Anda di halaman 1dari 14

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
Analisis eksplorasi penyebab
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
masalah
diidentifikasi
1 Motivasi belajar Kajian Literatur Berdasarkan hasil dari kajian literatur
siswa rendah dan hasil wawancara, dapat
Didalam kajian literatur terdapat disimpulkan bahwa rendahnya
pendapat dan hasil penelitian yang motivasi siswa dalam belajar
diambil dari beberapa jurnal penelitian disebabkan oleh faktor internal dan
tentang penyebab motivasi belajar siswa eksternal.
rendah. Seperti yang diungkapkan
Puthree, A. N. dkk., (2021) mengatakan Faktor internal atau faktor dalam diri
bahwa motivasi belajar siswa rendah siswa itu sendiri seperti :
disebabkan oleh faktor internal dan 1. Siswa cenderung jenuh dalam
eksternal siswa. Faktor internal siswa pembelajaran dengan metode
meliputi : yang dipakai guru.
1. Kejenuhan dalam belajar. 2. Minat siswa dalam belajar
2. Minat belajar. masih kurang dan lebih
3. Kesehatan fisik dan mental. senang bermain saat
Sedangkan faktor eksternal siswa adalah pembelajaran.
: Faktor eksternal yaitu faktor dari luar
1. Keadaan keluarga. seperti :
2. Lingkungan di rumah. 1. Kurangnya pendampingan
3. Sarana prasarana. orang tua dalam
pembelajaran
(Sumber : Puthree, A. N., Rahayu, D. W., Ibrahim, M., 2. Pengaruh gadget yang
& Djazilan, M. S. (2021). Analisis Faktor Penyebab
Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar digunakan hanya untuk
selama Pembelajaran Daring. Jurnal Basicedu, 5(5), bermain game tidak
3101-3108.) dimanfaatkan untuk
pembelajaran.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Naibaho, S. W. dkk,. (2021) menurutnya, Diperkuat lagi dengan pendapat
faktor-faktor penyebab rendahnya Sardiman (2018), Peserta didik
motivasi belajar siswa meliputi cita cita terlihat memiliki motivasi belajar
atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, jika telah menunjukkan beberapa
kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, sikap yaitu sebagai berikut:
dan unsur dinamika dalam mengajar 1) Semangat dan rajin dalam
siswa. menghadapi tugas
2) Gigih saat menghadapi
(Sumber : Naibaho, S. W., Siregar, E. Y., kesulitan
& Elindra, R. (2021). Analisis Faktor- 3) Menunjukkan minat terhadap
Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi bermacam penyelesaian persoalan
Belajar Siswa MTs Negeri 1 Tapanuli 4) Tidak mudah jenuh pada
Tengah Disaat Pandemi Covid- tugas yang sama.
19. JURNAL MathEdu (Mathematic 5) Mampu bertahan ada
Education Journal), 4(2), 304-312.) argumennya apabila sudah merasa
yakin pada suatu hal.
Sedangkan Sasmita dkk., (2020)
mengatakan adanya problematika yang (Sumber : Sardiman, A.M. (2018). Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Depok :
menunjukkan motivasi belajar peserta Rajagrafindo)
didik yang rendah. Adapun kondisi
belajar peserta didik saat berlangsungnya
pembelajaran yaitu ada yang mengantuk,
corat-coret buku, atau menggambar
sendiri, mengobrol dengan teman
sebangku, melamun pada waktu guru
menjelaskan materi pelajaran, keinginan /
dorongan dan ketertarikan yang rendah
dalam belajar.

(Sumber : Sasmita, O. T., Narut, Y. F., &


Baci, R. (2020). PERAN GURU KELAS
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA DI SEKOLAH
DASAR. Jurnal Literasi Pendidikan
Dasar, 1(1), 65-71..)

Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan dengan rekan guru


yaitu Ibu Isma Fazria, S.Pd, guru di
SDSIT Kuntum Bumi untuk mengetahui
penyebab motivasi belajar siswa rendah.
Dapat disimpulkan bahwa :

1. Motivasi siswa di pengaruhi


metode guru dalam mengajar
2. Banyaknya siswa yang bermain
saat pembelajaran berlangsung
3. Faktor dari rumah misalnya orang
tua cenderung tidak
memperhatikan pola belajar
anaknya dirumah.
4. Pengaruh gadget dirumah,
sehingga anak sampai sekolah
bukan menceritakan
pembelajaran tetapi cerita tentang
game yang dimainkannya.

Selain itu, wawancara juga dilakukan


dengan kepala sekolah SDSIT Kuntum
Bumi, Ibu Fifi Wahyuni, S.Pd mengenai
pandangannya terhadap rendahnya
motivasi belajar siswa. Dari hasil
wawancara, dapat disimpulkan :
1. Pengaruh metode guru dalam
mengajar yang membuat siswa itu
jenuh
2. Pengaruh gadget. Kebanyakan
siswa setelah pulang sekolah
lebih memilih bermain game di
gadget masing-masing
dibandingkan dengan belajar.
Wawancara juga dilakukan dengan salah
satu Dosen UNPAL Langkat, Bapak
Dodi Satria Permadi, M.Pd. untuk lebih
mencari akar penyebab masalah motivasi
belajar rendah. Hasil wawancara, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Rendahnya motivasi belajar
dilihat dari diri sendiri
(siswanya), seperti bagaimana
minatnya dalam pembelajaran.
2. Faktor dari luar seperti
lingkungan tempat siswa belajar.
3. Peran orangtua dalam
mendampingi pembelajaran
dirumah.

2 Kurangnya Kajian Literatur Berdasarkan hasil dari kajian literatur


pemanfaatan dan hasil wawancara, dapat
pojok baca untuk Didalam kajian literatur terdapat disimpulkan bahwa kurangnya
menumbuhkan pendapat dan hasil penelitian yang pemanfaatan pojok baca dalam
minat baca siswa diambil dari beberapa jurnal penelitian menumbuhkan minat baca siswa
tentang penyebab rendahnya minat baca. disebabkan oleh :
Seperti yang dituliskan Rofi'uddin, M. 1. Minat baca siswa masih
A., & Hermintoyo, H. (2017) dalam rendah dan juga beberapa
jurnalnya, bahwa faktor-faktor yang siswa belum lancar membaca.
memengaruhi rendahnya minat baca Sehingga tidak membuat
peserta didik diantaranya : siswa tertarik dengan
1. Masih rendahnya kemahiran keberadaan pojok baca.
membaca siswa di sekolah dasar. 2. Buku yang ada di pojok baca
2. Banyaknya jenis hiburan (game) tidak beragam. Siswa
dan tayangan di TV yang cenderung bosan membaca
mengalihkan perhatian anak-anak buku yang sama.
dari buku. 3. Peran guru dalam
3. Minimnya koleksi buku di menumbuhkan minat baca
perpustakaan yang tidak siswa dengan membuat pojok
memberikan iklim yang kondusif baca lebih kreatif dan
bagi tumbuh kembangnya minat menarik. Guru juga harus
baca peserta didik. membuat kebiasaan atau
jadwal tetap dalam
(Sumber : Rofi'uddin, M. A., & Hermintoyo, H. (2017). penggunaan pojok baca
Pengaruh Pojok Baca Terhadap Peningkatan Minat
Baca Siswa di SMP Negeri 3 Pati. Jurnal Ilmu
Perpustakaan, 6(1), 281-290.)

