Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN YANG

DILAKUKAN OLEH TIM TB DOTS RS CITRA SARI HUSADA

RANCANGAN KEGIATAN (PRE PLANNING)


PENYULUHAN PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU ANAK PADA KADER POSYANDU
DUSUN …………….
KAB. KARAWANG JAWA BARAT

Hari :
Tanggal :
Waktu : 60 menit
Tempat : Desa Ds Kec Kab
Topic kegiatan : Penyuluhan tentang Cara Screening dan Penganganan TB Paru Anak

A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut
dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau organ lain dalam
tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari TB paru. 1 Tuberkulosis anak mempunyai
permasalahan khusus yang berbeda dengan orang dewasa. Pada TB anak, permasalahan
yang dihadapi adalah masalah diagnosis, pengobatan, pencegahan serta TB dengan
keadaan khusus.
Akhir tahun 1990-an, World Health Organization memperkirakan bahwa
sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi oleh M. tuberculosis, dengan
angka tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Tuberkulosis, terutama TB paru,
merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara
maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan
kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Menurut perkiraan WHO
pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan
menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun.
Berbeda dengan TB dewasa, gejala TB anak sering kali tidak khas. Diagnosis
pasti ditegakkan dengan menemukan kuman TB. Pada anak, sulit didapatkan spesimen
diagnostik yang dapat dipercaya. Karena sulitnya mendiagnosis TB pada anak, sering
terjadi overdiagnosis yang diikuti overtreatment. Di lain pihak, ditemukan juga
underdiagnosis dan undertreatment. Hal tersebut terjadi karena sumber penyebaran TB
umumnya adalah orang dewasa dengan sputum basil tahan asam positif sehingga
penanggulangan TB ditekankan pada pengobatan pengobatan TB dewasa. Akibatnya
penanganan TB anak kurang diperhatikan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, para Kader Posyandu lebih paham tentang TB Paru
sehingga dapat lebih waspada terhadap penyebaran dan penularan penyakit TB Paru.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan agar masyarakat mampu:
- Mengulang kembali definisi dan penyakit TB Paru anak
- Menyebutkan penularan dan penyebara TB pada anak
- Mengidentifikasi gejala klinis TB pada anak
- Melakukan pencegahan penyakit TB pada anak
- Menjelaskan cara screening/scoring Tb pada anak
- Menjelaskan tindakan lanjut pada anak dengan TB Paru

C. PESERTA
Kader Posyandu Desa …………………..

D. KEPANITIAAN
Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :
Seksi Acara :
Seksi Humas :
Seksi Dokumentasi :
Seksi Evaluasi :
Seksi Perlengkapan :
Seksi Konsumsi :

E. SETTING ACARA
 Acara
1) Pembukaan oleh Pembawa Acara
2) Sambutan-sambutan
- Ketua panitia selama 5 menit
- Wakil dari pendidikan 5 menit
- Kepala Kader selama 5 menit
3) Penyuluhan penyakit TB pada anak oleh petugas mahasiswa selama 30 menit
4) Tanya jawab 30 menit di pandu mahasiswa keperawatan

 Setting tempat

Keterangan :
(disesuaikan dengan gambar dan diberi keterangan)

 Petugas-petugas acara
Pembawa acara :
Moderator :
Notulen :
Penyaji :
Kepala Desa :
Ketua BPD :
Tokoh Masyarakat :
Bidan Desa :
Direktur : Dr. Tresna Karmila, SP.PK

F. METODE
Diskusi dan Tanya jawab

G. MEDIA
LCD dan Booklet

H. RENCANA EVALUASI KEGIATAN


1. Evaluasi struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan 4 hari sebelum kegiatan dan informasi ke pengurus 2 hari
sebelum kegiatan
2. Evaluasi Proses
 Peserta yang hadir 90 %
 Tempat: Posyandu Desa …………….
 Peserta yang aktif bertanya minimal 70 %
3. Evaluasi hasil
a. Para kader posyandu mampu mengulang kembali definisi dan penyakit TB Paru anak
b. Para kader posyandu mampu menyebutkan penularan dan penyebara TB pada anak
c. Para kader posyandu mampu mengidentifikasi gejala klinis TB pada anak
d. Para kader posyandu mampu melakukan pencegahan penyakit TB pada anak
e. Para kader posyandu mampu menjelaskan cara screening/scoring Tb pada anak
f. Para kader posyandu mampu menjelaskan tindakan lanjut pada anak dengan TB Paru

