu itu.
Aiko-san juga tak mengerti kenapa nama Mineko tidak ada, ia memutuskan menelpon perusahaan untuk
mengecek kembali dan Tagami sensei menemaninya.

Mineko kelihatan shock dan ia mulai takut bagaimana kalau namanya tidak ada disana. Tiba-tiba lututnya
lemas, Mineko akan menangis. Tokiko bertanya apakah ia baik-baik saja. Mineko khawatir apa yang
harus ia lakukan kalau ia tak dapat pekerjaan.
Tokiko mengatakan itu tak mungkin terjadi. Tapi Mineko sudah dipenuhi dengan pikiran negatif, ia
bertanya-tanya apakah ia harus pulang ke desa, tapi ia tentu saja tak bisa kembali.
Tokiko dan Sumiko berusaha meyakinkan Mineko semuanya akan baik-baik saja.

Tak lama kemudian Aiko dan Tagami sensei kembali dan ia sudah mengkonfirmasi ke perusahaan kalau
nama Mineko ada disana. Mineko lega mendengarnya.
Mineko bahkan menangis dan Aiko meminta maaf karena membuat Mineko kahwatir. Ia mengucapkan
selamat datang ke perusahaan mereka dan Mineko mengatakan ayo bekerja bersama-sama.
Tagami sensei meminta Aiko-san menjaga siswanya, ia juga meminta Mineko dkk menjaga kesehatan
dan melakukan yang terbaik dalam pekerjaan mereka.
Mineko dkk berterima kasih pada sensei dan mereka membungkuk.

Mineko dkk kemudian mengikuti Aiko-san menuju ke perusahaan, Aiko-san kelihatan malah lupa jalan
pulang arah kemana, membuat Mineko dkk khawatir, HAHAHAHHAHA.
Tokiko mengatakan pada Mineko untuk tidak kalah dengan Tokyo. MIneko mengerti.
-The End-

Komentar:
Hiyokko memang tidak pernah gagal membuat menangis di setiap episodenya, ini drama nggak terlalu
populuer internasional tapi beneran bagus dan slice of life-nya menyentuh banged.
Apalagi di episode ini Mineko dkk meninggalkan desa untuk memulai kehidupan baru ditempat yang tidak
mereka kenali dan hanya dengan diri mereka sendiri. Untuk tahap awal, modal mereka adaalh
keberanian dan percaya pada orang lain.
Tidaklah mudah untuk memulai sesuatu, mengingat usia mereka yang masih mudah.
Tapi Mineko dkk sudah cukup umur dibanding pekerja lain yang meninggalkan kampung halaman setelah
lulus SMP.

Persahabatan Mineko, Tokiko dan Mitsuo boleh keren, tapi persahabatan orang tua mereka juga nggak
kalah dan sangat menghangatkan hati. Aku memang selalu bertanya-tanya kenapa sih keluarga Mitsuo
itu seperti itu, kok kayak nggak sayang sama dia gitu. Tapi ternyata ibu punya alasannya sendiri, agar
Mitsuo nantinya tidak berat hati meninggalkan rumah. Dalam pikiran ibu sih kalau Mitsuo membencinya
maka akan mudah bagi Kistuo meninggalkan rumah nantinya.
TApi tentu saja bagi seorang ibu berlaku seperti itu pada anaknya tidaklah mudah, ia juga terluka karena
berlaku kasar pada anaknya sendiri.

Mulai minggu depan, fokus Hiyokko adalah Tokyo, kita masuk ke part Tokyo dan sepertinya kita tidak
akan melihat Ibaraki lagi. Mungkin akan ada beberapa scene saja.
Aku penasaran bagaimana pertemuan Mineko dan keluarga Suzufuritei dan juga Watahiki :))
Bagaimana Mineko di tempat kerjanya, apakah ada antagonis jahat atau tidak. Tapi biasanya sih asadora
jarang ada yang jahat banged ya.
Tapi cerita Hiyokko kayaknya ketebak sih, mungkin masalah minggu depan adalah kesulitan MIneko di
tempat kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai