Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGERTIAN DASAR NEGARA, PANCASILA SEBAGAI DASAR


NEGARA INDONESIA, HUBUNGAN PANCASILA DENGAN
PEMBUKAAN UUD NKRI TAHUN 1945,
PENJABARAN PANCASILA DALAM
BATANG TUBUH UUD NRI
TAHUN 1945

Dosen Pengampu : Fitra Endi Fernanda M.Pd

1. CINTA PRITA SALMA 12. SABRINA WINDY ARSELLY


2. DEVI YUNITA 13. SELVI ANGGAERINI
3. ELSA PUTRIA 14. SESILIA VANESSA CORPLINE
4. GHEFIRA AYU AZZAHWA 15. SEPTI WULANDARI
5. JEA SALSABILA FAUZIA A 16. SERLI FERNANDA
6. JESIKA ABEL ANGGEL LIA 17. SHAFIRA ZAKY MAULIDIA
7. MELI PUSPITA DEWI 18. SHAKIRA LISTI PUTRI DEWANI
8. NADIA SAFITRI 19. VIOLA APRILIA KURNIA PUTRI
9. REZA ZILVANIA 20. VIRNA ZULIA
10. RIZKY AMELIA WINDI 21. ROSA SALSA BILLA
11. RIRIN APRILIA

S1 KEBIDANAN REGULER
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa,
artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa
saja yang melanggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut
hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain pengamalan
Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi hukum. Sedangkan
pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila
dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai
sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang
terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan kehidupannya,
sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif
memaksa. Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai
pandangan hidup dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum
tetapi mempunyai sifat mengikat.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya
sebagai dasar Negara, yang merupakan landasan ideal bangsa Indonesia dan
Negara Republik Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional
atau ideologi Negara. Artinya pancasila merupakan satu ideologi yang dianut
oleh Negara atau pemerintah dan rakyat Indonesia secara keseluruhan, bukan
milik atau monopoli seseorang ataupun sesuatu golongan tertentu. Sebagai
filsafat atau dasar kerohanian Negara, yang merupakan cita-cita bangsa,
Pancasila harus dilaksanakan atau diamalkan, yang mewujudkan kenyataan
dalam penyelenggaraan hidup kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan
kita. Bila terjadi kesenjangan dalam kehidupan kenegaraan dan
kemasyarakatan, kita harus kembali kepada filsafat Negara Republik
Indonesia untuk mencari jalan keluarnya atau untuk meluruskan kembali.
Istilah demokrasi itu sendiri, tidak termaktub dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang memuat
Pancasila. Namun, esensi demokrasi terdapat dalam Sila keempat Pancasila,
Kedaulatan Rakyat yang dipimpin oleh hikmah kebijaksnaan berdasar
Permusyawaratan/ Perwakilan. Sejauh apa demokrasi kita merupakan
perwujudan Sila keempat itu? Pancasila yang mempunyai hierarki dalam
setiap sila-sila dalam pancasila yang mempunyai wujud kepedulian terhadap
bangsa Indonesia. Sila pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang
mempunyai arti bahwa negara dan bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan
dan Mempercayai agama dan melaksanakan ajaran-ajaran agama yang dianut
oleh bangsa Indonesia. Sila yang kedua sampai sila kelima merupakan sebuah
akisoma dari sisi humanisme bangsa Indonesia itu sendiri. Dengan masyarakat
Indonesia yang dikatakan heterogen, yang mempunyai kebudayaan, bahasa,
suku yang berbeda-beda, maka Pancasila inilah yang menjadi sebuah kekuatan
untuk mempersatukan masyarakat yang heterogen ini (Bhineka Tunggal Ika).
Pancasila tidak memandang stereotype suatu suku, suatu adat, atau budaya.
Integrasi masyarakat yang heterogen menjadi masyarakat yang homogen dapat
terwujud bila adanya rasanya persatuan dan kesatuan. Dinamika masyarakat
yang heterogen menjadikan kekuatan Indonesia dalam menjadikan sebuah
yang dinamakan “bangsa”, tetapi dapat menghancurkan Indonesia itu sendiri
bila tidak ada rasa untuk bersatu.
Ketika para pendiri bangsa ini merumuskan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, sudah tentu ingin memberikan system
ketatanegaraan yang terbaik bagi bangsa ini. Yang terbaik itu, adalah yang
sesuai dengan kondisi bangsa yang sangat plural, baik dari aspek etnis, agama,
dan sosial budaya. Bahwa kedaulatan ditangan rakyat, mekanismenya berdasar
Permusyawaratan/Perwakilan.
Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi,
yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan
rakyat namun tetap dalam koridor hukum. Hal ini tertuang pada pasal 1 ayat
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”. Dalam pasal ini kita dapat melihat bahwa
demokrasi itu sendiri dapat diartikan sebagai pemerintahan dari, oleh, dan
untuk rakyat dalam tertib perundang-undangan. Oleh karena itu, dalam Negara
demokrasi seperti Indonesia menghendaki atau menuntut pertanggung
jawaban dari yang memerintah. Sehingga dalam pelaksanaannya, pemerintah
yang berjalan secara demokratis tidak boleh melanggar hak-hak asasi
perorangan atau kelompok atau melainkan harus melindungi hak asasi
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945?
2. Bagaimana penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945?

