Anda di halaman 1dari 4

Adab Menuntut Ilmu Menurut Imam Al-Ghazali

 Adab Menuntut Ilmu Menurut Imam Al-Ghazali

Sahabat dunia islam, Ilmu mempunyai keutamaan yang tinggi dalam Islam. Banyak

ayat Alquran dan sunah Rasul yang mengungkapkan hal tersebut. Bahkan,

disampaikan bahwa orang-orang yang berilmu diangkat beberapa derajat oleh Allah

Swt. jika dibandingkan orang-orang yang beriman tanpa ilmu.

“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. “(Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11)

Salah satu ulama besar umat muslim, Imam Al-Ghazali, dalam bukunya  Ihya

Ulumuddin menyampaikan adab menuntut ilmu bagi seorang pelajar. Ada tujuh poin

penting tentang Adab Menuntut Ilmu Menurut Imam Al-Ghazali  yang diringkas

dari pendapat ulama ahli tasawuf ini.


Pertama, mendahulukan kebersihan jiwa dari akhlak yang rendah . Menurut Al-

Ghazali, selama batin tidak bersih dari hal-hal keji, maka ia tidak menerima ilmu

yang bermanfaat dalam agama. Selain itu, batin juga tak akan diterangi dengan

cahaya ilmu. Ibnu Mas’ud berkata, “Bukanlah ilmu itu karena banyak meriwayatkan,

tetapi ilmu itu adalah cahaya yang dimasukkan ke dalam hati. ”

Kedua, mengurangi kesenangan-kesenangan duniawi dan menjauh dari kampung

halaman hingga hatinya terpusat untuk ilmu . Allah tidak menjadikan dua jantung

bagi seseorang di dalam rongga badannya. Oleh karena itu dikatakan, “Ilmu itu tidak

memberikan sebagiannya hingga engkau memberinya seluruh milikmu. ”

Ketiga, tidak sombong dalam menuntut ilmu dan tidak membangkang kepada guru .

Al-Ghazali menyarankan orang yang menuntut ilmu agar memberi kebebasan kepada

guru yang mengajarnya selama tidak memperlakukannya dengan sewenang-wenang.

Al-Ghazali juga menegaskan agar pelajar terus berkhidmat kepad guru. Menurutnya,
ilmu enggan masuk kepada orang yang sombong seperti banjir yang tidak dapat

mencapai tempat yang tinggi.

Keempat, menghindar dari mendengarkan perselisihan-perselisihan di antara sesama

manusia. Menurut Al-Ghazali, hal tersebut dapat menimbulkan kebingungan saat

menuntut ilmu.

Kelima, tidak menolak suatu bidang ilmu yang terpuji, tetapi harus menekuninya

hingga mengetahui maksudnya. Jika umur membantunya, maka ia pun mesti

menyempurnakannya.

Keenam, mengalihkan perhatian kepada ilmu yang terpenting, yaitu ilmu akhirat .

Imam Al-Ghazali berpendapat, ilmu yang dimaksudkan adalah bagian

dari muamalah dan mukasyafah. Ilmu mukasyafah tersebut ialah makrifatullah atau


mengenal Allah. Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu yang paling mulia dan puncaknya

adalah mengenai Allah.

Ketujuh, tujuan belajar adalah menghiasi batin dengan sifat yang menyampaikannya

kepada Allah Swt. Selain itu, ia juga harus mengharapkan mendapatkan derajat

tertinggi di antara malaikat  muqarabin (yang dekat dengan Allah). Dengan tujuan ini,

ia tidak mengharapkan kepemimpinan, harta, dan kedudukan.

Anda mungkin juga menyukai