Panitia Penyuluhan Kelompok Pada Komunitas

Ketua Sekretaris

NIM:
NIM:

Mengetahui,
Direktur

Dr. Tresna Karmila, Sp.PK


Lampiran Materi:
TUBERCULOSIS PADA ANAK

A. Definisi

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut
dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau organ lain dalam
tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari TB paru. Bila kuman TB menyerang otak
dan sistem saraf pusat, akan menyebabkan meningitis TB. Bila kuman TB menginfeksi
hampir seluruh organ tubuh, seperti ginjal, jantung, saluran kencing, tulang, sendi, otot,
usus, kulit, disebut TB milier atau TB ekstrapulmoner.
Tuberkulosis pada anak didefinisikan sebagai tuberkulosis yang diderita oleh anak
<15 tahun.1 Seorang anak dikatakan terpapar TB jika anak memiliki kontak yang
signifikan dengan orang dewasa atau remaja yang terinfeksi TB, pada tahap ini test
tuberkulin negatif, rontgen toraks negatif. Infeksi terjadi ketika seseorang menghirup
droplet nuclei Mycobacterium tuberculosis dan kuman tersebut menetap secara
intraseluler pada jaringan paru dan jaringan limfoid sekitarnya, pada tahap ini rontgen
toraks bisa normal atau hanya terdapat granuloma atau kalsifikasi pada parenkim paru
dan jaringan limfoidnya serta didapatkan uji tuberkulin yang positif. Sementara itu,
seseorang dikatakan sakit TB jika terdapat gejala klinis yang mendukung serta didukung
oleh gambaran kelainan rontgen toraks, pada tahap inilah seseorang dikatakan menderita
tuberkulosis.
TB ditularkan melalui udara (melalui percikan dahak penderita TB). Ketika
penderita TB batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka memercikkan kuman TB
atau basil ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan TB hanya dengan menghirup
sejumlah kecil kuman TB. Penderita TB dengan status TB BTA (Basil Tahan Asam)
positif dapat menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain setiap tahunnya.
Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB. Seseorang yang tertular dengan
kuman TB belum tentu menjadi sakit TB. Kuman TB dapat menjadi tidak aktif (dormant)
selama bertahun-tahun dengan membentuk suatu dinding sel berupa lapisan lilin yang
tebal. Bila sistem kekebalan tubuh seseorang menurun, kemungkinan menjadi sakit TB
menjadi lebih besar. Seseorang yang sakit TB dapat disembuhkan dengan minum obat
secara lengkap dan teratur.
B. Etiologi

Terdapat 60 lebih spesies Mycobacterium, tetapi hanya separuhnya yang


merupakan patogen terhadap manusia. Hanya terdapat 5 spesies dari Mycobacterium
yang paling umum menyebabkan infeksi, yaitu: M. Tuberculosis, M. Bovis, M.
Africanum, M. Microti dan M. Canetti. Dari kelima jenis ini M. Tuberkulosis merupakan
penyebab paling penting dari penyakit tuberkulosis pada manusia. Ada 3 varian M.
Tuberkulosis yaitu varian humanus, bovinum dan avium. Yang paling banyak ditemukan
menginfeksi manusia M. Tuberkulosis varian humanus.

M. Tuberkulosis berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul,


nonmotil, pleomorfik, dan termasuk bakteri gram positif lemah, serta memiliki ukuran
panjang 1-10 mikrometer dan lebarnya 0,2-0,6 mikrometer. M. Tuberkulosis tumbuh
optimal pada suhu 37-410C dan merupakan bakteri aerob obligat yang berkembang biak
secara optimal pada jaringan yang mengandung banyak udara seperti jaringan paru.
Dinding sel yang kaya akan lipid menjadikan basil ini resisten terhadap aksi bakterisid
dari antibodi dan komplemen. Sebagian besar dari dinding selnya terdiri atas lipid (80%),
peptidoglikan, dan arabinomannan. Lipid membuat kuman tahan terhadap asam sehingga
disebut BTA dan kuman ini tahan terhadap gangguan kimia dan fisika. Oleh karena
ketahanannya terhadap asam, M. Tuberkulosis dapat membentuk kompleks yang stabil
antara asam mikolat pada dinding selnya dengan berbagai zat pewarnaan golongan aryl
methan seperti carbolfuchsin, auramine dan rhodamin. Kuman ini dapat bertahan hidup di
udara yang kering atau basah karena kuman dalam keadaan dorman. Dan dari keadaan
dorman ini kuman dapat reaktivasi kembali.

Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yaitu di dalam


sitoplasma makrofag karena pada sitoplasma makrofag banyak mengandung lipid.
Kuman ini bersifat aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman ini menyenangi jaringan
yang tinggi mengandung oksigen sehingga tempat predileksi penyakit ini adalah bagian
apikal paru karena tekanan O2 pada apikal lebih tinggi dari pada tempat lainnya.

M. Tuberkulosis dapat tumbuh pada medium klasik yang terdiri kuning telur dan
glyserin (medium Lowenstein-Jensen). Bakteri ini tumbuh secara lambat, dengan waktu
generasi 12- 24 jam. Pengisolasian dari spesimen klinis dari media sintetik yang solid
membutuhkan waktu 3-6 minggu dan untuk uji sensitivitas terhadap obat membutuhkan
tambahan waktu 4 minggu. Sementara itu, pertumbuhan bakteri ini dapat dideteksi dalam
1- 3 minggu dengan menggunakan medium cair yang selektif seperti BACTEC dan uji
sensitivitas terhadap obat hanya membutuhkan waktu tambahan 3-5 hari.

C. Tanda dan Gejala


1. Manifestasi klinis
Karena patogenesis TB sangat kompleks, manifestasi klinis TB sangat bervariasi
dan bergantung pada faktor kuman TB, penjamu serta interaksi diantara
keduanya.Faktor kuman bergantung pada jumlah kuman dan virulensinya, sedangkan
faktor penjamu bergantung pada usia dan kompetensi imun serta kerentanan penjamu
pada awal terjadinya infeksi.

Anak kecil sering tidak menunjukkan gejala selama beberapa waktu. Tanda dan
gejala pada balita dan dewasa muda cenderung lebih signifikan sedangkan pada
kelompok dengan rentang umur diantaranya menunjukkan clinically silent dissease.

2. Manifestasi sistemik
Manifestasi sistemik adalah gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik karena
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Beberapa manifestasi
sistemik yang dapat dialami anak yaitu:

a. Demam lama (>2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas, yang dapat
disertai keringat malam. Demam pada umumnya tidak tinggi. Temuan demam
pada pasien TB berkisar antara 40-80% kasus.
b. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi atau naik tetapi tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan.
c. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak
naik dengan adekuat (failure to thrive).
d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel.
e. Batuk lama lebih dari 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan, tetapi pada
anak bukan merupakan gejala utama.
f. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
g. Malaise (letih, lesu, lemah, lelah).

D. Sumber Penularan dan Case Finding

1. Sumber penularan adalah pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB BTA


Positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menye- barkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak. Sekali batuk dapat menyebarkan 3.000 kuman dalam percikan dahak.
3. Penularan terjadi melalui percikan dahak yang dapat bertahan selama beberapa jam
dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan lembab.
4. Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam tubuh pasien berarti semakin besar
kemungkinan menularkan kepada orang lain.
5. TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien yang sudah dibersihkan,
seperti: peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan pasien TB.
Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus dicari sumber
penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular TB. Sumber penularan adalah
orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak tersebut.
Pelacakan sumber infeksi dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA
sputum (pelacakan sentripetal). Bila telah ditemukan sumbernya, perlu pula dilakukan
pelacakan sentrifugal, yaitu mencari anak lain di sekitasnya yang mungkin juga
tertular, dengan cara uji tuberkulin.2

Sebaliknya, jika ditemukan pasien TB dewasa aktif, maka anak disekitarnya atau
yang kontak erat harus ditelusuri ada atau tidaknya infeksi TB (pelacakan sentrifugal).
Pelacakan tersebut dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang yaitu uji tuberkulin.3,5

Orang-orang yang beresiko terkena tuberculosis antara lain:

A. Orang-orang yang kontak erat dengan pasien TB yang belum diobati

B. Orang yang status gizinya rendah Orang dengan daya tahan tubuh rendah
C. Bayi dan anak-anak yang kontak erat dengan pasien TB BTA positif
D. Orang dengan HIV dan AIDS

E. Jenis Tuberculosis

1. TB Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru.

2. TB Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya; selaput otak,
selaput jantung (pericardium), kelenjar getah bening, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

