0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan3 halaman
Rapat pengendalian inflasi di Provinsi NTT membahas kondisi inflasi terkendali pada November 2021 sebesar 0,49% (mtm), didorong kenaikan harga angkutan udara, daging ayam, dan minyak goreng. Proyeksi inflasi 2021 sebesar 1,5-2,1% (yoy). Empat faktor utama yang perlu dijaga yaitu ketersediaan stok, distribusi, harga terjangkau, dan komunikasi. Langkah-langkah seperti green house dan display h
Rapat pengendalian inflasi di Provinsi NTT membahas kondisi inflasi terkendali pada November 2021 sebesar 0,49% (mtm), didorong kenaikan harga angkutan udara, daging ayam, dan minyak goreng. Proyeksi inflasi 2021 sebesar 1,5-2,1% (yoy). Empat faktor utama yang perlu dijaga yaitu ketersediaan stok, distribusi, harga terjangkau, dan komunikasi. Langkah-langkah seperti green house dan display h
Rapat pengendalian inflasi di Provinsi NTT membahas kondisi inflasi terkendali pada November 2021 sebesar 0,49% (mtm), didorong kenaikan harga angkutan udara, daging ayam, dan minyak goreng. Proyeksi inflasi 2021 sebesar 1,5-2,1% (yoy). Empat faktor utama yang perlu dijaga yaitu ketersediaan stok, distribusi, harga terjangkau, dan komunikasi. Langkah-langkah seperti green house dan display h
Pada Jumat 10 Desember 2021, Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi NTT sebagai salah satu mata rantai pengendali inflasi daerah, menggelar rapat Pengendalian Inflasi Daerah tingkat Provinsi NTT bersama para pemangku kepentingan antara lain Bank Indonesia, BPS, Bulog, OPD Pemerintah Provinsi NTT, Satgas Pangan dan pejabat terkait dari kabupaten dan kota se Provinsi NTT. Menampilkan nara sumber : Karo PAP, KPw BI NTT, BPS NTT, Bulog NTT, Disperindag, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT dipandu Kepala Biro PAP dan Kepala Bagian Ekonomi pada Biro PAP. Simpulannya ialah inflasi di Provinsi NTT adalah terkendali demikian halnya persiapan menghadapi hari raya Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Pada bulan November 2021 Provinsi NTT mengalami inflasi sebesar 0,49% (mtm) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar, 0,37% (mtm). Inflasi terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara andil 0,18% (mtm), daging ayam ras andil 0.11% (mtm) dan minyak goreng 0.06% (mtm). Di sisi lain, ikan kembung, ikan tembang, ikan tongkol dan apel mengalami penurunan harga sehingga masih menjadi faktor penahan inflasi. Inflasi bahan makanan terus menurun pasca badai Seroja namun masih lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Inflasi bahan makanan terutama didorong oleh daging babi, ikan tongkol, daging ayam ras, minyak goreng dan sawi hijau. Komoditas Inflasi Natal dan Tahun Baru; pada bulan desember biasanya meningkat tinggi seiring dengan konsumsi masyarakat yang juga meningkat pada hari raya Natal dan Tahun Baru. Komoditas pendorong inflasi pada saat hari raya ini biasanya adalah angkutan udara, daging ayam, telur ayam, tomat, bawang merah, kangkung. Pada tahun 2021, inflasi di Provinsi NTT diperkirakan pada rentang 1.50-2.10% (yoy) dengan beberapa asumsi seperti peningkatan mobilitas, peningkatan konsumsi pada Natal dan Tahun Baru, transisi BBM dari premium ke pertalite, serta base effect inflasi tahun sebelumnya. Untuk itu, KPw BI NTT merekomendasikan 1) membentuk kluster komoditas penyumbang inflasi antara lain kluster bawang merah, cabai merah, cabe rawit; pembuatan green house untuk menjamin produksi sayuran agar dapat berproduksi sepanjang tahun; 2) mengakselerasi pembangunan pabrik pakan ternak untuk menekan biaya produksi ternak ayam; 3) mendorong bantuan kapal ke masyarakat terutama tonase besar untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nelayan; 4) pembuatan display harga di masing-masing pasar tradisional dimana pembuatan display pasar mengupdate harga secara berkala; 5) Pemantauan harga setiap hari dan dipublikasikan kepada masyarakat; dan 6) perluasan kerja sama