2013 S-D-J - Macaca Fascicularis

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013, hlm.

1-6
ISSN 0216-9487

PERILAKU GROOMING Macaca fascicularis Raffles, 1821


DI TAMAN HUTAN RAYA RAJOLELO BENGKULU

Santi Nurul Kamilah1, Deni Saprianto1, Jarulis1


1)
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Bengkulu
Jl. WR. Supratman, Gedung T UNIB Bengkulu
e-mail : kaluang@yahoo.com
Accepted, May 5th 2013; Revised, June 25th 2013

ABSTRACT

Research about grooming behavior of Macaca fascicularis had been carried out from
February to August 2011 in Rajolelo Botanical Garden of Bengkulu. Observation was held
by using continuous sampling method in order to determine the activity of M. fascicularis
after grooming, grooming partner, and the duration of grooming. The research results
showed that grooming mate of M. fascicularis involved almost all levels, age and genders
(either different or same sex), but between male juvenile and infant pairs. Adult males tend
to do allogroming with adult females (44.5%), juvenile males with adult males (2.1%),
juvenile females with adult females (2.6%), while infants with adult females (12.9%).
Grooming for adult M. fascicularis was commonly did after and while feeding activity, on
the other hand, grooming that involved juvenile males and females, and infants were
commonly did during playing activity. Generally, autogrooming behavior was more often
done by adults compared to juveniles or infants. Average time percentage for autogrooming
was highest for adult females (44.16%), followed by adult males (40.91%), juvenile males
(10.16%), juvenile females (4.75 %) and infants (0 %).

Key words: Macaca fascicularis, autogrooming, allogrooming

PENDAHULUAN umum dilakukan dalam kelompok primata.


M. fascicularis bersifat sosial dan hidup Perilaku ini dilakukan dengan tujuan untuk
dalam kelompok yang terdiri atas banyak merawat dan mencari kutu di semua
jantan dan banyak betina (multi male-multi rambutnya (Kartikasari, 1986). Ada dua
female). Dalam satu kelompok, M. macam cara grooming yaitu allogrooming
fascicularis terdiri atas 6-58 individu (Hilda, (grooming yang dilakukan secara berpa-
2008). Dalam kesehariannya jenis ini sangan atau dilakukan dengan individu lain),
banyak melakukan interaksi sosial yang dan autogrooming (grooming yang dilaku-
melibatkan individu-individu anggota kan sendiri atau tidak berpasangan).
kelompok. Tingkatan umur dan jenis kela- Allogrooming yang dilakukan secara
min merupakan faktor yang menentukan berpasangan diasumsikan sebagai perilaku
perilaku sosial yang dilakukan oleh masing- kooperatif bergabung yang akan menghasil-
masing individu (Napier dan Napier, 1985). kan keuntungan bagi kedua pihak.
Interaksi perilaku sosial tersebut diantaranya Allogrooming juga merupakan satu cara
perilaku grooming, bermain, seksual, untuk mempererat hubungan antar individu
bersuara dan perselisihan (Septiana, 1996). (Raharjo, 2008).
Grooming merupakan salah satu Perawat akan merawat telinga, leher,
perilaku sosial dalam bentuk sentuhan yang bahu, punggung dan pantat dari pasangan-
1
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN 0216-9487
nya dengan menggunakan jari-jari tangan, pergerakannya dan mengamati serta menca-
kaki, gigi dan lidah. Perilaku saling merawat tat semua perilaku groomingnya. Setiap
ini merupakan salah satu bentuk yang perilaku grooming yang teramati (baik
menunjukkan persahabatan dalam kelompok allogrooming ataupun autogrooming) akan
(Napier dan Napier, 1985). Salah satu dicatat waktunya mulai dari awal hewan
kelompok M. fascicularis yang dapat target tersebut melakukan grooming, hingga
dijumpai di Bengkulu adalah kelompok grooming selesai dilakukan. Adapun
M. fascicularis yang terdapat di Taman parameter yang dicatat dalam penelitian ini
Hutan Raya Rajolelo Bengkulu yang adalah bentuk grooming (allogrooming atau
terletak di Kecamatan Pondok Kelapa, autogrooming), pasangan grooming, persen-
Kabupaten Bengkulu Tengah atau sekitar 15 tase waktu yang digunakan untuk setiap
kilometer dari Kota Bengkulu. Status aktifitas grooming, serta aktifitas setelah
hirarkhi di dalam kelompok tersebut, usia, grooming.
jenis kelamin, aktivitas sebelum dan setelah
grooming serta jumlah anggota di dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
kelompok mungkin saja dapat memberi Seperti terlihat pada Tabel 1, pasangan yang
pengaruh terhadap aktifitas grooming di paling banyak melakukan grooming yaitu
dalam kelompok M. fascicularis tersebut. pasangan antara jantan dewasa dan betina
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dewasa dengan persentase 44,5% diban-
dilakukan dengan tujuan untuk memban- dingkan dengan pasangan lainnya. Pasangan
dingkan aktifitas pasangan grooming pada ini biasanya melakukan grooming dengan
M. fascicularis berdasarkan kelompok usia cara bergantian atau hanya satu arah.
dan jenis kelamin. Seringkali terlihat setelah grooming selesai
dilakukan, pasangan grooming jantan dan
BAHAN DAN METODE betina melakukan perkawinan. Diduga
Penelitian ini dilakukan pada bulan grooming tersebut dilakukan dengan tujuan
Februari-Agustus 2011 menggunakan untuk saling membersihkan diri dan sebagai
metode continuous sampling. Pengambilan pendekatan untuk menarik simpati pasangan
data dilakukan selama enam jam dalam sebelum melakukan perkawinan seperti yang
sehari mulai dari pukul 06.00-12.00 WIB juga pernah diungkapkan oleh Charles dan
dengan total waktu efektif perjumpaan Dominique (1977) dalam Kartika (2000).
dengan kelompok M. fascicularis yang Berbeda dengan betina dewasa,
diamati sebanyak 216 jam. Untuk memu- grooming antara jantan dewasa dengan
dahkan mendapatkan data, beberapa alat betina juvenil terlihat memiliki durasi waktu
pendukung yang digunakan dalam penelitian yang jauh lebih rendah (0,4%), bahkan lebih
ini antara lain teropong binokuler, stop- rendah dibandingkan dengan grooming yang
watch, dan tabel data lapangan. Pengamatan terjadi antara pasangan jantan dewasa
dilakukan terhadap sebuah kelompok M. dengan jantan dewasa (1,7%). Selama
fascicularis (dewasa, juvenil, dan infant) pengamatan terlihat bahwa juvenil terutama
yang terdapat di Tahura Rajolelo Bengkulu. betina juvenil biasanya terlihat lebih suka
Pengambilan data dilakukan setelah menghindar karena takut terhadap jantan
kelompok M. fascicularis tersebut setelah dewasa. Faktor ini menjadi penyebab
proses habituasi terhadap keberadaan manu- rendahnya kotak fisik berupa aktifitas
sia dirasa sudah cukup. Pengamatan dapat grooming yang terjadi antara jantan dewasa
dilakukan secara langsung maupun dengan dengan betina juvenil, bahkan juga dengan
menggunakan teropong, dengan mengikuti jantan juvenil. Aktivitas grooming antara
2
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN 0216-9487
jantan dewasa dengan infant terlihat lebih dewasa diduga berfungsi untuk meredakan
banyak (9,7%) dibandingkan dengan ketegangan pada saat terjadi konflik di
aktivitas grooming antara jantan dewasa antara individu dalam kelompok. Persaha-
dengan juvenil. Menurut Quiatt dan batan yang baik diantara sesama jantan
Reynolds (1972), walaupun jarang terjadi, dewasa akan sangat membantu dalam usaha
jantan dewasa ikut memelihara infant mempertahankan keselamatan kelompok.
dengan menelisik (grooming), memeluk, Pada kelompok betina dewasa, selain
membawa dan melindunginya. dengan jantan dewasa, grooming lebih
Meski juga sering terlihat adanya banyak terjadi antara sesama betina dewasa
perilaku menyerang antara sesama jantan (23%), kemudian diikuti dengan grooming
dewasa dalam memperebutkan makanan dan antara betina dewasa dengan infant (12,9%).
kesempatan kawin, namun aktifitas Disaat istirahat, betina dewasa terlihat sering
grooming juga terlihat masih ada (1,7%). berkumpul bersama, terutama pada betina-
Diduga perilaku ini merupakan bagian betina dewasa yang memiliki infant.
perilaku yang menunjukkan persahabatan. Kesempatan ini memberikan kemungkinan
Seperti yang juga pernah diungkapkan oleh bagi sesama betina dewasa untuk melakukan
Matheson dan Bernstein (2000) bahwa allogrooming, bahkan juga kadang terlihat
grooming pada pasangan sesama jantan berbagi dalam pengasuhan infant.

Tabel 1. Aktivitas allogrooming kelompok M. fascicularis di Tahura Rajolelo Bengkulu


No. Pasangan grooming Rata-rata Aktifitas setelah grooming
durasi
grooming (%)
1. Jantan dewasa – betina dewasa 44,5 Makan, istirahat, kawin,
berpindah tempat
2. Jantan dewasa – jantan dewasa 1,7 Makan, berpindah tempat
3. Jantan dewasa – jantan juvenil 2,1 Makan, berpindah tempat, bermain
4. Jantan dewasa – betina juvenil 0,4 Makan, berpindah tempat, makan
5. Jantan dewasa – infant 9,7 Berpindah tempat
6. Betina dewasa – betina dewasa 23 Makan, istirahat, berpindah
tempat
7. Betina dewasa – jantan juvenil 0,8 Makan, berpindah tempat, bermain
8. Betina dewasa – betina juvenil 2,6 Makan, istirahat, berpindah
tempat, bermain
9. Betina dewasa – infant 12,9 Istirahat, makan, berpindah
tempat
10. Jantan juvenil – jantan juvenil 0,7 Berpindah tempat, bermain
11. Jantan juvenil – betina juvenil 0,7 Bermain
12. Betina juvenil – betina juvenil 0,3 Makan,berpindah tempat, bermain
13. Betina juvenil – infant 0,2 Istirahat, bermain
14. Jantan juvenil - infant 0 -

3
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN 0216-9487
Cooper dan Bernstein (2000) menyata- Selama pengamatan, pasangan yang
kan bahwa grooming pada pasangan betina tidak pernah teramati melakukan grooming
dewasa dan betina dewasa merupakan yaitu pasangan jantan juvenil dan infant.
bentuk komunikasi, yaitu komunikasi Biasanya jantan juvenil terlihat lebih sering
dengan sentuhan, selain itu selisik juga bermain dan lebih jarang terlihat berkumpul
berfungsi untuk memperkuat hubungan antar dengan betina dewasa yang memiliki infant.
individu dalam satu kelompok. Pada Hal ini menjadi penyebab kecilnya kemung-
umumnya dari lahir sampai dengan mati, kinan terjadinya kontak fisik berupa
betina tetap berada di dalam kelompok. Hal aktivitas grooming yang terjadi antara jantan
tersebut menyebabkan ikatan sosial antar juvenil dengan infant. Pasangan grooming
betina lebih kuat dibandingkan dengan yang melibatkan individu dewasa terlihat
sesama jantan. Ikatan sosial yang kuat melakukan grooming sebagian besar setelah
diantara betina meningkatkan frekuensi atau di sela-sela aktivitas makan, sedangkan
grooming mereka. grooming yang melibatkan individu betina
Infant juga merupakan pasangan juvenil, jantan juvenil ataupun infant lebih
grooming betina dewasa yang memiliki sering terlihat dilakukan di sela-sela waktu
durasi waktu grooming yang cukup tinggi. bermain. Grooming dilakukan dengan tujuan
Grooming terlihat lebih banyak terjadi satu untuk membersihkan semua sisa-sisa
arah, dari betina dewasa terhadap infant. Hal makanan dan semua kotoran yang menempel
ini terjadi karena infant belum mampu pada tubuh individu tersebut. Seringkali
melakukan grooming dengan baik seperti grooming untuk tujuan tersebut terlihat
M. fascicularis yang lebih dewasa. dilakukan secara bergantian.
Grooming dari M. fascicularis dewasa Tabel 2 menunjukkan rata-rata auto-
terhadap juvenil juga terjadi dalam durasi grooming M. fascicularis berdasarkan jenis
waktu yang lebih tinggi jika dibandingkan kelamin dan usia. Berdasarkan durasi waktu,
dengan grooming yang terjadi antara sesama persentase waktu autogrooming M.
juvenil atau antara juvenil dengan infant, fascicularis betina dewasa terlihat lebih
namun lebih rendah jika dibandingkan besar (44,16%) dibandingkan dengan jantan
dengan infant. Ganelia (2002) juga mene- dewasa (40,91%). Pada juvenil, persentase
mukan bahwa grooming yang dilakukan waktu autogrooming lebih tinggi terjadi
induk terhadap anak semakin menurun pada jantan juvenil dibandingkan dengan
seiring bertambahnya usia. betina juvenil.

Tabel 2. Rata-rata persentase waktu autogrooming M. fascicularis berdasarkan perbedaan


jenis kelamin dan usia di Tahura Rajolelo Bengkulu

No. Jenis Kelamin/Usia Waktu Autogrooming (%)