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
2. Untuk mengetahui penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila
Pengertian Pancasila Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia.
Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta : "panca" berarti lima "sila"
berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pengertian
Pancasila wajib dipahami setiap Warga Negara Indonesia. Pasalnya, Pancasila
merupakan ideologi bangsa Indonesia dan juga merupakan dasar negara.
Semua hukum yang berlaku di Indonesia, bersumber dari Pancasila. Eksistensi
Pancasila merupakan bagian penting bagi bangsa Indonesia. Hal ini
disebabkan karena Pancasila menjadi satu-satunya landasan paling utama bagi
bangsa Indonesia untuk menjalankan kehidupan bernegara. Pengertian
Pancasila adalah dasar negara serta falsafah bangsa dan negara Republik
Indonesia yang terdiri atas lima sila, yaitu
(1) Ketuhanan Yang Maha Esa
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
(3) Persatuan Indonesia
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
(5) Keadilan sosial bagi selurah rakyat Indonesia.
Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pancasila sebagai dasar
nilai pengembangan ilmu, artinya bahwa kelima Pancasila merupakan
pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Beberapa teminologi yang dikemukakan para pakar untuk
menggambarkan peran Pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengertian Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu juga dapat mengacu pada bebarapa jenis pemahaman.
Salah satunya adalah bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Adapun implementasi Pancasila sebagai
dasar nilai pengembangan ilmu adalah:
1. Nilai Ketuhanan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Ilmu pengetahuan
harus tetap menjaga keseimbangan antara rasional dan irasional,
keseimbangan antara akal, rasa, dan kehendak. Sila pertama menempatkan
manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan sebagai
bagian yang sistematik dari alam semesta yang diolahnya. Pancasila
sebagai dasar pengembangan ilmu dalam mengamalkan komitmen etis
ketuhanan ini, Pancasila harus didudukan secara proporsional, bahwa ia
bukanlah agama yang berpretensi mengatur sister keyakinan, sistem
peribadatan, sistem norma dan identitas keagamaan dalam ranah privat dan
ranah komunitas agama masing-masing. Pada sila ketuhanan yang maha
esa ini juga melengkapi ilmu pengetahuan, menciptakan keseimbangan
antara yang logis dan tidak logis, serta mengklasifikasikan antara rasa dan
akal. Berdasarkan sila pertama, ilmu pengetahuan tidak hanya memikirkan
apa yang ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan, tetapi juga
mempertimbangkan maksud dan akibat kepada kerugian atau keuntungan
manusia dan lingkungan.
2. Nilai Kemanusiaan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Nilai kemanusiaan
yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku
sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani masing-masing, dengan memperlakukan sesuatu hal dengan
sebagaimana semestinya.
a. Memberi arah dan mengendalikan ilmu pengetahuan, ilmu
dikembalikan pada fungsinya semula yaitu kemanusiaan, tidak hanya
untuk kelompok atau lapisan tertentu.
b. Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam
mengembangkan iptek haruslah secara beradab, membangan iptek
harus berdasarkan kepada usaha-usaha yaitu untuk mencapai
kesejateraan umat manusia.
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabadikan untuk peningkatan
harkat dan martabat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai
makhluk yang angkuh dan sombong akibat memiliki ilmu
pengetahuan.
3. Nilai Persatuan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Nilai persatuan
Indonesia memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia akan rasa
nasionalisme bangsa Indonesia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan dan
teknologi harus dapat dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan
dan kesatuan bangsa. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
hendaknya diarahkan demi kesejahteraan umum manusia termasuk di
dalam nya kesejahteraan bangsa Indonesia dan rasa nasionalismenya.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan negara
persatuan itu diperkuat dengan budaya gotong royong dalam kehidupan
masyarakat sipil dan politik dengan terus mengembangkan pendidikan
kewargaan dengan dilandasi prinsip-prinsip kehidupan publik yang lebih
partisipatif dan non-diskriminatif. Sila persatuan Indonesia ini juga
memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia bahwa rasa nasionalisme
akibat perkembangan ilmu pengetahuan dapat terwujud dan terpelihara.
Persaudaraan dan hubungan antar daerah tetap dapat terjalin karena
kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Contoh : penciptaan
aplikasi media sosial seperti facebook, whattsapp, Instagram, dan lain-lain.
Yang dapat memudahkan kita berkomunikasi jarak jauh dengan keluarga,
saudara, kerabat,dan sebagainya.
4. Nilai Kerakyatan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Nilai kerakyatan mendasari pengembangan ilmu pengetahuan dan secara
demokratis, yang artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tetapi juga harus saling
menghormati dan menghargai kebebasan orang lain. Ilmu pengetahuan
yang telah teruji kebenarannya harus dapat dipersembahkan untuk
kepentingan masyarakat. Nilai kerakyatan juga mensyaratkan adanya
wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendalam yang mengatasi
ruang dan waktu tentang materi yang dimusyawarahkan

5. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia ialah nilai keadilan. Negara Indonesia didirikan dengan tujuan
untuk memajukan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, baik lahir
maupun batin. Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang mengakui
dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dengan mengutamakan prinsip
permusyawaratan dalam lembaga perwakilan rakyat. Negara wajib
menjamin setiap warga negaranya untuk mendapatkan pendidikan,
pekerjaan, dan penghidupan yang layak, bermartabat, dan berkeadilan.
Segala pengambilan keputusan senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, dan persatuan. Perwujudannya harus dalam
semangat hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan untuk
mewujudkan keadilan.

B. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Pancasila sebagai dasar negara artinya Pancasila menjadi sumber nilai,
norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang-undangan
yang dibuat dan berlaku di Indonesia. Hal itu berarti peraturan dan hukum
yang berlaku harus bersumber pada Pancasila. Baik yang tertulis maupun yang
tak tertulis. Sebagai dasar negara, secara hukum Pancasila memiliki kekuatan
mengikat semua Warga negaranya. Pengertian mengikat ialah bahwa
ketentuan mengenai pembuatan segala peraturan dan hukum untuk bersumber
pada Pancasila bersifat wajib dan imperatif (memaksa). Dengan kata lain,
tidak boleh ada satu pun peraturan atau hukum di Indonesia yang bertentangan
dengan Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara sudah menjadi kesepakatan
nasional sebagai sumber dari segala sumber hukum yang bersifat tetap dan
tidak bisa diubah-ubah dan Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
tercantum dengan jelas dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Rangkaian kalimat dalam Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan hal itu
adalah sebagai berikut :
“ ..., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Itulah rumusan Pancasila yang sah dan resmi. Rumusan itu tidak disebut
secara khusus dan tersurat sebagai “Pancasila”. Namun, bangsa Indonesia
kemudian mengenalnya sebagai “Pancasila”, artinya lima dasar atau lima asas
Sebagaimana yang ditentukan oleh para pendiri dan pembentuk negara, tujuan
pokok dirumuskannya Pancasila ialah sebagai dasar negara.Karena itu, fungsi
pokok Pancasila ialah sebagai dasar negara.
Setiap negara dibangun atas dasar falsafah tertentu. Adapun falsafah
merupakan perwujudan atau cerminan dari cita-cita dan watak suatu bangsa.
Falsafah setiap bangsa akan berbeda-beda, tergantung pada citacita, jiwa, cara
pandang, dan idealisme dari bangsa yang bersangkutan. Dengan begitu,
dapatlah dikatakan bahwa dasar negara merupakan philosofische
grondslag atau dasar falsafah negara. Dasar falsafah negara merupakan
pedoman cara berpikir, cara pandang, serta cita-cita dari negara dan bangsa
yang bersangkutan sehingga falsafah negara akan mencerminkan watak dan
kepribadian suatu bangsa. Menurut Prof. Notonagoro, sebagai dasar negara,
Pancasila memiliki kedudukan yang istimewa dalam hukum dan kehidupan
bernegara, yakni sebagai pokok kaidah yang sangat fundamental (mendasar).
Karena itulah Pancasila memiliki kedudukan yang tetap, tidak dapat diubah.

