BANDAR LAMPUNG
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG................................................................................................1
B. TUJUAN.....................................................................................................................2
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN..........................................................................2
D. BATASAN OPERASIONAL.....................................................................................3
E. LANDASAN HUKUM...............................................................................................4
A. KUALIFIKASI SDM..................................................................................................14
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN..................................................................................14
C. JADWAL KERJA.......................................................................................................14
BAB VI LOGISTIK..............................................................................................................18
A. PENGERTIAN............................................................................................................18
B. TUJUAN.....................................................................................................................18
BAB VII KESELAMATAN PASIEN DAN MAJEMEN RESIKO..................................19
A. PENGERTIAN............................................................................................................19
B. TUJUAN.....................................................................................................................19
A. NILAI INFORMASI...................................................................................................22
B. MUTU INFORMASI..................................................................................................24
BAB X PENUTUP.................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam perkembangannya, rumah sakit masa kini bukan lagi berfungsi sebagai
lembaga sosial semata, tetapi merupakan lembaga bisnis yang patut diperhitungkan
keberadaanya.Perubahan fungsi ini terjadi dengan banyak ditemukannya penyakit-
penyakit baru maupun teknologi pengobatan yang makin maju.Sehingga rumah sakit
dituntut untuk meningkatkan kinerja dan daya saing sebagai badan usaha dengan tidak
mengurangi misi sosial yang dibawanya. Rumah sakit harus merumuskan kebijakan-
kebijakan strategis antara lain efisiensi dari dalam (organisasi, manajemen, serta SDM)
serta harus mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan
pelayanan kepada masyarakat agar dapat menjadi organisasi yang responsif, inovatif,
efektif, efisien dan menguntungkan.
Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit Departemen
Kesehatan RI telah mengeluarkan kebijakan yang menjadi pedoman bagi
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun
swasta.Teknologi informasi telah mempengaruhi pula pelayanan rumah sakit, antara lain
dibutuhkan dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan ketepatan dan kecepatan
pelayanannya.
Teknologi yang dirancang khusus untuk membantu proses pengolahan data di
rumah sakit adalah teknologi informasi berupa Sistem Informasi Manajemen (SIM)
rumah sakit. Informasi merupakan aktivita (asset) penting suatu rumah sakit dalam
meningkatkan efesiensi dan efektifitas pekerjaan.Sistem Informasi Manajemen (SIM)
berbasis komputer merupakan sarana pendukung yang sangat penting – bahkan bisa
dikatakan mutlak – untuk operasional rumah sakit. Sistem informasi rumah sakit
merupakan salah satu komponen yang penting dalam mewujudkan upaya peningkatan
mutu tersebut.Sistem informasi rumah sakit secara umum bertujuan untuk
mengintegrasikan sistem informasi dari berbagai subsistem dan mengolah informasi yang
diperlukan sebagai pengambilan keputusan. Selain itu, Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS) adalah sistem komputerisasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan
koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk mendukung kinerja dan
memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.
B. TUJUAN
Tersusunnya pedoman penyelenggaraan program Sistem Informasi Manajemen di Rumah
Sakit sebagai dasar acuan seluruh kebijakan, prosedur dan program kerja yang terkait
dengan kegiatan SIMRSdi Rumah Sakit Bumi Waras.
2. Action
a. Pelaksanaan penggunaan aplikasi SIMRS di semua unit pelayanan RS Bumi Waras
b. Pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan SIMRS bagi staf SIMRS.
c. Pelatihan penggunaan aplikasi SIMRS di tiap unit pelayanan yang menggunakan
aplikasi tersebut.
PELINDUNG
Direktur Rumah Sakit Bumi Waras
PENANGGUNG JAWAB
Kabag Umum dan Kepegawaian
KEPALA
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Asep Rahmatullah, S. Kom
ANGGOTA
DIVISI DIVISI
Jaringan dan hardware sistem informasi manajemen Rumah sakit Administrasi sistem informasi Rumah Sakit
Hadiyanto, A., Md. Muhammad Bayu, S., Kom. Reza Alamsyah Rapi, A., Md.
Maulana Luthfi, S., Kom.
Uraian Tugas :
1. Kepala Sistem Informasi Manajemen (SIM) Rumah Sakit Bumi Waras
a. Tupoksi
Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan di unit kerja SIMRS
b. Uraian Tugas
1. Membuat perencanaan kegiatan SIM Rumah Sakit Bumi Waras
2. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan di unit kerja SIM Rumah Sakit Bumi
Waras.
