Gaya Coriolisdan Ekman
Gaya Coriolisdan Ekman
net/publication/344690524
CITATIONS READS
0 7,899
1 author:
Frevi Fathaero
Universitas Padjadjaran
15 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Frevi Fathaero on 16 October 2020.
OSEANOGRAFI FISIKA
Disusun oleh:
FREVI FATHAERO
230210190058
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
GAYA CORIOLIS DAN PENJELASANNYA
Gaya coriolis adalah gaya yang terjadi apabila angin dibelokkan tergantung
dengan kemana angin itu berhembus. Contohnya, ketika angin berhembus ke utara,
dengan adanya gaya gravitasi, angin seolah-olah berbelok 45 derajat ke arah kanan dan
ketika angin berhembus ke selatan, angin seolah-olah berbelok 45 derajat ke arah kiri.
Gaya ini sangat mempengaruhi aliran massa air dan arah arus yang lain sehingga
terciptanya arus-arus dunia yang kompleks dan tergantung dengan suatu kedalaman
perairan.
Gaya ini pertama kali dipopulerkan oleh Gaspard Gustave de Coriolis, ahli
matematika asal Perancis. Gaya ini muncul pada tahun 1835. Beliau yang
mengemukakan suatu fenomena dimana gaya rotasi sistem di bumi ini berperan. Ide
awalnya bermula ketika terjadi suatu perdebatan yang cukup intens apakah bumi ini
berputar atau tidak. Perdebatan ini juga mengacu pada teori yang sampai saat ini masih
ada perbincangan yaitu apakah bumi berbentuk bulat atau datar (Gerkema & Gostiaux,
2012).
Coriolis mengamati suatu alat penampung air di kawasan industri. Namun, ketika
diamati dengan seksama, air tersebut berputar bersamaan dengan diputar nya alat
tersebut. Hal ini membuat Coriolis berpikir apakah sifat bumi ini dengan alat tersebut
sama mengingat bumi sudah disimpulkan sebelumnya yaitu berputar pada porosnya
pada waktu itu. Karyanya yang dipublikasikan pertama kali adalah sebuah laporan
berbahasa Perancis yang bertajuk Sur les équations du mouvement relatif des systèmes
de corps. Karya ini berisi tentang penjelasan umum mengenai gaya berputar yang
menyebabkan adanya gaya tambahan yang muncul. Gaya tambahan ini dinamakan
akselerasi Coriolis yang dipakai sampai saat ini.
Sebelum munculnya teori dari Gaya Coriolis dan semacamnya, pada tahun 1668,
seorang anggota akademik bernama Giovanni Borelli, menjelaskan tentang asas inersia
ketika suatu benda dijatuhkan dari tempat yang lebih tinggi. Pada waktu itu, gaya
gravitasi sedang hangat diperbincangkan sehingga banyak penelitian yang
mengembangkan teori yang dikemukaan Sir Isaac Newton. Salah satunya ialah Borelli.
Percobaan ini menyimpulkan bahwa tidak semua benda jatuh langsung dengan garis
lurus apabila permukaan tersebut berputar. Ini menunjukkan adanya gaya yang lain
selain gravitasi yang mempengaruhi arah jatuh benda tersebut. Teori ini dinamakan
Eastward deflection atau pembelokkan ke arah timur.
Kemudian, pada tahun 1803, Laplace dan Gauss membuat suatu turunan
perhitungan untuk mencari eastward deflection dengan cara:
2 2ℎ3
𝑑 = Ω cos(Φ)√ ,
3 𝑔
dimana Ω adalah kecepatan sudut bumi, besaran konstan yaitu sebesar 7.292 x 10-5
rad.s-1, dan Φadalah latitude. Sementara h dinotasikan sebagai tinggi dari suatu benda
dan g adalah kecepatan gravitasi.
Angin bukan tanpa sebab muncul begitu saja, tetapi diakibatkan oleh adanya
gaya rotasi bumi yang berputar pada porosnya dan peredaran atmosfer di permukaan
bumi. Apabila tidak ada atmosfer, maka tidak aka nada gaya gravitasi oleh penarikan
magnet di dalam bumi (Indonesia et al., 2013).
𝑑ℎ
′
𝑈2
𝑔 = 𝑓𝑈 + ,
𝑑𝑦 𝑅
Dengan adanya gaya coriolis ini, maka terciptanya suatu arus yang dinamakan
arus Ekman. Arus ini cukup unik karena bisa membelokkan arus dan semakin dalam
akan semakin terlihat seperti spiral. Maka dapat dikatakan sebagai spiral Ekman (Ekman
Spiral). Teori ini pertama kali tercpita oleh seorang ilmuwan asal Swedia yang menjadi
asal dari nama Ekman ini yaitu Vagn Walfrid Ekman pada tahun 1902.
Fenomena ini terjadi ketika air di permukaan bergerak oleh angin, lalu akan
berakibat terhadap air yang ada di dalamnya. Setiap bagian tergantung ke kedalaman
hingga 100 meter. Spiral Ekman ini juga memiliki sifat yang hampir sama dengan gaya
Coriolis. Dimana apabila terjadi di belahan bumi utara (Northern Hemisphere) maka arah
pusaran akan ke kanan. Sedangkan di belahan bumi selatan (Southern Hemisphere)
maka arah pusaran ke kiri.
