Anda di halaman 1dari 4

Perlindungan Melawan Predator

Tekanan predator yang dihadapi menyebabkan hewan mangsa


mengembangkan tingkah laku anti predator, yaitu suatu bentuk kewaspadaan dari
mangsa terhadap gangguan yang ditimbulkan oleh predator (Agrawal, 2001 dalam
Fitri dkk, 2011).
Satu keuntungan dari suatu kelompok hewan yang anggota-anggotanya
merespon perilaku satu sama lain adalah perlindungan terhadap predator. Dengan
sejumlah binatang yang selalu berjaga, ketika ada predator yang mendekat akan
ada signal atau alarm yang mengingatkan seluruh anggota kelompoknya.
Misanya pada perilaku kewaspadaan kelompok burung starling (sebangsa jalak)
dari berbagai ukuran (Rahayu dkk, 2001).

Tabel 1. Waktu yang dipergunakan untuk makan, berjaga-jaga, dan bereaksi kelompok
burung jalak dan burung tunggal/single (tidak berkelompok) (Powell dalam Rahayu dkk,
2001).
Kegiatan Single bird Kelompok (5
burung)
Kelompok (10
burung)
% waktu makan 53 70 88
% waktu waspada terhadap sekitar 47 30 12
Reaksi waktu untuk terbang 4,1 detik Tidak terukur 3,2 detik

Powell mengamati frekuensi sikap berjaga-jaga burung pada kelompoknya
atau dengan bernyanyi menyelingi makan untuk melihat ke atas dan reaksi terbang
setelah munculnya elang. Dengan munculnya elang, gerombolan secara efektif
terbang bersama setelah burung memberikan signal/alarm memanggil
kelompoknya untuk terbang. Predator akan membuat kelompok menyebar dan
dapat memisahkan hewan untuk menjadi santapannya (Rahayu dkk, 2001).
Salah satu tingkah laku anti predator yang dilakukan oleh burung adalah
Mobbing. Mobbing merupakan tingkah laku dimana burung-burung mangsa akan
mengusik, mengejar dan menyerang atau berusaha menggangu predator sehingga
meninggalkan lokasi mangsa (May, 2001 dalam Fitri dkk, 2011).
Mobbing secara luas dipahami sebagai strategi anti predator yang terjadi
pada burung dan mamalia. Tingkah laku ini dapat memberikan kemampuan
burung untuk menjaga sarang, keturunan, dan pelajaran kepada anaknya tentang
potensi bahaya dari predator (Arnold, 2000 dalam Fitri dkk, 2011).
Contoh lainnya yaitu schooling pada ikan, schooling merupakan fenomena
ikan untuk berkumpul dan bergerak seirama dalam jumlah yang besar di lautan.
Tingkah laku ini dilakukan hampir semua jenis ikan. Keuntungan dari perilaku
schooling ini antara lain adalah faktor keamanan terhadap predator. Mekanisme
schooling ini membuat ikan-ikan predator menjadi bingung dalam menentukan
target buruannya. Selain itu pergerakan ikan dalam jumlah yang besar juga
menjadi ancaman bagi predator karena memberikan kesan yang menakutkan.
Banyaknya ikan yang schooling memungkinkan spesies untuk bersembunyi antara
satu dengan yang lain dalam gerombolan yang besar, sehingga membingungkan
pemangsa karena perubahan bentuk dan warna selama berenang (Syazili, 2011).

Gambar Schooling pada ikan

Tingkah Laku Kawin

Tingkah laku kawin pada hewan memiliki tahapan-tahapan, yaitu
kebersamaan/sinkronisasi; pemilihan waktu; bujukan atau penentraman; orientasi
atau arah; dan isolasi reproduksi (Rahayu dkk, 2001).
Kebersamaan/sinkronisasi
Kebersamaan/sinkronisasi merupakan tahapan dimana terjadi kesesuaian
antara pemasakan gonad pada individu jantan dan betina untuk melakukan
fertilisasi. Apabila fertilisasi terjadi secara eksternal, maka pengeluaran telur dan
sperma harus dalam waktu yang bersamaan. Tetapi apabila fertilisasi terjadi
secara internal, maka waktu kopulasi dan pengeluaran sperma harus bersamaan
dengan ovulasi sel telur (Susilowati dkk, 2001 dalam Vita, 2010).

Gambar Fertilisasi. Gambar kanan fertilisasi eksternal, gambar kiri fertilisasi
internal

Contohnya pada tiram, yaitu pada saat tiram betina menghasilkan telur,
tiram jantan ikut mengeluarkan sperma ke dalam lingkungannya. Akibatnya telur
tidak dapat menghindar dari fertilisasi. Namun jika pengeluaran telur dan sperma
tidak dalam waktu bersamaan maka fertilisasi tidak akan terjadi. Sedangkan pada
hewan darat, agar fertilisasi dapat terjadi maka sperma harus menemukan telur,
sehingga diperlukan proses kopulasi (Rahayu dkk, 2001).

Stimulasi dan Sinkronisasi Perkawinan

Siklus hormonal sejumlah burung dan mamalia dipengaruhi oleh
kehadiran hewan jantan. Fraser Darling membuat percobaan pada sejumlah koloni
hewan bahwa stimulasi merupakan hasil dari tampilan visual dan auditory yang
merupakan gambaran konstan dari suatu kelompok besar pada awal musim kawin.
Stimulasi dapat dipengaruhi oleh tetangga dekat dari pasangan burung itu sendiri
sehingga akan mempercepat dan mencocokan siklus reproduksi dalam koloni
(Rahayu dkk, 2001).
Contohnya yaitu pada eksperimen Timbergen yang menggunakan subyek
burung gereja. Burung gereja betina diberi stimulus dua ekor burung gereja jantan.
Jantan yang satu di kepalanya diberi jambul yang terbuat dari tiga butir mutiara
kecil dikimposisikan dengan bulu yang ditempelkan di atas rangkaian mutiara tadi
dengan posisi berdiri tegak, sehingga kelihatan seperti mahkota. Jantan yang lain
dibiarkan seperti apa adanya tidak diberi aksesoris apapun. Kemudian yang terjadi
adalah si betina lebih tertarik pada jantan dengan jambul palsu di kepalanya (Unu,
2014).

DAFTAR PUSTAKA
Fitri, Liza Meini, dkk. 2011. Tingkah Laku Anti Predator (Mobbing) Burung
Strata Bawah di Hutan Dataran Rendah Sumatera. Padang: Universitas
Andalas Padang.
Rahayu, Sofia Ery, dkk. 2001. Tingkah Laku Hewan. Malang: UM Press.
Syazili, Aras. 2011. Fish Schooling. (Online),
(http://akuakultur.blogspot.com/2011/12/fish-schooling-ikan-
schooling.html?m=1), diakses 31 Agustus 2014.
Unu. 2014. Teori Insting. (Online), (http://catatandofri.wordpress.com/), diakses
31 Agustus 2014.
Vita. 2010. Proposal Konservasi Ayam Hutan. (Online),
(http://iyavita.blogspot.com/2010/01/proposal-konservasi-ayam-
hutan.html?m=1), diakses 31 Agustus 2014.

Anda mungkin juga menyukai