C. Nilai-Nilai Pancasila sebagai Dasar Negara


Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara terletak pada kedudukannya
sebagai sumber dari segala sumber hukum di negara Indonesia. Sebagai
sumber dari segala sumber hukum, nilai-nilai Pancasila menjadi pandangan
hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral. Hal ini berlaku dalam
segala bidang kehidupan. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 yang
memuat nilai-nilai Pancasila mengandung empat pokok pikiran yaitu:
1. Pokok pikiran pertama menyebutkan bahwa negara Indonesia adalah
negara persatuan, yakni negara yang melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, mengatasi perseorangan dan golongan.
Hal ini merupakan penjabaran sila ketiga.
2. Pokok pikiran kedua menyebutkan bahwa negara hendak mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Berarti negara
berkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh warga
negara, mencerdasakan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Hal ini sebagai penjabaran sila kelima.
3. Pokok pikiran ketiga menyebutkan bahwa negara berkedaulatan rakyat
berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.Pokok
pikiran ini menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara
demokrasi. Hal ini merupakan penjabaran sila keempat.
4. Pokok pikiran keempat menyebutkan bahwa negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.Pokok pikiran ini mengandung pengertian bahwa negara
Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan agama dalam
pergaulan hidup bermasyarakat dan bernegara. Hal ini merupakan
penjabaran sila pertama dan kedua.
Empat pokok pikiran itu merupakan dasar fundamental dalam pendirian
negara.

D. Penjabaran Pancasila dalam batang tubuh UUD Negara Republik


Indonesia tahun 1945
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, berarti segala
bentuk hukum di Indonesia harus diukur menurut nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, dan didalam aturan hukum itu harus tercermin kesadaran dan
rasa keadilan yang sesuai dengan kepribadian dan falsafah hidup bangsa.
Hukum di Indonesia harus menjamin dan menegakkan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang merupakan pencerminan
Pancasila dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam batang tubuh UUD 1945
serta penjelasannya.
Berdasarkan hasil amandemen dan pengelompokan keseluruhan Batang
Tubuh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, berikut disampaikan
beberapa contoh penjabaran Pancasila kedalam batang tubuh melalaui pasal-
pasal UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

E. Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara


Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum
yang dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dipertanggung-jawabkan.
Pasal 3 ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD ayat
(2) : MPR melantik Prisiden dan/atau Wakil Presidenayat (3): MPR hanya
dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD
MPR RI telah melakukan amandemen UUD 1945 sebanyak empat kali
secara berturut-turut terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9
November 2001, dan 10 Agustus 2001. Keseluruhan batang tubuh UUD NRI
tahun 1945 yang telah mengalami amandemen dapat dikelompokkan menjadi
tiga bagian, yaitu:
1. Pasal-pasal yang tertakait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan
negara
2. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang
meliputi warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial
3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera
negara, bahasa negara, lambing negara, lagu kebangsaan, peerubahan
UUD, aturan peralihan, dan aturan tambahan.

