Format Sap TB Anak
Format Sap TB Anak
Hari :
Tanggal :
Waktu : 60 menit
Tempat : Desa Ds Kec Kab
Topic kegiatan : Penyuluhan tentang Cara Screening dan Penganganan TB Paru Anak
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut
dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau organ lain dalam
tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari TB paru. 1 Tuberkulosis anak mempunyai
permasalahan khusus yang berbeda dengan orang dewasa. Pada TB anak, permasalahan
yang dihadapi adalah masalah diagnosis, pengobatan, pencegahan serta TB dengan
keadaan khusus.
Akhir tahun 1990-an, World Health Organization memperkirakan bahwa
sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi oleh M. tuberculosis, dengan
angka tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Tuberkulosis, terutama TB paru,
merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara
maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan
kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Menurut perkiraan WHO
pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan
menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun.
Berbeda dengan TB dewasa, gejala TB anak sering kali tidak khas. Diagnosis
pasti ditegakkan dengan menemukan kuman TB. Pada anak, sulit didapatkan spesimen
diagnostik yang dapat dipercaya. Karena sulitnya mendiagnosis TB pada anak, sering
terjadi overdiagnosis yang diikuti overtreatment. Di lain pihak, ditemukan juga
underdiagnosis dan undertreatment. Hal tersebut terjadi karena sumber penyebaran TB
umumnya adalah orang dewasa dengan sputum basil tahan asam positif sehingga
penanggulangan TB ditekankan pada pengobatan pengobatan TB dewasa. Akibatnya
penanganan TB anak kurang diperhatikan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, para Kader Posyandu lebih paham tentang TB Paru
sehingga dapat lebih waspada terhadap penyebaran dan penularan penyakit TB Paru.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan agar masyarakat mampu:
- Mengulang kembali definisi dan penyakit TB Paru anak
- Menyebutkan penularan dan penyebara TB pada anak
- Mengidentifikasi gejala klinis TB pada anak
- Melakukan pencegahan penyakit TB pada anak
- Menjelaskan cara screening/scoring Tb pada anak
- Menjelaskan tindakan lanjut pada anak dengan TB Paru
C. PESERTA
Kader Posyandu Desa …………………..
D. KEPANITIAAN
Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :
Seksi Acara :
Seksi Humas :
Seksi Dokumentasi :
Seksi Evaluasi :
Seksi Perlengkapan :
Seksi Konsumsi :
E. SETTING ACARA
Acara
1) Pembukaan oleh Pembawa Acara
2) Sambutan-sambutan
- Ketua panitia selama 5 menit
- Wakil dari pendidikan 5 menit
- Kepala Kader selama 5 menit
3) Penyuluhan penyakit TB pada anak oleh petugas mahasiswa selama 30 menit
4) Tanya jawab 30 menit di pandu mahasiswa keperawatan
Setting tempat
Keterangan :
(disesuaikan dengan gambar dan diberi keterangan)
Petugas-petugas acara
Pembawa acara :
Moderator :
Notulen :
Penyaji :
Kepala Desa :
Ketua BPD :
Tokoh Masyarakat :
Bidan Desa :
Direktur : Dr. Tresna Karmila, SP.PK
F. METODE
Diskusi dan Tanya jawab
G. MEDIA
LCD dan Booklet
Ketua Sekretaris
NIM:
NIM:
Mengetahui,
Direktur
A. Definisi
M. Tuberkulosis dapat tumbuh pada medium klasik yang terdiri kuning telur dan
glyserin (medium Lowenstein-Jensen). Bakteri ini tumbuh secara lambat, dengan waktu
generasi 12- 24 jam. Pengisolasian dari spesimen klinis dari media sintetik yang solid
membutuhkan waktu 3-6 minggu dan untuk uji sensitivitas terhadap obat membutuhkan
tambahan waktu 4 minggu. Sementara itu, pertumbuhan bakteri ini dapat dideteksi dalam
1- 3 minggu dengan menggunakan medium cair yang selektif seperti BACTEC dan uji
sensitivitas terhadap obat hanya membutuhkan waktu tambahan 3-5 hari.
Anak kecil sering tidak menunjukkan gejala selama beberapa waktu. Tanda dan
gejala pada balita dan dewasa muda cenderung lebih signifikan sedangkan pada
kelompok dengan rentang umur diantaranya menunjukkan clinically silent dissease.
2. Manifestasi sistemik
Manifestasi sistemik adalah gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik karena
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Beberapa manifestasi
sistemik yang dapat dialami anak yaitu:
a. Demam lama (>2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas, yang dapat
disertai keringat malam. Demam pada umumnya tidak tinggi. Temuan demam
pada pasien TB berkisar antara 40-80% kasus.
b. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi atau naik tetapi tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan.
c. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak
naik dengan adekuat (failure to thrive).
d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel.
e. Batuk lama lebih dari 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan, tetapi pada
anak bukan merupakan gejala utama.
f. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
g. Malaise (letih, lesu, lemah, lelah).