Pengelompokan Pasien Tuberculosis

Adalah pasien yang belum pernah diobati


Pasien Baru dengan Obat Anti TB (OAT) atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan(4 minggu)
Pasien Kambuh Adalah pasien TB yang telah sembuh atau
(Relaps) mendapat pengobatan lengkap, kemudian
dinyatakan sakit TB kembali dengan BTA positif.
Pasien Pengo- batan Adalah pasien yang putus berobat selama 2
Setelah bulan atau lebih, kemudian dinyatakan masih
Putus Berobat sakit TB dengan hasil BTA positif.
Adalah pasien TB yang mulai pengobatan kembali
setelah hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
Pasien Gagal (Failure) atau kembali menjadi positif pada
bulan ke-5 atau lebih, pada masa pengobatan
sebelumnya.
Pasien Adalah pasien yang dipindahkan dari Puskesmas
Pindahan (Transfer /rumah sakit antar kabupaten/kota yang berbeda
In) untuk melanjutkan pengobatannya
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi
Lain-lain ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk
pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA
positif setelah selesai pengobatan ulangan.

F. Cara Mengetahui Seseorang Terkena Tuberculosis/ Cara Screening


1. Pasien TB Paru Dewasa

Untuk mengetahui seorang dewasa sakit TB harus dilakukan pemeriksaan dahak.


Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali, yaitu: Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS), dalam 2 hari
berturut-turut .
a. Hari Pertama
Dahak diambil sewaktu kunjungan pertama ke puskesmas/rumah sakit (S=
sewaktu).
b. Hari Kedua
Dahak diambil pada saat bangun tidur pagi (P = pagi) sebelum makan dan
minum.
Dahak diambil lagi sewaktu mengantar dahak pagi ke puskesmas/rumah sakit
(S=sewaktu).

2. Pasien TB Anak

Batuk bukan merupakan gejala utama TB pada anak. Penentuan TB pada anak
dilakukan oleh dokter dengan menggunakan sistem skoring (penilaian). Yang termasuk
kelompok pasien TB Anak adalah dari usia 0 – 4 tahun.

Tanda-tanda TB Anak atau Tersangka TB pada anak adalah:

1. Adanya kontak erat dengan pasien TB dewasa.


2. Batuk lama selama 3 minggu atau lebih.
3. Berat badan anak tidak naik atau nalah turun walaupun gizi sudah diperbaiki.
4. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, pangkal paha.
5. Demam lama berulang tanpa sebab yang jelas selama 2 minggu atau lebih.
6. Tidak nafsu makan

Scoring Tuberculosis

Parameter 0 1 2 3

Kontak TB  Tidak jelas  -  Laporan keluarga  BTA(+)


(BTA negatif atau
 
tidak jelas)
Uji Tuberkulin Negatif - - Positif (≥ 10
mm atau ≥ 5
 
mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat badan / - BB/TB < 90%  Klinis gizi buruk -
Status Gizi atau
atau BB/TB < 70%
BB/U < 80%
atau BB/U < 60%
 

Demam tanpa - ≥ 2 minggu - -


sebab yang
jelas
Batuk - ≥ 3 minggu - -

Pembesaran - ≥ 1 cm, jumlah - -


kelenjar koli,
> 1, tidak nyeri
aksila, inguinal

Pembengkakan - Ada - -
tulang / sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto Thorak Normal/ Gambaran - -
kelainan sugestif TB
tidak jelas

Catatan:

 Diagnosis dengan sistem skor ditegakkan oleh dokter.


 Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis.
 Berat badan dinilai saat datang.

 Demam dan batuk tidak ada respon terhadap terapi sesuai baku.

 Gambaran sugestif TB, berupa; pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal


dengan/tanpa infiltrat; konsolidasi segmental/lobar; kalsifikasi dengan infiltrat;
atelektasis; tuberkuloma. Gambaran milier tidak dihitung dalam skor karena
diperlakukan secara khusus.

 Mengingat pentingnya peran uji tuberkulin dalam mendiagnosis TB anak, maka


sebaiknya disediakan tuberkulin di tempat pelayanan  kesehatan.

 Pada anak yang diberi imunisasi BCG, bila terjadi reaksi cepat BCG (≤ 7 hari) harus
dievaluasi dengan sistim skoring TB anak, BCG bukan merupakan alat diagnostik.

 Didiagnosis TB Anak ditegakkan bila jumlah skor ≥ 6, (skor maksimal 13).

