Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Industri Batubara

Industri dalam Batubara di Indonesia merupakan sumber energi terpenting dan

sebagai bahan bakar pokok untuk produksi batubara juga memiliki karakter negatif

yaitu disebut sebagai sumber energi yang paling banyak menimbulkan polusi akibat

tingginya kandungan karbon. Sumber energi penting lain, seperti gas alam, memiliki

tingkat polusi yang lebih sedikit namun lebih rentan terhadap fluktuasi harga di pasar

dunia. Dengan demikian, semakin banyak industri di dunia yang mulai mengalihkan

fokus energi mereka ke batubara. Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir

batubara terbesar di dunia. Sejak tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia,

Indonesia menjadi eksportir terdepan batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara

thermal yang diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah (antara 5100 dan 6100

cal/gram) dan jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang sebagian besar

permintaannya berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi yang disampaikan

oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, cadangan batubara

Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun mendatang apabila tingkat

produksi saat ini diteruskan. Perusahaan Batubara yang terbesar di Indonesia adalah

KPC dan Arutmin merupakan produsen batubara terbesar di Indonesia, yang porsi

produksinya bisa mencapai belasan persen dari realisasi produksi batubara nasional.
Pada tahun 2018 misalnya, produksi keduanya mencapai 83,3 juta ton, atau 14,95%

dari produksi batubara nasional yang saat itu mencapai 557 juta ton.

2.1.2 Profitabilitas

Septiana (2019:108) menyatakan bahwa: ”Rasio profitabilitas merupakan

rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba selama periode tertentu”.

Kasmir (2016:117) menyatakan bahwa: “Rasio profitabilitas merupakan

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga

memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas

merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan memberi tingkat

efektivitas manajemen. Rasio ini sangat penting bagi semua pengguna laporan

keuangan, khususnya investor dan kreditur. Bagi investor ekuitas, laba (profit)

merupakan satu-satunya faktor penentu perubahan nilai dari sebuah efek ekuitas.

Rasio profitabilitas, dalam perspektif islam merupakan laba yang dicapai

dengan tujuan tanpa meninggalkan orientasi al Quran dan hadist. Dalam Al-Qur’an

diatur dalam ayat Q.S An-Nahl ayat 89 sebagai berikut:


Artinya:

(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang
saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad)
menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab
(Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS. An-Nahl 89)
Ayat diatas menjelaskan bahwa profit yang didapatkan pada dunia ini

merupakan suatu kebaikan atau rezeki dari Allah yang di dapatkan tidak hanya di

dunia maupun akhirat.

2.1.2.1 Tujuan Rasio Profitabilitas

Kasmir (2014:197) menyatakan bahwa, tujuan penggunaan rasio

profitabilitas bagi perusahaan, maupun pihak luar perusahaan, yaitu:

1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam

suatu periode tertentu.

2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.


4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5) Untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

6) Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal sendiri.

2.1.2.2 Pengukuran Rasio Profitabilitas

Pengukuran rasio profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan

Return On Equity (ROE). Karena ROE merupakan salah satu rasio laba yang

digunakan oleh investor untuk melihat sejauhmana perusahaan memberikan

keuntungan. Auliya (2019:66) menyatakan bahwa: “Return on equity merupakan

perbandingan antara besarnya pendapatan dibandingkan dengan ekuitas (modal)

yang ditanamkan”. Rasio ini merupakan alat ukur dari profitabilitas yang merupakan

penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang

diinvestasikan dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik

posisi perusahaan. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

laba
ROE = modal
2.1.3 Likuiditas

Kariyoto (2019:189) menyatakan bahwa: “Likuiditas adalah

kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek

atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada waktu

ditagih”.

Wardiyah (2019:159) menyatakan bahwa: “ Likuiditas merupakan kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan

suatu perusahaan dalam memenuhi jangka pendeknya. Rasio ini sangat penting bagi

perusahaan karena semakin likuid berarti perusahaan mampu dalam membayar utang

jangka pendeknya.

