Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ayu Dwi Pebrianti

Nim : 206223242

Prodi : PGSD 3 A

SOAL UAS KURIKULUM

1. Untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah kurikulum maka perlu dilakukan evaluasi.

Coba saudara jelaskan tentang tujuan dan fungsi evaluasi kurikulum.

2. Ketika dibandingkan dengan negara lain seperti finlandia, amerika serikat, jepang, atau

singapura, tingkat pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal. Hal tersebut dibuktikan

dengan pemeringkatan oleh U.S News & World Report (https://www.usnews.com/education)

menempatkan Indonesia pada ranking 55 dari 73 negara. Menurut saudara, hal apa yang harus

diperbaiki dari sistem kurikulum dan pembelajaran di Indonesia? Paparkan analisis saudara

disertai dengan bukti empiris dan kajian keilmuan. Tuliskan sumber rujukan untuk analisis dan

telaah saudara.

3. Silahkan akses link berikut https://nasional.tempo.co/read/1483775/nadiem-dinilai-


terlaluterburu-buru-menerapkan-kurikulum-sekolah-penggerak/full&view=ok. Bagaimana pendapat

saudara mengenai isi tulisan tersebut? (dipublikasikan oleh Tempo.co Tanggal 16 Juli 2021).

JAWABAN UAS

1. Tujuan evaluasi kurikulum yaitu mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum secara


keseluruhan, ditinjau dari berbagai aspek. Adapun indikator kinerja yang dievaluasi adalah
evektivitas, efisiensi, relevansi, dan kelayakan program. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
acuan dan gambaran program kedepan

menurut ibrahim diadakanya evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk keperluan berikut:

1. Perbaikan Program Peranan evaluasi, yaitu lebih bersifat kontruktif, informasi hasil evaluasi
dijadikan masukan perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang
dikembangkan. Evaluasi kurikulum dipandang sebagai proses dan hasil yang relevan untuk
dijadikan acuan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan.
2. Pertanggungjawaban Kepada Berbagai Pihak Evaluasi kurikulum menjadi bentuk laporan
yang harus dipertanggung jawaban dari pengembang kurikulum kepada pihak-pihak yang
bersangkutan, diantaranya: Pemerintah, orang tua, pelaksana satuan pendidikan,
masyarakat, dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut serta dalam
pengembangan kurikulum yang bersangkutan.
3. Penentuan Tindak Lanjut Hasil Pengembangan Tindak lanjut hasil pengembang kurikulum
dapat berbentuk jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan. Pertama, apakah kurikulum
baru tersebut akan atau tidak akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam
kondisi yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut
akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada?

fungsi evaluasi kurikulum pendidikan:

1. Sebagai umpan balik bagi peserta didik.


2. Sebagai alat untuk mengetahui ketercapaian peserta didik mencapai tujuan yang telah
dietapkan.
3. Memberi informasi dan acuan untuk pengembangan program kurikulum.
4. Sebaga dasar peserta didik secara individual untuk memutuskan masa depan sehubungan
dengan bidang pekerjaan dan pengembangan karir.
5. Untuk pengembang kurikulum dalam khusus yang ingin dicapai
6. Sebagai umpan balik semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan di sekolah,
seperti; orang tua, tenaga pendidik, pengembang kurikulum, untuk perguruan tinggi,
pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan pendidikan termasuk juga untuk
masyarakat.

2. Waktu mulai kegiatan belajar-mengajar di Indonesia termasuk yang paling pagi sedunia. Anak
sekolah di DKI Jakarta, misalnya, diwajibkan untuk masuk sekolah pukul 6.30 pagi. Dilansir dari
Okezone, Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ) mengatakan jam masuk sekolah yang terlalu pagi
ini melanggar hak anak. Jam belajar yang kepagian juga meningkatkan risiko gangguan pencernaan
karena kebanyakan anak sekolah tidak sempat makan dalam waktu lama. Ditambah lagi, pola masuk
sekolah yang memaksa anak untuk tidur larut malam dan bangun pagi buta jadi mengacak-acak
kualitas tidur mereka. Banyak penelitian yang sudah membuktikan bahwa kurang tidur akan
berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental anak sekolah. kurang tidur juga dikaitkan dengan
risiko kolesterol tinggi dan obesitas di masa depan. Sebuah studi menemukan bahwa efek jangka
pendek dari kurang tidur, seperti pilek, flu, dan gangguan pencernaan, lebih sering timbul ketika
anak tidur kurang dari tujuh jam. Sebuah studi dalam Journal of Youth and Adolescence tahun 2015,
dilansir dari Huffington Post, menemukan bahwa remaja yang tidur rata-rata enam jam per malam
dilaporkan tiga kali lebih mungkin untuk menderita depresi. Kurang tidur juga meningkatkan risiko
upaya bunuh diri anak hingga 58 persen.

Pengamat pendidikan Doni Koesoema, dilansir dari Berita Satu, menilai jam belajar siswa Indonesia
terlalu lama. Dalam Kurikulum 2013, anak sekolah di Indonesia rata-rata mulai sekolah pukul 6.30
hingga 7 pagi, dan selesai pukul 15.00 WIB. Sepulang sekolah mereka mungkin disibukkan oleh
banyak kegiatan ekstrakurikuler, seperti klub olahraga atau Dari Kecil Sudah Ikut Les atau Kursus,
sehingga mereka mungkin pulang larut malam. Ironisnya, nilai yang ditunjukkan anak Indonesia
setelah melalui 8 jam lebih belajar nonstop tetap terbukti lebih rendah daripada pelajar Singapura,
yang notabene hanya belajar 5 jam saja. The American Academy of Pediatrics menekankan agar
setiap sekolah mengundur jam waktu mulai kegiatan belajar untuk anak-anak, terutama remaja,
karena efeknya yang lebih baik untuk kesehatan mental dan fisik mereka.

Menurut saya, setelah mambaca beberapa referensi jam belajar di Indonesia sudah seharusnya di
kurangi dan jam mulai pembelajaran harusnya di undur. memang jam 6.30 terutama untuk siswa
Sekolah Dasar terlalu pagi kita lihat dari Durasi tidur yang dibutuhkan bagi anak usia sekolah dasar
(6-13 tahun) adalah sekitar 9-11 jam per hari. Jika waktu tidur malam anak disamaratakan pada
pukul 8 malam, ini artinya mereka harus bangun pagi sekitar pukul 6.15-6.30 pagi. Dan dengan
mempertimbangkan lama waktu anak bersiap-siap (tanpa harus terburu-buru atau diteriaki ortu)
serta sarapan pagi, jam masuk anak sekolah SD di Jakarta yang tadinya pukul 6.30 seharusnya
digeser menjadi 7.30 pagi. Hal serupa dikemukakan oleh Retno Listyarti, Sekjen Federasi Serikat
Guru Indonesia(FSGI), dikutip dari Parenting.

3. artikel ini membahas mengenai kurikulum sekolah penggerak yang dirasa terlalu terburu-buru,
menurut saya memang waktu sepekan tidak cukup untuk mempelajari mengenai kurikulum baru
karna hal itu jadi banyak guru yang sudah melakukan pelatihan tetapi tidak bisa menjelaskan secara
rinci tentang kurikulum sekolah penggerak ini. Menurut saya sosialisasi atau pelatihan tentang
kurikulum baru harus di lakukan secara menyeluruh kepada semua guru sebelum kurikulum sekolah
penggerak ini di terapkan juga agar semua guru mendapat pengetahuan yang sama dan lebih
memahaminya ketimbang hanya perwakilan 1 atau 2 guru yang mengikuti pelatihan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai