Anda di halaman 1dari 19

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Portal Jurnal (Institut Pesantren KH Abdul Chalim Mojokerto)

Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X DOI: https://doi.org/10.31538/iijse.v1i3.268 Hal: 1-19

KONSEP BAGI HASIL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Ari Kartiko 1
Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto
Ari.kartiko5@gmail.com

Abstrak

Kata kunci: Bagi hasil yang lebih dikenal dalam dunia Islam dengan istilah
mudharabah atau konsep kerjasama yang dilaksanakan oleh dua pihak
Bagi Hasil, atau lebih yang telah menyepakati sebuah kerjasama dalam berbagai
macam bidang, dimana kerjasama terjadi antara pemilik modal dengan
Muamalah pemilik keahlian atau pengelola suatu usaha. Modal utama dalam
konsep ini tidak hanya uang tetapi kepercayaan dan jiwa sosial tinggi.
Saling membantu dan menikmati keberhasilan serta bertanggungjawab
atas kesulitan dengan bergotong royong mencari solusi adalah sebagian
tujuan daripada konsep mudharabah yang ditawarkan oleh Islam.
Dengan konsep Muslim, khususnya pelaku usaha dapat menjalankan
ushanya dengan dukungan dana dari peminjam tanpa harus terbebani
bunga yang mengikat dan menjadi beban di saat untung maupun rugi,
sehingga roda ekonomi umat akan dapat terlaksana sesuai dengan
ajaran Islam dan jauh dari bunga.

Keywords: Abstract

Profit Sharing, Profit sharing was well known by mudharabah in Islamic worldview or
cooperation done by two person and more were agreed on various
Muamalah sides. It's done between creditor and bussinessman or expertman. The
main modal on this concept not only money and wealth but also honesty
and social feels are more important.Helping each other and enjoying
success and being responsible for the difficulties with working together
to find solutions is part of the goal of the concept of mudaraba offered
by Islam. With the concept of Muslims, especially business people can
run their business with financial support from borrowers without
having to be burdened with interest that binds and becomes a burden at
the time of profit and loss, so that the economic wheel can be
implemented in accordance with Islamic teachings and away from
interest.

1
Dosen Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Ari Kartiko 1
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

Pendahuluan banyak penabung perorangan meskipun


mazhab Hanafi, bisa saja memperluas
Bagi hasil ( profit sharing ) seperti
kemitraan Mudharabah dengan mengikuti
mudharabah dan musyarakah hampir pasti
bentuk sederhana seperti itu. Perkembangan
sudah ada sebelum datangnya Islam. Di
ini tidak terjadi sampai bermunculannya
Timur Tengah pra Islam , kemitraan-
institusi-institusi keuangan Islam.
kemitraan bisnis yang berdasarkan atas
Institusi keuangan pertama kali di
konsep mudharabah berjalan berdampingan
dirikan oleh umat muslim di luncurkan
dengan konsep pinjaman sistem bunga
sekitar sepuluh tahun setelah wafatnya Nabi
sebagai cara untuk membiayai berbagai
Muhammad SAW. pada 632 M oleh
aktifitas ekonomi. Namun setelah
Khalifah Umar. Ekspansi masyarakat Arab
kedatangan Islam, transaksi keuangan
di bawah Khalifah Abu Bakar (mertua Nabi
berbasis bunga pun di larang dan semua
SAW ) yang di mulai tak lama setelah
dana harus di salurkan atas dasar profit
wafatnya Nabi Muhammad saw, di penuhi
sharing. Teknik kemitraan bisnis, dengan
oleh perasaan bersatu, kesamaan tujuan, dan
menggunakan prinsip mudharabah, ini
keyakinan diri yang di tanamkan oleh Islam.
pernah di praktikan sendiri oleh Nabi
Namun demikian, hobi para pejuang badui
Muhammad SAW. ketika bertindak sebagai
terhadap perang dan harta rampasan benar-
mudharib ( wakil atau pihak yang di modali
benar tiada bandingannya sehingga harus di
) untuk istrinya, Khadijah. Hal senada juga
temukan suatu cara untuk mendistribusikan
pernah di praktikkan oleh khalifah yang ke
hadiah-hadiah perang.
dua, Umar bin Khattab, Dia
Meskipun pasukannya berhasil
menginvestasikan uang anak yatim pada
menaklukan kerajaan Byzamtium dan Persia
para saudagar yang berdagang di jalur
yang merupakan dua adidaya yang sudah
perdagangan antara Madinah dan Irak.
mapan di wilayah itu, Umar tetap
Kemitraan-kemitran bisnis berdasarkan
mempertahankan kehematan dan
profit sharing yang sederhana semacan ini
kesederhanaan hidupnya seperti dahulu dan
berlanjut dengan bentuk yang sama sekali
memiliki tujuan moral yang kuat. Semua
tidak berubah selama beberapa abad, tetapi
warga negara yang miskin harus di berikan
tidak berkembang menjadi sarana untuk
(menurut kreteria tertentu) pensiun tahunan
investasi berskala luas yang membutuhkan
yang di ambil dari ghanimah (harta
pengumpulan dana besar - besaran dari

Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 2


Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

rampasan) dan pendapatan Khalifah. dan pihak penanggung pemilik tanah yang
Institusi yang di bangun itu , yakni diwan, kaya mendepositokan uangnya di Bank ini
terilhami oleh dan meniru birokrasi Persia, dan tidak menerima bunga (riba) atas
yang tujuanya adalah mendaftar semua deposito mereka. Bisa di asumsikan bahwa
warga umat agar dapat memfasilitasi standar pengelolaan pertanian yang lebih
pendistribusian kekayaan yang di peroleh tinggi akan membawa kepada ekspansi laba
(ata ). Dana-dana umat yang di peroleh dari usaha karena para deposan bank yang
wilayah-wilayah yang ditaklukan di simpan memiliki tanah ikut memutuskan tentang
di tempat yang di sebut baitul maal, yang cara pemberian pinjaman dan persekotnya
merupakan kombinasi dari institusi ata dan serta kepada siapa pinjaman di berikan.
institusi diwan. Tugas pemimpin komunitas Namun demikian, bank tersebut bubar
yang barulah untuk memastikan bahwa setelah berjalan hanya beberapa tahun saja,
setiap individu di jamin mendapatkan sementara utang-utangnya sebagian besar
„bagian yang adil‟.baik muslim Arab baru di lunasi pada awal 1960-an karena
maupun muslim non Arab di beri bagiannya para debitur bank ini melunasi utangnya
secara sama. kepada bank secara mencicil.
Pada masa-masa belakangan, Di dunia Arab, pengalaman modern
beberapa eksperimen awal untuk perbankan pertama dengan perbankan Islam adalah
Islam berlangsung di Melayu pada melalui Mit Ghamr, Mesir, pada tahun
pertengahan tahun 1940-an, di Pakistan pada 1963. Eksperimen ini menggabungkan
akhir 1950-an, melalui Jemaat Islami pada prinsip bank tabungan Jerman dengan
1969, Egipt‟s Mit Ghamr Savings Bank prinsip perbankan koperasi pedesaan
(1963-1967), dan Nasser Sosial Bank menurut kerangka umum aturan permodalan
(1971). Sebagian institusi berorientasi ke Islam guna melayani mereka yang enggan
pedesaan dan kebanyakan tidak berhasil untuk di ajak menggunakan bank-bank
(meskipun tentu saja bukan di sebabkan oleh konvensional karena alasan keagamaan.
orientasinya yang ke pedesaan). Misalnya, Namun, bank ini di bentuk secara rahasia,
tujuan Bank Pakistan adalah memberikan tanpa menonjolkan kesan Islam, karena
kredit tanpa bunga kepada pemilik tanah takut di anggap sebagai bentuk
yang miskin untuk memodali pertanian. fundamentalisme Islam yang di haramkan
Bank tidak membebankan bunga pinjaman rezim penguasa. Proyek ini di tutup, karena

Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 3


Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

beberapa alasan, pada paruh ke dua tahun Muhammad Hamidullah yang di tulis pada
1967 dan operasinya di ambil alih oleh Bank 1944, 1955, 1957, dan 1962 harus pula di
Nasional Mesir dengan berdasarkan bunga. kategorikan sebagai gagasan pendahuluan
Sembilan bank seperti itu di Mesir telah di mengenai perbankan Islam yang
ambil alih. Bank-bank yang tidak menarik menerapkan konsep bagi hasil.2
ataupun membayar bunga, yang sebagian Bank swasta bebas bunga yang
besar di modali dari aktivitas perdagangan pertama adalah Dubai Islamic Bank yang
dan industri secara langsung oleh bank didirikan pada 1975 oleh sekelompok
sendiri atau bermitra dengan pihak lain dan usahawan muslim dari beberapa negara.
berbagai keuntungan dengan para deposan, Pada 1977 berdiri pula dua bank bebas
pada dasarnya lebih berfungsi sebagai bunga swasta dengan nama Faisal Islamic
lembaga investasi tabungan ketimbang Bank di Mesir dan Sudan. Pada 1977 itu
sebagai bank komersial murni.1 juga pemerintah Kuwait mendirikan Kuwait
Konsep teoritis tentang suatu bank Finance House.
Islam yang menerapkan konsep bagi hasil Gagasan berdirinya bank Islam
telah muncul pada 1940-an, namun belum yang menerapkan konsep bagi hasil pada
dapat di wujudkan, selain karena kondisi tingkat internasional muncul dalam
pada waktu itu belum memungkinkan, juga konferensi negara-negara Islam sedunia
belum ada pemikiran tentang bank Islam yang di selenggarakan di Kuala Lumpur,
yang menerapkan konsep bagi hasil yang Malaysia pada 21 sampai dengan 27 April
meyakinkan. Pemikiran-pemikiran oleh para 1969. Konferensi yang di ikuti oleh 18
penulis yang mula-mula menyampaikan negara itu memutuskan beberapa hal
gagasan mengenai perbankan yang sebagai berikut:
berlandaskan bagi hasil ( profit sharing ) 1. Tiap keuntungan haruslah
tersebut ialah Anwar Qureshi (1946), Naiem tunduk kepada hukum untung
Siddiqi (1948), dan Mahmud Ahmad (1952). dan rugi. Jika tidak demikian,
Kemudian uraian yang lebih terperinci maka hal itu termasuk riba , dan
tentang gagasan itu di tulis oleh Mawdudi riba itu sedikit atau banyak,
pada 1950 (1961) Tulisan-tulisan hukumnya haram.

1 2
Mervyn Lewis dan Latifa Algaoud, Perbankan Warkum Sumitro, Dasar-dasar Memahami Hukum
Syariah Prinsip, Praktik, Dan Prospek (Jakarta: t.tp, Islam di Indonesia, (Surabaya: Usaha Nasional,
2001), 21. 1996), 77.
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 4
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

ِ
‫ك‬َ ‫سۡ فَِإن َكانُوۡاْ أَكۡثََر ِمن ََٰذل‬ ُ ‫ٱلس ُد‬
2. Di usulkan supaya di bentuk
ُّ
‫ثۡ ِمنۡ بَعۡ ِد‬ ِ ُ‫فَهمۡ ُشرَكاۡء ِِف ٱلثُّل‬
suatu bank Islam yang
ُ َ ُ
‫وص َٰى ِِبَاۡ أَوۡ َديۡ ٍن َغيۡ َر‬ ِ
menerapkan konsep bagi hasil
yang bersih dari sistem riba َ ُ‫َوصيَةۡ ي‬
ِ ِ ِ
dalam waktu secepat mungkin. ٌ ‫ضاۡ ّرۡۡ َوصيَةۡ ِّم َن ٱللَوۡ َوٱللَوُ َعل‬
‫يم‬ َ ‫ُم‬
3. Sementara bank islam belum ٕٔ ۡ‫َحلِيم‬
berdiri, bank-bank yang “Dan bagimu (suami-suami)
seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh
menerapkan bunga masih di isteri-isterimu, jika mereka tidak
perbolehkan untuk beroperasi mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu
mempunyai anak, maka kamu mendapat
hanya apabila memang benar- seperempat dari harta yang ditinggalkannya
benar dalam keadaan darurat. sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat
atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para
isteri memperoleh seperempat harta yang
Landasan Hukum Bagi Hasil kamu tinggalkan jika kamu tidak
mempunyai anak. Jika kamu mempunyai
Landasan Bagi hasil (syirkah) anak, maka para isteri memperoleh
terdapat dalam Al Quran, Al Hadis, dan Al seperdelapan dari harta yang kamu
tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang
ijma‟. kamu buat atau (dan) sesudah dibayar
1. Al Quran hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik
laki-laki maupun perempuan yang tidak
meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan
‫ف َما تَ َرَك‬ ُ ۡ‫۞ َولَ ُكمۡ نِص‬ anak, tetapi mempunyai seorang saudara
laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara
ۡۡ‫أَزۡ ََٰو ُج ُكمۡ إِن َّلۡ يَ ُكن ََّلُ َن َولَد‬ perempuan (seibu saja), maka bagi masing-

‫ٱلربُ ُع ِِمَا‬
masing dari kedua jenis saudara itu
ُّ ‫فَِإن َكا َن ََّلُ َن َولَدۡ فَلَ ُك ُم‬ seperenam harta. Tetapi jika saudara-
‫ني‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫تَ َركۡ َنۡ منۡ بَعۡد َوصيَةۡ يُوص‬
saudara seibu itu lebih dari seorang, maka
mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,
‫ٱلربُ ُع ِِمَا‬
ُّ ‫ِِبَاۡ أَوۡ َديۡنۡۡ َوََّلُ َن‬ sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat
olehnya atau sesudah dibayar hutangnya
ۡۡ‫تَ َركۡ ُتۡ إِن َّلۡ يَ ُكن لَ ُكمۡ َولَد‬ dengan tidak memberi mudharat (kepada

‫فَِإن َكا َن لَ ُكمۡ َولَدۡ فَلَ ُه َن ٱلث ُُّم ُن ِِمَا‬


ahli waris). (Allah menetapkan yang
demikian itu sebagai) syari´at yang benar-
‫وصو َن‬ ِ ِ
ُ ُ‫تَ َركۡ ُتۡ ِّمنۡ بَعۡد َوصيَةۡ ت‬
benar dari Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Penyantun.3
ۡ‫ِِبَاۡ أَوۡ َديۡنۡۡ َوإِن َكا َن َر ُجل‬
ۡ‫َخ أَو‬ ٌ ‫ث َك َٰلَلَةً أَ ِو ٱمۡ َرأَةۡ َولَوۥُ أ‬
ُ ‫ور‬
َ ُ‫ي‬
‫أُخۡتۡ فَلِ ُك ِّل ََٰو ِحدۡ ِّمنۡ ُُهَا‬
3
al-Qur'an dan Terjemahnya, 3: 12.
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 5
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

ِ ‫ال لََقدۡ ظَلَمك بِسؤ ِال نَعۡجتِك إِ َ ََٰل نِع‬


‫اج ِوۦ‬ َ َ‫ق‬ Dari Abu Hurairah R.A berkata:
َ َ َ َُ َ َ “Rasululullah SAW bersabda: Allah SWT
‫َوإِ َن َكثِريۡا ِّم َن ٱلۡ ُخلَطَاۡ ِء لَيَبۡ ِغي‬ berfirman Aku adalah orang ketiga diantara