3. Melakukan monitoring dan mengevaluasi pelaksanaan kegitan di unit kerja SIM
Rumah Sakit Bumi Waras.
4. Membuat Laporan Triwulan
c. Uraian Tugas Staf Instalasi dan Hardware Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Rumah Sakit Bumi Waras
1. Melakukan penanganan komplain / keluhan penggunaan aplikasi SIMRS
pada tiap-tiap unit pelayanan
2. Training On the Job pada tiap-tiap unit pelayanan
3. Melakukan Service dan Maintenance Program Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit berupa Penginstalan dan Upgrade SIMRS RS Bumi Waras
5. Maintenance dan Repair PC Sistem Operasi serta Update defenition pada
Komputer Unit RS Bumi Waras.
6. Setup dan Maintenance Internet Information di Instalasi SIMRS Bumi Waras.
INDIKATOR PROSES
3. Persentase Laporan yang Diselesaikan Tepat Waktu Unit Kerja SIM
Judul Persentase pengumpulan laporan
Dimensi mutu Ketepatan
Tujuan Mengetahui persentase pengumpulan laporan setiap unit
kerja secara tepat waktu.
Definisi operasional Laporan yang berisi tingkat perkembangan ketepatan
penyelesaian laporan triwulan selama satu tahun
Frekuensi pengumpulan data 1 Tahun
Periode analisis 2 Minggu
Jumlah laporan yang terkumpul tepat waktu selama 1 tahun
Numerator
pertriwulannya
Jumlah laporan keseluruhan yang seharusnya terkumpul (4
Denominator
buah)
Sumber data Unit Kerja SIM
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Unit Kerja SIM
4. Waktu tanggap penanganan keluhan penginputan SIM Rumah Sakit Bumi Waras
Judul Penanganan Keluhan penginputan SIM
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Terselenggaranya penanganan keluhan dalam penginputan
SIM yang tepat waktu.
Waktu tanggap penanganan adalah waktu yang diperlukan
dalam menangani keluhan pada penginputan SIM Rumah
Definisi operasional
Sakit Bumi Waras sejak diterima keluhan sampai keluhan
terselesaikan
Frekuensi pengumpulan data Setiap Bulan
Periode analisis 1 Minggu
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu penanganan keluhan sejak
diterima keluhan sampai keluhan terselesaikan
Denominator Jumlah seluruh keluhan yang masuk
Sumber data SIM
Standar <15 Menit
Penanggung jawab Kepala Unit Kerja SIM
C. INDIKATOR OUTPUT
7. Kepuasan pengguna SIMRS
Judul Kepuasan Pengguna SIMRS
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Terselenggaranya penggunaan SIMRS yang mampu
memberikan kepuasan pengguna
Kepuasan adalah pernyataan puas oleh pengguna terhadap
Definisi operasional
SIMRS
Frekuensi pengumpulan data Setiap Bulan
Periode analisis 1 Minggu
Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pengguna SIM
Denominator Jumlah seluruh pengguna SIMRS
Sumber data Survei
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Unit Kerja SIM
J. KEGIATAN ORIENTASI/DIKLAT
Salah satu tahapan manajemen sumber daya manusia yang dilaksanakan di Rumah
Sakit Bumi Waras adalah program orientasi baik untuk pegawai baru atau pegawai
lama.Program ini dapat dilakukan manakala rumah sakit memperoleh pegawai baru
ataupun tidak.
Orientasi umum berfokus pada pengenalan dan adaptasi lingkungan kerja secara non
teknis, terutama memahami company profile dan team work building. Kegiatan
tersebut dilaksanakan oleh Bagian SDM bekerjasama dengan Bagian Diklat dan
Instalasi Diklat.Sedangkan orientasi khusus berfokus pada pengenalan dan adaptasi
lingkungan kerja secara teknis dan dilaksanakan oleh unit kerja dimana pegawai baru
tersebut ditempatkan.
A. KUALIFIKASI SDM
1. Pendidikan : Diploma III / Sarjana Komputer
2. Mampu mengoperasikan SIMRS baik Front end maupun back end
3. Dutamakan menguasai jaringan komputer
4. Menguasai database MySQL-SQL Server
5. Familiar/terbiasa dengan bahasa pemrograman HTML/PHP/Visual Basiq/Java
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan mengenai jumlah staf di unit SIMRS menujukkan bahwa jumlah
staf yang ada di unit SIMRSsudah cukup dalam menunjang proses pengelolaan SIM
Rumah Sakit Bumi Waras dan tugas-tugas yang dilakukan oleh petugas SIM rumah Sakit
Bumi Waras. Hal ini dapat dilihat dari jumlah staf SIMRS yang saat ini berjumlah 6
orang dengan jadwal kerja shift yang telah ditetapkan.