F. Hubungan Pembukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila


Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 dapat dipahami
sebagai hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan secara formal,
seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara
formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata
kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik,
akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat
padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan
yang unsur-unsurnya terdapat dalam Pancasila.
Hubungan Pembukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang
tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung
pengertian Pembukaan UUD 1945 merupakan penyebab keberadaan batang
tubuh UUD 1945, sedangkan hubungan organis berarti pembukaan dan batang
tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD 1945 yang
bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja
merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi hukum positif.
Pancasila adalah sebagai inti Pembukaan UUD 1945, sehingga mempunyai
kedudukan kuat, tetap dan tidak dapat diubah. Pembukaan UUD 1945 sebagai
pokok kaidah negara fundamental secara hukum tidak dapat diubah oleh
siapapun termasuk MPR dan DPR. (Landasan Hukumnya Tap MPRS Nomor
XX/MPRS/1966 No Tap MPR No. V/MPR/ 1973 dan TAP MPR No.
IX/MPR/1978). Mengubah Pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan
negara proklamasi. Oleh karena itu, alinea keempat (yang memuat Pancasila)
juga bersifat tetap (tidak dapat diubah), melekat kuat pada kelangsungan hidup
negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum dan tertib hokum Republik Indonesia, perumusan otentiknya termuat
dalam pembukaan yang telah pasti demi kepastian hukumnya. Oleh karena itu,
Pancasila merupakan substitusi esensial Pembukaan UUD 1945.
Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian
bangsa, maka Pancasila diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup
kenegaraan. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 adalah
bahwa pokok-pokok pikiran Pembukaan tidak lain adalah sila-sila Pancasila.
Pokok-pokok pikiran tersebut antara lain negara persatuan, negara hendak
mewujudkan keadilan seluruh rakyat Indonesia, Negara yang berkedaulatan
rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan dan negara berdasar
atas Ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab Pancasila sebagai cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa
Indonesia tersebut merupakan norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara
dan yang menjadi sumber hukum sekaligus sebagai cita hukum (recht-idee),
baik tertulis maupun tidak tertulis di Indonesia. Cita-cita ini secara langsung
merupakan cerminan kesamaan-kesamaan kepentingan di antara sesama warga
bangsa.
Pancasila dasar negara kita dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan
masyarakat Indonesia yang berasal dari pandangan hidup bangsa yang
merupakan kepribadian, bangsa perjanjian luhur serta tujuan yang hendak
diwujudkan. Karena itu pancasila di jadikan ideologi negara. Pancasila
merupakan kesadaran cita-cita hukum serta cita-cita moral luhur yang
memiliki suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia, melandasi prolamasi
kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Pembukaan UUD 1945 yang membuat dasar falsafah negara pancasila,
merupakan satu keasatuan nilai dan norma yang terpadu yang tidak dapat
dipisahkan dengan rangkaian pasal-pasal dan batang tubuh UUD 1945. hal
inilah yang harus kita ketahui, dipahami dan dihayati oleh setiap orang
Indonesia.
Ketuhanan yang merupakan perintah secara pokok itu perlu diberi
penjelasan. Hal itulah yang termuat dalam penjelasan otentik Undang-Undang
Indonesiaa. Jadi pancasila adalah jiwa, ini sumber dan landasan UUD 1945.
Secara teknis dapat dikatakan bahwa pokok- pokok pikiran yang terdapat
dalam pembukaan UUD 1945 adalah garis besar cita- yang terkandung dalam
pancasila. Batang tubuh UUD 1945 merupakan pokok-pokok nilai- nilai
pancasila yang disusun dalam pasal-pasal.
Kedua bagian (kompenan) UUD 1945 tersebutr dijelaskan dalam
penjelasan otentik Seperti telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
undang-undang dasar adalah hukum dasar yang tertulis. Hal ini mengandung
pengertian bahwa sebagai hukum,maka undang-undang dasar adalah mengikat
perintah, mengikat tembaga negara dan lembaga masyarakat dan juga
mengikat semua negara indonesia dimana saja dan setiap penduduk warga