Selain itu, Pradana, F.A.P., (2020) juga


mengatakan beberapa faktor penghambat
yang mempengaruhi pemanfaatan
sudut baca, antara lain adalah
kurangnya tempat untuk membuat sudut
baca yang lebih luas di setiap kelas dan
kurangnya jenis buku yang ada. Oleh
karena itu peserta didik akan merasa
bosan jika terus membaca buku yang
sama.
(Sumber : Pradana, F. A. P. (2020). Pengaruh budaya
literasi sekolah melalui pemanfaatan sudut Baca
terhadap minat membaca Siswa di sekolah
dasar. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 2(1), 81-85.)

Hasil Wawancara

Wawancara pertama dilakukan dengan


rekan guru yaitu Ibu Isma Fazria, S.Pd,
guru di SDSIT Kuntum Bumi. Dari hasil
wawancara dapat disimpulkan bahwa :
1. Masih ada siswa yang belum
lancar membaca sehingga siswa
tidak tertarik dengan keberadaan
pojok baca
2. Minat baca siswa masih rendah
3. Buku yang ada di pojok baca
tidak beragam.

Selain itu, wawancara juga dilakukan


dengan kepala sekolah SDSIT Kuntum
Bumi, Ibu Fifi Wahyuni, S.Pd, dapat
disimpulkan :
1. Pengadaan buku disekolah yang
belum maksimal
2. Guru kurang kreatif dalam
menciptakan pojok baca sehingga
siswa tidak tertarik untuk
membaca buku di pojok baca.
3. Guru tidak membuat jadwal tetap
sehingga pemanfaatan pojok baca
belum maksimal.

Wawancara terakhir dilakukan dengan


Dosen UNPAL langkat, Bapak Dodi
Satria Permadi, M.Pd. Dari hasil
wawancara, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kemampuan literasi mencakup
keterampilan membaca dan
menulis.
2. Pojok baca sangat berguna dalam
menumbuhkan literasi siswa
disekolah
3. Untuk di sekolah, guru harus bisa
menjadi teladan bagi muridnya
dalam hal literasi. Contohnya
guru dan siswa membaca buku
bersama setiap hari sebelum
mulai pembelajaran. Kebiasaan
ini akan menumbuhkan minat
baca siswa.
3 Komunikasi Kajian Literatur Berdasarkan hasil dari kajian literatur
antara guru dan dan hasil wawancara, dapat
orang tua siswa Didalam kajian literatur terdapat disimpulkan bahwa kurangnya
terkait pendapat dan hasil penelitian yang komunikasi guru dengan orangtua
pembelajaran diambil dari beberapa jurnal penelitian siswa disebabkan oleh beberapa
masih kurang. tentang penyebab komunikasi guru dan faktor :
orangtua murid asih kurang. Seperti 1. Orang tua kurang peduli
yang disampaikan Ilham, M. dkk., (2022) dengan anaknya ketika
beberapa kendala atau penyebab disekolah. Dan lebih
kerjasama guru dan orangtua murid menyerahkan ke pihak
masih kurang yaitu sikap orang tua sekolah.
yang tidak merespon atau tidak 2. Sibuknya orangtua dalam
memperdulikan perkembangan anaknya bekerja sehingga
di sekolah karena kesibukan orang tua mengabaikan beberapa pesan
peserta didik dengan pekerjaannya, guru dan undangan rapat
sehingga tidak dapat menghadiri rapat pertemuan untuk membahas
atau kegiatan yang dilaksanakan oleh perkembangan anaknya
sekolah dan menyerahkan semuanya disekolah
kepada pihak sekolah.
(Sumber : Ilham, M., Marzuki, M., Hardiyanti, W. E.,
& Yuliani, S. (2022). KERJASAMA SEKOLAH DAN
ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
SISWA DI SEKOLAH DASAR. Pendas: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 7(1), 107-118.)

