Peran Usaha Agribisnis Buruh Migran Indonesia
Peran Usaha Agribisnis Buruh Migran Indonesia
TUGAS UTS
PERUBAHAN SOSIAL
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Ir. Kliwon Hidayat, MS
Oleh
ELOK ANGGRAINI
196040400111001
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas UTS Perubahan Sosial.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Kliwon Hidayat, MS
selaku dosen pengampu dari mata kuliah Perubahan Sosial. Penulis menyadari
dalam penulisan makalah, penulis masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun yang
diharapkan dapat menyempurnakannya, sehingga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
Malang, November 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................5
II. PENDEKATAN TEORI...............................................................................6
2.1 Teori Migrasi.........................................................................................6
2.2 Teori Gender.........................................................................................6
III. PEMBAHASAN.........................................................................................12
3.1 Usaha Agribisnis Milik BMI Purna di Desa Majangtengah...............16
3.2 Pengaruh Usaha Agribisnis Milik BMI Purna Terhadap Keluarga....31
3.3 BMI Purna yang Tidak Memiliki Usaha Tidak memiliki Pengaruh
Terhadap Desa dan Keluarga..............................................................33
IV. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................36
4.1 Kesimpulan.........................................................................................36
4.2 Saran....................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38
1
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam
dan sumber daya manusia. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki
jumlah penduduk yang banyak. Hal ini berdasarkan World Bank (2013) jumlah
penduduk Indonesia mencapai 251 juta orang. Seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan
seperti ketidakstabilan ekonomi, kesehatan, ketahanan pangan dan kesempatan
kerja sebagai pemenuhan kesejahteraan penduduknya itu sendiri.
Kesempatan kerja yang semakin minim mengakibatkan masyarakat masih
banyak yang tidak bekerja atau menganggur di negara sendiri. Dapat dibuktikan
dengan jumlah pengangguran pada Agustus 2013 sebesar 7,17 juta orang atau
dengan jumlah tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 6,25% (Badan Pusat
Statistika, 2014). Selain itu adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) membuat
kondisi masyarakat semakin buruk. Rendahnya penyerapan tenaga kerja di dalam
negeri telah mendorong masyarakat untuk mencari dan memanfaatkan
kesempatan kerja di luar negeri. Hal ini disebabkan tingkat upah yang ditawarkan
relatif lebih baik dibandingkan tingkat upah dengan pekerjaan yang sejenis di
dalam negeri. Evereet, S. Lee, 1966 (dalam Kustanto, 2009) menyatakan bahwa
motivasi utama yang mendorong seseorang melakukan migrasi adalah motif
ekonomi. Motif ekonomi ini muncul dan berkembang karena adanya ketimpangan
ekonomi yang nyata untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik guna
memperbaiki perekonomian keluarga. Sehingga sebagian masyarakat memilih
bermigrasi ke luar negeri untuk bekerja menjadi Buruh Migran Indonesia (BMI).
Pengiriman buruh migran Indonesia ke luar negeri menghasilkan devisa
bagi negara. Proses pengiriman buruh migran Indonesia ke luar negeri dilakukan
dengan tujuan untuk memperluas dan menciptakan kesempatan kerja bagi
sebagian masyarakat, meningkatkan penghasilan devisa negara, meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, memperbaiki perekonomian keluarga, mandiri, dan
sejahtera.
Selama ini muncul berbagai masalah sehubungan dengan BMI ketika
pengiriman, saat bekerja dan saat pasca kontrak kerja. Masalah tersebut meliputi
2
Daerah Kabupaten Malang yaitu Hongkong dengan jumlah 1.125 orang dan
Taiwan dengan jumlah 851 orang. Pengiriman BMI asal Kabupaten Malang ke
luar negeri untuk bekerja memberikan hasil berupa remitan bagi negara, daerah
asal dan keluarga. Curson, 1983 (dalam Primawati, 2011) menyatakan bahwa
remitan merupakan uang, barang, dan ide-ide pembangunan dari daerah tujuan
migrasi ke daerah asal yang merupakan salah satu komponen penting dalam
kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat. Jumlah remitan (pengiriman uang
dari luar negeri) Jawa Timur tahun 2016 mencapai 1,735 trilliun.
Menurut Irawaty dan Ekawati (2011) menyatakan bahwa pemanfaatan
remitan dialokasi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi, investasi pendidikan,
investasi ekonomi dan produksi. Sedangkan pemanfaatan remitan untuk investasi
sosial dengan sumbangan untuk pembangunan desa tidak ditemukan, sehingga
keluarga migran hanya terfokus pada pemenuhan kebutuhan, konsumsi dan
investasi pendidikan. Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Malang,
kecamatan yang memiliki jumlah BMI terbanyak adalah Kecamatan Dampit
dengan jumlah 220 orang.
Kecamatan Dampit memiliki luas wilayah 135,300 km2 yang terdiri atas 11
Desa. Dari 11 Desa yang berada di wilayah Kecamatan Dampit, salah satu desa
yang memiliki jumlah BMI terbanyak adalah Desa Majangtengah. Keinginan
untuk memperbaiki keuangan keluarga namun pekerjaan dan upah yang diperoleh
tidak mampu untuk mewujudkan keinganan sehingga sebagian masyarakat
melakukan migrasi ke luar negeri (BMI). Gaji BMI selama bekerja di luar negeri
berbeda-beda, hal ini tergantung tujuan negaranya. Misalnya saja gaji BMI di
Negara Hongkong sekitar 4.300 dollar Hongkong atau setara dengan Rp
12.000.000 (dua belas juta rupiah) per bulan (Benni Indo, 2017). Gaji tersebut di
kirimkan kepada keluarga yang ada di Tanah Air untuk kemudian digunakan
untuk memenuhi kehidupan rumah tangga atau kebutuhan lainnya. Namun ketika
BMI kembali ke desa, BMI purna tidak memiliki pendapatan untuk diberikan
kepada keluarganya. Sehingga BMI Purna kembali pada pekerjaan sebelum ia
menjadi BMI.