Dalam perspektif islam likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi utang jangka pendek. UtaIslam sangat memperhatikan masalah utang-

piutang. Utang (qardh) merupakan harta yang memiliki kesepadanan yang diberikan

untuk ditagih Kembali dengan nilai yang sepadan. Landasan syariah transaksi qardh

diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan hadits riwayat  ibnu majah dan ijma para

ulama. Allah SWT mengajarkan kepada kita, agar meminjamkan sesuatu bagi agama

Allah SWT. Hal ini terkandung dalam Al-Quran surat Al-Hadid ayat 11, yaitu:
Artinya:
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah
akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh
pahala yang banyak, (QS. Al-Hadid 11)

2.1.3.1 Tujuan dan Manfaat Likuiditas


Kasmir (2017:132) menyatakan bahwa tujuan dan manfaat yang dapat

dipetik dari hasil rasio likuiditas sebagai berikut :

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau segera

jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya kemampuan untuk membayar

kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah

ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban

yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan

dengan total aktiva lancar.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

pendek dengan aktiva lancer tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.

Dalam hal ini aktiva lancer dikurangi sediaan dan utang yang dianggap

likuiditasnya lebih rendah.


4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada

dengan modal kerja perusahaan

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar

utang

6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan

perencanaan kas dan utang.

7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu

dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing

komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

2.1.3.2 Pengukuran Likuiditas

Prihadi (2019:209) menyatakan bahwa: “Rasio lancar (current ratio)

adalah rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh asset lancar perusahaan mampu

melunasi kewajiban jangka pendeknya.

Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam

membayar utang lancarnya. Namum makin tinggi rasio lancar akan meningkatkan kas

yang tinggi yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat profitabilitas. Dapat

dirumuskan sebagai berikut:

aktivalancar
Curret ratio = hutang lancar
2.1.4 Struktur Modal

Musthofa (2017:68) menyatakan bahwa: “Struktur Modal merupakan

perimbangan antara jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen.”

Sudana (2019:189) menyatakan bahwa: “Struktur Modal (capital structure) berkaitan

dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan

perbandingan utang jangka Panjang dengan modal sendiri.”

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan

perbandingan antara hutang dan modal untuk pembiayaan pada perusahaan.

Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan investasi atas kekayaan atau

harta yang dimiliki. Meskipun demikian, dalam melakukan investasi harus sesuai

dengan kaidah-kaidah islam sehingga kegiatan tersebut tidak mendatangkan kerugian

bagi orang lain. Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Hasyr ayat 18

sebagai berikut:

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
hari memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan, (QS Al-Hasyr 18)
2.1.4.1 Pengukuran Struktur Modal
Untuk mengukur strukur modal guna mengetahui setiap rupiah modal

sendiri yang digunakan sebagai jaminan utang dapat menggunakan debt to equity

ratio (DER).

Kasmir, (2010:112) menyatakan bahwa: “Penggunaan utang yang lebih besar sebagai

sumber pendanaan dapat meningkatkan risiko yang ditanggung pemegang saham,

serta memperbesar tingkat pengembalian investasi”

Hal tersebut menunjukkan semakin banyak utang yang dimiliki perusahaan,

maka akan dapat menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Rasio ini berguna untuk

mengetahui besar kecilnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleeh

kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemiliknya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian-penelitian yang sudah di teliti oleh

peneliti sebelumnya. Penelitan terdahulu bertujuan sebagai acuan penulis untuk

melakukan penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang menganalisis pengaruh