C. JADWAL KERJA/SHIFT
Jadwal Normal :
Senin – Jumat: 08.00 – 16.00
Sabtu :
08.00 – 13.00
BAB IV
STANDAR FASILITAS
Server
Ruang server tentu saja menyimpan komputer server yang menyimpan seluruh data milik
rumah sakit.Ruangan ini sebaiknya berdekatan dengan ruang SIMRS agar lebih mudah
dimonitoring dan dijangkau bila terjadi masalah.Selain itu, di dalam ruangan server
perangkat elektronik yang ada harus tetap menyala 24 jam. Karena itu untuk mencegah
kerusakan perangkat akibat suhu yang panas, ruangan harus tertutup dan dingin.
Pengertian
Secara tidak sadar sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari kita telah melaksanakan fungsi
logistik baik itu di rumah kita atau di kantor, meskipun kenyataannya tidak selalu
mempergunakan istilahnya. Logistik adalah bagian dari instantsi yang tugasnya adalah
menyediakan barang atau bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan operasionalnya instansi
tersebut dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat dengan harga serendah mungkin.
Tujuan
Kegiatan logistik sebenarnya punya tiga tujuan, Tujuan operasional agar tersedianya barang
yang bermutu, Tujuan keuangan, operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-
rendahnya. Dan Tujuan keamanan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,
pencurian, penyusutan, dll.
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(Kemenkes RI, 2011).
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya.Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan
evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah
sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri.
B. TUJUAN
Tujuan keselamatan pasien, yaitu membangun kesadaran terhadap keselamatan
pasien serta terlaksananya implementasi keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
pelayanan di Rumah Sakit.
Tujuan adanya manajemen resiko, yaitu untuk menciptakan budaya keselamatan
pasien di rumah sakit, untuk mengurangi kejadian yang tidak diharapkan (KTD), serta
untuk melaksanakan program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian yang tidak diharapkan.
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas medis lainnya perlu
diperhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang ada di rumah sakit
serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja di sana perlu
dilaksanakan, misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi,
penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain
terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di rumah sakit juga ‘concern’ keselamatan dan hak-hak pasien yang masuk kedalam
program patient safety.
Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa sumber “best practices” yang
berlaku secara Internasional, seperti National Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH), the Centers for Disease Control (CDC), the Occupational Safety and Health
Administration (OSHA), the US Environmental Protection Agency (EPA), dan lainnya. Data
tahun 1988, 4% pekerja di USA adalah petugas medis. Dari laporan yang dibuat oleh The
National Safety Council (NSC), 41% petugas medis mengalami absenteism yang diakibatkan
oleh penyakit akibat kerja dan injury dan angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan
sektor industri lainnya. Survei yangdilakukan terhadap 165 laboratorium klinis di Minnesota
memperlihatkan bahwa injury yang terbanyak adalah needle sticks injury (63%) diikuti oleh
kejadian lain seperti luka dan tergores (21%). Selain itu pekerja di rumah sakit sering
mengalami stres, yang merupakan faktor predisposisi untuk mendapatkan kecelakaan.
Ketegangan otot dan keseleo merupakan representasi dari low back injury yang banyak
didapatkan di kalangan petugas rumah sakit.
Keselamatan kerja pada unit kerja SIMRS berfokus kepada peralatan-peralatan utama dan
penunjang yang digunakan oleh staf SIMRS selama melaksanakan tugasnya.Selain dari
perangkat teknis, budaya kerja staf SIMRS juga turut memengaruhi keselamatan staf tidak
hanya dari sisi fisik tapi juga dari sisi psikologis.
- Keselamatan Kerja ditinjau dari Instalasi Peralatan Kerja
Dari segi instalasi peralatan kerja di unit SIMRS, penggunaan dan peletakan
kabel-kabel yang tidak tepat beresiko mencelakakan staf. Misalnya kabel-kabel
yang tidak rapi dan dibiarkan berserakan begitu saja.
Selain itu penempatan pemancar sinyal WiFi yang terlalu dekat dengan staf
juga beresiko bagi kesehatan staf yang efeknya terlihat beberapa tahun yang
akan datang.
