Anda di halaman 1dari 30

PROGRAM

PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS


(PLP-BK)

DOKUMEN

ATURAN BERSAMA
MENGENAI BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
DESA GUNUNGPRING

KECAMATAN MUNTILAN, KABUPATEN MAGELANG


PROPINSI JAWA TENGAH
JUNI 2009
USULAN ATURAN BERSAMA
MENGENAI BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

A. PENGANTAR

Seringkali proses-proses perencanaan yang partisipatif dan bai” tidak serta


merta menjamin proses pelaksanaan akan baik pula. Tak jarang proses
perencanaan yang baik dan partisipatif berhenti menjadi dokumen yang tidak
implemenatatif/sulit diterapkan. Hal tersebut seringkali disebabkan karena kegagalan
dalam membangun kesepakatan-kesepakatan operasional, (termasuk di dalamnya
kesepakatan pengorganisasian pengelolaan).
Seringkali terjadi, proses perencanaan partisipatif menyepakati pembangunan
sebuah jaringan infrastruktur tertentu (air bersih yang diambil dari sumber mata air
terdekat, jalan, jembatan, irigasi dll). Program tersebut amat dibutuhkan oleh
masyarakat setempat, sehingga hampir tidak ada penolakan tehadap program,
namun pada tataran operasinalisasi, kegiatan menemui banyak kendala diantaranya
misalnya:
1. Tidak disepakati siapa-siapa saja bertindak sebagai pelaksana (kontraktor)
pekerjaan tersebut.
2. Siapa pihak-pihak yang bertugas memonitor proses pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan standart dan mandat yang diinginkan.
3. Apa imbal balik yang diberikan oleh pihak-pihak yang diuntungkan namun tidak
terlibat dalam proses pelaksanaan/pengadaan.
4. Siapa yang akan mengelola dan merawat jaringan pasca dibangun,
5. Siapa yang akan bertanggungjawab jika terjadi kerusakan.
6. Dari mana dana mesti di dapatkan untuk pemeliharaan dan perbaikan, serta
sejumlah masalah yang lain.
Kegagalan membangun kesepakatan-kesepakatan ini mampu menimbulkan
permasalahan krusial terutama terkait dengan terjaminnya keberlangsungan/
sustainabilitas. Jika kegagalan pengelolaan tersebut terjadi maka akan
mengakibatkan penurunan kepercayaan publik/masyarakat terhadap proses-proses
partisipatif yang telah dikembangkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka untuk kegiatan pembangunan di Desa
Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, disepakati
usulan acuan untuk menjadi Aturan Bersama, dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
Lingkungan Hidup & Tata Ruang, Pengembangan Ekonomi dan Sosial-Budaya.
Dalam masing-masing pembagian tersebut diuraikan lebih detil lagi kegiatan-
kegiatan yang akan diatur.
Dalam bagian Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, tema-tema yang diatur yaitu
mengenai Penataan bantaran sungai, Penghijauan desa dan ruang terbuka,
Perumahan dan bangunan, Mitigasi bencana, Pengelolaan limbah dan pencemaran
lingkungan dan akses jalan lingkungan
Dalam bagian Pengembangan Ekonomi, detil tema-tema yang diatur yaitu:
Pengairan & pertanian, Pengaturan pro ekonomi lokal, Pengaturan PKL, Pengaturan
sentra-sentra ekonomi dan home industri, Pengaturan investasi lahan dan
Pemasaran program-program pembangunan.
Dalam bagian Sosial dan Budaya, detil tema yang akan diatur, yaitu : Jam belajar
masyarakat, Pemberantasan Mabuk, maling, madat, main judi, selingkuh,
Memaksinalkan dunia pendidikan, Proteksi budaya khas Gunungpringpring dan
Memaksimalkan kelembagaan desa dan pengaturan organisasi-organisasi baru.
Uraian detil tema di atas akan diuraikan pada bagian di bawah ini.

 
B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA
TABEL ARAHAN ATURAN BERSAMA DESA GUNUNGPRING
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

A. LINGKUNGAN
1. JARINGAN Banyak rumah yang tidak Setiap rumah memperoleh Pemilik rumah yang terletak di tepi jalan utama mengusahakan
JALAN DAN mendapat akses menuju akses menuju jalan utama adanya jalan untuk rumah yang berada di belakangnya
DRAINASE jalan utama, karena letaknya
yang dibalik rumah orang
lain

Jalan lingkungan gelap di -Penerangan di sepanjang


malam hari jalan pada malam hari
-Penerangan jalan memiliki
kuat penerangan 500lux
dengan tinggi >5 meter dari
muka tanah (sumber: SNI 03-
1733-2004)
-Setiap bangunan wajib
dilengkapi dengan
penerangan luar
secukupnya (Sumber: Pasal
20 (1), Peraturan Daerah No 5
tahun 2000 tentang Bangunan,
DPU Kab Magelang)
Lebar jalan di lingkungan Lebar jalan lingkungan 1,5- - Lebar jalan lingkungan minimal 2 meter dan bebas dari timbunan
permukiman kurang dari 1,5 2,0 meter dapat dilewati barang-barang, sehingga bisa dilewati keranda.
meter oleh pajalan kaki, penjual - Kendaraan roda 2 bisa melewati jalan ini dengan dituntun,
dorong. Lebar bahu jalan sehingga aman dan tidak mengganggu.
0.5 meter,
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
tanpa pedestrian. (Sumber:
SNI 03-1733-2004, Klasifikasi
Jalan di Lingkungan
Perumahan, mengacu dari
Pedoman Teknis Prasarana
Jalan Perumahan, Dirjen Cipta
Karya, 1998)