Tidak semua BMI Purna kembali ke desa juga kembali pula ke pekerjaan
lama. Ada beberapa BMI Purna yang setelah kembali dari luar negeri memiliki
4
pekerjaan baru ataupun memiliki usaha untuk membantu keuangan keluarga. BMI
purna dapat memulai usaha baik secara individu maupun kelompok untuk
memperoleh pendapatan keluarga.
Usaha yang dimiliki oleh BMI Purna dapat membangun dan mengembangan
desa. Dalam pengembangan ekonomi lokal, masyarakat harus memanfaatkan
sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, sumber daya
sosial, sumber daya kelembagaan, dan sumber daya fisik yang dimiliki untuk
menciptakan suatu sistem perekonomian yang berkecukupan dan berkelanjutan.
Pengembangan ekonomi lokal dapat memberikan peningkatan daya saing industri
yang dapat dipasarkan hingga skala Internasional. Selain itu pengembangan
ekonomi lokal dapat membantu dalam pembangunan pertumbuhan ekonomi di
Desa Majangtengah, Kecamatan Dampit.
bertindak yang dibentuk secara sosial. Kebebasan yang mengarah pada kekuaasan
subjektif dikaji secara khas. Pandangan bahwa agen itu bebas dalam arti tidak
ditentukan tidak dapat dipertahankan akrena dua alasan:
1. Terdiri dari apa saja tindakan manusia yang tidak ditentukan atau tidak
dipengaruhi? Tindakan seperti ini ialah sesuatu yang diciptakan secara
spontan dari ketiadaan suatu bentuk metafisis dan mistis ciptaan orisinal.
2. Subjek ditentukan, dipengaruhi dan diproduksi, oleh kekuatan sosial yang
ada di luar dirinya sendiri sebagai individu. Giddens menyebutnya sebagai
Dualitas Struktur (Barker, 2011: 191).
Giddens mencoba memaparkan Model straitifikasi agen atau pelaku yang
digambarkan pada skema berikut (Giddens, 2011:6). Monitoring refleksif aktivitas
merupakan ciri terus menerus tindakan sehari-hari dan melibatkan perilaku tidak
hanya individu namun juga perilaku orang-orang lain. Intinya, aktor-aktor tidak
hanya senantiasa memonitor arus aktivitas-aktivitas dan mengharapkan orang lain
berbuat sama dengan aktivitasnya sendiri; mereka juga secara rutin memonitor
aspek-aspek, baik sosial maupun fisik konteks tenpat bergerak dirinya sendiri.
Yang dimaksudkan dengan rasionalisasi tindakan ialah bahwa para aktor juga
secara rutin dan kebanyakan tanpa banyak percekcokan memperthankan suatu
“pemahaman teoritis” yang terus-menerus atas dasar-dasar aktivitasnya.
Pemahaman seperti ini hendaknya tidak disamakan dengan pemberian
alasan-alasan secara diskursif atas butir-butir perilaku tertentu, maupun tidak
disamakan dengan kemampuan melakukan spesifikasi terhadap alasan-alasan
seperti itu secara diskursif. Namun demikian, agen-agen lain yang cakap
mengharapkan dan merupakan kriteria kompetensi yang diterapkan dalam
perilaku sehari-hari bahwa actor biasanya akan mampu menjelaskan sebagian
besar atas apa yang mereka lakukan, jika memang maksud-maksud dan alasan-
alasan yang menurut para pengamat normalnya hanya diberikan oleh aktor-aktor
awam baik Motivasi tindakan ketika beberapa perilaku tertentu itu
membingungkan atau bila mengalami kesesatan atau fraktur dalam kompetensi
yang kenyataannya mungkin memang kompetensi yang diinginkan. Jadi kita
biasanya tidak akan menanyai orang lain mengapa ia melakukan aktivitas yang
sifatnya konvensional pada kelompok atau budaya yang ia sendiri menjadi
8
anggotanya. Kita biasanya juga tidak meminta penjelasan bila terjadi kesesatan
yang nampak mustahil bisa dipertanggungjawabkan oleh agen bersangkutan.
Namun jika Freud memang benar, fenomena seperti itu mungkin memiliki dasar
pemikiran tertentu, kendati jarang disadari baik oleh pelaku seperti itu atau orang
lain yang menyaksikannya (Giddens, 2011:7).
Pembedaan antara monitoring refleksif dan rasionalisasi tindakan dengan
motivasinya. Jika alasan-alasan mengacu pada keinginan-keinginan yang
mengarahkannya. Akan tetapi, motivasi tidaklah secara langsung dibatasi oleh
kesinambungan tidakan-tindakan seperti halnya rasionalisasi atau monitoring
refleksifnya. Motivasi mengacu pada potensi tindakan bukan pada model
pelaksanaan tindakan secara terus menerus oleh agen yang bersangkutan. Motif-
motif cenderung memiliki perolehan langsung atas tindakan hanya dalam
keadaan-keadaan yang relatif tak biasa, situasisituasi yang dalam beberapa sisi
terputus dari rutinitas. Kebanyakan motifmotif memasok seluruh rencana atau
program ‘proyek-proyek’ dalam istilah Schutz, tempat dilakukannya gugusan
perilaku. Kebanyakan perilaku sehari-hari tidak dimotivasi secara langsung
(Giddens, 2011: 7). Menginduksi pernyataan di atas dapat ditarik benang merah
bahwa sifat-sifat khusus agen ialah sebagai berikut:
1. Agen tidak hanya memonitor terus menerus aliran dan aktivitasaktivitas
mereka dan mengharapkan pihak lain bertindak seperti dirinya. Mereka juga
secara rutin memonitor aspek-aspek fisik dan sosial dari konteks tempat
mereka bergerak.