likuiditas, dan struktur modal terhadap profitabilitas variabel-variabel yang

digunakan masih menunjukkan hasil yang beragam dalam hasil penelitian, objek

penelitian, variabel yang digunakan, bahkan alat analisis yang digunakan yang

ditunjukkan pada tabel 2.1


Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Variabel Metode Hasil
Analisis
1 Muhammad Pengaruh Likuiditas, Independen: Analisis Hasil
Faruq Hilmi Pertumbuhan Dan Likuiditas Regresi penelitian ini
(2017) Solvabilitas Terhadap Pertumbuhan Bergand menunjukkan
Profitabilitas Solvabilitas a bahwa: (1)
Perusahaan Current ratio
Manufaktur Dependen: tidak
Profitabilitas memiliki
pengaruh
negatif
terhadap
return on
equity. (2)
Growth rate
of assets
tidak
memiliki
pengaruh
positif
terhadap
Return on
Equity. (3)
Debt to
equity ratio
memiliki
pengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
Return on
Equity.
2 Bunga asri Pengaruh Struktur Independen: Analisis Hasil
novita Modal Dan Likuiditas Struktur Regresi penelitian ini
(2015) Terhadap modal Bergand menunjukkan
Profitabilitas Likuiditas a bahwa
Dependen : struktur
Profitabilitas modal dan
likuiditas
berpengaruh
secara
simultan
terhadap
profitabilitas.
3 Indah Ayu Pengaruh Perputaran Independen: Analisis Secara
Felany, Modal Kerja, Perputaran Regresi simultan
Saparila Leverage Dan modal kerja Bergand variabel
Worokinasih Likuiditas Terhadap Leverage a WCT, DR,
(2018) Profitabilitas (Studi Likuiditas DER dan CR
Pada Perusahaan Sub berpengaruh
Sektor Makanan Dan Dependen: signifikan
Minuman Yang profitabilitas terhadap
Terdaftar Di Bursa ROA dan
Efek Indonesia ROE. Secara
Padatahun 2012- parsial
2016) dengan
variabel
terikat ROA
menunjukan
bahwa
variabel
WCT, DER
dan CR
berpengaruh
signifikan
terhadap
ROA
sedangkan
DR tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
ROA. Secara
parsial
dengan
variabel
terikat ROE
menunjukan
bahwa
variabel
bebas WCT,
DR, DER
dan CR
berpengaruh
signifikan
terhadap
ROE.
4 Muhammad Pengaruh Debt To Independen: Analisis Hasil
firza alpi Equity Ratio, Debt To Regresi Penelitian Ini
(2018) Inventory Turn Over, Equity Ratio Bergand Menunjukkan
Dan Current Ratio Inventory a Bahwa
Terhadap Return On Turn Over Secara
Equity Pada Current Parsial Debt
Perusahaan Sektor Ratio To Equity
Farmasi Yang Ratio Tidak
Terdaftar Di Bursa Dependen: Berpengaruh
Efek Indonesia Return on Terhadap
equity Return On
Equity,
Secara
Parsial
Inventory
Turn Over
Berpengaruh
Terhadap
Return On
Equity,
Secara
Parsial
Current Ratio
Berpengaruh
Terhadap
Return On
Equity,
Secara
Simultan
Debt To
Equity Ratio
(DER),
Inventory
Turn Over
(ITO) Dan
Current Ratio
(CR)
Berpengaruh
Signifikan
Terhadap
Return On
Equity
(ROE).
5 Ifa Nurmasari Pengaruh Independen: Data S. Hasil Dari
(2019) Pertumbuhan Pertumbuhan Panel Penelitian Ini
Pendapatan, Current Pendapatan Menunjukan
Ratio Dan Debt To Current Bahwa
Equity Terhadap Ratio Pertumbuhan
Return On Equity DER Pendapatan
Pada Perusahaan Dan Debt To
Perkebunan Di Bursa Dependen: Equity Ratio
Efek Indonesia 2010- Ruturn On Secara Partial
2017 Equity Berpengaruh
Signifikan
Terhadap
Return On
Equity.
Sedangkan
Current Ratio
Secara Partial
Tidak
Berpengaruh
Signifikan
Terhadap
Return On
Equity.
Sedangkan
Secara
Simultan,
Pertumbuhan
Pendapatan,
Current Ratio
Dan Debt To
Equity Ratio
Berpengaruh
Signifikan
Sebesar
45,18%.
2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan dari teori-teori yang ada maka dapat diajukan kerangka

pemikiran seperti ini:

1. Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas

Hery (2016:192) menyatakan bahwa:”Rasio profitabilitas merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba dari aktivitas normal bisnisnya.” Rasio ini digunakan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan laba. Rasio ini menggunakan

proyeksi yaitu Return On Equity (ROE). Menurut Fahmi (2015:82) menyatakan

bahwa: “rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan

sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atau ekuitas”.

Likuiditas yang diukur menggunakan Current Ratio. Murhadi (2016:57)

menyatakan bahwa: “rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan memenuhi liabilitas jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam

waktu satu tahun”. Semakin tinggi current ratio yang dimiliki maka semakin kecil

risiko kegagalan dalam memenuhi jangka pendeknya. Sehingga semakin banyak

laba yang dihasilkan. Menurut Fahmi (2016:69) menyatakan bahwa bagi para

pemegang saham ini dianggap tidak baik, para manajer perusahaan tidak

mendayahgunakan current asset secara baik dan efektif. Rasio lancar yang tinggi

menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar yang akan berpengaruh yang tidak

baik terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum mengahasilkan


return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap komponen aktiva

lancar (kas, piutang, dan persediaan).