Hampir seluruh jalan tidak Setiap ruas jalan memiliki Trotoar akan di bangun di beberapa ruas jalan umum dan
memiliki trotoar trotoar selebar minimal 0,5 lingkungan
meter untuk memfasilitasi
pejalan kaki, vegetasi dan
penyandang cacat roda
(Sumber: SNI 03-1733-2004,
Klasifikasi Jalan di Lingkungan
Perumahan, mengacu dari
Pedoman Teknis Prasarana
Jalan Perumahan, Dirjen Cipta
Karya, 1998)
Banyak PKL yang berjualan -Trotoar bebas dari PKL
di bahu jalan (belum ada -Kegiatan yang diwadahi
trotoar) pada trotoar adalah pejalan
kaki, vegetasi dan
penyandang cacat roda
(Sumber: SNI 03-1733-2004,
Klasifikasi Jalan di Lingkungan
Perumahan, mengacu dari
Pedoman Teknis Prasarana
Jalan Perumahan, Dirjen Cipta
Karya, 1998)

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
2. MITIGASI Beberapa bagian bukit dan Lereng bukit dan bantaran Penghijauan lereng bukit dan bantaran sungai. Penetapan daerah
BENCANA bantaran sungai longsor sungai bebas dari longsor lereng bukit dan bantaran sungai sebagai daerah hijau.
Terjadi banjir pada ruas jalan Badan jalan bebas dari Setiap ruas jalan dilengkapi dengan saluran drainase dengan lebar
akibat hujan lebat banjir yang memadai
-Air hujan harus disalurkan
melalui sistem pembuangan
yang terpisah dari sistem
pembuangan air limbah dan
air kotor (Sumber: Pasal 62
(2), Peraturan Daerah No 5
tahun 2000 tentang Bangunan,
DPU Kab Magelang)
-Bila belum tersedia saluran
kota ke badan bangunan
penerima maka badan
penerima dapat berupa
sungai, danau atau kolam
yang mempunyai daya
tampung yang cukup
(Sumber: Pasal 62 (4),
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
Belum pernah terjadi - Setiap bangunan harus
bencana kebakaran. Tetapi dipersiapkan adanya sistem
mengingat kondisi untuk menanggulangi
lingkungan permukiman kemungkinan terjadinya
yang ada sudah sangat kebakaran dari berbagai
rapat, perlu disepakati sistem jenis sumber penyebab
penanganan terhadap kebakaran (Sumber: Pasal 68
bahaya kebakaran (1), Peraturan Daerah No 5
tahun 2000 tentang Bangunan,
DPU Kab Magelang)
- Seluruh bangunan harus
dapat dijangkau oleh mobil
pemadam kebakaran
(Sumber: Pasal 68 (2),
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)
-Belum disepakati ruang Ada ruang terbuka yang Setiap dusun minimal memiliki 1 (satu) buah lapangan terbuka yang
sebagai tempat berkumpul disepakati sebagai tempat ditetapkan sebagai tempat berkumpul bila terjadi bencana
bila terjadi bencana di tingkat berkumpul bila terjadi
RT, RW dan dusun bencana di tingkat RW dan
-Selama ini ruang terbuka dusun
yang sudah digunakan
sebagai tempat berkumpul
pengungsi dari bencana
Merapi adalah halaman balai
desa
3. BANTARAN Kurangnya pemahaman Bantaran sungai adalah - Pemanfaatan daerah bantaran sungai untuk kegiatan budidaya
SUNGAI mengenai pentingnya daerah lahan pada kedua sisi dan hunian dengan aturan yang ketat.
bantaran sungai sepanjang palung sungai - Dilarang membuang sampah ke sungai
dihitung dari tepi sungai
sampai dengan tepi tanggul
sebelah dalam. Fungsi
bantaran sungai adalah
tempat mengalirnya
sebagian debit sungai pada
7

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
saat banjir (high water
channel).
Sepanjang sungai menjadi BAB dan kegiatan lainnya Memaksimalkan fungsi MCK untuk kegiatan mandi, cuci dan kakus
kamar mandi terbuka harus dilakukan di kamar bagi lingkungan permukiman yang berada di bantaran sungai
mandi atau MCK
Permukiman penduduk Pada bantaran sungai Dibuatkan jalan tepat di tepi bantaran sungai sehingga rumah tidak
memadati di beberapa ruas dilarang membuang sampah langsung dibangun tepat di bantaran sungainya
bantaran sungai dan mendirikan bangunan
untuk hunian
-Garis sempadan sungai di
kawasan permukiman,
ditentukan sekurang-
kurangnya 10 meter dihitung
dair tepi sungai untuk jalan
inspeksi (Sumber: Pasal
13(2), Peraturan Daerah No 5
tahun 2000 tentang Bangunan,
DPU Kab Magelang)

Penduduk membuang -Membuang sampah di Menghargai kebersihan lingkungan dengan tidak membuang
sampah ke badan sungai tempat pembuangan sampah ke bantaran maupun badan sungai, baik di area hulu,
sampah yang telah tengah maupun hilir
ditentukan
-Dilarang membuang
sampah ke saluran-saluran
pembuangan air hujan,
selokan-selokan,
pembuangan air limbah dan
ke tempat-tempat yang
dapat mengakibatkan
pencemaran lingkungan
8

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
(Sumber: Pasal 67 (1),
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)
Penggunaan bantaran - Sepanjang bantaran sungai
sungai untuk kegiatan usaha terbebas dari bangunan fisik
(kolam ikan) dan kegiatan budidaya
- Pada bantaran sungai
dilarang membuang sampah
dan mendirikan bangunan
untuk hunian
4. PENGHIJAUAN Tidak semua halaman rumah Penghijauan akan Setiap rumah yang memiliki halaman yang luas dihimbau untuk
LINGKUNGAN memelihara tanaman hijau menghasilkan udara segar menanami halaman rumahnya dengan tanaman hijau.
Bila tidak memiliki halaman yang masih memiliki tanah, maka
diharapkan dapat memelihara tanaman dengan media pot, baik
diletakkan di teras rumah maupun digantung di tritisan.