2. Dengan rasionaliasi tindakan secara rutin dan berlalu tanpa tumpang tindih,
maka hal itu mengukuhkan pemahaman teoritis secara terus menerus dari
landasan aktiitas mereka. Aktor selalu mampu menjelaskan banyak hal dari
apa yang mereka lakukan, jika mereka bertanya.
3. Pertanyaan sering menjadi tujuan dan alasan filosof yang biasanya untuk
membantu menjelaskan bagi aktor awam yang tengah menghadapi beberapa
situasi yang membingungkan atau ketika ada semacam perubahan atau
keretakan kompetensi yang mungkin secara nyata menjadi sesuatu yang
diharapkan.
9
gender memiliki model yang telah dikembangkan oleh beberapa ahli, salah
satunya adalah Dephut (2004), dengan Model Harvard yang dikembangkan oleh
Harvard Institute for Internatonal Development bekerjasama dengan Women in
Development (WID)-USAID. Model Harvard didasarkan pada pendekatan
efisiensi WID yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender.
Model analisis Harvard lebih sesuai digunakan untuk perencanaan proyek,
menyimpulkan data basis atau data dasar (Dephunt, 2004). Komponen dasar
dalam model Harvard, yaitu:
a. Profil kegiatan (produktif, reproduktif, dan sosial) yang didasarkan pada
pembagian kerja dan data terpilah berdasarkan jenis kelamin,
b. Profil akses dan kontrol,
c. Faktor yang mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol, dan
d. Analisis siklus proyek.
13
III. PEMBAHASAN
Secara geografis Desa Majangtengah merupakan salah satu wilayah dataran
tinggi di Kabupaten Malang. Wilayah Desa Majangtengah memiliki potensi
dibidang pertanian tahunan maupun musiman karena sebagian besar
masyarakatnya bekerja sebagai buruh tani yang memberikan pengaruh terhadap
masyarakat sekitar untuk melakukan migrasi guna memperbaiki kehidupan
keluarga maupun sekitarnya. Menurut perangkat desa setempat, masyarakat Desa
Majangtengah banyak yang melakukan migrasi ke luar negeri. Berikut ini
merupakan petikan wawancara dengan salah satu perangkat desa:
“Disini banyak mba yang menjadi TKW, disetiap rumah banyak.
Biasanya mereka ngikutin tetangga dan kerabatnya. disini kalau TKI
tidak ada yang berhasil, bangun rumah, balik lagi, pulang beli motor,
balik lagi jadi TKW.” Tutur Ibu Nurhayati selaku sekretaris desa.
Banyak yang menjadi alasan kepergian seseorang untuk melakukan migrasi
ke luar negeri. Keinginan untuk memiliki rumah yang lebih baik, menyekolahkan
anak maupun sanak saudara, dan memperbaiki perekonomian keluarga dengan
berwirausaha merupakan beberapa alasan yang diberikan oleh informan. Ketika
salah seorang di desa tersebut sukses, maka para tetangga akan mengikuti
informan tersebut menjadi BMI. Namun tidak semua dari BMI tersebut ketika
pulang menjadi sukses.
Penggunaan remitan atau gaji selama bekerja di luar negeri yang terarah
membuat informan dapat menikmati hasilnya. Saat sebelum menjadi BMI,
pekerjaan suami yang buruh dan pekerjaan informan Ibu rumah tangga tidak
mampu memberikan pendapatan lebih pada keluarga. Namun saat BMI tersebut
kembali ke rumah dan remitan yang dimiliki dikelola untuk kebutuhan konsumtif
dan investasi atau membuka usaha, maka keluarga informan memiliki pekerjaan
yang lebih baik dari sebelumnya. Ketika sebelum menjadi BMI, bekerja pada
orang lain dan setelah menjadi BMI memiliki usaha, maka informan tersebut
menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Dilihat bahwa selama tahun 2012-2017, jumlah penduduk perempuan di
Desa Majangtengah yang bekerja sebagai migran berjumlah 150 orang. Beberapa
BMI yang melakukan migrasi memiliki alasan untuk bekerja di luar negeri yang
14
meliputi keinginan untuk memiliki rumah yang lebih baik, sebagai modal usaha,
dan memenuhi kebutuhan keluarga lainnya.