ْ‫ين ءَ َامنُوا‬ ِ َ َِ ٍ ۡ‫بعۡضهمۡ علَى بع‬ kedua ornag ang sedang bersekutu selama
َ ‫ض إَّل ٱلذ‬ َ َٰ َ ُُ َ keduanya tidak berkhianat, apabila salah
‫ت َوقَلِيلۡ َما ُىمۡۡ َوظَ َن َد ُۥ‬
‫او ُد‬ ِ ‫صلِ َٰح‬ ِ
َ ََٰ ‫َو َعملُواْ ٱل‬
satu dari keduanya berkhianat makaAku
akan keluar darinya.”
َّۤ‫أَََّنَا فَتَ َٰنَوُ فَٱسۡتَغۡفَ َر َربَوۥُ َو َخََّۤر َراكِعۡا‬ Maksudnya Allah SWT akan menjaga dan

ٕ٢ ۩‫اب‬ َ َ‫َوأَن‬
menolong dua orang yang bersekutu dan

Daud berkata:"Sesungguhnya dia telah menurunkan berkah kepada pandangan


berbuat zalim kepadamu dengan meminta mereka. Jika salah seorang yang bersekutu
kambingmu itu untuk ditambahkan kepada
kambingnya. Dan sesungguhnya itu mengkhianati temannya, Allah SWT.
kebanyakan dari orang-orang yang akan menghilangkan pertolongan dan
berserikat itu sebahagian mereka berbuat
zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali keberkahan tersebut.
orang-orang yang beriman dan mengerjakan 3. al-Ijma‟
amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka
ini". Dan Daud mengetahui bahwa Kami Umat Islam sepakat bahwa syirkah
mengujinya; maka ia meminta ampun (bagi hasil) di perbolehkan. Hanya saja,
kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud
dan bertaubat.4 mereka berbeda pendapat tentang jenisnya.
Dengan demikian hukum
2. As Sunnah melakukan syirkah (bagi hasil) adalah
‫ أخربين أبو‬، ‫أخربنا أبو عبد اهلل احلافظ‬ mubah, demikian juga syirkah (bagi hasil)

‫ ثنا احلسن‬، ‫بكر حممد بن أمحد بن بالوية‬ yamg dilakukan antara orang Islam dengan
orang non Islam di perbolehkan. Hanya saja,
‫ ثنا حممد بن‬، ‫بن علي بن شبيب املعمري‬
orang Kafir Dzimmi tersebut tidak boleh
‫ ثنا أبو ُهام حممد بن‬، ‫سليمان املصيصي‬
menjual minuman keras dan babi sementara
، ‫ عن أبيو‬، ‫ ثنا أبو حيان التيمي‬، ‫الزبرقان‬ mereka sedang melakukan syirkah dengan
‫ قال رسول اهلل [ صلى‬: ‫عن أيب ىريرة قال‬ orang Islam. Sedangkan minuman keras dan
‫ ' يقول اهلل عز وجل أنا‬: ] ‫اهلل عليو وسلم‬ babi yang mereka jual sebelum mereka

‫ثالث الشريكني ما ّل خين أحدُها صاحبو‬ melakukan syirkah dengan orang Islam, laba
5
‫ فإذا خان خرجت من بينهماز‬، penjualannya yang mereka pergunakannya
untuk melakukan syirkah dengan orang
4 Islam tidak boleh di pergunakan untuk
al-Qur'an dan Terjemahnya, 38: 24.
5
Muhammad Dhiya al-Rahman al-A'dhami, al- mengadakan syirkah.
Minah al-Kubro Syarhun wa Takhrijun li al-Sunan
al-Sughra, Riyadh, Maktabah al-Ruyd, 10020, 347.
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 6
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

Bagi hasil tersebut di anggap tidak Secara teknis Al Mudarabah adalah


sah, jika di lakukan oleh orang yang tidak akad kerja sama usaha antara dua pihak di
boleh mengelola harta. Sebab syirkah (bagi mana pihak pertama (sahibul mal)
hasil) itu merupakan transaksi untuk menyediakan seluruh (100%) modal,
mengelola harta. Sehingga transaksi tersebut sedangkan pihak lainya menjadi pengelola.
di anggap tidak sah, apabila yang Keuntungan usaha secara Mudarabah di
melakukannya termasuk dalam kategori bagi menurut kesepakatan yang di tuangkan
orang yang tidak boleh mengelola harta. dalam kontrak, sedangkan apabila rugi di
Oleh karena itu, syirkah yang di lakukan tanggung oleh pemilik modal selama
oleh orang yang di kendalikan oleh orang kerugian itu bukan akibat kelalaian Si
lain ( majhur alaih ) serta syirkah (bagi pengelola. Seandainya kerugian itu di
hasil) tiap orang yang tidak boleh mengelola akibatkan karena kelalaian atau kecurangan
harta, hukumnya tidak sah. Si pengelola , si pengelola harus
Adapun syirkah (bagi hasil) terbagi bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
atas dua macam, yaitu syirkah amlak b. Landasan syariah
(kepemilikan) dan syirkah uqud (kontrak). 1) Al Quran