Terdapat halaman rumah Setiap ruang terbuka (lapangan olah raga, kebun, kebon, tegalan
kosong yang dibiarkan apa sawah, blumbang dan tepi jalan) ditanami dengan salah satu dari
adanya, tidak dikelola tanaman produksi, atau tanaman hias, atau tanaman peneduh.
dengan baik
Di beberapa bagian bantaran Bantaran sungai dihijaukan Sepanjang bantaran sungai dikhususkan sebagai ruang terbuka
sungai terdapat area yang hijau dan area sungai lindung. Dan dikembangkan untuk wisata
potensial longsor karena alam.
belum maksimalnya
penghijauan

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

B. BANGUNAN
1. TRITISAN Air yang jatuh dari tritisan -Garis cucuran atap terluar Panjang tritis disarankan berjarak maksimal 1 meter dari rumah dan
RUMAH rumah jatuh ke halaman yang sejajar dengan arah tidak melebihi batas tanah yang dimiliki
tetangga jalan sekeliling bangunan
minimal 1 (satu) meter dari
garis sempadan pagar
(Sumber: Pasal 10 (1),
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)
-Garis konstruksi terluar
suatu tritis (overstek) yang
mengarah ke tetangga, tidak
dibenarkan melewati batas
pekarangan yang
berbatasan dengan
tetangga (Sumber: Pasal 10
(2), Peraturan Daerah No 5
tahun 2000 tentang Bangunan,
DPU Kab Magelang)
2. PEMBANGUNAN Batas dinding rumah tepat -Pembangunan rumah Bila rumah yang dibangun direncanakan menggunakan tritisan,
RUMAH dibangun pada batas tanah hendaknya memperhatikan maka pembangunan dinding rumah berjarak minimal 1 meter dari
yang dimiliki. Akibatnya luas tanah yang dimiliki. batas tanah yang dimiliki.
tritisan rumah jatuh pada -Garis pondasi bangunan
bagian tanah milik tetangga. terluar bangunan utama
pada bagian samping yang
berbatasan dengan
tetangga adalah sekurang-
kurangnya 1,5 meter dari
batas tepi kapling atau
dapat ditentukan atas dasar
kesepakatan tetangga yang
saling berbatasan (Sumber:
Pasal 7 (3), Peraturan Daerah
No 5 tahun 2000 tentang

10

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
Bangunan, DPU Kab
Magelang)
Terdapat rumah yang Pembangunan rumah ditepi
dibangun persis di batas jalan memperhatikan garis
selokan jalan sempadan bangunan
-Garis sempadan pagar
terluar yang berbatasan
dengan jalan ditentukan
berhimpit dengan batas
terluar daerah milik jalan
(Sumber: Pasal 8 (1),
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)
-Garis pondasi teras terluar
yang sejajar denganarah
sekeliling bangunan adalah
separoh lebar rencana jalan
dikurangi sebanyak-
banyaknya 2 meter dan
tidak melewati garis
sempadan pagar (Sumber:
Pasal 9 (1), Peraturan Daerah
No 5 tahun 2000 tentang
Bangunan, DPU Kab
Magelang)
Terdapat bangunan yang Loteng tidak dibenarkan
memiliki loteng yang mengarah/menghadap ke
mengarah/menghadap ke kapling tetangga, tanpa
kapling tetangga persetujuan tetangga
(Sumber: Pasal 9 (3),
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)

11

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
3. KEAMANAN DAN Gapura dan beberapa -Setiap bangunan tidak
KESELAMATAN bangunan menghalangi diperbolehkan menghalangi
LINGKUNGAN pandangan di beberapa pandangan lalu lintas jalan
perempatan (Sumber: Pasal 18 (1),
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)
-Garis lengkung pagar di sudut
persimpangan jalan ditentukan
dengna ukuran radius tertentu
atas dasar fungsi dan peranan
jalan serta tidak boleh
mengganggu panadngan yang
membahayakan lalu lintas
(Sumber: Pasal 8 (3),
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)
Terdapat bangunan yang Setiap bangunan tidak
berada di atas saluran diperkenankan berada di
pembuangan, sehingga atas sungai/saluran/selokan
menyebabkan daerah di (Sumber: Pasal 18 (3),
sekitarnya banjir di waktu Peraturan Daerah No 5 tahun
hujan 2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)
Terdapat pagar rumah yang -Pagar yang berbatasan
mengganggu pandangan dengan jalan ditentukan
jalan tinggi maksumum1,5 meter
dari permukaan halaman/
trotoar dengan bentuk
transparan atau tembus
pandang (Sumber: Pasal 8
(2), Peraturan Daerah No 5
tahun 2000 tentang Bangunan,
DPU Kab Magelang)
Terdapat jemuran rumah Setiap bangunan atau
yang mengganggu komplek bangunan dapat