antar daerah dengan daerah pemasok komoditas. BPS Provinsi mengemukakan, prosentase inflasi dan andil inflasi pada November 2021 di Provinsi NTT menunjukkan bahwa dari sebelas kelompok pengeluaran yaitu makan minum dan tembakau, pakaian dan alas kaki, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, kesehatan, transportasi, informasi, komunikasi dan jasa keuangan, rekreasi, olah raga dan budaya, pendidikan, penyediaan makanan dan minuman/restoran, perawatan pribadi dan jasa lainnya, dua dari sebelas kelompok pengeluaran tersebut memliliki andil tertinggi terhadap inflasi yaitu makanan, minuman dan tembakau 0,24% dan transportasi 0,18%. BPS juga mengemukakan struktur PDRB dan pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran triwulan III tahun 2021 dalam gambar di bawah ini menunjukkan bahwa distribusi terbesar adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga (68,16%); PMTB (49,72%); pengeluaran konsumsi pemerintah (23,44%). Secara yoy, beberapa komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan positif yaitu komponen konsumsi rumah tangga, PMTB dan konsumsi LNPRT. Pertumbuhan tertinggi PMTB (6,66%); konsumsi rumah tangga (1.67%); konsumsi LNPRT (1,16%). Materi BPS mengemukakan pola distribusi perdagangan dari beberapa komoditi : beras dengan pola utama yang memiliki dua rantai dengan pendistribusian yang melibatkan satu pedagang perantara; telur ayam ras dengan pola utama yang memiliki tiga rantai dengan pendistribusian yang melibatkan dua pedagang perantara; minyak goreng dengan pola utama yang memiliki empat rantai dengan pendistribusian yang melibatkan tiga pedagang perantara; gula pasir dengan pola utama yang memiliki empat rantai dengan pendistribusian yang melibatkan tiga pedagang perantara. Bulog Kanwil NTT mengemukakan persediaan beras dalam kondisi aman terkendali lima bulan ke depan dan dapat dipastikan tetap aman terkendali. Dinas Perindag Provinsi NTT mengemukakan bahwa distribusi Bapok dan Banting dalam keadaan lancar; stok batok dan Banting tersedia untuk dua bulan ke depan; harga pasar rata-rata Batok dan Banting stabil kecuali beberapa jenis atau macam komoditas yang mengalami fluktuasi harga (naik) diantaranya minyak goreng, daging ayam broiler, daging ayam kampung, bawang merah, bawang putih dan bawang bombai, sedangkan yang mengalami harga turun yaitu cabe merah besar, cabe merah keriting dan cabe rawit merah. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT juga mengemukakan kondisi aman terkendali pangan dan holtikultura antara lain beras, jagung, kentang, bawang, cabe, kubis, kol, sawi, wortel, lobak, kacang merah, kacang panjang, patrika, jamur, tomat, terung, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, melon, semangka, blewah, stroberi. Empat faktor (4K) yaitu ketersediaan stok, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi yang efektif adalah faktor-faktor yang perlu menjadi perhatian dengan memberikan perhatian pada produk dan produktivitas, hilirisasi, sistem logistik dan digitalisasi. Pertemuan yang dipandu dan tutup Kepala Biro PAP DR. Lery Rupidara, M.Si bersama para pemangku kepentingan termasuk pihak kabupaten dan kota se Provinsi NTT ini juga menyepakati perlunya langkah-langkah konkrit seperti pembuatan green house dan display harga. Juga mengajak semua pihak untuk bekerja dengan produktivitas tinggi dan menekan inefisiensi ke titik yang seminimal mungkin dengan prinsip kerja kolaborasi dan bentuk ekosistem serta pentingnya dukungan untuk meningkatan salah satu game changer perekonomian di saat Pandemik yaitu vaksinasi. Optimis, perekonomian NTT terus bertumbuh sesuai visi NTT Bangkit Mewujudkan Masyarakat Sejahtera Dalam Bingkai NKRI dengan pendekatan yang berbasis pada sumber daya lokal, keberlanjutan dan partisipasi segenap elemen di bawah kepimpinanan gubernur Bapak Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat, SH, M.Si dan wakil gubernur Bapak Drs.Joseph A. Nae Soi, MM.