Ketika penduduk yang melakukan migrasi tersebut kembali ke desa,
tujuannya adalah melihat hasil kerja kerasnya untuk keluarga dan melihat kondisi
keluarganya. Beberapa BMI purna menggunakan remitannya untuk merenovasi
rumah saja, namun beberapa BMI purna lainnya menggunakan remitan yang
tersisa untuk membuka usaha. Saat BMI purna kembali dan membuka usaha,
maka BMI purna tersebut membuka lapangan pekerjaan dan membantu penduduk
yang lain dalam memperoleh pekerjaan. Selain itu usaha yang dimiliki oleh BMI
purna dapat mendorong inovasi dan memunculkan industri-industri kecil baru
lainnya yang bersifat fleksibel dan bervariasi yang mampu menanggung resiko
dan berani mencoba. Dalam usaha agribisnis milik BMI purna memiliki
kontribusi terhadap desa melalui pembangunan desa dan menciptakan lapangan
pekerjaan.
a. Pembangunan desa
BMI purna yang memiliki usaha agribisnis melakukan sumbangan terhadap
pembangunan desa. Sumbangan tersebut dilakukan agar sarana dan prasarana desa
lebih baik dari sebelumnya. Sumbangan tersebut dilakukan secara ikhlas dan tidak
ada paksaan dari administrasi desa. Sumbangan yang dilakukan oleh BMI purna
adalah sumbangan pembangunan masjid.
“ke keluarga saja mba tidak pernah ke (kas) desa….untuk masjid mba.
diumumin di masjid kalau mau ada renovasi masjid. Kalau mau ada yang
sumbangan bisa menghubungi panitia pembangunan.” Tutur informan MS.
Berdasarkan kutipan salah satu informan MS, diketahui bahwa beliau tidak
pernah memberikan sumbangan ke kas desa melainkan dalam bentuk sumbangan
pembangunan desa. Sumbangan tersebut dapat dalam bentuk uang, alat dan bahan,
jasa, maupun konsumsi. Namun karena pembangunan masjid dan pembangunan
desa lainnya tidak selalu dilakukan, maka sumbangan yang diberikan tidak
dilakukan setiap bulan ataupun tahun melainkan setiap adanya pembangunan.
Dengan adanya pembangunan masjid tersebut, diharapkan masyarakat desa akan
semakin mudah dalam melaksanakan ibadah.
“ga ada mba. Ya pendapatan desa dari pemerintah saja. Kalau
pengaruhnya lebih kerasa setiap RT mba. kalau ke desa tidak begitu
berpengaruh.” Tutur Ibu Nurhayati selaku sekretaris desa.
15
memiliki tenaga kerja yang dipekerjakan. Sehingga kedua jenis usaha tersebut
tidak memiliki pengaruh terhadap desa.
Ketika BMI purna yang lain membuka usaha, maka BMI purna tersebut
membantu desa dalam mengurangi jumlah penduduk yang belum bekerja. Jumlah
perempuan BMI purna berjumlah 150 orang. Jika 50 orang membuka usaha
dengan rata-rata jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan pada masing-masing
usaha adalah 5 orang. Maka jumlah penduduk yang bekerja bertambah 250 orang
dan akan mengurangi jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang belum bekerja.
Menurut Sumarsono (2003), permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan
tingkat upah, naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dan harga
barang-barang modal turun. Sehingga dengan bertambahnya BMI purna yang
memiliki usaha, dapat mengurangi jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang belum
bekerja.
Lapangan kerja yang tersedia merupakan lowongan pekerjaan yang diisi
oleh seorang pencari kerja untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja dalam suatu
proses kegiatan usaha. Beberapa usaha yang dimiliki oleh BMI purna yaitu
bertani, beternak, agroindustri, dan jasa. Usaha agribisnis milik BMI purna
mampu menyerap tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan Sulistyastuti (2004) bahwa
terdapat peran UKM dalam pembangunan ekonomi regional yang meliputi:
a) UKM mampu menciptakan lapangan kerja. Terbukti berbagai lapangan
kerja tercipta dengan adanya usaha agribisnis milik BMI purna. Berbagai
usaha yang dijalankan oleh BMI purna memberikan kesempatan kerja dan
usaha bagi masyarakat di sekitar Desa Majangtengah.
b) UKM mampu meningkatkan hubungan industri dan menyediakan
lingkungan kerja yang baik dengan pekerjanya. Hal ini terbukti saat BMI
purna membutuhkan tenaga kerja maka akan menghubungi keluarga
ataupun tetangga yang membutuhkan pekerjaan.
c) Manajemen UKM yang sederhana dapat memudahkan dalam melakukan
adaptasi terhadap perubahan pasar, produk, maupun lingkungan bisnis, dan
d) Teknologi yang digunakan oleh UKM bersifat sederhana sehingga lebih
mudah dalam melakukan penyesuaian. Hal ini terbukti dengan
17
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hal ini sejalan dengan teori Sorokin
dengan sistem inderawi (sensate) yang menyatakan bahwa prinsip dasar dunia
nyata yang tercerap dari pancaindera adalah kenyataan dan nilai yang satu satunya
ada. Dengan pernyataan bahwa masyarakat
3.1 Usaha Agribisnis Milik BMI Purna di Desa Majangtengah
Jenis usaha agribisnis yang dilakukan oleh informan berbagai macam. Dapat
ketahui bahwa informan lebih banyak tidak memiliki usaha dibidang agribisnis.
Sedangkan sisanya merupakan informan yang memiliki usaha agribisnis. Usaha
pada bidang pertanian berupa bertani, beternak, agroindustri, dan jasa sedangkan
usaha pada bidang non pertanian meliputi menjahit, berjualan sembako, arsitektur,
dan toko bangunan. Hal ini sesuai dengan penelitian Supriana dan Vita (2010),
bahwa sektor usaha sesuai dengan lokasi daerah TKI Purna tinggal. Ketika TKI
purna tinggal di kota maka sektor usaha yang lebih banyak dipilih adalah
perdagangan sedangkan untuk daerah dengan potensi pertanian maka TKI Purna
memilih untuk bertani atau beternak.
1. Bertani
Desa Majangtengah memiliki luas area lahan sawah dan ladang 797 ha.