12

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
pandangan di beberapa ruas dilengkapi dengan tempat
jalan lingkungan jemuran dengan ketentuan
aman dan terlindung dari
pandangan umum (Sumber:
Pasal 20 (4), Peraturan Daerah
No 5 tahun 2000 tentang
Bangunan, DPU Kab
Magelang)
4. PENGELOLAAN Banyak rumah yang sudah -Setiap bangunan harus Setiap rumah yang memiliki kamar mandi, harus dilengkapi dengan
LIMBAH, SAMPAH memiliki kamar mandi tetapi memiliki cara untuk septictank.
DAN RESAPAN AIR belum memiliki septictank. mencegah timbulnya Setiap rumah memiliki sumur resapan.
Limbah rumah tangga ancaman pencemaran
langsung dibuang ke lingkungan (Sumber: Pasal 19
sungai/saluran air. (1), Peraturan Daerah No 5
tahun 2000 tentang Bangunan,
DPU Kab Magelang)
-Pembuangan air kotor yang
berasal dari kotoran
manusia pada dasarnya
dibuang ke septictank dan
dengan peresapan kecuali
di lokasi tersebut ada
fasilitas pembuangan yang
tersedia (Sumber: Pasal 64
(1), Peraturan Daerah No 5
tahun 2000 tentang Bangunan,
DPU Kab Magelang)
Industri rumah tangga belum -Setiap industri rumah Untuk limbah industri harus menerapkan AMDAL. Air buangannya
menerapkan standar air tangga minimal memiliki harus sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh peraturan
buangannya sesuai dengan sumur resapan untuk AMDAL
standar lingkungan, mengolah hasil buangan
sehingga kerap limbahnya
meninmbulkan bau tak -Limbah khusus (misalnya
sedap. air limbah industri) harus
diolah melalui proses
pengolahan sebelum
13

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
dialirkan ke peresapan atau
ke tempat pembuangan
lainnya yang dibenarkan
(Sumber: Pasal 65 (1),
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)
Belum semua rumah Setiap bangunan harus Setiap rumah diwajibkan untuk menyediakan tempat penampungan
menyediakan tempat menyediakan tempat sampah (berupa tong atau bak) di depan rumahnya
penampungan sampah di sampah rumah tangga, baik
halaman rumahnya merupakan tempat sampah
tiap rumah atau tempat
sampah bersama (Sumber:
Pasal 66 (1), Peraturan Daerah
No 5 tahun 2000 tentang
Bangunan, DPU Kab
Magelang)
Area padat penduduk, jarak Untuk pembuatan sumur Untuk area padat penduduk akan dibuat septictank komunal
septictank dan sumur tidak sebagai sumber air minum
mengikuti aturan harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Sumur harus ditempatkan
pada jarak minimal 10m
dari peresapan atau
sejenisnya yang dapat
mengakibatkan
pengotoran atau
pencemaran air sumur
b. Pipa selubung sumur
dibuat dair bahan rapat
air sampai kedalaman
minimal 2 meter dari
permukaan lantai dan ke
atas 80cm
c. Lantai dan keliling sumur
harus dibuat rapat air
14

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
(Sumber: Pasal 61, Peraturan
Daerah No 5 tahun 2000
tentang Bangunan, DPU Kab
Magelang)
Terdapat rumah yang Pembuangan air kotor dari Setiap rumah wajib membuat sumur resapan
membuang air kotor dari air air mandi, air dapur, air
mandi, dapur, dan limbah limbah pada dasarnya
langsung ke sungai menggunakan peresapan
atau dapat dibuang ke
saluran umum yang telah
disediakan (Sumber: Pasal 64
(2) & (3), Peraturan Daerah No
5 tahun 2000 tentang
Bangunan, DPU Kab
Magelang)
5. BANGUNAN Yang termasuk golongan ini
FUNGSI adalah bangunan yang
PENDIDIKAN digunakna untuk:
a. Kegiatan pendidikan
formal, non formal,
agama, kejuruan dan
keterampilan
b. Pengelolaan sumber
informasi atau data yang
berkaitan dengna
kegiatan pendidikan
c. Kegiatan pengamatan,
penelitian, perencnaaan,
perancangan yang
berkaitan dengan
kegiatan pendidikan
(Sumber: Pasal 29, Peraturan
Daerah No 5 tahun 2000
tentang Bangunan, DPU Kab
Magelang)
Pada waktu-waktu tertentu -Setiap bangunan - Sekolah menyediakan ruang bagi PKL sehingga tidak

15

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
jalan di depan sekolah pendidikan harus mengganggu sirkulasi pengantar dan penjemput.
sangat padat karena banyak mempunyai jarak bangunan - Trotoar di sekitar wilayah sekolah untuk pejalan kaki
pengantar maupun dengan bangunan
penjemput, berbaur dengan sekitarnya sekurang-
PKL kurangnya 6 meter dan 3
meter dengan batas
kapling/pekarangan.
-Setiap bangunan
pendidikan bila tidak
ditentukan lain dapat
dibangun dengan KDB
maksimum 50%
(Sumber: Pasal 30 (1) & (2),
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)
Terdapat area parkir di - Setiap bangunan harus - Pengaturan sirkulasi dan ruang untuk berhenti sementara untuk
setiap bangunan pendidikan, memiliki tempat parkir dan pengantar dan penjemput anak sekolah pada area sekolah
tetapi tidak disedikan area tempat pemberhentian
untuk tempat pemberhentian kendaraan umum yang
sementara pengantar sesuai denga fungsi dan
maupun penjemput anak aktivitasnya serta memenuhi
sekolah persyaratan sehingga tidak
mengganggu lingkungannya
(Sumber: Pasal 25 (1),
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)
-Bila tidak ditentukan lain,
maka luar minimal areal
untuk parkir dihitung setiap
100m2 luas lantai bangunan
harus menyediakan areal
parkir 20m2 (Sumber: Pasal
25 (2), Peraturan Daerah No 5
tahun 2000 tentang Bangunan,

