CJR Ahmad Dai Robby Manajemen Kurikulum
CJR Ahmad Dai Robby Manajemen Kurikulum
U
N
OLEH:
NIM: 0332213034
Dosen Pembimbing
Dr. MARA SAMIN LUBIS,M.Pd
B. KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT dengan ucapan Alhamdulillah dan Sholawat bertangkaikan
Salam dengan Ucapan Allahumma Sholli „ala sayyidina Muhammad wa „ala ali Muhammad,
semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari kemudian kelak, amin…
Saya mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak Dr. Mara Samin Lubis, M.Pd
selaku dosen pengampu pada mata kuliah Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian tugas Critical Journal Review ini. Dalam penyusunannya
penulismasih dalam tahap belajar dan sadar masih jauh dari kesempurnaan.
C. IDENTITAS JURNAL
Judul Jurnal : Konstelasi kurikulum pendidikan di indonesia
Nama Jurnal : Pendidikan dan Pembelajaran
Penulis : Rustam abong
Penerbit : At-Turats
Halaman : 11 Halaman
Tahun Terbit 2015
Volume : Volume 9 Nomor 2
ISBN :-
Email : rustamabong@yahoo.com.sg
Bahasa : Bahasa Indonesia
Jurnal ini berisikan tentang kurikulum yang dipelajari/yang dipakai penduduk indonesia
dari tahun 1975 - kurikulum 2013. Pada kurikulum 1994 terjadi pengkeritikan terhadap
kurikuum tersebut dikarenakan terlalu banyaknya materi atau mata peajaran yang terlalu padat
membuat para siswa menjadi cepat jenuh.
Pada tahun 2000 diberlakukan kurikulum berbasis kopetensi dan masuk pada sistem KBK
pada tahun 2004 setelah ini pada tahun 2006 pemerintah merubah kurikulum di Indonesia
menjadi KTSP sampailah sekarang KTSP dan kurikulum 2013 di langsungkan bersamaan agar
para siswa dapat memahami pelajaran yang di perikan oleh satuan pengajar yang disiapkan
pemerintah.
Menurut Agus Suwignyo yang dikutip oleh A. Ferry T. Indratno (Forum
Mangunwijaya, 2008: 107) dalam tulisannya “Kurikulum Beridentitas
penentu mutu pendidikan. Kerakyatan” mengatakan bahwa, “kurikulum memang bukan
satu-satunya. Kurikulum juga bukan perangkat tunggal penjabaran visi pendidikan, meskipun
demikian kurikulum menjadi perangkat yang strategis untuk menyemaikan kepentingan dan
membentuk konsepsi dan perilaku individu warga”.
Belum genap sepuluh tahun, kurikulum 1975 sudah diubah lagi ketika Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dijabat oleh Nugroho Notosusanto dikenal dengan Kurikulum 1984. Adapun
hal yang menonjol dari Kurikulum 1984 adalah dimasukkannya pelajaran Pendidikan Sejarah
Perjungan Bangsa (PSPB) sebagai pelajaran wajib dari sejak Sekolah Dasar (SD) sampai dengan
Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK/MA). Ide dasar yang diinginkan pemerintah (penguasa)
memasukkan mata pelajaran PSPB adalah agar murid mengenal sejarah bangsanya sendiri
dengan lebih baik dan siswa dapat mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah.
Oleh karena itu, pelajaran sejarah pada waktu itu tidak hanya dihafal, melainkan dibuat
menarik agar tumbuh semangat kebangsaan pada peserta didik. Tetapi materi PSPB belum lama
diluncurkan sudah menimbulkan kontroversi karena dinilai tumpang tindih dengan pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Sejarah Nasional, dan Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang
kesemuanya bicara tentang sejarah nasional Indonesia.
Bandingkan perbedaannya dengan Kurikulum 1984 yang proses pemunculannya amat
cepat, langsung diganti dengan Kurikulum 1994 yang dipersiapkan cukup lama karena dimulai
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan. Asumsinya, Kurikulum 1994 akan jauh
lebih baik dari Kurikulum 1984. Hal yang menonjol dari Kurikulum 1994 ini adalah dominasi
mata pelajaran matematika serta bahasa (Indonesia dan Inggris) dalam seluruh jenjang
pendidikan.
Di dalam jurnal Kurikulum adalah bagian penting dalam pendidikan dimana kualitas
suatu Negara ditentukan oleh kualitas pendidikan. Dalam pendidikan juga dapat membantu para
siswa untuk mengembangkan keterampilan dan minat mereka sesuai dengan apa yang ada
didasari didalam dirinya. Peserta didik juga diharapkan mampu untuk lebih aktif berpartisipasi
dalam perkembangan dan kemajuan negaranya.
Generasi Muda yang berpendidikan di Zaman sekarang ini adalah aset Negara yang tak
ternilai. Hal ini juga tak luput dari adanya kerjasama dalam penerapan pola kurikulum yang juga
masih berhubungan dengan manajemen pendidikan untuk memperoleh hasil yang optimal dan
mencapai tujuan tertentu.
