Anda di halaman 1dari 4

Nama : Herwinda Ayugi S

NPM : 190110210027

SOAL UTS FILSAFAT OKTOBER 2021

1. TERDAPAT SEJUMLAH DEFINISI TENTANG HAKIKAT MANUSIA MENURUT


ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT MANUSIA, DIANTARANYA ADALAH
HOMO FABER, HOMO LUDENS, HOMO ECONOMICUS, RATIONAL ANIMALS,
DLL. MANURUT ANDA, DEFINISI MANA YANG PALING DAPAT DITERIMA
BERDASARKAN PENGALAM HIDUP ANDA SEHARI-HARI, DAN DEFINISI
MANA YANG PALING TIDAK TEPAT? JELASKANBERDASARKAN PENGALAM
AN DAN ARGUMENTASI YANG LOGIS!

2. DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI, KITA SERING DIHADAPKAN PADA


DILEMMA MORAL. SEBETULNYA, APA ITU DILEMMA MORAL? TULIS
SEBUAH CONTOH DILEMMA MORAL YANG PERNAH ANDA ALAMI, DAN
BAGAIMANA KEPUTUSAN SERTA TINDAKAN ANDA DALAM
MENYELESAIKAN DILEMMA ITU! DENGAN MENGGUNAKAN TEORI-TEORI
ETIK YANG PERNAH ANDA PELAJARI BEBERAPA MINGGU LALU, TEORI ETIK
APA YANG ANDA PAKAI SAAT ITU DAN MENGAPA TEORI ITU MENJADI
DASAR UNTUK MEMBUAT KEPUTUSAN DAN TINDAKAN ANDA?

3. DALAM EPISTEMOLOGI KITA MENGENAI TEORI-TEORI PENGETAHUAN


SEPERTI REALISME NAIF, EMPIRISME, RASIONALISME, RASIONALISME
KRITIS, DLL. MENURUT ANDA, DALAM KONTEKS ILMU PENGETAHUAN,
TEORI APA YANG PALING TEPAT DAN TEORI APA YANG PALING TIDAK
TEPAT? JELASKAN MENGAPA DEMIKIAN!

