Anda di halaman 1dari 3

NTT Bangkit Mewujudkan BIRO PEREKONOMIAN DAN

Masyarakat Sejahtera ADMINISTRASI PEMBANGUNAN


Dalam Bingkai NKRI SETDA PROVINSI NTT

INFLASI DAERAH PROVINSI NTT TERKENDALI


Pada Jumat 10 Desember 2021, Biro Perekonomian dan Administrasi
Pembangunan Setda Provinsi NTT sebagai salah satu mata rantai pengendali inflasi
daerah, menggelar rapat Pengendalian Inflasi Daerah tingkat Provinsi NTT bersama
para pemangku kepentingan antara lain Bank Indonesia, BPS, Bulog, OPD Pemerintah
Provinsi NTT, Satgas Pangan dan pejabat terkait dari kabupaten dan kota se Provinsi
NTT. Menampilkan nara sumber : Karo PAP, KPw BI NTT, BPS NTT, Bulog NTT,
Disperindag, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT dipandu Kepala Biro
PAP dan Kepala Bagian Ekonomi pada Biro PAP. Simpulannya ialah inflasi di Provinsi
NTT adalah terkendali demikian halnya persiapan menghadapi hari raya Natal 2021
dan Tahun Baru 2022.
Pada bulan November 2021 Provinsi NTT mengalami inflasi sebesar 0,49%
(mtm) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar,
0,37% (mtm). Inflasi terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara andil
0,18% (mtm), daging ayam ras andil 0.11% (mtm) dan minyak goreng 0.06% (mtm).
Di sisi lain, ikan kembung, ikan tembang, ikan tongkol dan apel mengalami penurunan
harga sehingga masih menjadi faktor penahan inflasi. Inflasi bahan makanan terus
menurun pasca badai Seroja namun masih lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Inflasi bahan makanan terutama didorong oleh daging babi, ikan tongkol, daging ayam
ras, minyak goreng dan sawi hijau. Komoditas Inflasi Natal dan Tahun Baru; pada bulan
desember biasanya meningkat tinggi seiring dengan konsumsi masyarakat yang juga
meningkat pada hari raya Natal dan Tahun Baru. Komoditas pendorong inflasi pada
saat hari raya ini biasanya adalah angkutan udara, daging ayam, telur ayam, tomat,
bawang merah, kangkung.
Pada tahun 2021, inflasi di Provinsi NTT diperkirakan pada rentang 1.50-2.10%
(yoy) dengan beberapa asumsi seperti peningkatan mobilitas, peningkatan konsumsi
pada Natal dan Tahun Baru, transisi BBM dari premium ke pertalite, serta base effect
inflasi tahun sebelumnya. Untuk itu, KPw BI NTT merekomendasikan 1) membentuk
kluster komoditas penyumbang inflasi antara lain kluster bawang merah, cabai merah,
cabe rawit; pembuatan green house untuk menjamin produksi sayuran agar dapat
berproduksi sepanjang tahun; 2) mengakselerasi pembangunan pabrik pakan ternak
untuk menekan biaya produksi ternak ayam; 3) mendorong bantuan kapal ke
masyarakat terutama tonase besar untuk meningkatkan produksi dan produktivitas
nelayan; 4) pembuatan display harga di masing-masing pasar tradisional dimana
pembuatan display pasar mengupdate harga secara berkala; 5) Pemantauan harga
setiap hari dan dipublikasikan kepada masyarakat; dan 6) perluasan kerja sama antar
daerah dengan daerah pemasok komoditas.
BPS Provinsi mengemukakan, prosentase inflasi dan andil inflasi pada November
2021 di Provinsi NTT menunjukkan bahwa dari sebelas kelompok pengeluaran yaitu
makan minum dan tembakau, pakaian dan alas kaki, perumahan, air, listrik dan bahan
bakar rumah tangga, perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga,
kesehatan, transportasi, informasi, komunikasi dan jasa keuangan, rekreasi, olah raga
dan budaya, pendidikan, penyediaan makanan dan minuman/restoran, perawatan
pribadi dan jasa lainnya, dua dari sebelas kelompok pengeluaran tersebut memliliki