Hal serupa juga disampaikan oleh Zahro,


I. F., & Navisa, D. M. (2022)
mengatakan bahwa sedikitnya perhatian
orang tua terhadap pendidikan anaknya,
tidak ada waktu untuk membimbing
belajar dirumah, sehingga anak jarang
mengerjakan tugas dari guru, bahkan tak
jarang anak sering tidak masuk sekolah
karena orang tua yang sibuk bekerja.
(Sumber : Zahro, I. F., & Navisa, D. M. (2022).
PERAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR ANAK DI SD NURUL HIKMAH
BABAT. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur: Berbeda,
Bermakna, Mulia, 8(1), 128-133.)

Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan dengan rekan guru


yaitu Ibu Isma Fazria, S.Pd, guru di
SDSIT Kuntum Bumi. Dapat
disimpulkan bahwa :
1. Faktor kurangnya komunikasi
guru dengan orangtua siswa
adalah kesibukan orang tua dalam
bekerja
2. Beberapa orangtua cenderung
tidak membalas pesan guru
terkait pembelajaran anak di
sekolah
3. Tidak hadirnya orangtua dalam
rapat pertemuan dalam membahas
perkembangan anak disekolah.

Selain itu, wawancara juga dilakukan


dengan kepala sekolah SDSIT Kuntum
Bumi, Ibu Fifi Wahyuni, S.Pd, dapat
disimpulkan :
1. Orangtua siswa cenderung
menyerahkan sepenuhnya
perkembangan anaknya ke pihak
sekolah
2. Program sekolah untuk
mengadakan rapat dengan wali
murid setiap 2 kali di setiap
semester tidak terlaksana dengan
baik

4 Guru kurang Kajian Literatur Berdasarkan hasil dari kajian literatur


memanfaatkan dan hasil wawancara, dapat
model-model Didalam kajian literatur terdapat disimpulkan bahwa kurangnya guru
pembelajaran pendapat dan hasil penelitian yang memanfaatkan model pembelajaran
inovatif diambil dari beberapa jurnal penelitian inovatif disebabkan oleh :
tentang kurangnya guru memanfaatkan 1. Guru sudah nyaman
model pembelajaran inovatif. Seperti menggunakan model
yang dituliskan oleh Nasrun, N., Faisal, konvensional
F., & Feriyansyah, F. (2018) bahwa 2. Guru kurang memahami
pembelajaran di kelas belum berjalan jenis, konsep, dan langkah-
secara efektif dan belum mencapai hasil langkah menggunakan model
yang maksimal dikarenakan beberapa hal pembelajaran inovatif
yaitu : (1) pembelajaran masih monoton 3. Kurangnya pelatihan yang
sehingga siswa terlihat bosan dalam dilakukan guru dalam
pembelajaran, (2) RPP yang dirumuskan memahami model inovatif
belum menunjukkan berorientasi pada
aktivitas, (3) penilaian yang dilakukan
belum berorientasi pada penilaian
otentik.
Paradigma pembelajaran seperti itu
menunjukkan adanya indikasi bahwa
pembelajaran aktif yang berbasis
aktivitas belum berjalan seperti yang
diharapkan. Hal ini terjadi karena :
1. Belum mampunya guru
merancang perangkat
pembelajaran yang berorientasi
pada model pembelajaran
tertentu,
2. Melaksanakan proses
pembelajaran dengan
menggunakan model
pembelajaran inovatif, dan
3. Melakukan penilaian otentik
dalam pembelajaran.
(Sumber : Nasrun, N., Faisal, F., & Feriyansyah, F.
(2018). Pendampingan Model Pembelajaran
Inovatif di Sekolah Dasar Kecamatan Medan
Selayang Kota Medan. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 24(2), 671-676.)

Hiasa, F., & Agustina, E. (2020) juga


mengatakan beberapa faktor seorang
guru tidak menerapkan model-model
pembelajaran inovatif yaitu, kurangnya
pengetahuan guru tentang model-model
pembelajaran inovatif, rendahnya
pemahaman terhadap tiap-tiap jenis
model pembelajaran inovatif dan
pemahaman langkah-langkah dalam
penerapan model pembelajaran inovatif,
dan kurangnya referensi guru dalam
mendapatkan bahan materi yang valid
mengenai model pembelajaran inovatif
dari berbagai sumber misalnya buku
atau pun artikel yang terdapat di
jurnal online.
(Sumber : Hiasa, F., & Agustina, E. (2020). Pelatihan
model-model pembelajaran inovatif untuk guru di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Kota
Bengkulu. Jurnal Anugerah, 2(1), 19-26.)

Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan dengan rekan guru
yaitu Ibu Sabrina P Tanjung, S.Pd, guru
di SDSIT Kuntum Bumi. Dapat
disimpulkan bahwa :
1. Guru sudah nyaman
menggunakan model
konvensional
2. Kurangnya pengetahuan guru
tentang jenis-jenis model
pembelajaran inovatif
3. Guru masih bingung menerapkan
langkah-langkah model
pembelajaran inovatif
Selain itu, wawancara juga dilakukan
dengan kepala sekolah SDSIT Kuntum
Bumi, Ibu Fifi Wahyuni, S.Pd, dapat
disimpulkan :
1. Kurangnya pelatihan yang
diadakan dinas pendidikan
tentang pemanfaatan model-
model inovatif
2. Guru kurang mengeksplor kajian
tentang model pembelajaran
inovatif
3. Kurangnya persiapan guru dalam
menyiapkan model inovatif dalam
pembelajaran.
Wawancara juga dilakukan dengan
Dosen UNPAL Langkat, Bapak Dodi
Satria Permadi, M.Pd. Disimpulkan
bahwa :
1. Bicara mengenai model
pembelajaran tidak bisa lepas dari
teori-teori belajar.
2. Menggunakan model
pembelajaran inovatif sebagai
solusi untuk guru untuk tidak
terus menerus menggunakan
model konvensional.

5 Banyak siswa Kajian Literatur Berdasarkan hasil dari kajian literatur


yang kurang dan hasil wawancara, dapat
mampu menjawab Didalam kajian literatur terdapat disimpulkan bahwa siswa yang
soal-soal Operasi pendapat dan hasil penelitian yang kurang mampu menjawa soal-soal
hitung pecahan diambil dari beberapa jurnal penelitian operasi hitung pecahan dikarenakan :
tentang faktor penyebab siswa kesulitan 1. Metode pembelajaran yang
menjawab soal-soal pecahan. Seperti digunakan guru dalam materi
yang diungkapkan : pecahan belum maksimal
Made, S. I. (2018) mengungkapkan 2. Siswa masih bingung konsep
bahwa faktor-faktor kesulitan siswa pecahan (tidak dapat
dalam menyelesaikan operasi hitung membedakan pembilang dan
pecahan diantaranya yaitu : penyebut)
1. Faktor kesulitan siswa pada saat 3. Masih kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita operasi hitung dasar seperti
pecahan karena kurangnya penjumlahan, pengurangan,
penggunaan bahasa Indonesia perkalian dan pembagian
dalam pembelajaran serta siswa 4. Siswa menganggap pelajaran
tidak mengetahui tahapan- matematika adalah pelajaran
tahapan dalam menyelesaikan yang sulit.
soal cerita dengan benar.
2. Faktor kesulitan siswa saat
menyelesaikan soal penjumlahan
dan pengurangan pecahan
berpenyebut tidak sama karena
ada konsep yang sering siswa
lupakan yaitu konsep operasi
hitung penjumlahan dan operasi
hitung pengurangan serta siswa
tidak mengerti bagaimana cara
menyamakan penyebut dan siswa
kurang memperhatikan guru saat
menjelaskan materi.
3. Faktor kesulitan siswa dalam
menyederhanakan pecahan
karena siswa tidak mengerti
bagaimana cara
menyederhanakan pecahan agar
menjadi pecahan yang paling
sederhana.
(Sumber : Made, S. I. (2018). Analisis Kesulitan Siswa
dalam Menyelesaikan Operasi Hitung Pecahan Siswa
Sekolah Dasar. International Journal of Elementary
Education, 2(2), 144-155.)
Sedangkan menurut Suciati, I., &
Wahyuni, D. S. (2018) pada jurnal
penelitiannya mengatakan bahwa
kesalahan siswa dalam menjawab soal-
soal operasi hitung pecahan dibagi
menjadi 3, yaitu :
1. Kesalahan konsep. Konsep dasar
operasi hitung pecahan adalah
harus mengerti apa itu pembilang
dan penyebut dalam pecahan.
Banyak siswa yang belum
mengerti konsep ini sehingga
membuat siswa kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal operasi
hitung pecahan (penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan
pembagian)
2. Kesalahan Prinsip.
Ketidaktahuan, tidak memahami
maksud soal, dan tidak
mempunyai ide dalam
menyelesaikan soal-soal operasi
hitung pecahan adalah faktor
terbesar siswa mengalami
kesulitan menjawab soal-soal
operasi hitung pecahan.
3. Kesalahan perhitungan. Tidak
sedikit siswa yang salah dalam
menghitung hasil dari operasi
pecahan. Faktor utamanya adalah
siswa terburu-buru dalam
menyelesaikan soal dan tidak
memeriksa ulang hasil
perhitungan. Hal ini berdampak
dengan hasil penilaian yang
diterima siswa.
(Sumber : Suciati, I., & Wahyuni, D. S. (2018).
Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada operasi hitung pecahan pada siswa
kelas v sdn pengawu. JPPM (Jurnal Penelitian dan
Pembelajaran Matematika), 11(2).