 Jika ditemukan gambaran milier, kavitas atau efusi pleura pada foto toraks, dan/atau
terdapat tanda-tanda bahaya, seperti kejang, kaku kuduk dan penurunan kesadaran
serta tanda kegawatan lain seperti sesak napas, pasien harus di rawat inap di RS.

 tanda kegawatan lain seperti sesak napas, pasien harus di rawat inap di RS.

Gambar 4.1 Bagan skrining tuberkulosis


G. Penanganan Penderita Tuberculosis
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Semua obat Tb bersifat Bakterisida
kecuali Ethambutol yang bersifat Bakteriostatik.

2. Prinsip pengobatan 

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai


berikut:

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

3. Obat TB yang Digunakan

Obat TB utama (first line, lini utama) saat ini adalah rifampisin (R),
isoniazid (H), pirazinamid (Z), etambutol (E), dan Streptomisin (S). Rifampisin dan
isoniazid merupakan obat pilihan utama dan ditambah dengan pirazinamid,
etambutol, dan streptomisin. Obat lain (second line, lini kedua) adalah para-
aminosalicylic acid (PAS), cycloserin terizidone, ethionamide, prothionamide,
ofloxacin, levofloxacin, mixiflokxacin, gatifloxacin, ciprofloxacin, kanamycin,
amikacin, dan capreomycin, yang digunakan jika terjadi MDR.

4. Tahap awal (intensif)


a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
c. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.

5. Tahap Lanjutan
a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama

b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistersehingga mencegah


terjadinya kekambuhan

6. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis


di Indonesia: 

a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.    
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE) dan


Kategori Anak: 2HRZ/4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket


berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak
sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien.

Paket Kombipak Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan
OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang
mengalami efek samping OAT KDT.

Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket,


dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam
satu (1) masa pengobatan.

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:


a. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
b. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

c. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.

Paduan OAT dan peruntukannya.

Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

a.    Pasien baru TB paru BTA positif.

b.    Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif      

c.  Pasien TB ekstra paru 

Tabel 1. Dosis untuk paduan KDT Kategori 1

Tahap Lanjutan
Tahap Intensif tiap hari
Berat selama 56 hari 3 Kali seminggu selama 16 minggu
Badan
RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT

38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT

55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT

> 71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT

Tabel 2. Dosis Paduan OAT-Kombipak untuk kategori 1

Dosis per hari/kali Jumlah


Tahap Lama hari/kali
Pengobatan Pengobatan Isoniazid Rifampisin Pirazinamid Etambutol menelan
300 mgr 450 mgr 500 mgr 250 mgr obat

Intensif 2 Bulan 1 1 3 3 56

Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:

a.    Pasien kambuh

b.    Pasien gagal

c.    Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Tabel 3. Dosis untuk paduan KDT Kategori 2

Tahap lanjutan 3
Tahap intensif tiap hari RHZE
kali seminggu (RH
(150/75/400/275) + S
Berat Badan (150/150) + E (400)

56 Hari 28 hari 20 Minggu

2 tab 4 KDT + 500 mg 2 tab 4 KDT 2 tablet 2 KDT + 2


30-37 kg
S inj tablet E

3 tablet 4 KDT + 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT + 3


38-54 kg
750mg S inj tablet E

4 tablet 4 KDT + 1000 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT + 4


55-70 kg
mg S inj tablet

5 Tablet 4 KDT + 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT + 5


> 71 kg
1000 mg S Inj tablet E

Tabel 4. Dosis untuk paduan OAT-Kombipak untuk kategori 2

Etambutol
Jumlah
Isoniazid Rifampisin Pirazinamid hari/kali
Tahap Lama Tablet Tablet Streptomisin
300 mgr 450 mgr 500 mgr menelan
250 400
obat
mgr mgr

2 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
bulan
Intensif 1 1 3 3 - - 28
(harian) 1
bulan
Lanjutan 4 2 1 - 1 2 -
3x/minggu bulan

Catatan:

1. Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
2. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.

3. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest


sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).

OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1
yang diberikan selama sebulan (28 hari).

