Anda di halaman 1dari 3

(SALAM AGAMA)

Yth. Dewan juri dan pemirsa yang saya hormati.


Saya …..(sebut nama)… dari SMA Taruna Mandara. Salah satu sekolah yang berbasis
asrama di Buleleng, Bali.
Apa yang ada di benak hadirin mendengar kata sekolah berasrama?
Siswa yang terkekang? Ya, pendapat yang masuk akal
Atau SPP yang lebih mahal dari sekolah lainnya? Yap 100 untuk Anda.
Namun, terlepas dari hal itu, yang paling menonjol dari sekolah berasrama dibandingkan
sekolah konvensional adalah pengimplementasian pendidikan karakter yang lebih optimal.
Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik
dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga
dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter ini bertujuan membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-
menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik. Membentuk karakter siswa
sepanjang hayat sehingga menjadi pribadi yang santun, beretika, dan menjunjung nilai moral
yang berkembang di masayarakat.
Masihkan pendidikan karakter penting di era serba digital, di era globalisasi seperti saat ini?
Semasih manusia dianggap sebagai makhluk sosial, selama itu pula pendidikan karakter terus
diperjuangkan dan digemakan kepada seluruh generasi muda dalam bermasyarakat dan
berbangsa. Tidak peduli zaman apa saat ini yang sedang terjadi, pendidikan karakter mutlak
diterapkan. Justru di zaman serba teknologi seperti saat ini pendidikan karakter lebih gencar
dikampanyekan karena melihat begitu lunturnya etika masyarakat, khususnya dalam
bermedia sosial. Masyarakat dunia maya yang kita kenal dengan istilah netizen atau internet
dan citizen justru banyak yang menunjukkan jati dirinya yang tak berkarakter, tak beretika,
bahkan tak bermoral, melanggar UU ITE yang mengatur pengunaan dalam media sosial.
Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Hal yang terpenting adalah
pencegahan tindak kriminalitas tersebut dengan pengajaran pendidikan karakter, tidak hanya
di rumah, tetapi juga di sekolah. Hal yang perlu diingat adalah pendidikan karakter tidak akan
tampak hasil nyatanya jika ia ada hanya sebatas tentang proses pemahaman karakter tanpa
adanya tindakan. Inilah yang menjadi kebanggaan saya menjadi siswa di sekolah berasrama
karena pendidikan karakter bukan hanya sebatas teori yang diajarkan oleh guru, melainkan
benar-benar berupa tindakan nyata.
Saya akan membagikan pengalaman mengenai pendidikan karakter apa saja yang benar-benar
kami dapatkan di SMA Taruna Mandara. Suatu pembelajaran yang telah mengubah hidup
saya, mengubah hidup teman-teman saya ke arah yang lebih baik.
Pendidikan karakter di mulai dari kami bangun di pagi hari hingga akan tidur di malam hari.
Mungkin akan terkesan segala-galanya diatur, segala-galanya dikekang. Namun, saya sangat
yakini semua aturan ini diberlakukan demi kebaikan kami di masa depan.
Mulai dari diajarkannya kemandirian, seperti siswa, di sekolah kami disebut dengan sebutan
taruna, wajib membersihkan tempat tidur, mencuci dan menyeterika baju sendiri, peduli
terhadap lingkungan dengan membersihkan area sekolah setiap pagi dan sore hari.
Selanjutnya, perihal peribadatan kami diajarkan untuk rajin beribadah, seperti melaksanakan
Tri Sandhya tiga kali sehari. Ada pula, kegiatan makan yang wajib dilaksanakan dengan
prosesi apel. Selanjutnya, kegiatan pembelajaran yang di awali dengan morning brefing oleh
Waka Kesiswaan. Momen inilah teori-teori mengenai pendidikan karakter dan evaluasi
disampaikan. Jika terdapat taruna yang melakukan kesalahan, dengan sadar diri, tanpa
diperintah, taruna akan melakukan hukuman sendiri seperti pushup.
Mengenai program 5S atau (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun) kami menjalankannya
dengan selalu menyapa guru, pegawai, dan tamu yang berada di lingkungan sekolah dengan
mengucapkan salam sapa dengan posisi hormat. Selain itu, perihal berjalan pun, taruna di
atur, ke mana pun kami melangkah taruna wajib berbaris minimal 5 orang.
Pendidikan karakter ini tetap berlangsung hingga malam hari sebelum kami beranjak tidur,
seperti wajib berdoa, menjaga keheningan atau tidak boleh rebut, dan wajib menyelesaikan
seluruh tugas pembelajaran (PR) tepat waktu, tidak untuk ditunda-tunda.
Pengalaman yang saya bagikan ini dapat menjadi salah satu wujud menciptakan generasi
milenial di era globalisasi ini. Bukan berarti seluruh anak harus bersekolah asrama, tetapi
benang merah yang dapat dipetik adalah dengan penerapan pendidikan karakter yang
konsisten, bukan hanya teori semata, dan memprogramkan pendidikan karakter yang sesuai
dengan lingkungan belajar siswa, niscaya sedikit demi sedikit generasi milenial dapat tersadar
akan pentingnya akhlak yang baik di mana pun mereka bepijak dan di era apa pun mereka
berada.
Tentu pendahulu-pendahulu kita sangat bahagia jika generasinya berkarakter religius,
mandiri, bergotong royong, sadar akan aturan, dan peduli terhadap sesama. Sangat sesuai
dengan pengajaran karakter Pancasila yang wajib dimiliki oleh generasi milenial Indonesia.
Bukan generasi yang suka tawuran, penyebar hoaks di media sosial, radikal, korup, dan
karakter negatif lainnya yang justru merugikan bangsa yang kita cintai ini, bangsa Indonesia.
Mari, mulai dari sekarang, mulailah dari hal kecil di lingkungan Anda, semua akan biasa
karena terbiasa. Seperti kata Eleanor Roosevelt, mantan ibu negara Amerika Serikat, yang
menyatakan orang tumbuh melalui pengalaman jika mereka menjalani hidup. Beginilah
seharusnya karakter dibangun.
Saya …(sebut nama)… salah satu generasi milenial yang berusaha menerapkan pendidikan
karakter sebaik mungkin di era globalisasi ini. Terima kasih atas perhatian hadirin, saya tutup
dengan parama shanti.
Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Anda mungkin juga menyukai