Indonesia dan sebagai hukum, maka undang-undang dasar berisi norma-
norma,atura-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakandan
ditaati. UUD bukanlah hukum dasar biasa,melainkan hukum dasar yang
merupakan sumber hukum. Setiap produk hukum misalnya undang-undang,
peraturan pemerintah atau keputusan pemerintah, bahkan setiap kebijak
sanaan pemerintah haruslah berlandaskan atau bersumberkan pada peraturan
yang lebih tinggi,yang pada akhirnya dapat di pertanggung jawaban pada
ketentuan UUD 1945.
Dalam kedudukan yang demikianlah, UUD alam kerangka tata urutan atau
tata tingkatan norma hukum yang berlaku,merupakan hukum yang berlaku
yang menempati kedudukan yang tinggi. Sehubungan dengan undang-undang
dasar juga berfungsi sebagai alat control untuk mengecek apakah norma
hukum yang redah yang berlaku sesuai atau tidak dengan ketentuan undang-
undang dasar.
Selain dari apa yang diuraikan dimuka dan sesuai pula dengan penjelasan
undang-undang dasar 1945, pembukaan undang-undang dasar 1945
mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan batang tubuh undang-
undang dasar 1945 itu sendiri ialah bahwa; pembukaan undang-undang dasar
1945 mengandung pokok-pokok pikiran itu diciptakan oleh undang-undang
dasar 1945 dalam pasal-pasalnya.
Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila dan dengan memperhatikan hubungan dengan batang tubuh UUD
yang memuat dasar falsafah negara pancasila dan UUD 1945 merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan merupakan rangkaian kesatuan
nilai dan norma yang terpadu. UUD 1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal
yang merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran terkandung dalam
UUD 1945 yang tidak lain adalah pokok pikiran: persatuan Indonesia,
keadilan sosial, kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan dan ketuhanan Yang Maha Esa menurut
kemanusiaan yang adil dan beradab, yang tidak lain adalah sila dari pancasila,
sedangkan Pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur yang telah
mampu memberikan semangat kepada dan terpancang dengan khidmat dalam
perangkat UUD 1945. Semangat dan yang disemangati pada hakikatnya
merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Seperti telah disinggung di muka bahwa di samping Undang-Undang
dasar, masih ada hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupkan sumber
hukum, yang menurut penjelasan UUD 1945 merupakan ‘aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun
tidak tertulis’. Inilah yang dimaksudkan dengan konvensi atau kebiasaan
ketatanegaraan sebagai pelengkap atau pengisi kekosongan yang timbul dari
praktek kenegaraan, karena aturan tersebut tidak terdapat dalam Undang-
Undang dasar.
UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal ditambah dengan Empat pasal
Aturan Peralihan dan dua ayat aturan Tambahan, maka UUD 1945 termasuk
singkat dan bersifat supel atau fleksibal. Dalam hubumgan ini penjelasan
UUD 1945 mengemukakan bahwa telah cukuplah kalau Undang-Undang
dasar hanya memuat aturan-aturan pokok garis-garis besar sebagai instruksi
kepada Pemerintah Pusat dan lain-lain penyelenggaraan negara untuk
menyelenggarakan kehidupan negara. Undang-Undang dasar yang disingkat
itu sangat menguntungkan bagi negara seperti Indonesia ini yang masih harus
terus berkembang secara dinamis, sehingga dengan aturan-aturan pokok itu
akan merupakan aturan yang luwes, kenyal, tidak mudah ketinggalan zaman,
sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu
diserahkan kepada Undang-Undang yang lebih mudah caranya membuat,
menubah dan mencabut. Oleh karena itu, makin supel (elastic). Sifatnya aturan
itu makin baik. Jadi kita harus menjadi supaya sistem Undang-Undang dasar
jangan sampai ketinggalan zaman. Yang penting dalam pemerintahan dan
dalam hal hidupnya negara ialah semangat para pemimpin pemerintahan.
Yaitu semangat yang dinamis, positif dan konstuktif seperti yang dikehendaki
oleh pembukaan UUD 1945.
Dalam pengertian yang bersifat yuridis kenegaraan, Pancasila yang
berfungsi sebagai dasar negara tercantum dalam Alinea Keempat Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dengan jelas menyatakan,
“.....maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdaar
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi selutuh rakyat Indonesia”.
Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai
dasar negara pada hakikatnya adalah sumber dari segala sumber hukum atau
sumber tertib hukum di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978). Hal ini