1. Pada hakikatnya, manusia merupakan mahluk yang selalu membutuhkan sesuatu. Sejak
sekolah dasar, kita telah diperkenalkan dengan istilah ‘sandang, pangan, dan papan’
sebagai bentuk kebutuhan primer manusia agar bisa bertahan dan menjalankan kehidupan
dengan baik. Di luar ketiga hal tersebut, tentu manusia pun memiliki kebutuhan-kebutuhan
sekunder dan tersier yang berbeda-beda tergantung kepentingan masing-masing. Sebagai
upaya untuk mempertahankan kehidupan dan mencapai kesejahteraan, manusia selalu
memiliki hasrat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah disebutkan melalui
kegiatan ekonomi yang terdiri atas produksi, konsumsi, dan distribusi.
Selain itu, dalam kehidupannya manusia juga memiliki kecenderungan untuk memercayai
suatu agama tertentu, menganutnya, juga menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai umat
beragama seperti beribadah, berdoa, dan melakukan kebaikan sebagai bentuk ketaatan pada
aturan Tuhan.
Kedua poin di atas mencerminkan bahwa istilah homo economicus dan homo religious
adalah dua definisi yang paling tepat untuk menggambarkan hakikat manusia. Mengapa
begitu? Kita tentu dapat menyadari dengan jelas bahwa kegiatan berekonomi dan
melakukan ritual keagamaan tidak dapat ditemukan pada mahluk atau hewan lainnya.
Kedua hal ini merupakan kegiatan yang hanya dilakukan oleh manusia. Maka dari itu, saya
meyakini bahwa kegiatan ekonomi dan melakukan ritual agama merupakan ciri khas
manusia sehingga istilah homo economicus dan homo religious merupakan dua istilah yang
paling tepat untuk mendefinisikan hakikat diri manusia sebagai mahluk hidup.
Berlawanan dengan dua istilah yang telah disebutkan sebelumnya, menurut saya istilah
homo ludens merupakan definisi yang paling tidak tepat untuk menggambarkan hakikat
manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, memang kita sering menemukan manusia dan
keinginannya untuk mencari hiburan dan melakukan permainan. Namun, mengacu pada
perspektif yang saya miliki, konsep homo ludens ini terlalu kental mendefinisikan manusia
sebagai mahluk yang suka bermain. Seolah-olah, hidup manusia hanya dipenuhi oleh
permainan yang tidak berdasar tujuan tertentu. Padahal, seperti yang sudah saya jelaskan
sebelumnya, manusia selalu memiliki kebutuhan dan kebutuhan tersebut lah yang setiap
waktu menjadi dasar tindakan manusia. Jadi, sekalipun manusia harus mencari hiburan,
menurut saya hal tersebut bukanlah tanpa dasar, melainkan sebuah upaya bagi kita untuk
memenuhi kebutuhan sejalan dengan definisi yang terkandung dalam istilah homo
economicus.
2. Dalam pembelajaran filsafat, saya telah mengetahui bahwa ada tiga teori utama yang
mendasari perilaku baik manusia. Teori yang pertama adalah deontologis. Orang-orang
yang menganut teori ini tidak mendasarkan perilaku baiknya terhadap konsekuensi-
konsekuensi yang mungkin dapat diterima, melainkan pada esensi dari perilaku itu sendiri.
Teori yang kedua adalah teleologis. Berlawanan dengan penganut deontologis, orang-
orang yang menjadikan teori ini sebagai prinsip dalam berperilaku meyakini bahwa setiap
tindakan baik yang diperbuatnya harus memiliki tujuan tertentu dan kualitas dari tindakan
tersebut terletak pada konsekuensi yang muncul setelahnya. Teori yang ketiga adalah
teologis. Orang-orang yang menggunakan teori ini sebagai dasar dalam melakukan segala
tindakan mempercayai bahwa perintah Tuhan adalah sebenar-benarnya acuan yang bisa
mereka gunakan dalam menjalani kehidupan. Apa yang menurut Tuhan baik, hal itulah
juga yang menjadi dasar bagi mereka untuk berbuat baik.
Ketiga teori etika ini sangat bertentangan antara satu sama lain sehingga dapat memicu
terjadinya dilemma moral di mana manusia dapat menemukan berbagai macam alasan yang
benar untuk melakukan suatu kebaikan. Alasan-alasan yang berbeda ini saling
bertentangan, namun tidak ada yang keliru di antaranya sehingga hal tersebut membuat
manusia bingung untuk menentukan pilihan.
Contoh dari kasus dilemma moral yang pernah saya alami salah satunya adalah ketika saya
diminta mengantar orangtua saya ke suatu tempat padahal saya telah memiliki janji untuk
bertemu dengan teman saya di waktu yang sama. Di satu sisi, saya menyadari bahwa
mengingkari janji adalah hal yang tidak baik dan bertentangan dengan nilai moral. Di sisi
lain, mengabaikan perintah orangtua pun sama tidak baiknya dan sama-sama bertentangan
dengan nilai moral. Namun, saat itu saya tetap harus menentukan satu keputusan karena
saya tidak mungkin pergi ke dua tempat berbeda secara bersamaan. Akhirnya, saya
menggunakan teori deontologis untuk menyelesaikan dilemma yang saya alami. Saya
menyampaikan permohonan maaf dan alasan yang logis kepada orangtua saya karena saya
tidak bisa mengantar mereka hari itu. Saya mengedepankan janji saya untuk menemui
teman karena dialah yang lebih dulu meminta saya untuk menemuinya. Saat itu saya tidak
memikirkan konsekuensi dari keputusan saya, bagaimana keputusan saya tersebut dapat
memengaruhi keputusan orangtua saya. Selama saya sudah menyampaikan alasan yang
logis dan meminta maaf, saya rasa keputusan saya valid dan memang orangtua saya pun
menerima hal tersebut. Saat itu saya juga tidak memikirkan bagaimana pandangan Tuhan
terhadap keputusan saya karena yang ada dalam pikiran saya hari itu hanyalah tentang
menepati janji dan saya percaya bahwa menepati janji adalah hal yang baik. Bukan karena
konsekuensinya, bukan karena perintah Tuhan, namun karena memang menepati janji itu
sendiri memang baik dan sejalan dengan nilai moral yang saya percayai selama ini.
3. Menurut pendapat saya, pengetahuan merupakan buah dari pemikiran rasional, pemikiran
kritis, juga pengalaman empiris. Ketiga hal tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena
sama-sama memiliki peran yang penting dan saling bekerja sama dalam menciptakan
sebuah pengetahuan. Tanpa pemikiran yang rasional dan kritis, tidak mungkin seorang
Isaac Newton dapat mengembangkan pengetahuannya hanya dari sebuah apel yang jatuh
dari pohon. Rasionalisme dan pemikiran kritis milik Newton membuatnya memiliki
keinginan untuk mengamati lebih lanjut tentang sebab dari jatuhnya sebuah apel.
Rasionalisme dan pemikiran kritis inilah yang akhirnya turut andil dalam kemunculan teori
gravitasi yang akhirnya berguna untuk mencerdaskan umat manusia yang lahir pada
generasi-generasi selanjutnya. Namun, dalam penyempurnaan teori ini tentu dibutuhkan
pula data empirik. Menurut saya, sebuah pengetahuan tidak akan terbentuk tanpa adanya
pengalaman dan data yang diambil secara langsung oleh seorang pencipta teori.
Pengalaman empris ini sangat berperan penting untuk menyempurnakan sebuah
pengetahuan dan menjadikan pengetahuan yang dikaji sebagai sesuatu yang kredibel.
Bertentangan dengan tiga teori di atas, menurut saya rasionalisme naif adalah teori yang
paling tidak tepat untuk menjelaskan dari mana datangnya sebuah pengetahuan. Bagi saya,
pengetahuan tidak bisa hanya diukur dari apa yang kita lihat secara sekilas saja. Untuk
menjadi sebuah pengetahuan, suatu hal yang kita lihat perlu diamati lebih lanjut lagi secara
kritis. Kita perlu menanyakan berbagai macam hal lainnya, lebih dari sekadar hanya
menerima bahwa A adalah A. Misalnya ketika Isaac Newton melihat ada apel yang jatuh,
hal tersebut akan hanya menjadi sekadar peristiwa apel jatuh yang sangat biasa terjadi
apabila Newton tidak mengamatinya secara kritis. Teori gravitasi muncul karena adanya
pertanyaan-pertanyaan dan keingintahuan Newton akan suatu fenomena biasa yang
dilihatnya saat itu.

Anda mungkin juga menyukai