Hasil wawancara
Wawancara dilakukan dengan rekan guru
yaitu Ibu Sabrina P Tanjung, S.Pd, guru
di SDSIT Kuntum Bumi. Dapat
disimpulkan bahwa :
1. Siswa masih belum mengerti
operasi hitung dasar dalam
matematik (Penjumlahan,
pengurangan, perkalian,
pembagian)
2. Siswa masih bingung dengan
konsep pembilang dan penyebut
dalam pecahan
Selain itu, wawancara juga dilakukan
dengan kepala sekolah SDSIT Kuntum
Bumi, Ibu Fifi Wahyuni, S.Pd, dapat
disimpulkan :
1. Banyaknya siswa yang kesulitan
menjawab soal matematika
adalah metode yang kurang tepat
yang digunakan guru dalam
mengajar
2. Siswa menganggap mata
pelajaran matematika adalah
pelajaran yang sulit, sehingga
siswa tidak termotivasi dalam
mengerjakan soal-soal yang
diberikan.

Wawancara juga dilakukan dengan


Dosen UNPAL Langkat, Bapak Dodi
Satria Permadi, M.Pd. Disimpulkan
bahwa :
1. Metode yang digunakan guru
dalam memberikan materi tentang
pecahan masih belum maksimal.
2. Guru harus bisa menjadikan
pembelajaran matematika
menjadi pelajaran yang
menyenangkan untuk siswa
3. Tugas awal guru adalah untuk
memberikan konsep pemahaman
pecahan kepada siswa agar siswa
tidak bingung dalam mengerjakan
soal-soal

