Anda di halaman 1dari 2

Naskah Lomba Lomba Bercerita Daerah Nusantara

Judul : Asal Muasal Bukit Catu


Oleh : I Putu Deva Darma Pradnyana Putra (SMP Negeri 1 Petang)

Om Swastyastu
Perkenalkan, nama saya I Putu Deva Darma Pradnyana Putra. Saya perwakilan dari SMP
Negeri 1 Petang.
Pulau Bali adalah pulau yang sering dikunjungi wisatawan mancannegara maupun
domestik karena keindahan alam yang begitu luar biasa. Pulau Bali juga mempunyai banyak
cerita dongeng dan saya akan menceritakan salah satu cerita yang berasal dari pulau bali.Cerita
yang saya bawakan berasal dari Bali Selatan, Ungasan, Pecatu yang berjudul "Asal Muasal Bukit
Catu".
Pada zaman dahulu di pulau Bali, di desa bagian selatan sekelompok warganya hidup
rukun. Mereka tekun sekali dalam menggarap tanah sawah. Di desa tersebut juga hidup sepasang
suami istri yang juga mempunyai tanah sawah. Suatu hari sang istri pergi ke sawah untuk
memberikan suaminya makanan. "Hai Pak, mari istirahat dulu. Hari sudah siang, mari kita
makan dulu," kata sang istri. "Oh halo bu, sepertinya makan siang kali ini enak," kata sang
suami. Mereka pun makan di pondok dekat sawah sambil membicarakan panen yang melimpah.
"Emm, memang kalau masakan ibu tidak pernah gagal," kata sang suami. "Ahh bapak bisa aja,"
kata sang istri. "Tahun ini panen begitu melimpah," kata sang suami. "Iya pak, kita harus selalu
bersyukur pada Hyang Widhi. Panen kita sangat melimpah, tidak pernah terserang hama dan
desa kita tidak pernah kekurangan padi," kata sang istri. "Iya bu, tapi aku ingin panen yang lebih
besar lagi." kata sang suami. "Bagaimana kalau kita buat kaul? Jika panen kita lebih melimpah
tahun depan, kita akan menghaturkan tumpeng yang sangat istimewa kepada Hyang Widhi," kata
sang suami. "Oh, itu ide yang bagus pak," kata sang istri. "Oh, Hyang Widhi jika panen kami
lebih melimpah dari tahun ini, kami akan menghaturkan tumpeng yang sangat istimewa," kata
sang suami.
Mereka pun kembali ke rumah karena tidak terasa hari sudah petang. Keesokan harinya, pagi-
pagi sekali sang suami bersiap-siap untuk pergi ke sawah. Sesampainya di sawah secara ajaib
panen lebih melimpah dari sebelumnya. Sang suami pun kembali ke rumahnya untuk
memberitahu istrinya untuk membuatkan tumpeng yg istimewa. Sesampainya di rumah, "Bu,
panennya melimpah. Mari kita buatkan tumpeng yg istimewa," kata sang suami. "Apa benar
pak? Kalau begitu aku akan buatkan tunpeng,"kata sang istri. Selesai membuat tumpeng, mereka
pun kembali ke sawah untuk menghaturkannya.
"Haha hanya dengan menghaturkan tumpeng saja panen kali ini begitu melimpah Haha..," kata
sang suami sambil tertawa. "Bu, untuk panen berikutnya kita akan buat tumpeng yang lebih
istimewa lagi," kata sang suami. Panen berikutnya lebih melimpah dari sebelumnya dan sang
suami pun merasa lebih senang dan bangga. Hingga suatu hari saat sang suami berjalan ke
sawah, ia melihat gundukan tanah sebesar catu di sawahnya. "Hah, ada gundukan sebesar catu.
Jangan-jangan, ini petunjuk Hyang Widhi agar aku tetap menghaturkan tumpeng yang istimewa.
Sebaiknya aku beritahu ibu di rumah," kata sang suami. Sang suami pun berlari ke rumahnya
untuk memberitahu istrinya hal tersebut. "Bu, Bu, tadi di sawah ada gundukan sebesar catu. Mari
kita buat tumpeng sebesar gundukan tersebut," kata sang suami. "Hati hati pak, kayak di kejar
setan aja. Memang itu perlu pak?" kata sang istri. "Tidak usah banyak tanya! Kerjakan saja! Aku
ingin kaya raya," kata sang suami. "Tapi pak, panen kita sudah sangat melimpah. Cukup untuk
dua tahun," kata sang istri. "Aku ingin hasil yang lebih besar, lebih besar lagi agar aku bisa kaya
raya," kata sang suami. Sang suami sangat bersikeras agar menghaturkan tumpeng yang sebesar
gundukan tanah tersebut.
"Bu, apakah tumpengnya sudah siap? Kalau sudah siap mari kita kembali ke sawah," kata sang
suami. Sesampainya di sawah dengan membawa tumpeng gundukan tanah itu secara ajaib
menjadi lebih besar. "Hah, Gundukannya lebih besar, Bu. Kita buat lagi tumpeng sebesar
gundukan ini," kata sang suami. Sang suami terus menghaturkan tumpeng yang harus sebesar
gundukan tanah tersebut dan gundukan tanah tersebut secara ajaib terus membesar. Hingga suatu
hari ketika sang suami berjalan ke tempat penyimpanan padinya. "Hah, kok pasokan pada kita
habis?" kata sang suami. Semua harta sang suami habis karena ingin agar memenuhi ambisinya
yang rakus dan mereka pun jatuh miskin. Dan gundukan tanah yang ada di sawah sang suami
menjadi sebesar bukit dan semenjak itulah di beri nama Bukit Catu.

Sekian cerita bukit catu, jika ada salah kata mohon di maafkan dan saya ucapkan terima kasih.

Om santhi santhi santhi Om

Anda mungkin juga menyukai