Beberapa informan memilih untuk menggunakan remitannya membeli atau
menyewa lahan pertanian untuk kemudian bertani. Kegiatan usaha tersebut
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga setelah informan tidak
kembali menjadi BMI. Kegiatan bertani tersebut beliau lakukan dengan menanam
berbagai jenis tanaman. Pada Tabel 3.1 Usaha agribisnis bidang bertani dengan
jenis usaha antara lain bertani tanaman tahunan dan tanaman musiman. Tanaman
tahunan yang ditanam meliputi tanaman tebu, tanaman sengon, cengkeh, manggis
dan kopi robusta. Sedangkan untuk tanaman semusim meliputi tanaman padi,
singkong, jagung dan kelapa.
Tabel 3.1 Usaha Agribisnis Bertani Milik BMI Purna
No Informan Jenis komoditas Luas lahan Status Pengelola
(Ha)
1 MS Sengon dan Tebu 2 Sewa Suami
2 1/4 Milik Bersama
SY Tebu sendiri
3 1¼ Milik Anak dan
LK Sengon dan Padi sendiri Keponakan
19
Jumlah 20 16 0 0 0
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Tabel 3.7 merupakan tabel dari akses terhadap usaha beternak dilakukan
oleh suami. Kegiatan suami yang paling banyak dilakukan dalam berusaha ternak
adalah pembelian hewan ternak. Pembelian ternak dilakukan oleh suami karena
suami lebih mengerti dan memahami mengenai perternakan. Namun, informan
memiliki akses terhadap modal dan pendapatan usaha. Modal dan pendapatan
usaha dikelola oleh informan sedangkan yang berjualan adalah suami dan
merawat hewan ternak adalah keduanya (suami dan informan).
Tabel 3.7 Kontrol terhadap usaha agribisnis beternak
No Jenis kegiatan Suami BMI Anak L Anak P Lainnya
Purna P
Jumlah (org)
1 Hewan ternak 5 - - - -
2 Pembelian hewan 5 - - - -
ternak
3 Modal 5 1 - - -
4 Pendapatan 4 3 - - -
5 Informasi harga jual 4 1 - - -
6 Lokasi penjualan 4 1 - - -
Jumlah 27 6 0 0 0
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 3.7, informan memiliki kontrol terhadap kegiatan usaha.
Namun jumlah kontrol informan terhadap kegiatan usah lebih di dominasi oleh
suami. Pada jenis usaha beternak ini kontrol hanya dilakukan oleh suami dan
informan. Informan tidak menggunakan tenaga kerja keluarga maupun luar
keluarga, sehingga informan dan suami mengerjakan kegiatan usaha secara
bersama-sama. Modal dan pendapatan usaha diatur oleh suami dalam
menggunakannya. Sehingga dalam pemilihan jenis usaha dilakukan oleh suami.
Dengan demikian usaha beternak termasuk ke dalam jenis usaha mikro. Hal
ini sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29
Januari 2003 mengenai UMKM karena hasil penjualan dibawah Rp
100.000.000/tahun dan jumlah tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki kurang
dari empat orang. Alasan informan memilih usaha beternak karena suami
memiliki minat untuk berwirausaha dibidang ternak.
3. Agroindustri
26
berlaku dalam keluarga informan yang memiliki usaha. Terkadang suami yang
mengerjakan kegiatan usaha agroindustri dan informan membantu suami dalam
mengerjakan kegiatan usaha.
Tabel 3.11 Kontrol terhadap usaha agribisnis agroindustri
No Jenis kegiatan Suami BMI Anak Anak Lainn
Purna P L P ya
Jumlah (org)
1 Pembelian alat dan bahan 2 1 - - -
2 Pembuatan produk 2 2 - - -
3 Modal 2 3 - - -
4 Pendapatan 2 3 - - -
5 Informasi harga jual 2 2 - - -
6 Pengemasan 2 2 - - -
7 Penjualan produk 2 1 - - -
Jumlah 14 14 0 0 0
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Usaha agroindustri yang dimiliki oleh informan termasuk ke dalam jenis
UMKM usaha mikro. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, Usaha mikro merupakan usaha
produktif milik seseorang atau kelompok yang memiliki pendapatan paling
banyak Rp 100.000.000,-/tahun, sedangkan usaha agroindustri milik informan
memiliki pendapatan kurang dari Rp 100.000.000,-/tahun, tidak memisahkan
pendapatan bersih dengan pendapatan usaha, jumlah tenaga kerja kurang dari 5
orang yang berasal dari anggota keluara atau masyarakat sekitar.
4. Jasa
Selain usaha bertani, beternak dan agroindustri ada jenis usaha lain yaitu
jasa. Jenis usaha yang dimiliki oleh informan dapat dilihat dapat Tabel 3.12.
Berdasarkan Tabel 3.12, jenis jasa menyewakan lahan dan penggilingan padi
memiliki status kepemilikan milik sendiri yang dikelola secara individu oleh
suami dan secara bersama-sama.
Tabel 3.12 Usaha agribisnis jasa milik BMI purna
No Nama Jenis jasa Status kepemilikan Pengelola
1 HS Menyewakan lahan Milik sendiri Bersama
2 YM Gilingan padi Milik sendiri Sendiri
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
30
Pada Gambar 3.4 merupakan salah satu usaha milik informan pada dibidang
jasa yaitu usaha penggilingan padi. Aktivitas gender dalam bidang jasa yang
dilakukan oleh informan memiliki beberapa aktivitas utama yang meliputi
pengadaan dan penjualan. Informan yang mempunya usaha dibidang jasa
berjumlah 2 keluarga informan.