Sebaliknya, jika ditemukan pasien TB dewasa aktif, maka anak disekitarnya atau
yang kontak erat harus ditelusuri ada atau tidaknya infeksi TB (pelacakan sentrifugal).
Pelacakan tersebut dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang yaitu uji tuberkulin.3,5
B. Orang yang status gizinya rendah Orang dengan daya tahan tubuh rendah
C. Bayi dan anak-anak yang kontak erat dengan pasien TB BTA positif
D. Orang dengan HIV dan AIDS
E. Jenis Tuberculosis
1. TB Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru.
2. TB Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya; selaput otak,
selaput jantung (pericardium), kelenjar getah bening, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2. Pasien TB Anak
Batuk bukan merupakan gejala utama TB pada anak. Penentuan TB pada anak
dilakukan oleh dokter dengan menggunakan sistem skoring (penilaian). Yang termasuk
kelompok pasien TB Anak adalah dari usia 0 – 4 tahun.
Scoring Tuberculosis
Parameter 0 1 2 3
Pembengkakan - Ada - -
tulang / sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto Thorak Normal/ Gambaran - -
kelainan sugestif TB
tidak jelas
Catatan:
Demam dan batuk tidak ada respon terhadap terapi sesuai baku.
Pada anak yang diberi imunisasi BCG, bila terjadi reaksi cepat BCG (≤ 7 hari) harus
dievaluasi dengan sistim skoring TB anak, BCG bukan merupakan alat diagnostik.
Jika ditemukan gambaran milier, kavitas atau efusi pleura pada foto toraks, dan/atau
terdapat tanda-tanda bahaya, seperti kejang, kaku kuduk dan penurunan kesadaran
serta tanda kegawatan lain seperti sesak napas, pasien harus di rawat inap di RS.
tanda kegawatan lain seperti sesak napas, pasien harus di rawat inap di RS.
2. Prinsip pengobatan
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
Obat TB utama (first line, lini utama) saat ini adalah rifampisin (R),
isoniazid (H), pirazinamid (Z), etambutol (E), dan Streptomisin (S). Rifampisin dan
isoniazid merupakan obat pilihan utama dan ditambah dengan pirazinamid,
etambutol, dan streptomisin. Obat lain (second line, lini kedua) adalah para-
aminosalicylic acid (PAS), cycloserin terizidone, ethionamide, prothionamide,
ofloxacin, levofloxacin, mixiflokxacin, gatifloxacin, ciprofloxacin, kanamycin,
amikacin, dan capreomycin, yang digunakan jika terjadi MDR.
b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
c. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.
5. Tahap Lanjutan
a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien.
Paket Kombipak Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan
OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang
mengalami efek samping OAT KDT.
c. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
Tahap Lanjutan
Tahap Intensif tiap hari
Berat selama 56 hari 3 Kali seminggu selama 16 minggu
Badan
RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)
Intensif 2 Bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
a. Pasien kambuh
b. Pasien gagal
Tahap lanjutan 3
Tahap intensif tiap hari RHZE
kali seminggu (RH
(150/75/400/275) + S
Berat Badan (150/150) + E (400)
Etambutol
Jumlah
Isoniazid Rifampisin Pirazinamid hari/kali
Tahap Lama Tablet Tablet Streptomisin
300 mgr 450 mgr 500 mgr menelan
250 400
obat
mgr mgr
2 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
bulan
Intensif 1 1 3 3 - - 28
(harian) 1
bulan
Lanjutan 4 2 1 - 1 2 -
3x/minggu bulan
Catatan:
1. Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
2. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1
yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Jumlah
Lama Isoniazid Rifampisin Pirazinamid Etambutol hari/kali
Tahap Pengobatan
Pengobatan 300 mgr 450 mgr 500 mgr 250 mgr menelan
obat
Intensif 1 Bulan 1 1 3 3 28
** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat
mengganggu bioavailabilitas rifampisin. Rifampisin diabsorpsi dengan baik melalui
sistemgastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam sebelum makan
1. Menelan OAT secara lengkap dan teratur sampai sembuh. Pasien TB harus
menutup mulutnya dengan saputangan atau tisu atau tangan pada waktu bersin
dan batuk, dan mencuci tangan.
b. Tutup hidung dan mulut anda dengan tisu atau saputangan ketika batuk atau
bersin.
c. Segera cuci tangan setelah menutup mulut dengan tangan ketika batuk.
e. Pasien memakai penutup mulut dan hidung atau masker jika perlu.