mengandung konsekuensi yuridis, yaitu bahwa seluruh peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Praturan-peraturan Pelaksanaan lainnya
yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia) harus
sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata lain, isi dan tujuan
Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang
dari jiwa Pancasila.
Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat dipahami sebagai
hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan secara formal, seperti
dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara formal
di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan
bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan
tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya,
yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang
unsure-unsurnya terdapat dalam Pancasila.
1) Hubungan Secara Formal
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan
UUD 1945, maka Pancasila memperolehi kedudukan sebagai norma dasar
hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya
bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik, yaitu perpaduan asas-
asas kultural, religius dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya terdapat
dalam Pancasila.
Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secarta formal dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV.
b. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah,
merupakan pokok kaedah Negara yang Fundamental dan terhadap
tertib hukum
c. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan
berfungsi, selain sebgai Mukaddimah dan UUD 1945 dalam kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatu yang
bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda
dengan pasal-Pasalnya. Karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya
adlah Pancasila tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945,
bahkan sebagai sumbernya.
d. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai
hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi sebagai pokok kaedah negara
yang fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar
kelangsungan hidup negara Republik Indonesia yang di proklamirkan
tanggal 17 Agustus 1945.
e. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat di ubah dan
terletak pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.
2) Hubungan secara material
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang
bersifat formal, sebagaimana di jelaskan di atas juga hubungan secara
material sebagai berikut:
a) Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan
pembukaan UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang di bahas
oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru
kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama
pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara
Pancasila berikutnya tersusunlah piagam jakarta yang di susun oleh
panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama pembukaan UUD 1945.
Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD
1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum
Indonesia bersumber pada Pancasila, atau dengan kata lain sebagai
sumber tertib hokum Indonesia. Hal ini berarti secara material tertib
hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia meliputi
sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat. Selain itu dalam
hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya
secara material yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah
negara fundamental tersebut tidak lain adalah Pancasila Pembukaan
yang berintikan Pancasila merupakan sumber bagi batang tubuh UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini disebabkan karena
kedudukan hukum Pembukaan berbeda dengan pasal-pasal atau batang
tubuh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu bahwa
selain sebagai Mukadimah, Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mempunyai kedudukan atau eksistensi sendiri.
Akibat hukum dari Pembukaan ini adalah memperkuat kedudukan
Pancasila sebagai norma dasar hukum tertinggi yang tidak dapat
diubah dengan jalan hukum dan melekat pada kelangsungan hidup
Negara Republik Indonesia.
b) Menurut pandangan Kaelan (2000; 92), bilamana proses perumusan
Pancasila dan Pembukaan ditinjau kembali maka secara kronologis
materi yang di bahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar
filsafat pancasila, baru kemudian pembukaan. Setelah siding pertama
selesai, BPUPKI membicarakan Dasar Filsafat Negara Pancasila dan
berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia
Sembilan yang merupakan wujud pertama Pembukaan UUD NRI
tahun 1945.
Dalam tertib hukum Indonesia diadakan pembagian yang hirarkis.
Undang- Undang Dasar bukanlah peraturan hukum yang tertinggi. Di
atasnya masih ada dasar pokok bagi UUD, yaitu Pembukaan sebagai
Pokok Kaidah Negara yang Fundamental yang didalamnya temuat
Pancasila. Walaupun UUD itu merupakan hukum dasar Negara Indonesia
yang tertulis atau konstitusi, namun kedududkannnya bukanlah sebagai
landasan hukum yang terpokok. Menurut teori dan keadaan,sebagaimana
ditunjukkan oleh Bakry (2010: 222), Pokok Kaidah Negar yang
Fundamental dapat tertulis dan juga tidak tertulis. Pokok Kaidah yang
tertulis mengandung kelemahan, yaitu sebagai hukum positif, dengan
kekuasaan yang ada dapat diubah walaupun sebenarnya tidak sah.
Walaupun demikian, Pokok Kaidah yang tertulis juga memiliki kekuatan,
yaitu memiliki formulasi yang tegas dan sebagai hukum positif
mempunyai sifat imperative yang dapat dipaksakan.
Pokok Kaidah yang tertulis bagi negara Indonesia pada saat ini diharapkan
tetap berupa pembukaan UUD NRI tahun 1945. Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 tidak dapat diubah, karena menurut Bakry (201: 222), fakta
sejarah yang terjadi hanya satu kali tidak dapat diubah. Pembukaan UUD
RI tahun 1945 dapat juga tdak digunakan sebagai Pokok Kaidah tertulis
yang dapat diubah oleh kekuasaan yang ada, sebagaimana perubahan
ketatanegaraa yang pernah terjadi saat berlakunya Mukadimah UUDS
1950.
Sementara itu, Pokok Kaidah yang tidak tertulis memiliki kelemahan,
yaitu karena tidak tertulis maka formulasinya tidak tertentu dan tidak jelas
semingga mudah tidak diketahui atau tidak di ingat. Walaupun demikian,
Pokok Kaidah terulis juga memiliki kekuatan, yaitu tidak dapat diubah
atau dihilangkan oleh kekuasaan karena bersifat imperative moral dan
terdapat dalm jiwa bangsa Indonesianya (Bakry, 2010: 223).
Pokok Kaidah yang tidak tertulis mencakup hukum Tuhan, hukum kodrat,
dan hukum etis. Pokok Kaidah yang tidak tertulis adalah fundamen moral
negara, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab”.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pancasila merupakan falsafah dan dasar negara Republik Indonesia
sebagai pedoman bagi segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila terdiri atas lima sila
yang mengandung nilai-nilai di dalamnya, nilai-nilai tersebut diwujudkan
sebagai pengamalan dalam kehidupan masyarakat.
Seiring dengan arus globalisasi penerapan nilai-nilai Pancasila kian
memudar ditengah-tengah masyarakat, sehingga Pancasila tidak mampu
lagi menjadi pandangan bagi masyarakat Indonesia, hal ini juga meliputi
para generasi muda Indonesia. Generasi muda sebagai generasi penerus
bangsa diharapkan membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa ini
dengan berpedoman pada Pancasila, akan tetapi para pemuda saat ini kian
jauh dari nilai-nilai Pancasila.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada Generasi Muda disarankan untuk lebih meningkatkan
kesadaran akan menerapkan nilai-nilai Pancasila agar sikap yang
dilakukan para generasi muda dapat sesuai dengan visi dan misi dari
negara Republik Indonesia, yaitu menciptakan manusia yang berjiwa
Pancasila dan senantiasa menjadi pemuda-pemuda yang berguna bagi
bangsa dan Negara Indonesia.
2. Kepada masyarakat disarankan untuk terus memperhatikan lingkungan
sekitar akan organisasi-organisasi kepemudaan yang membawa
dampak baik atau dampak buruk bagi kehidupan masyarakat karena
organisasi tersebut dapat berpengaruh bagi para pemuda sebagai
generasi penerus bangsa yang menjadi harapan di masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA

Anak Ciremai. 2016. “Makalah PPKN tentang Hubungan Pancasila”. Online.


(http://www.anakciremai.com/2016/03/makalah-ppkn-tentang-hubungan-
pancasila.html?m=1) Diakses 22 September 2018.

Ria Vinola. 2014. “Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945”. Online.


(http://riaviinola.blogspot.com/2014/09/hubungan-antara-pembukaan-uud
1945_79.html?m=1) Diakses 22 September 2018.

Bhatara Media. (Tidak ada tahun). “Sebutkan dan Jelaskan Hubungan Antara
Pancasila Dengan Pembukaan UUD 1945”. Online.

http://www.bhataramedia.com/forum/sebutkan-dan-jelaskan-hubungan-antara-
pancasila-dengan-pembukaan-uud-1945/ Diakses 22 September 2018.

http://hamiddarmadi.blogspot.com/2018/09/penjabaran-pancasila-dalam-batang-
tubuh.html?m=1
https://idkuu.com/tahapan-perumusan-uud-1945#batang-tubuh

Anda mungkin juga menyukai