ABSTRACT
Curriculum in Indonesia is always related to the constellation of power, and therefore the
direction and substance of the curriculum are determined by the decision of state authorities and
non-state subsystems, or complying to a certain notion and concept of education. Constellation
of power and complexity of curriculum can be seen in the instruction of Competency-Based
Curriculum (KBK), school-based curriculum (KTSP) and 2013 Curriculum. After all, there is
no guarantee that these curriculums will be able to develop students‟ competency and build
their character in line with the national education goals as mandated by Law No. 20/2003 on
National Education System. In fact, there is nothing wrong with the curriculum; it is the fault
of policy makers of education. The Indonesian people need political will of the government.
Curriculum is not the only factor that determines the quality of education. Nor is it the only
tool to realize the vision of education. However, curriculum can serve as a strategic device to
seed the interests of power. Changes in curriculum in fact generate a strong constellation of
power in the curriculum itself, especially in determining the content of education, so no wonder
education in Indonesia is “subjugated” by curriculums with business and political interests.
yang terlalu padat, dan membuat proses bela- amat cepat, langsung diganti dengan Kuri-
jar mengajar, buku teks, dan Evaluasi Belajar kulum 1994 yang dipersiapkan cukup lama
Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) atau se- karena dimulai oleh Menteri Pendidikan dan
karang dikenal dengan nama Ujian Nasional Kebudayaan Fuad Hassan. Asumsinya, Kuri-
(UN) menjadi seragam. Kemudian semakin kulum 1994 akan jauh lebih baik dari Kuri-
menjadi kompleks lagi diadakan kurikulum kulum 1984. Hal yang menonjol dari Kuri-
suplemen tahun 2000, kemudian diberlaku- kulum 1994 ini adalah dominasi mata pelaja-
kannya Kurikulum Berbasis Kompetensi ran matematika serta bahasa (Indonesia dan
(KBK) tahun 2004. Lebih kompleks lagi pada Inggris) dalam seluruh jenjang pendidikan.
tahun 2006, KBK dirubah menjadi Kuri- Tetapi Kurikulum 1994 juga menuai kritik
kulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disebabkan minimnya pelajaran seni,
tahun 2008 sampailah sekarang KTSP dan baik seni rupa, seni suara, seni musik, seni
Kurikulum 2013 diberlakukan secara bersa- karya dan seni-seni lainnya. Sebagaimana
maan, tergantung kesiapan satuan pendidikan yang dikatakan oleh Darmaningtyas (2004:
masing-masing yang berlaku secara nasional. 81) bahwa Kurikulum 1994 sebagai proses
Belum genap sepuluh tahun, kuriku- pemiskinan cita rasa seni kita sebagai ma-
lum 1975 sudah diubah lagi ketika Menteri nusia karena manusia direduksi hanya untuk
Pendidikan dan Kebudayaan dijabat oleh menguasai teknologi saja”.1
Nugroho Notosusanto dikenal dengan Kuri- Kurikulum 1994 dalam prosesnya ti-
kulum 1984. Adapun hal yang menonjol dari dak lepas juga dari konstelasi penguasa (pe-
Kurikulum 1984 adalah dimasukkannya pe- merintah), seperti mata pelajaran Pendidikan
lajaran Pendidikan Sejarah Perjungan Bang- Moral Pancasila (PMP) dirubah menjadi
sa (PSPB) sebagai pelajaran wajib dari sejak Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Dalam kurikulum ini unsur pendidikan ke-
Menengah Atas (SMA/SMK/MA). Ide dasar warganegaraan mulai dimasukkan. Materi
yang diinginkan pemerintah (penguasa) me- PSPB yang dalam Kurikulum 1984 menja-
masukkan mata pelajaran PSPB adalah agar di jam tersendiri, resmi dihapuskan. Begitu
murid mengenal sejarah bangsanya sendiri juga dengan penjurusan SMA diubah lagi,
dengan lebih baik dan siswa dapat mengambil didasarkan pada nilai akhir kelas II atau
pelajaran dari peristiwa sejarah. Oleh karena dinilai pada saat naik kelas III dan jenis pen-
itu, pelajaran sejarah pada waktu itu tidak ha- jurusannya dikembalikan seperti semula, yai-
nya dihafal, melainkan dibuat menarik agar tu Jurusan IPA, IPS, Agama dan Bahasa dan
tumbuh semangat kebangsaan pada peserta
didik. Tetapi materi PSPB belum lama dilun- 1 Para penyusun kurikulum tampaknya lupa bah-
wa teknologi hanya dapat berkembang dengan
curkan sudah menimbulkan kontroversi kare-
baik bila muncul kreativitas dan inovasi di mas-
na dinilai tumpang tindih dengan pelajaran yarakat. Sedangkan kreativitas dan inovasi itu ter-
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Sejarah Nasi- bangun dan dapat tumbuh, salah satunya melalui
onal, dan Pendidikan Moral Pancasila (PMP) seni budaya. Kehidupan manusia tanpa seni juga
menjadikan manusia sangat steril sehingga selalu
yang kesemuanya bicara tentang sejarah nasi-
merasa terasing dari alam keramaiannya, merasa
onal Indonesia. ada sesuatu yang hilang dari hidupnya. Tetapi say-
Bandingkan perbedaannya dengan ang, apreasi seni tidak memperoleh tempat
Kurikulum 1984 yang prosespemunculannya dalam lembaga pendidikan formal terutama yang
termuat dalam Kurikulum 1994.