16

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
DPU Kab Magelang)
6. BANGUNAN - Rumah di bantaran sungai - Tidak ada rumah di - Semua rumah yang berada di bantaran sungai dibangun
TEPIAN SUNGAI merupakan rumah permanen bantaran sungai menghadap ke sungai. Untuk rumah-rumah yang sudah dibangun
- Rumah-rumah tersebut - Bila ada, seperti yang membelakangi sungai, maka ditambahkan bagian teras belakang
menghadap ke arah jalan dilakukan oleh Romo yang menghadap ke arah sungai.
dan membelakangi sungai Mangun, maka dibangun
rumah semi permanen
dengan tujuan agar bila
terjadi bencana tidak
menimbulkan kerugian yang
besar

- Jenis bangunan yang dibangun di bantaran sungai berupa


bangunan semi permanen, sehingga bila terjadi bencana tidak
menimbulkan kerugian yang besar

17

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
7. BANGUNAN Yang termasuk bangunan
PERNIAGAAN perniagaan adalah
bangunan yang
dipergunakan untuk:
a. Tempat dilakukannya
transaksi barang dan atau
jasa
b. Tempat transaksi jual/beli
secara langsung
c. Tempat menyimpan
barang dalam jumlah
banyak atau terbatas
(Sumber: Pasal26, Peraturan
Daerah No 5 tahun 2000
tentang Bangunan, DPU Kab
Magelang)
Penampilan bangunan Setiap bangunan sejauh
perniagaan belum mungkin diusahakan
mencerminkan karakter lokal mempertimbangkan segi-
segi pengembangan
konsepsi arsitektur
bangunan tradisional lokal
untuk menciptakan suasana
lingkungan yang bercitra/
bercirikan/mencerminkan
perwujudan corak budaya
setempat (Sumber: Pasal 21,
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)
-Beberapa bangunan -Setiap bangunan
perniagaan tidak perniagaan harus
menyediakan tempat parkir mempunyai tempat parkir
yang memadai kendaraan dan tempat
-Terdapat tempat parkir pemberhentian kendaraan
wisata yang kurang umum yang tidak
18

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
memenuhi standar mengganggu kelancaran lalu
keamanan lingkungan lintas. (Sumber: Pasal 28 (1),
Peraturan Daerah No 5 tahun
2000 tentang Bangunan, DPU
Kab Magelang)
-Bila tidak ditentukan lain,
maka areal untuk parkir
dihitung setiap 60m2 luas
lantai bangunan harus
menyediakan areal parkir
seluas 20m2 (Sumber: Pasal
28 (2), Peraturan Daerah No 5
tahun 2000 tentang Bangunan,
DPU Kab Magelang)
-Untuk bangunan
perniagaan yang berada di
kompleks perniagaan, dapat
menggunakan tempat parkir
bersama dengan kapasitas
yang mencukupi bagi
seluruh kompleks (Sumber:
Pasal 28 (3), Peraturan Daerah
No 5 tahun 2000 tentang
Bangunan, DPU Kab
Magelang)
8. BANGUNAN Yang termasuk bangunan
LAIN-LAIN golongan ini adalah:
a. Bangunan kandang untuk
peternakan binatang
b. Semua bangunan bukan
gedung yang berfungsi
sebagai penunjang
bangunan, sepert menara
air, menara antena,
reklame, gapura, pagar,
makam, papan nama
19

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
kantor
c. Semua bangunan ruang
yang berfungsi sebagai
fasilitas penunjang/umum,
seperti pos keamanan,
toilet, telepon umum, pos
polisi
d. Bangunan perkerasan
tanah, seperti lantai
jemur, perkerasan
halaman, tempat parkir
e. Bangunan utilitas, seperti
saluran air, jaringan
telepon, jaringan air
bersih, jaringan listrik
Terdapat binatang ternak Binatang ternak sebaiknya
yang tidak dikandangkan diberi kandang dan tidak
berkeliaran di lingkungan
permukiman
Terdapat kandang ternak Di beberapa permukiman,
yang berada di halaman terdapat kelompok
depan rumah tinggal, dengan bangunan kandang ternak
jarak < 5meter dari yang berada jauh dari
bangunan rumah tinggal lingkungan permukiman

C. SOSIAL-BUDAYA
Pelaksanaan Bentuk pengeloalan pekerjaan
Pekerjaan secara umum di kenal bebrapa
Pembangunan pola diantaranya dengan :
a. Pola kontraktor dimana pihak
pemilik program (dalam hal
ini masyarakat) menyerahkan
segala proses pengerjaannya
kepada pihak ke-3 yang
20

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

profesional, dengan
memberikan imbelan
pengelolaan pekerjaan
secara profesional.
b. Pola Comunity Contracting
dimana masyarakat sebagai
pemilik program menunjuk
dan menyepakati sebagian
anggotanya untuk bertindak
sebagai pelaksana kegiatan
dan menunjuk/memberi
mandat sebagian yang
lain/lembaga yang dianggap
mampu untuk menjadi
pengawas aktifitas
pelaksanan kegiatan.
Kesepakatan untuk memilih
pola pengellolaan
pembangunan ini, tentunya
dengan mempertimbangkan
kekurangan dan kelebihan dari
masing-masing pilihan tersebut.
Kesepakatan ini penting untuk
semakin memperjelas pihak-
pihak yang bertanggungjawab
untuk mewujudkan /
mengimplementasikan hasil-
hasil perencanaan yang telah
disepakati.
Monev Partisipatif Di lihat dari segi waktu
pelaksanaannya, kegiatan
(monitoring dan) evaluasi dapat

21

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
dibedakan menjadi
(a) evaluasi Pra-proyek (Pre-
project evaluation);
(b) evaluasi pada saat proyek
masih berjalan (On-going/
concurrent evaluation);
(c) ‘evaluasi tengah waktu’
(summative/terminal evaluation);
(d) evaluasi pasca-proyek
(impact/ex-post evaluation).