Penggunaan PC yang terlalu lama juga memengaruhi kesehatan staf dari sisi
penglihatan dan paparan radiasi komputer dalam jangka waktu yang lama.
Pengendalian mutu pada unit SIM Rumah Sakit Bumi Warasakan mengarah pada keakuratan
data atau informasi yang ada di dalam sistem. Informasi yang terdaoat dalam sistem meliputi
data pasien, seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir, dan seterusnya. Juga data pegawai RS
juga memiliki data, seperti nama, unit kerja, pangkat, serta tagihan pasien, Rekam Medis,
pembukuan RS dan lain-lain.
A. Nilai Informasi
Menurut Burch dan Strater dalam buku mereka, Information Systems: Theory and
Practice, nilai informasi itu didasarkan atas sepuluh sifat sebagai berikut :
1. Mudahnya dapat diperoleh
Sifat ini menunjukan mudahnya dan cepatnya dapat diperoleh keluaran informasi.
Kecepatan memperolehnya dapat diukur, akan tetapi berapa nilainya bagi pemakai
informasi, sulit mengukurnya.
2. Sifat luas dan lengkapnya
Sifat ini menunjukkan lengkapnya isi informasi. Hal ini tidak berarti hanya mengenai
volumenya, akan tetapi juga mengenai keluaran informasinya. Sifatnya ini sangat
kabur dan oleh karena itu sulit mengukurnya.
3. Ketelitian
Sifat ini berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran
informasi.Dalam hubungannya dengan volume data yang besar, maka biasanya terjasi
dua jenis kesalahan, yakni kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan.
4. Kecocokan
Sifat ini menunjukan betapa baik keluaran informasi dalam hubungannya dengan
permintaan para pemakai.Isi informasi harus ada hubungannya dengan masalah yang
dihadapi. Semua keluaran lainnya tidak berguna akan tetapi masalah
mempersiapkannya. Sifat ini sulit mengukurnya.
5. Ketepatan waktu
Sifat ini berhubungan dengan waktu yang dilalui yang lebih pendek, daripada siklus
dapat diperolehnya informasi : masukan, pengolahan dan pelaporan keluaran kepada
para pemakai. Biasanya agar informasi itu tepat waktu, lamanya siklus ini harus
dikurangi.Dalam beberapa hal ketepatan waktu dapat diukur.
6. Kejelasan
Sifat ini menunjukan tingkat keluaran informasi, bebas dari istilah-istilah yang tidak
jelas.Membetulkan laporan dapat memakan biaya yang besar.
7. Keluwesan
Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran informasi tidak hanya
dengan lebih dari satu keputusan akan tetapi juga dengan lebih dari seorang
pengambilan keputusan. Sifat ini sulit mengukurnya, akan tetapi dalam banyak hal
dapat diberikan nilai yang dapat diukur.
8. Dapat dibuktikan
Sifat ini menunjukan kemampuan beberapa pemakai informasi untuk menguji
keluaran informasi dan sampai pada kesimpulan yang sama.
9. Tidak ada prasangka
Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubah informasi guna
mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan sebelumnya.
10. Dapat diukur
Sifat ini menunjukan hakikat informasi yang dihasilkan dari sistem informasi
formal.meskipun kabar angin, desas-desus, dugaan-dugaan, klenik, dan sebagainya
sering dianggap sebagai informasi, hal-hal tersebut berada diluar lingkup pembicaraan
kita.
Nilai informasi yang sempurna adalah bahwa mengambil keputusan diizinkan untuk memilih
keputusan optimal dalam setiap hal, dan bukan keputusan yang “rata-rata” akan menjadi
optimal, dan untuk menghindarkan kejadian-kejadian yang akan mengakibatkan suatu
kerugian. Informasi ini tidak sempurna karena lebih banyak memberikan perkiraan daripada
memberikan angka yang pasti.
Kesulitan karena peyimpangan dapat ditangani dalam pengolahan informasi melalui prosedur
untuk menemukan dan mengukur penyimpangan dan menyesuaikannya. Kesulitan karena
kesalahan dapat diatasi dengan :
1. Kontrol intern untuk menemukan kesalahan
2. Pemeriksaan intern dan extern
3. Penembahan “batas kepercayaan” kepada data,
4. Intruksi pemakai dalam prosedur pengolahan dan pengukuran agar para pemakai dapat
menilai kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
BAB X
PENUTUP