6 Guru belum Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan


sepenuhnya hasil wawancara, dapat disimpulkan
memahami Didalam kajian literatur terdapat bahwa guru belum sepenuhnya
penyusunan soal pendapat dan hasil penelitian yang memahami penyusunan soal berbasis
berbasis HOTS diambil dari beberapa jurnal penelitian hots disebabkan :
tentang faktor penyebab guru belum 1. Kurangnya pelatihan atau
memahami soal hots. Seperti yang sosialisasi yang didapatkan
dikatakan Nuraeni, I, dkk., (2021) adanya guru dalam menyusun soal-
berbagai kendala penyusunan soal HOTS soal hots
oleh guru. Kendala tesebut disebabkan 2. Guru belum paham apa saja
oleh empat faktor. Pertama, kurangnya yang menjadi acuan dalam
sosialisasi tentang penyusunan soal menyusun soal hots
HOTS. 3. Padatnya jadwal mengajar
Kedua, minimnya waktu bagi guru untuk yang membuat guru tidak
menyusun soal HOTS karena sudah dapat menyusun soal hots
banyak waktu yang dihabiskan untuk 4. Guru sudah nyaman membuat
pembelajaran, baik di dalam maupun di soal-soal yang berbasis lots
luar kelas HOTS serta membuat
perangkat pembelajaran.
Ketiga, sosialisasi dalam kegiatan
seminar yang belum maksimal dalam
mengimplementasikan penyusunan soal
HOTS kepada guru sehingga guru masih
merasa kesulitan terhadap pokok-pokok
apa saja yang menjadi acuan.
Keempat, kurangnya pengawasan dari
sekolah maupun dari dinas pendidikan
setempat terkait implementasi
penyusunan soal HOTS oleh guru di
sekolah.
(Sumber : (Nuraeni, I., Yunidar, Y., Asrianti, A., &
Pujiningtyas, A. (2021). Pendampingan Penyusunan
Soal Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill)
Sebagai Upaya Mewujudkan Literasi. Jurnal
Pengabdian Pada Masyarakat, 9(1), 44-50)

Ramadhanti, S., & Utami, R. D. (2020)


juga mengatakan bahwa kendala
penyusunan soal hots oleh guru yaitu :
1. Minimnya waktu guru dalam
menyusun soal hots
2. Belum paham dalam mencari dan
mencocokkan KKO untuk soal
hots
3. Pemilihan KD yang terkadang
kurang tepat
4. Minimnya sosialisasi mengenai
pembuatan soal hots
5. Masih membuat soal yang
modelnya sama
(Sumber : Ramadhanti, S., & Utami, R. D.
(2020). Analisis Kemampuan Guru Membuat Soal Hots
Muatan Pelajaran Ips Kelas Tinggi Di Sd
Muhammadiyah Plus Malangjiwan (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan dengan rekan guru


yaitu Ibu Sabrina P Tanjung, S.Pd, guru
di SDSIT Kuntum Bumi. Dari hasil
wawancara dapat disimpulkan bahwa :
1. Kurangnya pelatihan yang
didapatkan guru dalam menyusun
soal hots
2. Guru sudah nyaman
menggunakan soal-soal biasa
(LOTS)
3. Padatnya jadwal mengajar
sehingga guru tidak dapat
menyusun soal-soal hots

Selain wawancara dengan guru, penulis


juga melakukan wawancara dengan
kepala sekolah SDSIT Kuntum Bumi,
Ibu Fifi Wahyuni, S.Pd. Dari hasil
wawancara, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kurangnya pemahaman guru
dalam menyusun soal-soal hots
2. Pelatihan yang didapatkan guru
dalam menyusun soal hots sangat
kurang
3. Guru masih bingung apa-apa saja
yang menjadi pokok acuan dalam
menyusun soal hots

