Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM GEOLISTRIK DAN ELEKTROMAGNETIK

MODUL KE – 04
SIMULASI PENGUKURAN METODE VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING
(VES)
Oleh:
Rizky kusuma Nugraha 119120066

Asisten :
Mustika
Santo Tri Prabowo
Levenia Anggraeni Handerlin Putri 118120004
Imelda Safitri 118120016
Dea Dahlila 118120022
Elisabet Ade Saputri Simamora 118120068
Atha Febiyoga Tamam 118120076
Prastowo Adhi Irwanto 118120111

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021/2022
i

DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………. i

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………. 1


1.2 Tujuan Praktikum…………………………………………………………………... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………. 3

2.1 Sistem Klasifikasi Tanah..…………………..……… …… ….…………………….. 3


2.2 Sifat Kelistrikan Batuan......…………………….…………………………………... 3
2.3 Metode Resitivitas…………………….……………………………………………... 4
2.4 Konfigurasi Schlumberger………………………………………………………….. 6
2.5 Metode Vertical Electrical Sounding (VES)………………………………………. 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………………………….. 9

3.1 Alat dan Bahan……………………………………………………………………… 9


3.2 Diagram Alir…………………………………………………………………………. 9
3.3 Prosedur Percobaan…………………………………………………………………11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………....12

4.1 Hasil…………………………………………………………………………………..12
4.2 Pembahasan………………………………………………………………………… 19
BAB V KESIMPULAN……………………………………………………………………..22

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….

LAMPIRAN………………………………………………………………………………...

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode resistivitas adalah metode geofisika untuk menyelidiki struktur bawah


permukaan berdasarkan perbedaan resistivitas batuan. Resistivitas atau tahanan jenis
suatu bahan adalah besaran / parameter yang menunjukan tingkat hambatannya
terhadap arus listrik. Bahan yang mempunyai resistivitas makin besar, berarti makin
sukar untuk dilalui arus listrik. Biasanya tahanan jenis diberi simbol ρ.
Metode resistivitas didasarkan pada anggapan bahwa bumi mempunyai sifat
homogen isotropis. Dengan asumsi ini, tahanan jenis yang terukur merupakan tahanan
jenis yang sebenarnya dan tidak bergantung pada spasi elektroda. Namun pada
kenyataannya, bumi terdiri atas lapisan-lapisan dengan tahanan jenis yang
berbedabeda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-
lapisan tersebut. Dengan demikian tahanan jenis yang terukur bukan merupakan harga
tahanan jenis untuk satu lapisan saja terutama untuk spasi elektroda yang besar. Dalam
pengukuran ini, medium ini dianggap sebagai medium satu lapis homogen yang
memiliki satu nilai tahanan jenis yaitu tahanan jenis sebenarnya (ρ).
Dalam menentukan bentuk bawah permukaan bumi menggunakan sifat
kelistrikan terdapat banyak metode yang digunakan salah satunya adalah metode
resistivitas. Metode resistivitas adalah metode geofisika untuk menyelidiki struktur
bawah permukaan berdasarkan perbedaan resistivitas batuan. Resistivitas atau tahanan
jenis suatu bahan adalah besaran / parameter yang menunjukan tingkat hambatannya
terhadap arus listrik. Bahan yang mempunyai resistivitas makin besar, berarti makin
sukar untuk dilalui arus listrik. Biasanya tahanan jenis diberi simbol ρ. Tahanan jenis
adalah kebalikan dari daya hantar jenis yang diberi simbol σ. Jadi, ρ = 1/σ. Satuan ρ
adalah ohm meter (Ωm).
Dalam percobaan ini yaitu simulasi akuisisi mengunakan metode Vertical
Electrical Sounding (VES) konfigurasi schlumberger pada tanah sembarang untuk
menentukan bentuk bahwa permukaan bumi serta dapat menentukan jenis tanah yang
berada pada daerah pengukuran tersebut.

1
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum pada modul kali ini adalah:
1. Dapat merangkai alat simulasi akuisisi Vertical Electrical Sounding (VES)
2. Memahami cara dan prinsip kerja metode geolistrik VES
3. Mampu melakukan prosesing1D dari data yang didapatkan
4. Mampu melakukan melakukan interpretasi lapisan bawah permukaan
berdasarkan nilai resistivitas batuan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Klasifikasi Tanah


Tanah tersusun melalui proses pencampuran dari hasil penghancuran batuan
secara fisik yang selanjutnya akan diubah oleh cuaca, endapan kimia material dari
larutan dan unsur organik (Kriwara, 2009).
Sistem klasifikasi tanah tersebut memberikan informasi tentang sifat fisik dan
karakteristik tanah serta pengelompokkan sesuai dengan perilaku umum tanah
tersebut. Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk memberikan informasi tentang keadaan
tanah dari suatu daerah kepada daerah-daerah lainnya berupa data dasar. Tanah-tanah
akan dikelompokkan sesuai urutan berdasarkan kondisi fisik tertentu. Klasifikasi tanah
juga bermanfaat sebagai studi yang lebih terinci tentang keadaan tanah tersebut dan
kebutuhan pengujian untuk mengetahui sifat teknis tanah, seperti karakteristik
pemadatan, berat isi, kekuatan tanah dan lain sebagainya (Bowles, 1989) Berdasarkan
sistem kalsifikasi tanah terdapat 2 sistem yaitu :
1. Sistem Klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Official), Sistem Klasifikasi AASHTO merupakan suatu
Sistem Klasifikasi yang mempertimbangkan kriteria seperti : ukuran butir
tanah dan Plastisitas.
2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (USCS) Sistem kalsifikasi tanah unified
atau USCS (Unified Soil Classification System) mengklasifikasikan tanah
menjadi dua katrgori besar :
a) Tanah kasar dengan syarat kurang dari 50% tanah lolos melalui saringan
no 200.
b) Tanah Halus adalah tanah dengan 50% atau lebih dapat melalui saringan
no 20 (Craig, 1991).

2.2 Sifat Kelistrikan Batuan


Ketika batuan diberi aliran arus listrik, maka sifat kelistrikan batuan akan
keluar. Sifat kelistrikan yang ada pada batuan ialah kemampuan mengalirkan arus
listrik (konduktivitas) dan menghambat arus listrik (resistivitas / tahanan jenis)
Berdasarkan kemampuan mengalirkan arus listrik, tahanan jenis batuan dibagi menjadi
tiga bagian yakni:

3
2.3 Metode Resistivitas
Konsep dasar metode resistivitas adalah Hukum Ohm. Pada tahun 1826 George
Simon Ohm melakukan eksperimen menentukan hubungan antara tegangan V pada
penghantar dan arus I yang melalui penghantar dalam batas-batas karakteristik
parameter penghantar. Parameter itu disebut resistansi R, yang didefinisikan sebagai
hasil bagi tegangan V dan arus , sehingga dituliskan (Andri Yadi Paembonan.S, 2020)

𝑉
𝑅= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉 = 𝐼𝑅
𝐼
Keterangan :
R :resistansi bahan (ohm).
I : besar kuat arus (ampere),
V : besar tegangan (volt).
Hukum Ohm menyatakan bahwa potensial atau tegangan antara ujung-ujung
penghantar adalah sama dengan hasil kali resistansi dan kuat arus. Hal ini diasumsikan
bahwa R tidak tergantung I, bahwa R adalah konstan (tetap). Hubungan resistansi,
kuat arus, dan tegangan ditunjukkan oleh.
Kuat arus listrik pada penampang bergantung pada jenis penghantar yang
dinyatakan oleh resistivitas penghantar (ρ) yang dinyatakan dalam ohmmeter (Ωm)
atau besaran konduktivitas σ yang memenuhi hubungan yang dinyatakan dalam
(ohmmeter) -1 . Hubungan antara besar arus listrik dan resistivitas penghantar dapat
ditulis sebagai berikut

∆𝑉 𝐴
𝐼 = 𝜎𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐼 = ∆𝑉
𝐼 𝜌𝐼

4
Maka didapatkan persamaan nilai tahanan pada penghantar adalah

𝐼
𝑅=𝜌
𝐴
dengan R adalah resistansi (ohm), ρ adalah resistivitas penghantar (ohmmeter), adalah
panjang penghantar (meter) dan A adalah luas penampang penghantar (m2 ) (Jati,
2010). Resistivitas ρ dan konduktivitas σ adalah besaran-besaran yang menjelaskan
mengenai baik atau buruknya bahan-bahan atau material-material dalam menghantar
listrik (Suyoso, 2003).
Arus listrik yang melalui suatu bahan berbentuk silinderakan berbanding
langsung dengan luas penampang A, berbanding terbalik dengan panjangnya L.