andil tertinggi terhadap inflasi yaitu makanan, minuman dan tembakau 0,24% dan
transportasi 0,18%.
BPS juga mengemukakan struktur PDRB dan pertumbuhan ekonomi menurut
pengeluaran triwulan III tahun 2021 dalam gambar di bawah ini menunjukkan bahwa
distribusi terbesar adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga (68,16%); PMTB
(49,72%); pengeluaran konsumsi pemerintah (23,44%). Secara yoy, beberapa
komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan positif yaitu komponen konsumsi
rumah tangga, PMTB dan konsumsi LNPRT. Pertumbuhan tertinggi PMTB (6,66%);
konsumsi rumah tangga (1.67%); konsumsi LNPRT (1,16%). Materi BPS mengemukakan
pola distribusi perdagangan dari beberapa komoditi : beras dengan pola utama yang
memiliki dua rantai dengan pendistribusian yang melibatkan satu pedagang perantara;
telur ayam ras dengan pola utama yang memiliki tiga rantai dengan pendistribusian
yang melibatkan dua pedagang perantara; minyak goreng dengan pola utama yang
memiliki empat rantai dengan pendistribusian yang melibatkan tiga pedagang
perantara; gula pasir dengan pola utama yang memiliki empat rantai dengan
pendistribusian yang melibatkan tiga pedagang perantara. Bulog Kanwil NTT
mengemukakan persediaan beras dalam kondisi aman terkendali lima bulan ke depan
dan dapat dipastikan tetap aman terkendali.
Dinas Perindag Provinsi NTT mengemukakan bahwa distribusi Bapok dan
Banting dalam keadaan lancar; stok batok dan Banting tersedia untuk dua bulan ke
depan; harga pasar rata-rata Batok dan Banting stabil kecuali beberapa jenis atau
macam komoditas yang mengalami fluktuasi harga (naik) diantaranya minyak goreng,
daging ayam broiler, daging ayam kampung, bawang merah, bawang putih dan
bawang bombai, sedangkan yang mengalami harga turun yaitu cabe merah besar,
cabe merah keriting dan cabe rawit merah. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Provinsi NTT juga mengemukakan kondisi aman terkendali pangan dan holtikultura
antara lain beras, jagung, kentang, bawang, cabe, kubis, kol, sawi, wortel, lobak,
kacang merah, kacang panjang, patrika, jamur, tomat, terung, buncis, ketimun, labu
siam, kangkung, bayam, melon, semangka, blewah, stroberi.
Empat faktor (4K) yaitu ketersediaan stok, kelancaran distribusi,
keterjangkauan harga dan komunikasi yang efektif adalah faktor-faktor yang perlu
menjadi perhatian dengan memberikan perhatian pada produk dan produktivitas,
hilirisasi, sistem logistik dan digitalisasi.
Pertemuan yang dipandu dan tutup Kepala Biro PAP DR. Lery Rupidara, M.Si
bersama para pemangku kepentingan termasuk pihak kabupaten dan kota se Provinsi
NTT ini juga menyepakati perlunya langkah-langkah konkrit seperti pembuatan green
house dan display harga. Juga mengajak semua pihak untuk bekerja dengan
produktivitas tinggi dan menekan inefisiensi ke titik yang seminimal mungkin dengan
prinsip kerja kolaborasi dan bentuk ekosistem serta pentingnya dukungan untuk
meningkatan salah satu game changer perekonomian di saat Pandemik yaitu vaksinasi.
Optimis, perekonomian NTT terus bertumbuh sesuai visi NTT Bangkit Mewujudkan
Masyarakat Sejahtera Dalam Bingkai NKRI dengan pendekatan yang berbasis pada
sumber daya lokal, keberlanjutan dan partisipasi segenap elemen di bawah
kepimpinanan gubernur Bapak Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat, SH, M.Si dan wakil
gubernur Bapak Drs.Joseph A. Nae Soi, MM.

Anda mungkin juga menyukai