Evaluasi haruslah menjadi


kegiatan yang terus-menerus,
artinya bukan mmerupakan
kegiatan yang sekali jadi dan
kemudian selesai;
Evaluasi haruslah menjadi
kegiatan yang partisipatif, artinya
kegiatan dimaksud haruslah
melibatkan seluruh pihak
semaksimal mungkin
Evaluasi haruslah menjadi
kegiatan yang konstruktif,
bermanfaat bagi kelanjutan proyek
pada khususnya, dan
pemberdayaan masyarakat pada
umumnya.
Adanya kegiatan orang meminta-
minta yang sudah mengganggu
lingkungan
Peminta-minta dilarang didaerah
Banyak anak-anak diluar
obyek wisata dengan
Gunungpring banyak yang
membuatkan papan peringatan
meminta-minta
berdasarkan perdes
Aturan penjualan barang disekitar Barang- barang yang tidak

22

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
makam diperbolehkan untuk menjual
kaset/CD dan senjata tajam di
dalam wisata ziarah
Waktu berjualan tidak tepat, ada
di kanan kiri jalan ke makam, ada
yang berjualan senjata tajam atau
jenis-jenis hiburan berupa CD
Adanya topeng ireng yang
pemainnya adalah anak2 sekolah,
ketika berlatih menggunakan jam2
belajar. Sebagian besar anak
yang ikut TPI tidak punya prestasi
Pada waktu jam sekolah dan jam
Munculnya Play Station yang
belajar malam tidak boleh
mengganggu anak sekolah
membuka PS
Souvernir khas religi dari
Souvenir yang dijual bernuansa
Gunungpring ex: panduan atau
religi dan berciri Gunuggpring
buku yang bisa dibawa pulang
Latihan music tipeng ireng
mengganggu lingkungan, hampir Diusahakan latihan pada hari
tiap hari klonengan. Pas ujian SD libur dan diluar jam belajar
mengganggu suasana belajar
Khusus untuk pementasan
topeng ireng dijadwalkan jam
malam keatas
Pakaian yang digunakan waktu
pementasan pakai busana
muslim,musik nya yang berbau
keislaman
Dalam pementasan dibatasi waktu
selesai pementasan dan Dibuatkan aturan bersama
disesuaikan dengan adat istiadat dengan tim pementas kesenian
yang ada/religius
Pengolahan sampah rumah
Permasalahan sampah
tangga menjadi barang yang
23

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
berguna.Dibuatkan tempat
sampah diarea wisata.
Belum ada rambu-rambu lalu
Dibuatkan rambu-rambu lalu
lintas dijalan dari Kr.Santri-Balai
lintas dan rambu-rambu
desa,sepanjang kawasan sekolah
bernuansa islam (Asma'ul Husna
dan sering menyebabkan
khusus dilokasi makam)
kecelakaan
Jam belajar wajib setiap hari jam
Jam belajar masyarakat
17.30-20.30 kecuali malam libur
Pemberantasan 5M
Dilarang keras 5M dan
(madat,mabuk,maling,madon,main
perselingkuhan
judi) dan perselingkuhan
Anak usia sekolah masih belum
dapat sekolah karena faktor Wajib belajar 9 tahun
ekonomi
Pemanfaatan pondok boro Waktu menginap dibatasi
dengan fungsi semula maksimal 3 hari
Pada sore hari disebelah pondok
Boleh mengadakan permainan
boro sering diadakan permainan
catur tapi ditempat tertutup
catur
Pemakaian GOR untuk olah raga
Dibuatkan aturan jadwal
dan aktifitas lainnya pada malam
pemakaian GOR untuk latihan
hari dan di bulan puasa setelah
olahraga
sholat tarawih
Berpakaian yang rapi dan sopan
Jam berkunjung tamu diatas jam
22.00 WIB wajib melapor RT
Disepanjang jalan utama
(Kr.Santri-Balai desa) diberi
lampu penerangan dan perintang
jalan
Segala bentuk pembuangan
limbah harus disalurkan ke
septictank
Proteksi dan -Budaya jathilan dianggap -Beberapa budaya Tidak menampilkan hiburan yang mengandung pornografi dan porno aksi
24

 
KODISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
pengembangan haram dan tidak sesuai disesuaikan dengan adat
budaya khas Desa dengan budaya lokal istiadat dan kondisi Desa
Gunungpring -Banyak peminta-minta di Gunungpring
beberapa lokasi wisata di -Pengelolaan dan
desa pengorganisasian kegiatan
kebudayaan setempat oleh
organisasi-organisasi
budaya lokal
-Pendampingan sosial dan
budaya secara intensif untuk
keigiatan yang tidak sesuai
dengan karakter budaya
khas desa
D. EKONOMI
Pengaturan pro Banyak pedagang dari luar
ekonomi lokal daerah yang berjualan di
wilayah desa Gunungpring
Pengaturan tempat PKL banyak berjualan di tepi
berjualan PKL jalan di beberapa tempat,
sehingga pada waktu-waktu
tertentu menyebabkan
kemacetan lalu lintas
Pengaturan sentra- Industri rumah tangga
sentra ekonomi dan tersebar secara acak dalam
home-industri wilayah desa. Belum ada
pembatasan/pengkhususan
wilayah tertentu untuk sentra
ekonomi tertentu
Pemasaran Program-program
program-program pembangunan yang telah
pembangunan direncanakan belum memiliki
strategi dan jaringan
pemasaran yang kuat