Arus listrik merata dan sejajar dalam sebuah silinder oleh beda potensial antara
kedua ujungnya.Dengan demikian dapat ditulis relasi I = σ A ΔV/L, dengan σ adalah
daya hantar jenis bahan yang bersangkutan. Kalau yang dipergunakan bukan daya
hantar jenis, tetapi tahanan jenis bahan ρ, maka rumus diatas menjadi.

∆𝑉 1
𝐼=𝐴 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝜌 =
𝜌𝐿 𝜎
Arus listrik yang menembus permukaan bola berongga yang luasnya A, tebalnya
dr, dan beda potensial dV antara bagian luar dan dalam adalah:

𝐴 𝑑𝑉
𝐼= −
𝜌 𝑑𝑟
Karena luas permukaan bola A = 4 π r2, maka relasi itu menjadi (Andri Yadi
Paembonan.S, 2020).

I = −4π r2 dV/ρ dr

5
2.4 Konfigurasi Schlumberger

Gambar 3. Konfigurasi Schlumberger


Konfigurasi Schlumberger menggunakan empat buah elektroda dengan dua buah
elektroda potensial dan dua buah elektroda arus yang disusun dalam satugaris lurus
dengan susunan jarak elektroda potensial lebih kecil daripada jarak elektroda arus.
Susunan elektroda konfigurasi Schlumberger terlihat pada Gambar 3. Gambar 3
memperlihatkan bahwa elektroda M dan N digunakan sebagai elektroda potensial dan
elektroda A dan B digunakan sebagai elektroda arus dengan jarak pada masing-masing
elektroda, r1=(L-l), r2=(L+l), r3=(L+l), r4=(L-l) dengan L = AB/2 dan l = MN/2
(Baso Usman, 2017).
Jarak masing-masing elektroda di atas di subsitusikan ke Persamaan (2)
sehingga diperoleh harga K untuk konfigurasi Schlumberger adalah:

(𝐿2 − 𝐼 2 )
𝐾= 𝜋
2𝐼

Berdasarkan harga K yang diperoleh maka harga tahanan jenis semu (apparent
resistivity) untuk konfigurasi Schlumberger dapat dihitung dengan persamaan:

𝑉
𝜌𝑎 = 𝐾
𝐼

2.5 Metode Vertical Electrical Sounding (VES)


Sifat ini yang digunakan untuk menentukan nilai resistivitas medium bawah
permukaan, dengan cara mengukur beda potensial dari arus yang diinjeksikan. Beda
potensial diukur dan arus diinjeksikan melalui masing-masing dua buah elektroda
logam. Untuk kajian 1 dimensi (1D) pada arah vertikal, metode ini dikenal dengan
metode VES (Vertical Electrical Sounding). Karena kajiannya adalah 1D arah vertikal,
maka target yang tepat adalah pelapisan, bedding, atau kontak geologi yang bersifat
horisontal. Target umumnya dalah akuifer bawah permukaan, lapisan bedrock, lapisan
intrusi, dll. Hasil dari metode ini berupa model pelapisan sebagai fungsi kedalaman
yang masing-masing memiliki variabel resistivitas (BUDY SANTOSO, 2016).