Syirkah amlak adalah syirkah yang bersifat ‫وم أَدۡ َََٰن ِمن ثُلُثَ ِي‬ َ ‫ك يَعۡ َّلُ أَن‬
ُ ‫َك تَ ُق‬ َ َ‫۞إِ َن َرب‬
‫ين‬ َِ ِ ِ ِ َ
memaksa dalam hukum positif, sedangkan َ ‫ٱّلۡل َونصۡفَوۥُ َوثُلُثَوۥُ َوطَاۡئ َفةۡ ِّم َن ٱلذ‬
syirkah uqud adalah syirkah yang bersifat ‫َه َارۡ َعلِ َم أَن لَن‬ َ ‫ِّر َٱّلۡ َل َوٱلن‬ ُ ‫كۡ َوٱللَوُ يُ َقد‬ َ ‫َم َع‬
ikhtiariyah ( pilihan sendiri). ‫اب َعلَيۡ ُكمۡۡ فَٱقۡ َرءُواْ َما‬ َ َ‫صوهُ فَت‬ ُ ۡ‫تُح‬
Jenis Jenis Bagi Hasil
‫تَيَ َسَر ِم َن ٱلۡقُرۡءَ ِانۡ َعلِ َم أَن َسيَ ُكو ُن ِمن ُكم‬
1. Al Mudarabah (Trust Financing, Trust ‫ض‬ ِ ۡ‫اخ ُرو َن يَضۡ ِربُو َن ِِف ٱلۡأَر‬ َ َ‫ض َٰى َوء‬ َ ۡ‫َمر‬
Investment)
‫اخ ُرو َن يُ ََٰقتِلُو َن ِِف‬ ِ ِ
َ َ‫يَبۡتَغُو َن من فَضۡل ٱللَو َوء‬
ِ
a. Pengertian Al Mudarabah
ِ ِ ِ ِ
Mudarabah berasal dari kata dharb,
ْ‫يموا‬ُ ‫َسب ِيل ٱللَوۡ فَٱقۡ َرءُواْ َما تَيَ َسَر منۡ ُهۡ َوأَق‬
berarti memukul atau berjalan. Pengertian
‫ضا‬ً ۡ‫ضواْ ٱللَ َو قَر‬ ُ ‫صلَ َٰوَة َوءَاتُواْ ٱلَزَك َٰوَة َوأَقۡ ِر‬ َ ‫ٱل‬
memukul atau berjalan ini lebih tepatnya ۡ‫ِّمواْ ِِلَن ُف ِس ُكم ِّمنۡ َخيۡر‬ ُ ‫َح َسنۡاۡ َوَما تُ َقد‬
adalah proses seseorang memukulkan ‫ند ٱللَ ِو ُى َو َخيۡرۡا َوأَعۡظَ َم‬ َ ‫ََِت ُدوهُ ِع‬
kakinya dalam menjalankan usaha.6 ۡ‫أَجۡرۡاۡ َوٱسۡتَغۡفُِرواْ ٱللَوَۡ إِ َن ٱللَوَ َغ ُفور‬
ٕٓ ۡ‫يم‬ ِ
6
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari ُ ‫َرح‬
Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani. 2001), 95.
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 7
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui ‫اشرتط على صاحبو ان َّليسلك بو حبرا وَّل ينزل‬
bahwasanya kamu berdiri (sembahyang)
kurang dari dua pertiga malam, atau ‫بو واديا وَّليشرتء بو دابة كبد رطبة فإن فعل‬
seperdua malam atau sepertiganya dan
(demikian pula) segolongan dari orang- ‫ذلك ضمن فبلغ سرطو رسول اهلل صلى اهلل‬
orang yang bersama kamu.Dan Allah 9
menetapkan ukuran malam dan siang. Allah ‫علمية وسلم فأجازىز‬
mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak Di riwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa
dapat menentukan batas-batas waktu-waktu Sayyidina Abbas bin Abdul Mutalib juga
itu, maka Dia memberi keringanan memberikan dana ke mitra usahanya secara
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudharabah ia mensyaratkan agar dananya
mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia tidak di bawa mengarungi lautan, menuruni
mengetahui bahwa akan ada di antara kamu lembah yang berbahaya,atau membeli ternak
orang-orang yang sakit dan orang-orang . Jika menyalahi peraturan tersebut, yang
yang berjalan di muka bumi mencari bersangkutan bertanggung jawab atas dana
sebagian karunia Allah; dan orang-orang tersebut. Di sampaikanlah syarat-syarat
yang lain lagi berperang di jalan Allah, tersebut kepada Rasulullah SAW. Dan
maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Rasulullah pun membolehkannya.
Al Quran dan dirikanlah sembahyang,
3) Ijma‟
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman
kepada Allah pinjaman yang baik. Dan Imam Jailani telah menyatakan bahwa para
kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk sahabat telah berkonsensus terhadap
dirimu niscaya kamu memperoleh legitimasi pengolahan harta yatim secara
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini
yang paling baik dan yang paling besar sejalan dengan spirit hadits yang di kutip
pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Abu Ubaid.10
Allah; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”7
2. Al Musyarakah (Partnership, Project
‫ض‬ِ ۡ‫صلَ َٰوةُ فَٱنتَ ِش ُرواْ ِِف ٱلۡأَر‬ َ ‫ت ٱل‬ ِ ‫ضي‬
ِ ِ
َ ُ‫فَإ َذا ق‬
Financing Participation)
a. Pengertian Al Musyarakah
‫َوٱبۡتَغُواْ ِمن فَضۡ ِل ٱللَ ِو َوٱذۡ ُك ُرواْ ٱللَ َو َكثِريا‬ Al musyarakah adalah akad kerja sama
ٔٓ ‫لَ َعلَ ُكمۡ تُفۡ ِحلُو َن‬ antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu di mana masing-masing
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka pihak memberikan kontribusi dana (atau
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah amal / expertise) dengan kesepakatan bahwa
banyak-banyak supaya kamu beruntung.”8 keuntungan dan risiko akan di tangguang
bersama sesuai dengan kesepakatan.
2) Al Hadits
b. Landasan Syariah
‫رواه بن عباس رضى اهلل عنها انو قال كان سيدنا‬
9

‫العباس بن عبد املطلب اذا وقع املال مضارية‬


Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Matir al-Lahmi
al-Syami, Abu al-Qasim al-Tabrani, Musnad al-
Syamiyin, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1984), 985.
10
ABu 'Ubaid al-Qasim bin SAlam biin Abd ALlah
7
al-Qur'an dan Terjemahnya, 73: 20. al-Harwy al-Baghdady, Kitab al-Amwal (Beirut: Dar
8
Ibid., 62: 10. al-Fikr, 1983), 454.
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 8
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

1) Al Quran anak, tetapi mempunyai seorang saudara


ۡ‫ف َما تَ َرَك أَزۡ ََٰو ُج ُكم‬ ُ ۡ‫۞ َولَ ُكمۡ نِص‬
laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara
perempuan (seibu saja), maka bagi masing-
ۡ‫إِن َّلۡ يَ ُكن ََّلُ َن َولَدۡۡ فَِإن َكا َن ََّلُ َن َولَد‬ masing dari kedua jenis saudara itu
seperenam harta. Tetapi jika saudara-
‫فَلَ ُك ُم ٱ ُّلربُ ُع ِِمَا تَ َركۡ َنۡ ِمنۡ بَعۡ ِد‬ saudara seibu itu lebih dari seorang, maka
mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,
‫ني ِِبَاۡ أَوۡ َديۡنۡۡ َوََّلُ َن‬ ِ
َ ‫َوصيَةۡ يُوص‬
ِ sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat
olehnya atau sesudah dibayar hutangnya
ۡ‫ٱ ُّلربُ ُع ِِمَا تَ َركۡ ُتۡ إِن َّلۡ يَ ُكن لَ ُكم‬ dengan tidak memberi mudharat (kepada
ahli waris). (Allah menetapkan yang
‫َولَدۡۡ فَِإن َكا َن لَ ُكمۡ َولَدۡ فَلَ ُه َن ٱلث ُُّم ُن‬ demikian itu sebagai) syari´at yang benar-
benar dari Allah, dan Allah Maha
‫وصو َن‬ ِ ِ ِ Mengetahui lagi Maha Penyantun.”11
ُ ُ‫ِمَا تَ َركۡ ُتۡ ِّمنۡ بَعۡد َوصيَةۡ ت‬
ۡ‫ِِبَاۡ أَوۡ َديۡنۡۡ َوإِن َكا َن َر ُجل‬
ۡ‫َخ أَو‬ ٌ ‫ث َك َٰلَلَةً أَ ِو ٱمۡ َرأَةۡ َولَوۥُ أ‬
ُ ‫ور‬َ ُ‫ي‬
ۡ‫س‬
ُ ‫لس ُد‬ُّ ‫أُخۡتۡ فَلِ ُك ِّل ََٰو ِحدۡ ِّمنۡ ُُهَا ٱ‬ 2) Al Hadits
ِ
ُ‫ك فَ ُهمۡ ُشَرَكاۡء‬ َ ‫فَِإن َكانُوۡاْ أَكۡثََر ِمن َٰذَل‬ ‫ أخربين أبو بكر‬، ‫أخربنا أبو عبد اهلل احلافظ‬
ۡ‫وص َٰى ِِبَا‬ ِ ِ ِ ِ
َ ُ‫ِِف ٱلثُّلُثۡ منۡ بَعۡد َوصيَةۡ ي‬ ‫ ثنا احلسن بن علي‬، ‫حممد بن أمحد بن بالوية‬
ۡ‫ضاۡ ّرۡۡ َو ِصيَة‬ َ ‫أَوۡ َديۡ ٍن َغيۡ َر ُم‬ ‫ ثنا حممد بن سليمان‬، ‫بن شبيب املعمري‬
ٕٔ ۡ‫يم َحلِيم‬ ِ ِ
ٌ ‫ِّم َن ٱللَوۡ َوٱللَوُ َعل‬ ‫ ثنا‬، ‫ ثنا أبو ُهام حممد بن الزبرقان‬، ‫املصيصي‬
“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari
harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu,
‫ عن أيب ىريرة قال‬، ‫ عن أبيو‬، ‫أبو حيان التيمي‬
jika mereka tidak mempunyai anak. Jika
isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka
‫ يقول‬: ]‫ قال رسول اهلل [صلى اهلل عليو وسلم‬:
kamu mendapat seperempat dari harta yang
ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat
‫اهلل عز وجل أنا ثالث الشريكني ما ّل خين‬
yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar ‫من‬ ‫ فإذا خان خرجت‬، ‫أحدُها صاحبو‬
hutangnya. Para isteri memperoleh
12
seperempat harta yang kamu tinggalkan jika ‫بينهماز‬
kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu
mempunyai anak, maka para isteri Dari Abu Hurairah r.a berkata:
memperoleh seperdelapan dari harta yang “Rasululullah SAW bersabda: Allah SWT
kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat berfirman Aku adalah orang ketiga diantara
yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar
hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik 11
al-Qur'an dan Terjemahnya, 4: 12.
laki-laki maupun perempuan yang tidak 12
Muhammad Dhiya al-Rahman al-A'dhami, al-
meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan Minah al-Kubro Syarhun wa Takhrijun li al-Sunan
al-Sughra, Riyadh, Maktabah al-Ruyd, 10020, 347.
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 9
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