Tabel 5. Dosis paduan KDT untuk sisipan

Tahap Intensif tiap hari selama 56 hari


Berat Badan
RHZE (150/75/400/275)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT

38-54 kg 3 tablet 4 KDT

55-70 kg 4 tablet 4 KDT

> 71 kg 5 tablet 4 KDT

Tabel 6. Dosis paduan OAT-kombipak untuk sisipan

Jumlah
Lama Isoniazid Rifampisin Pirazinamid Etambutol hari/kali
Tahap Pengobatan
Pengobatan 300 mgr 450 mgr 500 mgr 250 mgr menelan
obat

Intensif 1 Bulan 1 1 3 3 28

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya


kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa
indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis
pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT
lapis kedua.
Sumber: Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis

Nama Dosis harian Dosis Efek Samping


Obat (mg/kgB maksimal
B/hari) (mg/hari)

Isoniazid 5-15* 300 Hepatitis, neuritis perifer,


hipersensitivitas

Rifampisi 10-20 600 Gastrointestinal, reaksi kulit,


n** hepatitis, trombositopenia,
peningkatan enzim hati, cairan
tubuh berwarna oranye
kemerahan

Pirazina 15-30 2000 Toksisitas hati, atralgia,


mid gastrointestinal

Etambuto 15-20 1250 Neuritis optik, ketajaman


l penglihatan berkurang, buta
warna merah-hijau, penyempitan
lapang pandang, hipersensitivitas,
gastrointestinal

Streptomi 15-40 1000 Ototoksis, nefrotoksik


sin

* Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi 10


mg/kgBB/hari.

** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat
mengganggu bioavailabilitas rifampisin. Rifampisin diabsorpsi dengan baik melalui
sistemgastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam sebelum makan

Pencegahan Penyakit Tuberculosis

1. Menelan OAT secara lengkap dan teratur sampai sembuh. Pasien TB harus
menutup mulutnya dengan saputangan atau tisu atau tangan pada waktu bersin
dan batuk, dan mencuci tangan.

2. Tidak membuang dahak di sembarang tempat, tetapi dibuang pada tempat


khusus dan tertutup. Misalnya: dengan menggunakan wadah/ kaleng bertutup
yang sudah diberi air sabun. Buanglah dahak ke lubang WC atau timbun ke
dalam tanah di tempat yang jauh dari keramaian.

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS):


a. Menjemur alat tidur.
b. Membuka pintu dan jendela setiap pagi agar udara dan sinar
matahari masuk. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman
TB.
c. Makan makanan bergizi.
d. Tidak merokok dan minum minuman keras.
e. Olahraga secara teratur.
f. Mencuci pakaian hingga bersih.
g. Buang air besar di jamban/ WC.
h. Mencuci tangan hingga bersih di air yang mengalir setelah selesai
buang air besar, sebelum dan sesudah makan.
i. Beristirahat cukup.
j. Jangan tukar menukar peralatan mandi.

4. Cara batuk yang benar


a. Palingkan muka dari orang lain dan makanan.

b. Tutup hidung dan mulut anda dengan tisu atau saputangan ketika batuk atau
bersin.

c. Segera cuci tangan setelah menutup mulut dengan tangan ketika batuk.

d. Hindari batuk di tempat keramaian.

e. Pasien memakai penutup mulut dan hidung atau masker jika perlu.

f. Jangan bertukar masker atau saputangan dengan orang lain.

5. Tips bagi keluarga, kader dan lingkungan Pasien TB

a. Anjurkan orang yang mempunyai gejala TB untuk segera memeriksakan diri


ke sarana pelayanan kesehatan DOTS.

b. Awasi pengobatannya sampai sembuh/ selesai.


c. Ajarkan dan anjurkan perilaku hidup bersih dan sehat tanpa TB.

d. Imunisasi BCG bagi balita untuk mencegah TB berat (misalnya: TB selaput


otak dan TB paru berat)
DAFTAR PUSTAKA

CARE International Indonesia. Kumpulan Materi Pelatihan Koordinator PMO;


Keterampilan Fasilitasi dan Komunikasi. Tidak dipublikasikan. 2008.

CARE International Indonesia. Program Pelatihan “Train the Trainer” untuk


CARE Indonesia. Tidak dipublikasikan. 2007.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Kurikulum Pelatihan Pengawas


Menelan Obat (PMO)”. Jakarta. 2009

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Modul Pelatihan Pengawas


Menelan Obat (PMO)”. Jakarta. 2009

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis”. Edisi 2. 2007.

Schwarz, Roger M. The Skilled Facilitator: Practical Wisdom for Developing


Effective groups. Josey-Bass Publisher, San Fransisco, CA. 1994

Anda mungkin juga menyukai