6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


1. Kabel Arus 2 buah
2. Kabel Potensial 2 buah
3. Baterai 9 Volt 2 buah
4. Mutimeter 1 buah
5. Paku 4 buah
6. Kabel Penghubung 4 buah
3.2 Diagram Alir

7
Prosedur Percobaan
1. Desain Akuisisi
2. Prosedur Pengolahan Data
• Penentuan Nilai Resistivitas Semu (ρapparent)
• Ploting Kurva VES (Vertical Electrical Sounding)
• Pengolahan Data VES Menggunakan Program Software IP2WIN
1. File → New VES Point
2. Memilih konfigurasi elektroda penting sebelum memasukkan data,
sebagai contoh konfigurasi elektroda Schlumberger dipilih.
3. Selanjutnya adalah dengan menyimpan data. Jendela Save as akan
keluar kemudian tentukan dimana data akan disimpan sebagai file
data VES.
4. Nilai error yaitu menunjukkan tingkat ketidakcocokan antara
kurva merah (hasil kalkulasi)dengan kurva hitam (hasil
pengukuran). Error dapat diperbaiki secara otomatis
denganmengklik Point> Inversion. Koreksi data manual dapat
dilakukan dengan menyeret kurva(warna biru).

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Data Awal

Tabel 2. Data setelah diolah

Screenshot IP2WIN

9
Litologi
• Gambar Litologi

Keterangan:Lapisan 1 surface water


Lapisan 2 lempung pasiran

Tabel 3. Data Awal line 2

Tabel 4. Data Setelah Diolah line 2

Screenshot IP2WIN

10
Litologi
• Gambar Litologi

Keterangan:Lapisan 1 surface water


Lapisan 2 lempung pasiran
Tabel 5. Data Awal line 3

Tabel 6. Data Setelah Diolah line 3

11
Screenshot IP2WIN

Litologi
• Gambar Litologi

Keterangan:Lapisan 1 surface water


Lapisan 2 lempung pasiran

12
4.2 Pembahasan

Pada percoban kali yaitu pada praktikum modul 4 praktikan menggnakan data yang
telah praktikan ambil dengan kelompok di tiga tempat yang berbeda tetapi masih
dalam lingkup linkungan yang sama yaituu didaerah kampus Itera atau yang lebih
tepatnya di arboretum Itera dengan masing masing jarak antarv titik pengukuran 10-15
meter dari pengukuran pertama dan kedua.
Data yang praktikan dan kelompok diperoleh menggunakan metode Geolistrik
dengan konfigurasi schlumberger. Konfigurasi schlumberger merupakan sebuah cara
unutk mengukur resistivitas tanah dengan menggunakan empat buah elektroda dengan
dua buah elektroda potensial dan dua buah elektroda arus yang disusun dalam
satugaris lurus dengan susunan jarak elektroda potensial lebih kecil daripada jarak
elektroda arus
Pengukuran data petama di daerah Aoboretum Itera yang memiliki
titik,praktikan dan kelompok melakukan pengambilan data pada tanggal 22 oktober
2021 , berdasarkan kondisi sekitar wilayah pengukuran dipenuhi dengan pohon akasia
yang cukup besar dan proses pengambilan data dilakukan setelah terjadi hujan
sedang,setelah data didapatkan praktikan langsung memasukananya kedalam tabel
excel untuk mendapatkan nilai rho app dan kurva ab/2, dan setelah mendapatkan nilai
rho app dan kurvaab/2 praktikan langsnung melakukan pengolahan data dengan
aplikasi ip2win dengan data dari 3 titik yang berbeda,
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan Ms. Excel, maka
dilakukan pengolahan dengan menggunkan IP2WIN untuk melihat gambaran 1D dari
data yang telah diperoleh. Dari data yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa bentuk
kurva yang terdapat pada data adalah jenis kurva bantu, K menunjukan harga ρ
maksimum dan variasi lapisan dengan ρ1 < ρ2 > ρ3.
Dari data yang telah praktikan dapatkan dan diolah,pada titik pertama
didapatkan nilai error yang cukup besar yaitu 23.5%,nilai ini juga diperoleh
dikarenakan kondisi tanah sewaktu pengukuran agak lembab dikarenakan nilai error
ini disebabkan oleh human error dan kesalahan pada habis terjadi hujan.Dari nilai
resistivitas yang didapatkan pada ip2win,praktikan mendapatkan 2 lapisan dimana
lapisan pertama mendaptkan nilai resistivitas 0.183 dikedalaman 0.0161 meter dan
dilapisan kedua mendapatkan nilai resitivitas 32.8 dengan kedalaman 0.0352. Dari
hasil dapat praktikan ambil kesimpulan bahwa lapisan pertama itu adfalah surface
water atau tanah yang lembab dan lapisan kedua adalah lempung berpasir.