kedua ornag ang sedang bersekutu selama b. Landasan Syariah


keduanya tidak berkhianat, apabila salah 1) Al Hadits
satu dari keduanya berkhianat makaAku
Di riwayatkan dari Ibnu Umar bahwa
akan keluar darinya.”
Hadits Qudsi tersebut menunjukkan Rasulullah SAW. Pernah memberikan tanah
kecintaan Allah kepada hamba-hamba Nya Khaibar kepada penduduknya ( waktu itu
yang melakukan kerja sama bagi hasil
mereka masih yahudi ) untuk di garap
(syirkah) selama saling menjunjung tinggi
amanat kebersamaan dan menjahui dengan imbalan pembagian hasil buah –
pengkhianatan. buahan dan tanaman.
3) Ijma‟
Di riwayatkan oleh Bukhari dari Jabir
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, Al
Mughni, telah berkata, “kaum muslimin yang mengatakan bahwa bangsa Arab
telah berkonsensus terhadap legitimasi senantiasa mengolah tanahnya secara
musyarakah secara global walaupun terdapat muzaraah dengan rasio bagi hasil
perbedaan pendapat dalam beberapa elemen
dariya.13 1/3:3/3,1/4:3/4,1/2:1/2, maka Rasulullah pun
bersabda:
3. Al Muzaraah ( Harvest Field Profit
‫ال‬َ َ‫اع ُّي ق‬ ِ ‫حدَثَنَا ُحم َم ُد بن يوسف حدَثَنَا ْاِلَوز‬
Sharing )
َْ َ َ ُ ُ ُْ َ َ
a. Pengertian Al Muzaraah ‫ت‬ ْ َ‫ال َكان‬ َ َ‫َح َدثَِِن َعطَاءٌ َع ْن َجابِ ٍر َر ِض َي اللَوُ َعْنوُ ق‬
ِ ُ‫ول أَر ِضني فَ َقالُوا نُؤ ِاجرىا بِالثُّل‬ ِ ِ
Al Muzaraah adalah kerja sama ‫ث‬ َُ َ َ َ ُ‫ض‬ ُ ُ‫ل ِر َج ٍال منَا ف‬
‫صلَى اللَوُ َعلَْي ِو َو َسلَ َم‬ ِ ‫ِّص‬
pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dan penggarap, di mana pemilik lahan
َ ‫َِب‬ ُّ ِ‫ال الن‬ َ ‫ف فَ َق‬ ْ ‫الربُِع َوالن‬ُّ ‫َو‬
‫َخاهُ فَِإ ْن‬ ِ
memberikan lahan pertanian kepada Si َ ‫ض فَ ْليَ ْزَر ْع َها أ َْو ليَ ْمنَ ْح َها أ‬ٌ ‫ت لَوُ أ َْر‬
ْ َ‫َم ْن َكان‬
ْ ‫أ َََب فَ ْليُ ْم ِس‬
14
penggarap untuk di tanami dan di pelihara
ُ‫ضو‬
َ ‫ك أ َْر‬
dengan imbalan bagian tertentu (persentase) Dari Jabir r.a berkata: bahwa ada salah
dari hasil panen. seorang diatara kami memiliki tanah luas,
kemudian merekea berkata akan aku berikan
Al Muzaraah sering kali di bagian sepertiga, seperempat dan setangah.
identikkan dengan mukhabarah. Di antara Nabi bersabda: Barangsiapa memilikitanah
hendaklah menanami atau menyerahkannya
keduanya terdapat sedikit perbedaan sebagai untuk di garap. Barang siapa tidak
berikut: melakukan salah satu dari keduanya,
tahanlah tanahnya.”
Muzaraah : benih dari pemilik lahan.
Mukhabarah : benih dari penggarap.
14
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-
Mughirah al-Bukhary, ABu 'Abd Allah, Shahih al-
13
Syafii Antonio, Bank Syariah..., 91. Bukhary, (Riyadh: Dar Thauq al-Najat, 1442), 166.
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 10
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

2) Ijma‟ memperoleh persentase tertentu dari hasil


Bukhari mengatakan bahwa telah panen.
berkata Abu Jafar,”Tidak ada satu rumah ‫حدثنا بن َّنري حدثنا أيب حدثنا عبد امللك عن عطاء‬
pun di Madinah kecuali penghuninya * ‫عن جابر قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم‬
mengolah tanah secara muzaraah dengan
‫من كانت لو أرض فليزرعها فإن ّل يستطع أن‬
pembagian hasil 1/3 dan 1/4. Hal ini telah di
‫يزرعها وعجز عنها فليمنحها أخاه املسلم وَّل‬
lakukan oleh Sayyidina Ali, Sa‟ad bin Abi 15
Waqash, Ibnu Mas‟ud, Umar bin Abdul
‫يؤاجرىا إياه‬
Azis, Qasim, Urwah, keluarga besar Abu Dari Jabir r.a berkata: Rasulullah
Bakar, dan keluarga Ali. SAW bersabda: Barangsiapa memiliki tanah
hendaknya menanami apabila tidak bisa
Dalam konteks ini, lembaga hendaknya untuk ditanamkan dan
keuangan Islam dapat memberikan menggajinya dan mengijinkan saudaranya
dengan mengupahinya.
pembiayaan bagi nasabah yang bergerak 2) Ijma‟
dalam bidang platation atas dasar prinsip Telah berkata Abu Ja‟far bin Ali bin
bagi hasil dari panen. Husain bin Ali bin Abu Thalib r.a. bahwa
4. Al Musaqah (Plantation Management Rasulullah saw. telah menjadikan penduduk
Fee Based On Certain Portion Of Yield) Khaibar sebagai penggarap dan pemelihara
a. Pengertian Al Musaqah atas dasar bagi hasil. Hal ini di lanjutkan
Al Musaqah adalah bentuk yang lebih oleh Abu Bakar, Umar, Ali, serta keluarga-
sederhana dari al Muzaraah di mana Si keluarga mereka sampai hari ini dengan
Penggarap hanya bertanggung jawab atas rasio 1/3 dan 1/4. Semua telah di lakukan
penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai oleh Khulafa ar Rasyidin pada jaman
imbalan, Si Penggarap berhak atas nisbah pemerintahanya dan semua pihak telah
tertentu dari hasil panen. mengetahuinya, tapi tak ada seorang pun
b. Landasan Syariah yang menyanggahnya. Berarti, ini adalah
1) Al Hadits
suatu ijma’ sukuti (konsensus) dari umat.
Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah
SAW. pernah memberikan tanah dan
tanaman kurma di Khaibar kepada Yahudi 5. Al Murabahah (Deferred Payment Sale)
Khibar untuk di pelihara dengan a. Pengertian Al Murabahah
mempergunakan peralatan dan dana
mereka. Sebagai imbalan, mereka 15
Muslim bin al-Hajaj Abu al-Hasan al-Qusyairi al-
Naisabury, Shahih Muslim (Beirut: Dar Ihya al-Turat
al-'Araby, t.th),1176.
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 11
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