25

 
C. ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI
1. LINGKUNGAN HIDUP & TATA RUANG
1.1. Bangunan
a. Setiap mendirikan bangunan baru wajib memiliki IMB ( Ijin Mendirikan
Bangunan ), aturan kesepakatan :
- Bangunan dalam kampung harus memiliki ijin dari RT/RW dan Dusun
- Bangunan pinggir jalan Desa harus memiliki ijin dari Desa
- Bangunan pinggir jalan Protokol / Kabupaten / Negara harus memiliki
IMB dari PU
b. Dilarang mendirikan bangunan diatas saluran air
c. Jarak pondasi terluar bangunan dengan jarak pondasi terluar saluran air
minimal 1 m
d. Untuk saluran air yang ditutup harus disertai dengan bak kontrol maksimal
setiap 5 m
e. Setiap pembangunan rumah harus disertai dengan MCK dan sanitasinya
f. Proses mendirikan bangunan dan desain bangunan tidak boleh
mengganggu kenyamanan lingkungan / umum
g. Setiap rumah atau bangunan diwajibkan harus memiliki Tempat sampah
h. Tritisan setiap rumah hendaknya tidak melebihi luas tanah. Panjang tritis
disarankan berjarak maksimal 1 meter dari rumah dan tidak melebihi batas
tanah yang dimiliki.
i. Setiap rumah berhak mendapat akses jalan menuju jalan umum, dengan
minimal lebar jalan selebar 1,5 meter bersih untuk sirkulasi.

1.2. Sungai dan Bantaran Sungai


a. Sampah dan limbah rumah tangga / industri tidak boleh dibuang / dialirkan
ke sungai, baik di area hulu, tengah maupun hilir
b. Aktifitas Rumah Tangga ( MCK) dilakukan ditempat yang telah disediakan
c. Semua rumah yang berada di bantaran sungai dibangun menghadap ke
sungai. Untuk rumah-rumah yang sudah dibangun membelakangi sungai,
maka ditambahkan bagian teras belakang yang menghadap ke arah
sungai.
d. Dibuatkan jalan inspeksi tepat di bantaran sungai sehingga rumah tidak
langsung dibangun tepat di bantaran sungainya.
e. Mendorong warga yang tinggal di bantaran sungai untuk menciptakan
lapangan usaha yang mendukung penghijauan, keindahan dan keasrian
lingkungan hidup.

1.3. Kawasan Wisata


a. Tidak boleh mendirikan bangunan permanen disepanjang jalan lereng
makam
b. Desain bangunan yang dibuat untuk kawasan wisata mengikuti ketentuan
dalam RTBL desa gunungpring atau ketentuan Desa
c. Setiap stand / warung / kios wajib menyediakan tempat sampah dan
menjaga kebersihan lingkungannya
d. Setiap kios wisata yang ada disepanjang jalan ke daerah wisata hanya
untuk jual beli
e. Saluran air hujan dan limbah di kawasan wisata harus ramah lingkungan
f. Kepemilikan bangunan kios di area wisata diatur dalam aturan bersama
ekonmi
1.4. Penghijauan Desa dan Ruang Terbuka
a. Pada kawasan lereng gunung dan sepanjang bantaran sungai
dikhususkan sebagai ruang terbuka hijau dan area sungai lindung.
b. Penghijauan kawasan lereng gunung dan bantaran sungai dengan kayu
keras dan produktif serta dapat menyimpan air
c. Setiap ruang terbuka (lapangan olah raga, kebun, kebon, tegalan sawah,
blumbang dan tepi jalan) ditanami dengan salah satu dari tanaman
produksi, atau tanaman hias, atas tanaman peneduh.
d. Jalan koridor utama, diusahakan menanam pohon/tanaman yang memiliki
estetika yang baik, memiliki akar yang tidak merusak bangunan dan fisik
terbangun lainnya (saluran air, trotoar dll) dan tajug yang mampu
merindangi pejalan kaki. Usulan jenis pohon yang dapat ditanam seperti:
Asoka Tiang, Kamboja, Sawo Kecik
e. Lingkungan rumah tangga: penanaman pohon produksi, tanaman obat dan
tanaman hias.
f. Setiap rumah yang memiliki halaman yang luas dihimbau untuk menanami
halaman rumahnya dengan tanaman hijau. Bila tidak memiliki halaman
yang masih memiliki tanah, maka diharapkan dapat memelihara tanaman
dengan media pot, baik diletakkan di teras rumah maupun digantung di
tritisan.
g. Halaman untuk penghijauan tidak diperbolehkan di coor beton, tapi di
paving atau rumput

1.5. Mitigasi Bencana


a. Daerah bantaran sungai yang sering mengalami longsor diperkuat dengan
penghijauan dan desain pengamanan khusus terhadap bahaya longsor.
b. Daerah tertentu yang diidentifikasi sering terjadi banjir, dilakukan kegiatan
penanggulangan dengan desain saluran air yang memenuhi persyaratan.
c. Setiap dusun memiliki ruang terbuka (lapangan olah raga atau kebon)
yang disepakati bersama sebagai tempat berkumpul saat terjadi bencana.

1.6. Pengelolaan Limbah dan Pencemaran Lingkungan


a. Setiap rumah yang memiliki kamar mandi, harus dilengkapi dengan
septictank.
b. Pengelolaan, pengolahan dan pembuangan sampah disediakan tempat
khusus untuk sampah organik dan non-organik.
c. Setiap rumah diwajibkan untuk menyediakan tempat penampungan
sampah (berupa tong atau bak) di depan rumahnya.
d. Setiap rumah wajib membuat sumur resapan.
e. Untuk area padat penduduk akan dibuat septictank komunal
f. Untuk air buangan limbah industri harus diolah sesuai dengan peraturan
yang ada.