Sebaliknya jika current ratio rendah relatif lebih riskan, tetapi menunjukkan

bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif. Maka dari

itu hubungan current ratio terhadap return on equity mempunyai hubungan yang

negatif. Pada penelitian terdahulu Hantono (2015) dalam penelitiannya bahwa

current ratio berpengaruh negatif terhadap return on equity.

2. Hubungan Struktur Modal Terhadap Profitabilitas

Fahmi (2015:185) menyatakan bahwa: “struktur modal merupakan gambaran

dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang

bersumber dari utang jangka Panjang dan modal sendiri yang menjadi sumber

pembiayaan suatu perusahaan”. Rasio ini menggunakan proyeksi debt to equity

ratio (DER). Menurut Kasmir (2012:158) menyatakan bahwa: “ rasio DER ini untuk

mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik

perusahaan”. Tinggi rendah DER akan mempengaruhi tingkat laba yang akan

dihasilkan. Menurut brigham dan Houston (2016:187) menyatakan bahwa

penggunaan lebih banyak utang akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh para

pemegang saham. Namun, penggunaan utang yang lebih besar biasanya akan

menyebabkan terjadinya ekspetasi tinkat pengembalian atas ekuitas yang lebih tinggi.

Semakin tinggi rasio ini maka akan meningkatkan utang yang tinggi sehingga

tingkat pengembaliannya akan lebih besar. Dengan adanya kewajiban yang besar

akan mempengaruhi profitabilitas yang dihasilkan dan kemampuan perusahaan untuk


membagi dividen akan semakin rendah. Maka hubungan DER terhadap ROE

berpengaruh negatif. Pada penelitian Vudha dan Ida (2016) menyebutkan bahwa DER

berpengaruh negative terhadap ROE.

Berdasarkan dari hubungan antara variabel independen terhadap dependen,

maka kerangka pemikiran dapat digambarkan pada gambar 2.1

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Likuiditas (X1)
H1

Profitabilitas (Y)

H2
Struktur Modal (X2)
Keua

2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

1. Hubungan Likuiditas terhadap Profitabilitas

Likuiditas yang diukur menggunakan Current Ratio. Murhadi (2016:57)

menyatakan bahwa: “rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan memenuhi liabilitas jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam

waktu satu tahun”. Semakin tinggi current ratio yang dimiliki maka semakin kecil

risiko kegagalan dalam memenuhi jangka pendeknya. Sehingga semakin banyak

laba yang dihasilkan. Menurut Fahmi (2016:69) menyatakan bahwa bagi para

pemegang saham ini dianggap tidak baik, para manajer perusahaan tidak

mendayahgunakan current asset secara baik dan efektif. Rasio lancar yang tinggi

menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar yang akan berpengaruh yang tidak

baik terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum mengahasilkan

return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap komponen aktiva

lancar (kas, piutang, dan persediaan).

Sebaliknya jika current ratio rendah relatif lebih riskan, tetapi menunjukkan

bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif. Maka dari

itu hubungan current ratio terhadap return on equity mempunyai hubungan yang

negatif. Pada penelitian terdahulu Hantono (2015) dalam penelitiannya bahwa

current ratio berpengaruh negatif terhadap return on equity.

H1: Current Ratio Berpengaruh Negatif Terhadap Return On Equity


2. Hubungan Struktur Modal Terhadap Strutur Modal

Menurut Kasmir (2012:158) menyatakan bahwa: “ rasio DER ini

untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan

pemilik perusahaan”. Tinggi rendah DER akan mempengaruhi tingkat laba

yang akan dihasilkan. Menurut brigham dan Houston (2016:187) menyatakan

bahwa penggunaan lebih banyak utang akan meningkatkan risiko yang

ditanggung oleh para pemegang saham. Namun, penggunaan utang yang lebih

besar biasanya akan menyebabkan terjadinya ekspetasi tinkat pengembalian

atas ekuitas yang lebih tinggi.

Semakin tinggi rasio ini maka akan meningkatkan utang yang tinggi

sehingga tingkat pengembaliannya akan lebih besar. Dengan adanya

kewajiban yang besar akan mempengaruhi profitabilitas yang dihasilkan dan

kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah. Maka

hubungan DER terhadap ROE berpengaruh negatif. Pada penelitian Vudha

dan Ida (2016) menyebutkan bahwa DER berpengaruh negative terhadap

ROE.

H2: DER Berpengaruh Negatif Terhadap Return On Equity

Anda mungkin juga menyukai