َِ
ُ ‫ومو َن إََِّل َك َما يَ ُق‬
‫وم‬ ُ ‫ين يَأۡ ُكلُو َن ٱ ِّلربَ َٰواْ ََّل يَ ُق‬
َ ‫ٱلذ‬
Murabahah adalah jual beli barang

ِ ِ ِ
َ ‫سۡ ََٰذل‬ ِّ ‫ٱلَذي يَتَ َخبَطُوُ ٱلشَيۡ َٰطَ ُن م َن ٱلۡ َم‬
pada harga asal dengan tambahan
‫ك‬
ْۡ‫بِأَن َُهمۡ قَالُوۡاْ إََِّنَا ٱلۡ َيبۡعُ ِمثۡ ُل ٱ ِّلربَ َٰوا‬
keuntungan yang di sepakati. Dalam al
Murabahah, penjual harus memberi tahu
harga produk yang ia beli dan menentukan ُ‫ع َو َحَرَم ٱ ِّلربَ َٰواْۡ فَ َمن َجاۡءَهۥ‬َ ۡ‫َح َل ٱللَوُ ٱلۡ َيب‬ َ ‫َوأ‬
ِ ِ
suatu tingkat keuntungan sebagai ُ‫ف َوأَمۡ ُرهۥ‬ َ َ‫َموۡعظَةۡ ِّمن َربِّوۦ فَٱنتَ َه َٰى فَلَوۥُ َما َسل‬
tambahanya. Misalnya, pedagang eceran ‫ب‬ ُ ‫ك أَصۡ ََٰح‬ َ ِ‫إِ ََل ٱللَ ِوۡ َوَمنۡ َع َاد فَأ ُْو ََٰلۡئ‬
membeli komputer dari grosir dengan harga ٕ٧٢ ‫ٱلنَا ِرۡ ُىمۡ فِ َيها ََٰخلِ ُدو َن‬
Rp 10.000.000,00, kemudian ia Orang-orang yang makan
menambahkan keuntungan sebesar Rp (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang
750.000,00 dan ia menjual kepada Si kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
Pembeli dengan harga Rp 10.750.000,00. penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka
Pada umumnya, Si Pedagang eceran tidak berkata (berpendapat), sesungguhnya jual
akan memesan dari grosir sebelum ada beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan
pesanan dari calon pembeli dan mereka mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
menyepakati tentang lama pembiayaan, sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
besar keuntugan yang akan di ambil maka baginya apa yang telah diambilnya
pedagang eceran, serta besarnya angsuran dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang
kalau memang akan di bayar secara yang kembali (mengambil riba), maka orang
angsuran. itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.17
Bai’al murabahah dapat di lakukan
untuk pembelian secara pemesanan dan bisa 2) Al-Hadits

di sebut sebagai murabahah kepada ‫ َحدَثَنَا بِ ْش ُر بْ ُن‬:‫ال‬ ْ ‫احلَ َس ُن بْ ُن َعلِ ٍّي‬


َ َ‫اْلَََّل ُل ق‬ ْ ‫َحدَثَنَا‬
pemesan pembelian (KPP). Dalam kitab al- ‫ َع ْن َعْب ِد‬،‫اس ِم‬ ِ ‫ حدَثَنَا نَصر بن الْ َق‬:‫ال‬
ُ ْ ُْ
ٍِ
َ َ َ‫ثَابت الْبَ َز ُار ق‬
umm, Imam Syafii menamai transaksi ‫صالِ ِح بْ ِن‬ ِ ِ
َ ‫ َع ْن‬،‫ بْ ِن َد ُاوَد‬- ‫ َعْبد الَرحي ِم‬- ‫الَر ْمحَ ِن‬
ِ ُ ‫ال رس‬ َ َ‫ ق‬،‫ َع ْن أَبِ ِيو‬،‫ب‬ ٍ ‫ص َهْي‬
ُ‫صلَى اهلل‬ َ ‫ول اللَو‬ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬
sejenis ini dengan istilah al-aamir bisy-
ُ
syira.16 ِ ِ ِ
b. Landasan syariah
،‫َج ٍل‬ َ ‫ الْبَ ْي ُع إ ََل أ‬،ُ‫ث في ِه َن الْبَ َرَكة‬ ٌ ‫ «ثَََّل‬:‫َعلَْيو َو َسلَ َم‬
1) Al-Qur‟an

16 17
Ibid., 102. al-Qur'an dan Terjemahnya, 2: 275.
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 12
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

ِ ‫ لِْلب ي‬،‫ وأَخ ََّل ُط الْب ِّر بِالشَعِ ِري‬،ُ‫والْم َقارضة‬


‫ت ََّل‬ Upaya tersebut di lakukan melalui
َْ ُ ْ َ ََ ُ َ
18
»‫لِْلبَ ْي ِع‬
paningkatan keahlian sumber daya manusia,
penyempurnaan ketentuan, dan program
Dari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa
Rasulullah SAW. bersabda , Tiga hal yang sosialisasi.
di dalamnya mendapat keberkahan: jual beli
Konsep bagi hasil pada perbankan
dengan tangguh, muqaradhah (mudharabah),
dan mencampur gandum dengan tepung Islam hadir untuk memberikan berbagai
untuk keperluan rumah, bukan untuk di
macam jasa keuangan yang dapat di terima
jual.
secara religius kepada komunitas-komunitas
Bagi Hasil: Problem, Peluang, Dan muslim. Selain fungsi khusus ini, institusi-
Tantangannya institusi perbankan dan keuangan,
Konsep bagi hasil bank syariah sebagaimana aspek-aspek masyarakat Islam
memiliki keunggulan komparatif berupa lainnya. Di harapkan „memberikan
penghapusan pembebebanan bunga yang kontribusi secara pantas kepada pencapaian
berkesinambungan (perpetual interest tujuan-tujuan sosio-ekonomi Islam yang
effect), membatasi kegiatan spekulasi yang utama.20Yang terpenting dari semua ini
tidak produktif, dan pembiayaan yang di adalah: kesejahteraan ekonomi dengan
tujukan pada usaha-usaha yang kesempatan kerja penuh (full employment)
memperhatikan unsur moral (halal). Namun dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
demikian konsep bagi hasil juga tidak tinggi, keadilan sosio-ekonomi dan
terlepas dari problem, peluang, dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang
19
tantangannya sendiri. wajar, stabilitas nilai uang, dan mobilisasi
Strategi pengembangan konsep serta investasi tabungan untuk ekonomi
bagi hasil di arahkan untuk meningkatkan yang mampu memberikan jaminan
kompetensi usaha yang sejajar dengan keuntungan (bagi hasil) kepada semua pihak
system perbankan konvensional yang di yang terlibat. Barang kali, dimensi religius
lakukan secara komprehensif dengan haruslah di kemukakan sebagai tujuan
mengacu pada analisis kekuatan dan selanjutnya yang jelas, dalam arti bahwa
kelemahan konsep bagi hasil bank syariah. peluang untuk melakukan operasi-operasi

