Anda di halaman 1dari 3

Nama : Wahyu Ari Aidil

KELAS : XII IPA 1

HUKUMAN YANG MASIH RENDAH BAGI PARA KORUPTOR

Dari tahun ke tahun kasus korupsi di Indonesia sungguh mencolok.


Pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan berbagai upaya, baik pencegahan
maupun penindakan. Komitmen pemberantasan korupsi di tanah air sedang diuji.
Vonis yang dijatuhkan terhadap para koruptor menuai kontroversi lantaran
dianggap terlalu ringan. Salah satu dampak buruk dari praktik korupsi adalah
menyentuh aspek ekonomi sebuah negara.

Modus korupsi yang paling sering dilakukan berupa penggelapan. Modus lainnya
adalah kegiatan atau proyek fiktif dan laporan fiktif. Kedua modus tersebut
seringkali ditemukan dalam kasus korupsi pengadaan barang atau jasa. Sejak
tahun 2005 higga saat ini, ICW (Indonesian corruption watch) rutin melakukan
pantauan dan perkumpulan data vonis tindak pidana korupsi mulai tindak
pengadilan tipikor (dan sebelumnya juga pengadilan umum), pengadilan tinggi,
hingga Mahkamah Agung baik kasasi maupun peninjauan kembal (PK).

Komisi pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat, tindak pindana korupsi di


kalangan instansi paling banyak terjadi di pemerintah Kabupaten/kota dengan
total 409 kasus selama 2004-2022 sebanyak 382 kasus korupsi. Selain itu, kasus
korupsi yang terjadi di pemerintah provinsi sebanyak total 152 kasus. Dan juga
dari hasil rangkuman ICW kepolisian memiliki target penindakan kasus korupsi
sebanyak 1.539 kasus selama 2020, kepolisian hanya dapat menangani 170 kasus
dengan persantase kinerja penindakan kasus korupsi oleh kepolisian sekitar 8%.
Dengan hasil itu, ICW memasukkan kinerja kepolisian sangat buruk. Kerugian
negara ang dapat diselamatkan dari penindakan yang di lakukan kepolisian
sebesar Rp 219 miliar.

Maraknya kasus korupsi menunjukkan hukuman yang dijatuhkan kepada koruptor


nampaknya belum memberikan efek jera. Hal tersebut terbukti dari hasil kajian
yang dilakukan oleh ICW dengan memantau vonis-vonis yang di jatuhkan hakim
di pengadilan tipikor, pengadilan tinggi, maupun Mahkamah Agung.
Sepanjang 2020 rata-rata vonis terhadap terdakwa perkara korupsi hanya 3 tahun
dan 1 bulan (37 bulan). Sebanyak 760 terdakwa divonis dibawah empat tahun
penjara pada 2020. Sedangkan vonis berat hanya dikenakan 18 orang terdakwa.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tuntutan jaksa terhadap hukuman
para koruptor memang ada peningkatan sekitar 6 bulan penjara. Namun, vonis
yang diberikan kepada terdakwa perkara korupsi masih di katergorikan ringan.

Hukuman yang tepat bagi para koruptor. Pada dasarnya, korupsi merupakan
tindak pidana yang luar biasa yang harus mendapatkan hukuman yang amat sangat
berat. Hal ini karena korupsi tergolong sebagai perampokan harta rakyat yang
menyebabkan kemiskinan bertambah, pembangunan yang gagal, serta banyak lagi
kerugian besar lainnya. Ide tentang hukuman mati untuk Koruptor sudah bukan
barang baru. Juga sudah ditentang oleh orang-orang yang merasa dirinya pembela
hak asasi manusia. Padahal hukuman “mati” pasti akan membuat para calon
koruptor berpikir 2x untuk melakukan hal yang tercela ini, asal ditentukan nilai
nominal minimal korupsinya sebagai batas untuk diberlakukannya hukuman mati,
dan interval antara dijatuhkannya vonis dengan eksekusi tidak lebih dari 3 x 24
jam.

Para tervonis hukuman mati tidak perlu menderita ketidakjelasan menunggu-


nunggu eksekusinya. Bukan hanya membuat mereka menunggu, tapi itu juga
menghabiskan uang negara untuk memberi mereka makan tiap hari sampai
matinya.
PEMBOROSAN !

Sebagai masa mendatang seluruh jajaran pengadilan harus memiliki kesamaan


pandangan bahwa korupsi kejahatan luar biasa dan hukuman terhadap koruptor
juga harus luar biasa (jera, miskin, malu, dan bahkan kematian kalau perlu) hal ini
harus diwujudkan secara konkrit dalam bentuk terbitnya suarat edara Mahkamah
Agung agar hakim menjatuhkan vonis maksimal terhadap pelaku.

Presiden mendorong kejaksaan untuk melakukan reformasi menyeluruh ditubuh


kejakasaan. Hal ini penting karena reformasi kejaksaan juga memecahkan
persoalan profesionalisme. Penuntut umum kejaksaan guna meningkatkan
kemampuan jaksa dalam melakukan penuntutan maka presiden harus memimpin
reformasi di kejaksaan. Disamping itu, kejaksaan harus secara optimal
berorientasi kepada pengembalian uang negara dengan merampas aset koruptor
untuk negara.

Anda mungkin juga menyukai