1. Jantan dewasa 40,91
2. Betina dewasa 44,17
3. Jantan juvenil 10,17
4. Betina juvenil 4,75
5. infant 0
Jumlah 100,00

4
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN 0216-9487
Secara umum terlihat bahwa perilaku lebih banyak terjadi pada individu dewasa
autogrooming lebih banyak terjadi pada dibandingkan dengan juvenil ataupun infant.
individu dewasa dibandingkan dengan
juvenil ataupun infant. Hal ini sejalan Saran
dengan hasil penelitian Nugraha (2006) di Menarik untuk dilakukan penelitian lanjutan
Situs Ciung Wanara Ciamis Jawa Barat yang untuk mengetahui tahapan proses belajar
menemukan bahwa autogrooming lebih grooming baik allogrooming maupun
banyak terjadi pada betina dewasa (60,95%) autogrooming pada infant serta hubungan
dibandingkan dengan jantan dewasa antara sesama infant.
(39,05%). Sedangkan perbandingan aktivitas
autogrooming M. fascicularis dewasa dan UCAPAN TERIMA KASIH
juvenil pada penelitian tersebut yaitu Terima kasih diucapkan kepada Vivin, Ririn,
65,89% dilakukan oleh M. fascicularis Jagawana Tahura Rajolelo Bengkulu serta
dewasa dan 34,11% dilakukan oleh M. semua pihak yang banyak membantu demi
fascicularis juvenil. kelancaran penelitian ini.

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Kesimpulan Cooper, M.A. dan I.S. Bernstein. 2000.
Berdasarkan jenis kelamin dan usia dapat Social grooming in Assamese Macaque
disimpulkan bahwa jantan dewasa lebih (Macaca assamensis). Am J Primatol
banyak melakukan allogrooming dengan 50:77-85.
betina dewasa yaitu dengan persentase Ganelia. 2002. Interaksi Induk dan Bayi
44,5%, jantan juvenil lebih banyak Monyet Ekor Panjang (Macaca
melakukan allogrooming dengan jantan fascicularis) di Alam Bebas Makam
dewasa (2,1%), betina juvenil lebih banyak Kramat Solear Kabupaten Tangerang.
melakukan allogrooming dengan betina Skripsi Mahasiswa. IPB. Bogor.
dewasa (2,6%), sedangkan pada infant allo- Hilda. F. 2008. Aktivitas Makan dari
grooming (menerima grooming) lebih Monyet ekor panjang (Macaca
banyak terjadi dengan betina dewasa fascicularis) di Bumi Perkemahan
(12,9%). Selama pengamatan, tidak pernah Pramuka Cibubur, Jakarta. Skripsi
teramati adanya allogrooming antara jantan Mahasiswa. IPB. Bogor.
juvenil dan infant. Pasangan grooming yang Kartika, R.B. 2000. Studi Banding Perilaku
melibatkan individu dewasa terlihat melaku- Kukang (Nycticebus coucang) di Dua
kan grooming sebagian besar pada saat Lokasi Penangkaran. Skripsi Mahasis-
setelah atau di sela-sela aktivitas makan, wa. Jurusan Ilmu Produksi Ternak.
sedangkan grooming yang melibatkan Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.
individu betina juvenil, jantan juvenil Kartikasari, S.N. 1986. Studi Populasi dan
ataupun infant lebih sering terlihat dilakukan Perilaku Lutung (Presbytis cristata,
di sela-sela waktu bermain. Rata-rata waktu Raffles) di Taman Nasional Baluran
autogrooming pada M. fascicularis betina Jawa Timur. Thesis Mahasiswa.
dewasa lebih besar (44,16%) dibandingkan Jurusan Konservasi Suberdaya Hutan.
dengan jantan dewasa (40,91%). Pada Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
juvenil, persetase waktu autogrooming lebih Matheson, M.D. dan I.S. Bernstein. 2000.
banyak terjadi pada jantan juvenil diban- Grooming, Social Bonding, and
dingkan dengan betina juvenil. Secara Agonostic Aiding in Rhesus Monkey.
umum terlihat bahwa perilaku autogrooming Am J Primatol 51:177-186.
5
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN 0216-9487
Napier, J.R. dan P.H. Napier. 1985. The Raharjo, L. 2008. Aktivitas Seksual Monyet
Natural History of the Primates. The Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di
MIT Press, Cambridge, Massachusetts. Pusat Primata Schmutzer (PPS). Skripsi
Nugraha. K. 2006. Aktivitas Grooming Mahasiswa. FMIPA. Universitas
(Selisik) Monyet Ekor Panjang Di Indonesia.
Situs Ciung Wanara, Ciamis Jawa
Barat. Skripsi. Jurusan Biologi. Septiana A. 1996. Perilaku Bermain Beruk
Fakultas MIPA IPB. Bogor. (Macaca nemestrina) di Penangkaran
Quiatt. D. dan V. Reynolds. 1972. Primate Pusat Studi Satwa Primata Lembaga
Behavior: Information, Social, Know- Penelitian IPB Darmaga. Skripsi
ledge, and The Evolution Of Culture. Mahasiswa. FMIPA IPB. Bogor.
Cambridge University Press.

6
Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 09 No. 02 Oktober 2013 ISSN 0216-9487

Anda mungkin juga menyukai