18
keuangan yang sah secara agama
Ibn Majah Abu Abd Allah Muhammad bin Yazid
al-Qazwainy, Sunan Ibn Majah (Beirut: Dar Ihya al-
Kutub al-Arabiyah, 1002), 390.
19
Muhamad, Metodologi penelitian Pemikiran
20
Ekonomi Islam (yogyakarta: Uji Press. 2002), 77. Chapra, (1985), hal. 34
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 13
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

mempunyai nilai jauh melampaui nilai dari laporan rugi / laba. Jika perusahaan
model operasi keuangan itu sendiri. debitur laba, bank ikut laba, dan jika rugi
Validitas dari tujuan-tujuan umum juga ikut rugi. Tetapi berapa besar
ini jarang di persoalkan. Namun, tidak ada keuntungan (atau kerugiannya) tergantung
konsensus tentang struktur yang tepat dari dari laporan nasabah. Kecenderungan
keseluruhan sistem keuangan yang di nasabah adalah melaporkan laba sekecil
perlukan untuk mencapai tujuan-tujuan mungkin, dengan cara membesarkan beban
tersebut. ongkos. Karena itu bank sangat
Dari perspektif Islam, tujuan utama mengandalkan pembukuan perusahan dan
konsep bagi hasil pada perbankan Islam audit. Kendala utamanya adalah bahwa bank
dapat di simpulkan sebagai berikut: membutuhkan moralitas nasabah yang
1. Penghapusan bunga dari tinggi, tapi bank tak bisa sepenuhnya
semua transaksi keuangan dan mengandalkan moralitas. Bank harus
pembaharuan semua aktifitas
memiliki sistem pengawasan yang canggih.
lembaga keuangan agar sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam;. Pada waktu aplikasi pembiayaan,
2. Pencapaian distribusi nasabah akan cenderung untuk mengajukan
pendapatan dan kekayaan yang wajar; dan
rencana yang prospektif dengan tingkat
3. promosi pembangunan
ekonomi. laba yang tinggi. Tujuannya adalah untuk
menarik bank memberikan pembiayaan.
Problem
Tapi hal ini menyebabkan nasabah memiliki
Konsep bagi hasil, dalam aplikasi
komitmen untuk mencapai tingkat laba
perbankan syariah, mengutamakan perilaku
tinggi yang di rencanakannya. Sebaliknya,
bisnis yang bermoral. Tetapi praktek bisnis
bank perlu hati-hati, walaupun bank mencari
tidak bisa mengandalkan asumsi itu sebagai
usaha yang memberikan laba yang tinggi.
take it for granted. Di samping kepercayaan,
Masalah ini harus di pecahkan oleh staf
karena bisnis itu memang adalah sebuah
bank dengan analisis kelayakan usaha.
bismis kepercayaan, maka perlu di dukung
Kemampuan untuk melihat secara tajam
oleh sistem.
rencana perusahaan ini paling strategis,
Sebagai contoh, pendapatan bank itu
sebab keahlian ini di perlukan dalam analisis
tegantung dari tingkat laba, walaupun di
pembiayaan mudharabah maupun
hitung berdasarkan rumus bagi hasil.
musyarakah. Dalam hal pertama, bank tidak
Pendapatan bank itu kemudian tergantung
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 14
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

ikut serta dalam manajemen usaha nasabah, adalah sebuah kekuatan dan sekaligus
sedangkan dalam hal kedua, bank ikut serta peluang yang mestinya harus dimanfaatkan
dalam manajemen. secara baik. Merekalah yang semestinya
Persoalan pertama yang di hadapi menjadi pilar utama sekaligus benteng
oleh sistim bagi hasil bank Islam adalah terakhir penegakan ekonomi syariah, di
mencari investor. Pada awalnya, konsep manapun juga. Merekalah yang menjadi
bagi hasil kurang menarik minat swasta, stakeholder paling dominan, sumber dana
sebab mereka mempertanyakan apakah utama, dan sekaligus pihak paling di
konsep bagi hasil bank islam adalah bidang harapkan akan terbantu oleh sistem ini.
penanaman modal yang prospektif dan Namun demikian, perlu kehati-hatian
cukup menjanjikan. dalam melihat aspek ini. Kesalahan dalam
memahami keberadaan sekaligus perilaku
Peluang
mereka, maka kekuatan peluang ini bisa
Dari sekian banyak wacana tentang
berubah menjadi kelemahan dan tantangan.
konsep bagi hasil dan lembaga keuangan
Hal ini tampak terjadi dalam kurun waktu
syariah yang pernah terjadi, baik di kalangan
7-8 tahun belakangan ini. Dan ini pula yang
muslim, maupun di kalangan non muslim,
menjadi sebab penting mengapa lembaga
rasanya belum pernah terdengar adanya
keuangan Islam berperan sebagaimana
bantahan yang signifikan tentang
diharapkan sejak semula.
keunggulan konsep ekonomi Islam secara
Seperti di ungkapkan di atas,
keseluruhan, ataupun lembaga keuangan
pembahasan dari aspek tauhid sangat
syariah khususnya. Makin banyaknya
relevan dalam kaitannya dengan masyarakat
terbitan yang membahas ekonomi Islam. di
Islam ini. Oleh karena itu, pelibatan unsur
sertai konferensi dan seminar internasional
ulama dan para ustadz yang selama ini di
di berbagai belahan bumi membuktikan
pandang lebih memahami masalah ini, patut
bahwa makin banyak orang tertarik dan
menjadi pertimbangan. Apa yang dapat di
meyakini bahwa konsep ekonomi Islam
lihat selama ini, justru peran para ulama dan
merupakan alternatif yang menjanjikan atas
ustadz ini, belum optimal,untuk mengatakan
banyak persoalan ekonomi yang kini
tidak sama sekali.
melanda dunia.
Ketiga, pengaruh gerakan global
Kedua, jumlah penduduk muslim,
ekonomi syariah. Sudah menjadi gerakan
pada hakekatnya, jumlah penduduk muslim
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 15
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

yang bersifat global. Ini bisa di lihat sudah di kalangan mereka yang cukup memahami
semakin menyebarnya lokasi bank Islam, ketentuan fiqih dan syariah.21
tetapi juga dalam masyarakat yang Dari aspek eksternal, konsep bagi
mayoritas penduduknya bukan beragama hasil menghadapi banyak tantangan di
Islam. Oleh karena itu, gerakan ini dapat di samping peluang yang mungkin dapat di
lihat sebagai sebuah kekuatan dan sekaligus capai. Tantangan pertama adalah
peluang untuk memajukan konsep bagi hasil pemahaman masyarakat yang masih sangat
pada lembaga keuangan syariah. rendah terhadap bentuk operasionalnya.
Kemampuan mengembangkan jaringan kerja Meskipun jumlah penduduk muslim yang
(network) dengan sesama lembaga keuangan besar, jumlah ini tidak menjamin keberadaan
syariah di manca negara, akan cukup bank Islam yang menerapkan konsep bagi
banyak berarti dalam upaya hasil di akui oleh masyarakat luas. Mereka
pengembangannya . sehingga peluang ini secara sederhana beranggapan bahwa
mestinya jangan sampai di lewatkan. dengan tidak menjalankan sistem bunga,
bank Islam tidak akan mendapatkan
Tantangan
pendapatan. Konsekuensinya adalah bahwa
Kesiapan masyarakat Islam dalam
bank Islam tidak akan memberikan return
menerima kehadiran bank Islam berasaskan
yang di harapkannya. Dengan demikian,
kankonsep bagi hasil. Ada asumsi dasar
bank Islam tidak akan survive.
yang selama ini keliru dipahami, yakni
Pemikiran sederhana ini masih
bahwa mayoritas masyarakat Muslim sudah
mendomonasi masyarakat di samping motif
demikian jauhnya dirasuki virus riba dan
profit-oriented mereka yang kuat. Sebagai
sekaligus sangat menghayati sekulerisme,
contoh misalnya, ketika bank-bank
khususnya dalam aspek keuangan.
konvensional memberikan bunga deposito
Akibatnya adalah, selalu saja ada dalih yang
yang sangat tinggi, mereka tentu akan
di angkat untuk mengelak dari ajakan
memilih bank konvensional karena tingkat
kembali ke ajaran Islam secara murni dan
pengembaliannya sudah pasti dan sangat
konsekuen. Ini tidak saja terjadi di kalangan
tinggi. Tetapi sebaliknya, bank syariah tidak
masyarakat yang relatif awam, tetapi justru
akan memberikan tingkat pengembalian
yang pasti karena besar kecilnya bagi hasil