Tabel 3.13 Aktivitas gender dalam jasa
No Jenis Suam BMI Purna Anak L Anak P Lainnya
Kegiatan i P
Jumlah (org)
1 Pengadaan 2 1 - - -
2 Penjualan 2 1 - - -
Jumlah 4 2 0 0 0
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Aktivitas kegiatan dalam jasa yang dilakukan oleh informan didominasi
oleh suami. Dalam kegiatan usaha agribisnis jasa, informan tidak menggunakan
tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga. Jumlah kegiatan yang
dilakukan oleh suami sebanyak 4 yang artinya pada masing-masing jenis kegiatan
dari 2 keluarga informan yang di wawancara, suami dari keluarga informan
tersebut mengelola usaha. Sehingga dalam setiap prosesnya kegiatan dalam usaha
jasa tersebut dilakukan sendiri oleh suami dan informan membantu produksi.
31
Pada Tabel 3.14, Kegiatan yang dilakukan dalam usaha jasa meliputi
teknologi, modal, pendapatan, harga penjualan, dan informasi penjualan. Kegiatan
tersebut dapat berupa akses yang dilakukan oleh suami dan informan dalam
mengelola usaha tersebut. Akses yang dilakukan oleh informan dan suami
memiliki nilai yang sama, yaitu 6 informan dalam mengelola usaha yang dijalani.
Kegiatan modal memiliki akses terhadap suami dan informan. Salah satu usaha
jasa milik informan dilakukan sebagai pekerjaan sampingan. Hal ini sesuai dengan
kutipan wawancara
“untuk renovasi rumah. Soalnya wc itu jebol mba terus akhirnya lahan
sengon di jual, sepeda motor juga di jual buat modal renovasi wc.”
Tutur informan HS
Tabel 3.14 Akses terhadap usaha agribisnis jasa
Suami BMI Purna Anak Anak Lainnya
No Jenis Kegiatan P L P
Jumlah (org)
1 Teknologi 1 0 - - -
2 Modal 2 2 - - -
3 Pendapatan 1 2 - - -
4 Harga penjualan 1 1 - - -
5 Informasi 1 1 - - -
penjualan
Jumlah 6 6 0 0 0
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Dari kutipan wawancara tersebut, dilihat bahwa informan melakukan usaha
tersebut guna memperoleh tambahan penghasilan. Namun tidak semua usaha
tersebut merupakan pekerjaan sampingan. Salah satu usaha jasa lainnya
merupakan pekerjaan utama untuk mendapatkan pendapatan keluarga. Hal ini
disebabkan karena anggota keluarga mengandalkan usaha tersebut sebagai
pekerjaan utamanya.
Tabel 3.15 Kontrol terhadap usaha agribisnis jasa
Suami BMI Purna Anak Anak Lainnya
No Jenis Kegiatan P L P
Jumlah (org)
1 Teknologi 1 0 - - -
2 Modal 2 2 - - -
3 Pendapatan 1 2 - - -
4 Harga penjualan 1 1 - -
5 Informasi 1 1 - - -
32
penjualan
Jumlah 6 6 0 0 0
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Pada Tabel 3.15, Kegiatan kontrol dalam usaha jasa sama dengan kegiatan
akses dalam usaha jasa. Kontrol yang dilakukan oleh informan dan suami
memiliki nilai yang sama. Hal ini menandakan bahwa akses dan kontrol memiliki
nilai yang sama terhadap informan dan suami. Namun saat wawancara dengan
informan, pada kegiatan usaha penggilingan padi, dilakukan oleh suami dan
informan hanya menerima hasil usaha penggilingan pagi. Hasil tersebut
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, saat kebutuhan tersebut lebih banyak
daripada pendapatan yang dimiliki, maka informan akan meminjam uang kepada
tetangga untuk memenuhi kebutuhan yang terdesak tersebut. Kebutuhan terdesak
tersebut dapat berupa biaya rumah sakit maupun kebutuhan pangan.
Informan memilih usaha tersebut untuk membantu memperoleh pendapatan
keluarga. Usaha agribisnis jasa yang dimiliki oleh informan termasuk ke dalam
jenis usaha mikro yang sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003. Hal ini disebabkan oleh
pendapatan yang diperoleh oleh informan kurang dari Rp 100.000.000,-/tahun,
tenaga kerja yang dimiliki kurang dari 4 orang, dan belum melakukan administrasi
keuangan yang sederhana, dan tidak memiliki izin usaha.
Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa jenis usaha agribisnis yang
meliputi bertani, beternak, agroindustri, dan jasa menggunakan modal dari
remitan. Berdasarkan klasifikasi UMKM, usaha agribisnis milik BMI Purna
termasuk ke dalam kelompok Livelihood Activities dan Micro Enterprise. Usaha
agribisnis yang termasuk ke dalam kelompok Livelihood Activities adalah usaha
agribisnis pada bidang jasa, karena kelompok UMKM Livelihood Activities
merupakan UMKM yang digunakan untuk mencari nafkah secara informal.
Sedangkan usaha agribisnis Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003 termasuk pada ke dalam kelompok
Micro Enterprise merupakan jenis usaha agribisnis pada bidang bertani, beternak
dan agroindustri. Apabila dilihat dari jenis, jumlah tenaga kerja dan pendapatan
usaha, maka usaha yang dijalankan oleh BMI Purna dapat dikategorikan sebagai
33
kegiatan usaha perekonomian rakyat berskala mikro dan kecil, karena sebagai
berikut:
1. Pendapatan usaha yang dimiliki kurang dari Rp 100.000.000,-/tahun.
2. Jenis barang atau komoditas usaha tidak selalu tetap dan sewaktu-waktu
dapat berganti
3. Belum melakukan administrasi keuangan dan tidak memisahkan pendapatan
usaha dengan pendapatan bersih.