13
pada titik kedua didapatkan nilai error yang cukup besar lebih besar dari titik
yang pertama yaitu 33.6% ,nilai ini juga diperoleh dikarenakan kondisi tanah sewaktu
pengukuran agak lembab dikarenakan nilai error ini disebabkan oleh human error dan
kesalahan pada habis terjadi hujan, praktikan mendapatkan 2 lapisan dimana lapisan
pertama mendaptkan nilai resistivitas 0.199 dikedalaman 0.0118 meter dan dilapisan
kedua mendapatkan nilai resitivitas 22.7 dengan kedalaman 0.0018. hasil kedlaman
pada lapisan kedua ditemukan lebih dangkal dari lapisan pertama hal ini terjadi
mungkin dikarenakan error pada alat dan praktikan sendiri. Tetapi Dari hasil
resistivitas dapat praktikan ambil kesimpulan bahwa lapisan pertama itu adalah surface
water atau tanah yang lembab dan lapisan kedua adalah lempung berpasir.
Yang terakhir pada titik 3 didapatkan nilai error yang lebih kecil dari titik
kedua yaitu 29.1% ,nilai ini juga diperoleh dikarenakan kondisi tanah sewaktu
pengukuran agak lembab dikarenakan nilai error ini disebabkan oleh human error dan
kesalahan pada habis terjadi hujan, praktikan mendapatkan 2 lapisan dimana lapisan
pertama mendaptkan nilai resistivitas 0.144 dikedalaman 0.0111 meter dan dilapisan
kedua mendapatkan nilai resitivitas 20.7 dengan kedalaman 0.989 meter.hasil dari
kedalaman lapisan kedua praktikan tidak yakin dikarenakan hanya memakai paku
untuk elektroda dan arus yang diinjeksikan kecil berbeda hasilnya dengan kedalaman
titik 1 dan titik kedua. Tetapi Dari hasil resistivitas dapat praktikan ambil kesimpulan
bahwa lapisan pertama itu adalah surface water atau tanah yang lembab dan lapisan
kedua adalah lempung berpasir.
Berdasarkan dari tiga data yang telah diperoleh maka dapat dilihat bahwa
wilayah Itera memiliki jenis sedimen yang mudah dilewati dan menyimpan air dan
rata -rata memiliki jenis tanah lempung berpasir

14
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kali ini maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada percobaan kali ini merangkai konfigurasi Schlumberger dengan baik dan
benar
2. Dalam pengolahan data yang dilakukan pada Ms. Excel dan IP2WIN memiliki
nilai K, serta Rho APP yang sama.
3. Berdasarkan data yang telah diolah dapat disimpulkan bahwa daerah itera
didominan berjenis tanah
4. Nilai error ini terjadi akaibat banyak hal, seperti human error, error alat, kondisi
lokasi pengukuran dan kondisi cuaca saat pengukuran.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2017). Fisika Dasar II. Bandung: Institut Teknologi Bandung.


Andri Yadi Paembonan.S, S. d. (2020). Modul : Geolistrik dan Elektromagnetik. Modul
Praktikum, 17-22.
Baso Usman, R. H. (2017). Identifikasi Akuifer Air Tanah Kota Palopo Menggunakan
Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger. Jurnal Fisika FLUX, 65-
67.
BUDY SANTOSO, B. W. (2016). PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA
MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY
DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING. Jurnal Material dan Energi
Indonesia, 8-12.
Joko Siswanto, E. S. (2018). Fisika Dasar Seri: Listrik Arus Searah dan Kemagnetan.
Semarang: UPGRIS PRESS
Soebyakto. (2017). Fisika Terapan 2. Kota Tegal: Badan Penerbit Universitas Pancasakti
Tegal.

16
LAMPIRAN

Alat dan Bahan

Link Video
https://drive.google.com/drive/folders/1mV4Jr5-
fkVOQgdYkZ9X995s5hXvLvGJj?usp=sharing

17
18

Anda mungkin juga menyukai