2. PENGEMBANGAN EKONOMI
2.1. Mobilisasi Dana / Pengelolaan Dana
1. Sumber dana dari Masyarakat
a. Penggunaan dana transparan
b. Ada LPJ
c. Penggunaan berdasarkan aturan bersama
d. Tidak untuk perorangan dan harus lewat lembaga atau UP-UP

 
2. Restribusi
a. Dibentuk lembaga yang menangani
b. Penggunaan dana untuk PAD dan pembangunan Sarana prasarana

3. Dinas / Pemerintah
a. Transparan
b. Tepat sasaran
c. Berdasarkan musyawarah
d. Tidak mengikat
e. Tidak untuk kegiatan yang melanggar Norma masyarakat dan agama

4. Swasta / Donor
a. Transparan
b. Tepat sasaran
c. Berdasarkan musyawarah
d. Tidak mengikat
e. Tidak untuk kegiatan yang melanggar Norma masyarakat dan agama

2.2. Pengembangan Ekonomi Lokal


1. Pengaturan Ekonomi Pro Lokal
a. Usaha Luar harus bermitra dengan pelaku ekonomi lokal
b. PKK dan usaha kecil diprioritaskan untuk masyarakat lokal
c. Lokasi usaha di dalam wilayah Desa Gunugpring tidak boleh menjadi hak
milik pihak luar

2. Pengaturan Tempat Berjualan PKL


a. Kondisi bangunan PKL tidak permanent
b. Lokasi PKL diatur dan atau ditempatkan di lokasi khusus

3. Pengaturan Sentra-sentra Ekonomi dan Industri Rumah Tangga


a. Ijin usaha tingkat desa
b. Tenaga kerja masyarakat lokal
c. Dibuatkan aturan main di sentra-sentra
d. Penyelenggaraan kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan para pelaku industri rumah tangga

4. Pemasaran Program-program Pembangunan Ekonomi


a. Menfasilitasi kerjasama atau kemitraan dengan pihak ke-3
b. Pembuatan dan pengajuan proposal kepada pihgak ke-3
c. Mengundang investor untuk meningkatkan potensi lokal
d. Mengadakan pameran/ekspo hasil produksi dan potensi lokal secara
berkala
e. Menyelenggarakan even budaya maupun ekonomi pada waktu-waktu
tertentu

3. SOSIAL & BUDAYA


1.1. Pengaturan Jam belajar masyarakat
1.2. Pemberantasan Mabuk, maling, madat, main judi, selingkuh
1.3. Memaksimalkan dunia pendidikan di Desa Gunungpring
1.4. Proteksi budaya khas Gunungpringpring
1.5. Memaksimalkan kelembagaan desa dan pengaturan organisasi-organisasi baru

 
1.6. Pembangunan dikelola secara mandiri oleh masyarakat melalui beberapa
lembaga pembangunan

 
D. KESEPAKATAN MASYARAKAT
TERKAIT ATURAN BERSAMA UNTUK RPP

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

Kami warga Masyarakat Desa Gunungpring menyatakan:

1. Setuju menerima hasil RPP dan akan melaksanakan program kegiatan (pembangunan
fasilitas wisata di sepanjang jalan atau proyek lainnya) sesuai dengan prioritas yang telah
disebutkan di dalam RPP dengan bantuan program PLPBK/ND maupun secara mandiri.
2. Bersedia menerima pengelolaan (fasilitas tersebut) secara keseluruhan ataupun sebagian
sebagai Aset Desa/Kelurahan (tanpa menghilangkan hak-hak pribadi pemilik yang sah yang
lahannya dikenai program);
3. Berkehendak menjalankan proses pembangunan di Desa/Kelurahan tersebut melalui
(gotong-royong desa) yang (pembentukan panitia pembangunan akan diatur kemudian atau
panitia terdiri dari bapak-bapak berikut);
4. Berkehendak menjalankan proses persiapan pembangunan yaitu tindak rembug
pentahapan, pembagian pekerjaan, survei material, proses pembangunan dan pemeliharaan
yaitu pencatatan, pemantauan, pendokumentasian, ataupun tindak lain yang diperlukan;
5. Bersedia memberikan dukungan keuangan dan/atau pendampingan kepada proses
pembangunan maupun panitia pembangunan dalam upaya pembangunan tersebut melalui
(sumbangan sukarela atau sumbangan tenaga atau sumbangan terkait);
6. Bersedia mengelola pemanfaatan berupa pemeliharaan maupun penyelenggaraan kegiatan
publik/sosial di fasilitas yang telah disediakan sekurang-kurangnya dalam bentuk jadwal per
minggu selama sepuluh tahun ke depan, dan bisa diperpanjang sesudahnya sesuai dengan
kesepakatan warga;
7. Bertekad untuk tidak menelantarkan, ikut menjaga, memelihara, menanggung biaya
operasional fasilias wisata yang menjadi Aset Desa/Kelurahan termasuk dalam hal
pengadaan biaya pemeliharaan dengan cara (iuran rutin, anggaran desa);
8. Akan mengaktifkan dan memberdayakan peran lembaga (Organisasi Lokal) dalam urusan
pemeliharaan fasilitas dimaksud.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sepenuh hati agar dapat memberikan kemanfaatan yang
sebesar-besarnya.

Gunungpring, Muntilan, ____ Juni 2009

Mengetahui,
Koordinator BKM/TIPP Kepala Desa/Lurah

....................................... .......................................

Saksi-saksi,
Peserta Rembug Warga
(daftar terlampir)

Anda mungkin juga menyukai