21
Muhamad, Metodologi penelitian ...., 92.
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 16
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

yang akan di distribusikan sangat pendapatan bunga dari dana produktif


tergantung keberhasilan bisnis yang di hukumnya adalah halal.
lakukan pengusaha. Keberadaan bank konvensional
Aspek lain yang masih berkaitan merupakan tantangan yang besar. Karena
dengan hal tersebut di atas adalah bank konvensional lebih professional dan
pemahaman masyarakat tentang bunga bank. memiliki sumber daya yang lebih besar
Masyarakat secara umum, termasuk terutama sumber daya manusia yang jauh
sebagian ulama, masih memandang bahwa lebih berpengalaman bila di banding dengan
bunga bank adalah hukumnya halal. sumber daya manusia yang di miliki oleh
Berbagai alasan dapat di jadikan justifikasi bank syariah. Secara lebih spesifik, bank
bagi status halalnya bunga bank ini. syariah yang menerapkan konsep bagi hasil
Pertama, sistem perbankan modern saat ini akan berhadapan dengan bank umum
secara internasional di jalankan dengan konvensional yang menerapkan konsep
sistem bunga. bunga. Dua kompetitor ini jelas merupakan
Sehingga untuk menghindarkan tantangan yang sangat jelas bagi bank Islam
sistem ini sangat sulit di lakukan. Dengan yang menerapkan konsep bagi hasil.
pandangan ini, sistem perbankan modern Tantangan berikutnya adalah
dapat di anggap sebagai kondisi yang tidak kejujuran dalam pembagian laba. Bank
terhindarkan dan masuk dalam kategori syariah dengan sistem bagi hasilnya
“darurat” sehingga bunga bank menjadi menuntut kejujuran yang sangat tinggi dari
halal. Alasan kedua berpendapat bahwa pengguna dana bank syariah itu sendiri
bunga yang di peroleh nasabah sebenarnya (terhadap nasabah penabung). Penentuan
merupakan konpensasi terhadap laju inflansi besarnya laba yang di peroleh pengusaha
yang tidak bisa terhindarkan oleh siapapun. merupakan bagian yang memerlukan
Jadi bunga bank adalah kopensasi yang bagian perhatian, terutama bila pengusaha
wajar di berikan kepada nasabah agar yang tidak dapat membuat pembukuan yang rapi
bersangkutan tidak di rugikan. Ketiga, dan benar. Atau, bahkan pengusaha yang
bunga yang masuk kategori haram dalam sudah dapat membuat pembukuan yang
syariat Islam adalah bunga dari dana benar tidak menutup kemungkinan
konsumtif, bukan dari dana produktif. Jadi, manipulasi atau menggunakan metode
akuntansi tertentu yang menyebabkan

Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 17


Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

angka laba tidak besar. Dengan angka yang di dapat, maka pembagian hasil di nyatakan
lebih kecil , maka laba yang di bagikan ke dalam bentuk prosentase bagi hasil (Nisbah).
bank syariah juga kecil. Atau bila angka Kapan keuntungan akan di bagikan
yang di hasilkan adalah negatif (rugi), maka tergantung dari perjanjian dan jenis usaha
tidak ada bagian laba yang harus di yang di jalankan, pembagian keuntungan itu
bagikan. Untuk menghadapi tantangan ini, di lakukan setidaknya dalam satu siklus
konsep bagi hasil bank Islam harus dapat usaha, namun demkian tidak ada yang dapat
mencari strategi yang tidak dapat memastikan bahwasanya usaha itu akan
merugikan dirinya sendiri maupun orang selalu untung, konsep bagi hasil di dasarkan
lain (pengusaha) dengan prinsip keadilan. pada hasil nyata usaha yang di lakukan oleh
pengusaha, untung atau rugi itu hal biasa
Penutup
dalam berusaha.
Konsep bagi hasil dalam aplikasi
Secara historis bagi hasil (profit
Lemabga Keuangan Syariah merupakan
sharing) sudah ada sebelum datangnya
salah satu kontribusi Syariat Islam dalam
Islam, bahkan Nabi Muhammad SAW
perekonomian umat dan menjadi salah satu
sendiri mempraktikkan teknik kemitraan
alternatif masyarakat bisnis, yang di
seperti ini. yang kemudian kemitraan-
wujudkan dalam sebuah lembaga keuangan
kemitraan bisnis berdasarkan bagi hasil
Syariah yang berdasar pada hukum Islam.
seperti ini terus berlanjut dan berkembang
Dalam Islam dinyatakan bahwa riba itu
hingga sekarang.
haram, sehingga dalam mekanisme lembaga
keuangan Syariah tidak menerapkan sistem Daftar Pustaka
bunga, karena bunga itu sedikit atau banyak Al-Qur'an dan Terjemahnya
termasuk riba dan riba adalah hukumnya Mervyn Lewis dan Latifa Algaoud,
Perbankan Syariah Prinsip, Praktik,
haram. Dan Prospek. Jakarta: t.tp, 2001.
Konsep bagi hasil adalah kerja al-A'dhami, Muhammad Dhiya al-Rahman.
sama antara dua pihak dalam mejalankan al-Minah al-Kubro Syarhun wa
Takhrijun li al-Sunan al-Sughra,
usaha. Yang terdiri atas pihak pengusaha
Riyadh, Maktabah al-Ruyd, 10020.
dan pemberi modal, yang mana kedua- Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah
duanya berhak atas hasil usaha yang mereka Dari Teori Ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani. 2001.
jalankan. Karena tidak ada yang dapat
al-A'dhami, Muhammad Dhiya al-Rahman.
memastikan berapa keuntungan yang akan al-Minah al-Kubro Syarhun wa
Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 18
Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) Vol. 2. No. 1. Juli 2019
e-ISSN: 2621-606X Hal: 1-19

Takhrijun li al-Sunan al-Sughra,


Riyadh, Maktabah al-Ruyd, 10020.
al-Baghdady, ABu 'Ubaid al-Qasim bin
SAlam biin Abd ALlah al-Harwy.
Kitab al-Amwal. Beirut: Dar al-Fikr,
1983.
al-Bukhary, Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin al-Mughirah. ABu 'Abd
Allah, Shahih al-Bukhary, Riyadh:
Dar Thauq al-Najat, 1442.
Muhamad, Metodologi penelitian Pemikiran
Ekonomi Islam. yogyakarta: Uji
Press. 2002.
al-Naisabury, Muslim bin al-Hajaj Abu al-
Hasan al-Qusyairi. Shahih Muslim.
Beirut: Dar Ihya al-Turat al-'Araby,
t.th.
al-Qazwainy, Ibn Majah Abu Abd Allah
Muhammad bin Yazid. Sunan Ibn
Majah. Beirut: Dar Ihya al-Kutub al-
Arabiyah, 1002.
Sumitro, Warkum. Dasar-dasar Memahami
Hukum Islam di Indonesia.
Surabaya: Usaha Nasional, 1996.
al-Tabrani, Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub
bin Matir al-Lahmi al-Syami, Abu
al-Qasim. Musnad al-Syamiyin.
Beirut: Muassasah al-Risalah, 1984.

Konsep Bagi Hasil dalam Perspektif Islam 19

Anda mungkin juga menyukai