AT-TURATS, Vol.9 Nomor 2 Desember Tahun 2015
40 Konstelasi Kurikulum Pendidikan di Indonesia
tan bagi murid untuk aktif bertanya dan mem- diamanatkan pada bagian penjelasan umum
berikan informasi. Guru lebih berperan se- Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Jadi
bagai pendamping, fasilitator dan rekan yang sebenarnya baik KTSP maupun KBK dia-
mengajak murid untuk melakukan eksplorasi manatkan oleh produk hukum yang sama.
belajar. Persoalannya adalah mungkinkah suatu butir
Diberitakan surat kabar Kedaulatan ketentuan hukum dalam sebuah produk hu-
Rakyat, 16 Mei 2006 yang dikutip oleh M. kum menghasilkan butir ketentuan lain da-
Joko Susilo (2007: 25) bahwa KBK adalah lam pruduk hukum yang sama?. Lagi pula ka-
kurikulum pendidikan yang berubah-ubah lau dicermati tampak bahwa KTSP mengatur
dan jadi “kebingungan” tersendiri bagi pen- distribusi kewenangan dalam pembelajaran
didik maupun peserta didik. Dengan KBK terutama dalam hal strategi, metode pembe-
peserta didik seakan-akan menjadi kelinci lajaran kepada sekolah dan guru. Sedangkan
percobaan Pemerintah untuk menemukan KBK adalah memandu arah pembelajaran da-
kurikulum mana pengaruhnya lebih besar lam kelas. Dengan demikian KBK dan KTSP
terhadap mutu pendidikan. Jadi tidak heran sebenarnya saling melengkapi.
jika Pemerintah melakukan kebijakan belum KBK dan KTSP juga sama-sama me-
genap satu tahun kurikulum, sudah diusulkan nekankan pentingnya partisipasi kreatif guru
untuk diganti dengan kurikulum yang lain. dan proses belajar yang berpusat pada siswa
Akan lebih parah lagi pergantian kurikulum (student centered learning). Guru ditantang
tersebut diikuti dengan pergantian buku dan menciptakan suasana belajar yang kontekstu-
ini menjadi ladang bisnis pihak-pihak tertentu al dengan lingkungan keseharian peserta di-
untuk memperkaya diri, dimana peserta didik dik. Demikian juga pembelajaran menekank-
diwajibkan untuk membeli buku tersebut. an suasana yang menyenangkan. Proses pem-
M. Joko Susilo (2007: 25) menga- belajaran harus interaktif, menantang dan
takan KBK adalah “kurikulum berbasis ke- memotivasi peserta didik, memberi ruang
bingungan”, mungkin itu lebih tepat untuk prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
mengistilahkan kurikulum pendidikan terse- dengan bakat, minat, fisik danperkembangan
but yang selalu gonta ganti. KBK tidak terlalu psikologis peserta didik.
lama pemberlakuannya dan belum sepenuh- Meskipun demikian kedua kuriku-
nya diterapkan di sekolah-sekolah terutama lum ini pada saat diluncurkan memiliki kesa-
di daerah-daerah pedalaman, perbatasan, dan maan persoalan, yakni ketika KBK diluncur-
pantai, bahkan ada sekolah yang belum sem- kan kesiapan guru diragukan, hal yang sama
pat dilaksanakan sosialisasi tentang KBK, juga pada KTSP. Memang pada kenyataan-
kemudian oleh Pemerintah diganti lagi den- nya sepanjang pengetahuan penulis ketika
gan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menanyakan persoalan ini dengan guru-guru,
(KTSP). ternyata masih banyak guru yang bingung
Kurikulum KTSP sebenarnya sudah harus berbuat apa saat KTSP diterapkan.
terendus dalam Undang-Undang Nomor Teorinya memang mudah, tetapi praktiknya
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan sulit. KTSP banyak dipandang membingung-
Nasional, pada Pasal 36 Ayat 2. Juga apa kan guru. Bagaimana tidak bingung, pembe-
yang disebut KBK, yang diluncurkan dua lajaran dan penyusunannya dituntut kreatif
tahun sebelum KTSP, secara eksplisit telah dari sekolah dan guru, sementara penilaian-
DAFTAR PUSTAKA
Nasution,S.1997.PengembanganKurikulum.
. 1998. Prinsip
dan Landasan Pengembangan
Kurikulum. Jakarta: P2LPTK
Depdikbud.