Wawancara terakhir dilakukan dengan


Dosen UNPAL langkat, Bapak Dodi
Satria Permadi, M.Pd. Dari hasil
wawancara, dapat disimpulkan bahwa :
1. Perlunya sosialisasi kepada
pengajar dalam menyusun soal-
soal hots
2. Pemahaman tentang teori
Taksonomi Bloom sangat perlu
dalam menyusun soal-soal hots
ini
3. Faktor kebiasaan guru yang sudah
nyaman membuat soal-soal
simple tanpa perlu berpikir
menyusun soal-soal hots
7 Kurangnya Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan
pemanfaatan hasil wawancara, dapat disimpulkan
teknologi, Didalam kajian literatur terdapat bahwa kurangnya pemanfaatan
informasi dan pendapat dan hasil penelitian yang teknologi, informasi dan komunikasi
komunikasi (TIK) diambil dari beberapa jurnal penelitian (TIK) dalam pembelajaran
dalam tentang faktor penyebab kurangnya disebabkan :
pembelajaran. pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. 1. Kurangnya pemahaman guru
Seperti yang dituliskan Asmaningrum, H, dalam menggunakan TIK
P, (2018) mengatakan bahwa kendala 2. Sarana dan prasarana yang
yang dihadapi oleh guru ketika belum mendukung di setiap
memanfaatkan TIK dalam pembelajaran sekolah
diantaranya: 3. Kesiapan guru dalam
a. Terbatasnya fasilitas TIK seperti menggunakan TIK untuk
komputer, LCD proyektor, dan pembelajaran belum
jaringan internet. maksimal.
b. Kurangnya pengetahuan dan 4. Guru belum sepenuhnya
keterampilan guru dan siswa paham mengaitkan materi
hubungannya dengan yang diajarkan dengan
pemanfaatan TIK. menggunakan media
(Sumber: Asmaningrum, H. P. (2018). Pemanfaatan teknologi.
teknologi informasi dan komunikasi oleh guru dalam
pembelajaran kimia SMA di Distrik Merauke.
Magistra: Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 5(1),
048-061.)

Hanannika, L, K, dkk, (2022)


mengatakan bahwa belum maksimalnya
guru memanfaatkan media teknologi
informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran dikarenakan guru belum
bisa menguasai teknologi dengan baik
dan sarana ataupun media TIK yang
terbatas serta guru kurang kreatif dalam
membuat bahan ajar.
(Sumber : Hanannika, L. K., & Sukartono, S. (2022).
Penerapan Media Pembelajaran Berbasis TIK pada
Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 6(4), 6379- 6386).

Diperkuat lagi dengan pendapat


Tambunan, E. (2020) bahwa kendala
yang dihadapi dalam penerapan
teknologi informasi dan komunikasi
dalam pembelajaran adalah kurangnya
pengetahuan dan keterampilan guru
menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi dan kurangnya sarana dan
prasarana dalam lingkungan belajar
siswa
(Sumber : Tambunan, E. (2020). Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar
Berakreditasi A di Kecamatan Padang Bolak
Kabupaten Padang Lawas Utara (Doctoral
dissertation, IAIN Padangsidimpuan).

Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan dengan rekan guru
yaitu Ibu Sabrina P Tanjung, S.Pd, guru
di SDSIT Kuntum Bumi. Dari hasil
wawancara dapat disimpulkan bahwa :
1. Kurangnya pemahaman guru
dalam menggunakan teknologi,
informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran
2. Kurangnya persiapan guru dalam
menggunakan media teknologi
untuk pembelajaran
3. Guru masih bingung dalam
mengaitkan materi pembelajaran
dengan teknologi yang akan
digunakan.

Selain wawancara dengan guru, penulis


juga melakukan wawancara dengan
kepala sekolah SDSIT Kuntum Bumi,
Ibu Fifi Wahyuni, S.Pd. Dari hasil
wawancara, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kurangnya sarana dan prasarana
untuk mendukung penggunaan tik
di sekolah
2. Pemahaman guru dalam
menggunakan komputer/laptop
masih kurang

Wawancara terakhir dilakukan dengan


Dosen UNPAL langkat, Bapak Dodi
Satria Permadi, M.Pd. Dari hasil
wawancara, dapat disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan TIK dalam
pembelajaran harus melihat aspek
lingkungan belajarnya apakah
sudah mendukung atau tidak
2. Pembelajaran masa kini menuntut
seorang guru dapat
mengaplikasikan komputer/laptop
3. Seorang pendidik harus bisa
menggunakan TIK di depan siswa
agar tidak terjadi kesenjangan
guru dan murid.

Anda mungkin juga menyukai