4. Pengusaha memiliki pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
5. Beberapa informan memiliki izin usaha dan sedang mengurus izin usaha.
6. Tenaga kerja yang dimiliki kurang dari 5 orang.
3.3 BMI Purna yang Tidak Memiliki Usaha Tidak memiliki Pengaruh
Terhadap Desa dan Keluarga
BMI purna yang tidak memiliki usaha agribisnis berjumlah 18 orang.
Beberapa diantaranya memiliki lahan pertanian, namun lahan pertanian tersebut
36
untuk dikonsumsi sendiri. Sedangkan yang lain memilih untuk bekerja pada
pekerjaan lamanya dengan alasan tidak memiliki modal dan remitan yang
diperoleh telah habis. Penggunaan remitan untuk kebutuhan konsumtif yang
berlebihan dan tidak memiliki tabungan membuat remitan tersebut lebih cepat
habis.
Walaupun 18 informan BMI Purna tersebut tidak memiliki usaha dibidang
agribisnis, tetapi 17 informan memiliki pengaruh terhadap desa dalam bidang
pembangunan dan keluarga. Sedangkan seorang lainnya tidak memiliki pengaruh
apapun terhadap perkembangan desa maupun keluarga. 17 informan BMI Purna
tersebut tetap memberikan sumbangan terhadap pembangunan desa karena
pembangunan tersebut tidak dilakukan setiap hari dan pembangunan tersebut
dilakukan untuk masyarakat sekitar juga. Karena informan tidak memiliki usaha
maka pengaruh usaha tersebut terhadap perluasan lapangan pekerjaan tidak
memiliki pengaruh apapun. Sedangkan pengaruhnya terhadap keluarga adalah
BMI Purna dapat menggunakan remitan yang diperoleh untuk kebutuhan
keluarga, merenovasi rumah, dan membeli kendaraan. Sehingga keluarga
merasakan perubahan dalam keluarga yang sebelum menjadi BMI dan setelah
menjadi BMI. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dengan salah satu
informan:
“terakhir itu saya bawa 28 juta buat renovasi rumah, kebutuhan
sekolah, kebutuhan lainnya. Waktu itu anak saya masih sekolah masih
kelas 6 SD, kelas 3 SD, sama masih TK. Saya ga bisa beli kendaraan.
Beli sawah sama bayar hutang. Saya kan dibagikan sawah sama orang
tua saya. Terus punya adek saya, saya beli dulu itu 5 juta an pakai gaji
dari saudi. cuman dapat 3 sak beras luasnya ga terlalu lebar. Sawahnya
dekat Plalangan.” Tutur Ibu Mistina
Sehingga dapat disimpulkan dari kutipan wawancara tersebut bahwa tujuan
beliau untuk pergi ke Saudi adalah untuk kebutuhan sehari-hari dan membangun
rumah, sedangkan sawah tersebut dibeli untuk tujuan agar dapat bertahan hidup.
Berbeda dengan Ibu Mistina, beberapa informan lainnya tidak memiliki lahan
pertanian maupun peternakan. Berbagai alasan dari informan mengenai tidak
memiliki usaha dibidang agribisnis. Alasan tersebut berupa ketidak tertarikannya
BMI Purna terhadap pertanian dan peternakan, tidak memiliki modal, hingga tidak
memiliki izin dari suami. Sedangkan seorang lainnya merupakan BMI Purna yang
37
desa. Namun diantara keduanya yang lebih berpengaruh adalah keluarga. Hal ini
disebabkan karena keluarga menerima secara langsung remitan yang diperolehnya
melalui transfer setiap bulan hingga 3 bulan sekali. Remitan yang dikirimkan
setengah hingga keseluruhan dari pendapatan BMI. Pengiriman yang dilakukan
oleh informan sesuai dengan kebutuhan keluarga dan memenuhi tujuan.
39
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Majangtengah,
Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang dengan judul “Peran Usaha Agribisnis
BMI Purna Terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal di Desa Majangtengah,
Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang”, terkait dengan pengaruh usaha
agribisnis milik BMI purna terhadap desa meliputi pembangunan sarana untuk
masyarakat desa berupa masjid dan adanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat
desa. Tenaga kerja yang digunakan oleh BMI Purna selain dalam keluarga adalah
tenaga kerja luar kelurga yang diperoleh dari tetangga dan masyarakat sekitar.
Jenis usaha agribisnis yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga adalah
bertani dan agroindustri dengan jumlah 5 orang BMI Purna. Sedangkan beternak
dan jasa tidak memiliki tenaga kerja luar keluarga yang berarti usaha tersebut
tidak memiliki pengaruh terhadap desa.
a. Usaha agribisnis yang dimiliki oleh BMI purna meliputi jenis usaha bertani,
beternak, agroindustri, dan jasa. BMI purna yang memiliki usaha agribisnis
berjumlah 12 informan dan 18 sisanya merupakan BMI purna yang tidak
memiliki usaha agribisnis. Usaha agribisnis milik BMI purna memiliki
pengaruh terhadap keluarga maupun desa.
b. Pengaruh usaha agribisnis terhadap keluarga berupa pendapatan keluarga dan
mampu memperkerjakan tenaga kerja dalam keluarga untuk kemudian
membantu anggota keluarga dalam memperoleh pekerjaan dan pendapatan.
c. Diantara 18 informan yang tidak memiliki usaha agribisnis, seorang BMI
purna tidak dapat merasakan remitan yang diperolehnya karena remitan
tersebut digunakan oleh keluarganya dan informan tersebut tidak mengetahui
remitan tersebut digunakan untuk apa.