Cara yang terbaik dalam mencari Arus Ekman serta pengaruhnya terhadap gaya
Coriolis adalah dengan menurunkan fungsi velositas vertikal dan horizontal atau
kedalamannya (Roach et al., 2015). Persamaanya yaitu sebagai berikut:
1 𝜕𝜋(𝑧) 𝜕𝑼𝑒𝑘
𝑖𝑓𝑼𝑒𝑘 = =𝑘
𝜌 𝜕𝑧 𝜕𝑧
dimana 𝑼𝑒𝑘 disimbolkan sebagai Ekman velocity yang didapat dari penambahan dari
uek + ivek dan 𝜋(𝑧) yaitu disimbolkan sebagai turbulent wind stress.
Arus Ekman di permukaan dipengaruhi oleh wind stress yang ada di permukaan
laut. Cara menentukan besaran angin ini dpaat ditentukan dengan cara penghitungan
yang disimbolkan sebagai T, yaitu dengan:
𝑇 = 𝜌𝑎 𝐶𝐷 𝑈10 2
Simbol 𝜌𝑎 mennyatakan konstanta densitas air yaitu 1.3 kg.m-3, 𝐶𝐷 menunjukkan
pergeseran koefisien yang berhubungan sementara 𝑈10 menyatakan kecepatan angin
di 10 meter di atas permukaan laut. Koefisien ini juga bergantung kepada kecepatan
angin. Untuk menentukan besarannya, dapat dihitung dengan berbagai syarat tertentu
di kecepatan angin, yaitu:
3.1 7.7
1000𝐶𝐷 = 0.29 + + 2 (𝑎𝑝𝑎𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 3 ≤ 𝑈10 ≤ 6 𝑚. 𝑠 −1
𝑈10 𝑈10
Berikut ini adalah data yang diambil dari suatu junal yang menyatakan arus
permukaan Ekman di Teluk Persia dan Laut Oman
perbedaan ini disebabkan oleh cara pengambilan data yang sedikit berbeda. Dimana
perhitungan mandiri dilakukan di kedalaman tertentu. Sedangkan oleh NOAA diambil
dari data permukaan terdekat sehingga arus terlihat lebih cepat.
Peran Arus Ekman dalam Persebaran Sampah Mikroplastik dan Makroplastik
Sampah plastik semakin luas dan marak terlihat. Terlebih di Samudera Pasifik
dan Hindia. Pada tahun 2010 saja, diperkirakan sekitar 5 - 13 juta ton plastik memasuki
samudera. Arus Ekman memiiliki peran penting dalam persebarannya bersamaan
dengan arus geostrofik (Onink et al., 2019). Apabila terjadi fenomena-fenomena ini,
maka kemungkinan besar daerah tesebut merupakan daerah terkumpulnya mikroplastik.
Selain itu, adanya perseran Stokes juga dapat menjadi indikator persebaran sampah
mikroplastik.
Pada umumnya, kita melihat arus atau sirkulasi yang dapat kita lihat di
permukaan air. Namun, pada kenyataanya, arus di permukaan ini hanya sedikit dari arus
secara keseluruhan. Sisanya, berada di bawah laut yang disebut sirkulasi laut dalam
(deep water circulation). Arus ini selalu bergerak ke penjuru samudera di dunia dan
bergerak sangat lambat yaitu sekitar 0.5 - 0.8 m.s-1. Sehingga, untuk dapat sampai satu
putaran arus dunia ini membutuhkan waktu hingga ribuan tahun.
Arus di dunia ini sering bercampur dengan satu sama lain. Contohnya, di
daerah Samudera Pasifik saja ada beberapa arus yang saling bersinggungan
dan bercampur.
Gerkema, T., & Gostiaux, L. (2012). A brief history of the Coriolis force. Europhysics
News, 43(2), 14–17. https://doi.org/10.1051/epn/2012202
Indonesia, P. R., Syafik, A., Kelautan, J. I., Perikanan, F., Diponegoro, U., Soedharto, J.
P. H., Semarang, T., Fax, T., & Kunarsojpryahoocom, E. (2013). Pengaruh Sebaran
Dan Gesekan Angin Terhadap Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Samudera Hindia
(Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia 573). Journal of
Oceanography, 2(3), 318–328.
Onink, V., Wichmann, D., Delandmeter, P., & van Sebille, E. (2019). The Role of Ekman
Currents, Geostrophy, and Stokes Drift in the Accumulation of Floating Microplastic.
Journal of Geophysical Research: Oceans, 124(3), 1474–1490.
https://doi.org/10.1029/2018JC014547
Roach, C. J., Phillips, H. E., Bindoff, N. L., & Rintoul, S. R. (2015). Detecting and
characterizing Ekman currents in the Southern Ocean. Journal of Physical
Oceanography, 45(5), 1205–1223. https://doi.org/10.1175/JPO-D-14-0115.1
Wenegrat, J. O., & Thomas, L. N. (2017). Ekman transport in balanced currents with
curvature. Journal of Physical Oceanography, 47(5), 1189–1203.
https://doi.org/10.1175/JPO-D-16-0239.1