Dengan demikian, usaha agribisnis milik BMI purna memiliki peranan
dalam pengembangan ekonomi Desa Majangtengah. Peran usaha tersebut berupa
pendapatan keluarga setelah memiliki usaha menjadi meningkat, bertambahnya
peluang memperoleh lapangan pekerjaan bagi masyarakat, pembangunan masjid
dan pesantren.
40
4.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian, maka diperoleh saran dalam
penelitian sebagai berikut ini:
1. Bagi BMI yang masih bekerja di luar negeri, diharapkan keluarga BMI
dapat mengelola remitan yang diberikan. Pengelolaan remitan tersebut tidak
hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga atau renovasi, namun juga
digunakan sebagai modal dalam memulai usaha. Usaha yang dijalan dapat
berupa usaha pertanian dan non pertanian. Hal ini bergantung kepada
keinginan dari BMI. Usaha yang disarankan adalah agroindustri, yang
dimana usaha tersebut merubah bahan mentah menjadi bahan jadi atau
konsumsi (makanan) yang memiliki nilai jual yang tinggi. Agar
mempermudah BMI Purna dalam memulai usaha, alat atau bahan yang
digunakan dapat ditemukan di desa atau tempat tinggal sekitar. Hal ini dapat
berguna bagi Desa Majangtengah dan keluarga.
2. Bagi pemerintah dan administrasi Desa Majangtengah, dengan adanya
fenomena migrasi diharapkan pemerintah desa memberikan fasilitas dengan
membentuk lembaga atau kelompok yang ditujukan kepada BMI purna.
Contoh lembaga tersebut adalah koperasi BMI purna yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar yang merupakan BMI purna. Selain
itu pemerintah desa dapat memberikan pelatihan ataupun penyuluhan
mengenai kewirausahaan dan BMI purna yang telah sukses pada berbagai
bidang usaha. Bagi administrasi desa dengan adanya fenomena masyarakat
yang melakukan migrasi diharapkan kegiatan pendataan tidak hanya
dilakukan saat masyarakat desa bekerja di luar negeri, namun juga
dilakukan pendataan saat BMI kembali ke desa.
3. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai
usaha milik BMI purna, perubahan pola pikir BMI Purna, penyuluhan dan
pelatihan kewirausahaan, dan penggunaan remitan keluarga BMI Purna.
41
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis
dan Ekonomi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Lauer, Robert H. 1989. Perspektif Tentang Perubahan Sosial Edisi Kedua.
Jakarta: Bina Aksara.
Magetan Kabupaten. 2016. Pengertian, Kriteria dan Klasifikasi UMKM.
http://ngujung.magetankab.go.id/2016/03/14/pengertian-kriteria-dan-
klasifikasi-umkm/. Diakses 4 April 2017.
Maman, Ujang. 2014. Memahami Agribisnis Syariah Berdasarkan Pendekatan
Sistem Agribisnis. Jurnal Agribisnis, Vol. 8, No.1, Hal: 40-49.
Mantra, Ida Bagoes. 2002. Demografi Umum. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Matutina. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Widia
Sarana.
Mehedi, Hasan. 2010. Climate Induced Displacement: Case Study of Cyclone Aila
in the Southwest Coastal Region of Bangladesh. Bangladesh: Coastal
Livelihood and Environmental Action Network (CLEAN).
Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 Tanggal 29 Januari 2003.
Miles, M.B, Huberman, A.M, dan Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis, A
Methods Sourcebook Edition 3. USA: Sage Publications.
Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung. Rosdakarya.
Nugroho, Riant. 2011. Gender dan Strategi Pengarus Utamaannya Di Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. 2013. Arahkan Transmigrasi Dengan
Pola Pengaturan Desa. https://kaltimprov.go.id/berita/arahkan-
transmigrasi-dengan-pola-pengaturan-desa diakses 22 November 2019.
Primawati, Anggraeni. 2011. Remitan Sebagai Dampak Migrasi Pekerja Ke
Malaysia. Jurnal Sosiokonsepsia. Vol. 16 No. 02 Hal. 209-222.
Purnomo, Didit. 2009. Fenomena Migrasi Tenaga Kerja Dan Perannya Bagi
Pembangunan Daerah Asal: Studi Empiris Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Vol. 10 No.1 Hal 84-102.
Puspitawati, Herien. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di
Indonesia. Bogor: PT IPB Press.
Relawati, Rahayu. 2011. Konsep dan Aplikasi Penelitian Gender. Muara Indah,
Bandung.
Safi’i, M. 2008. Paradigma Baru Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah.
Malang: Averroes Press.
Said, Abdullah. 2015. Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal. Malang: Jurnal
yang tidak dipublikasi.
Soekartawi. 1991. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Malang: Universitas
Brawijaya.
Sukesi, et al. 2016. Penguatan Kapasitas Stakeholder untuk Peningkatan
Profesionalitas Perempuan Buruh Migran Indonesia (BMI) di Daerah
Pengiriman Hongkong dalam Menghadapi Moratorium Tenaga Kerja
Sektor Domestik tahun 2017. Penelitian Berbasis Kompetensi. Universitas
Brawijaya.
43